Prinsip Dalam Aikido

(1)

PRINSIP DALAM AIKIDO

AIKI NO GENRI

KERTAS KARYA

Dikerjakan O L E H

WIDYA WIRATNA 122203038

PROGRAM STUDI D III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PRINSIP DALAM AIKIDO

AIKI NO GENRI

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Medan, untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Diploma III dalam bidang Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH:

NIM:122203038 WIDYA WIRATNA

Pembimbing, Pembaca

Zulnaidi, S.S., M.Hum

NIP. 19670807200501001 NIP.197212281999032001

Dr.Diah Syafitri Handayani,M.Lit

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN

DiterimaOleh

Panitiaujian program pendidikan Non-GelarSastraBudaya FakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara Medan,

Untukmelengkapisalahsatusyaratujian Diploma III dalambidang StudiBahasaJepang.

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma D III Bahasa Jepang FakultasIlmuBudaya

Universitas Sumatera Utara Dekan

Nip.195110131976031001 Dr. SyahronLubis, M.A

PanitiaUjian:

No. Nama TandaTangan

1. Zulnaidi, S.S.,M.Hum ( )

2. Zulnaidi, S.S M.Hum ( )


(4)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra Dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program studi D III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

NIP. 1967 08072005 01 1 001

Zulnaidi, SS,M.Hum


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya yang berjudul “PRINSIP DALAM AIKIDO” ini.

Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena kemampuan penulis masih terbatas. Tetapi, berkat bantuan dan dukungan beberapa pihak, maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.

Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberi bantuan serta dukungan, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Ibu Dr.Diah Syafitri Handayani, M.Litt Selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian kertas karya ini.

5. Ibu Rani Arfianti, S.S. Selaku Dosen Wali.

6. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

7. Teristimewa kepada Orang tua, Ayahanda Supratno dan Ibunda tercinta Dewi Yellinius Putri yang telah banyak memberikan pelajaran hidup, semangat dan senantiasa melimpahkan kasih sayang dan doa restu serta bantuan moril maupun material kepada penulis.

8. Adik-adikku tersayang Fajar Rammadhan Widyanto, Widyatmo Nugroho, dan Widyar Ananta Pramudya yang selalu memberikan semangat.

9. Untuk teman-teman seperjuangan khususnya stambuk 2012 terimakasih telah memberikan warna-warni di kehidupan penulis.

10. Buat masku Muhammad Arief terima kasih banyak telah membantu mencari buku, memberi perhatian, dukungan serta selalu berdoa serta membantu menyelesaikan kertas karya ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita dikemudian hari.

Medan, Juli 2015 Penulis

Widya Wiratna 122203038


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Metode Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO ... 4

2.1. Sejarah Singkat Aikido ... 4

2.2. Makna Aikido ... 5

2.2.1. Makna Aikido Secara Arti Bahasa ... 5

2.2.2. Makna Aikido Secara Esensial ... 6

2.2.3. Makna Aikido Sebagai Beladiri ... 6

BAB III PRINSIP DALAM AIKIDO ... 8

3.1. Fudo Genri ... 8

3.1.1. Kihon Genri ... 8

3.1.2. Chu Shin ... 8

3.1.3. Shu Chu ... 10

3.1.4. Enshin ... 11

3.1.5. Kokyu ... 12

3.2. Aiki Genri ... 13

3.2.1. Awase ... 14

3.2.2. Musubi ... 15

3.2.3. Nagare ... 16

3.2.4. Takemusu Aiki... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

4.1. Kesimpulan ... 18

4.2. Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Aikido merupakan salah satu jenis olahraga beladiri Jepang yang paling sulit untuk dikuasai dengan benar. Dimulai dari lingkungan istana kekaisaran Jepang yang diperkenalkan oleh Morihei Ueshiba, hingga kini Aikido digemari di seluruh dunia oleh pria dan wanita. Seni beladiri yang berasal pada budaya Jepang ini mengajarkan keseimbangan. Diantara ajaran filosofis Aikido, salah satu yang lebih dasar dan lebih penting adalah belajar mengendalikan diri. Mempertahankan keseimbangan batin diperlukan untuk menyelaraskan harmoni antara tubuh, pikiran dan jiwa melahirkan kelembutan yang memungkinkan untuk mengendalikan serangan lawan, dan mengontrol diri adalah kunci untuk mencapai dan mempertahankan harmoni. Pada Aikidoka yang mengembangkan gaya dan interpretasi mereka sendiri yang hanya bertumpu pada kemenangan saja, bukanlah Aikidoka sejati karna prinsip dasar pada Aikido bukanlah kemenangan semata melainkan bertarung tidak dengan kekerasan. Kemenangan dalam prinsip Aikido adalah usaha terus menerus untuk menyingkirkan pikiran perselisihan serta konflik di dalam diri kita sendiri. Seorang Aikidoka harus belajar untuk menjadi satu dalam situasi apapun. Menjadi salah satu sarana memiliki sifat hormat untuk semua hal dan situasi, teman atau musuh. Dengan pelatihan menjadi satu dalam setiap situasi, harmonisasi akan mengikuti dan itu akan menjadi mungkin untuk menjalankan teknik Aikido, gerakan dan bentuk akurat dan efisien. Para Aikidoka lebih suka menggolongkan Aikido sebagai beladiri murni daripada olahraga


(9)

beladiri. Hal ini bisa dimaklumi karena Aikido mengajarkan kelembutan dan keseimbangan yang melahirkan sebuah harmoni. Dalam kelembutan dan keindahan gerakannya, kekerasan selalu bisa dikalahkan, itu sebabnya mengapa Sensei Ueshiba mengatakan bahwa kekuatan tak terbatas datang dari kekuatan pernafasan. Efeknya, didasarkan atas prinsip-prinsip alamiah, Jika orang lain datang dengan kekuatan penuh untuk melawan Aikidoka dan Aikidoka cukup melakukan respon dengan hanya mengambil tenanganya kedalam diri anda, maka tidak diperlukan usaha apapun. Dikatakan bahwa pertahanan adalah pelanggaran terbesar dalam Aikido, karena dalam Aikido untuk melakukan serangan, kita harus belajar untuk menjauh dari jangkauan efektivitas serangan lawan dalam mempertahankan jangkauan anda sendiri dengan melakukan serangan balik secara efisien. Maka dengan uraian inilah, penulis ingin mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai Aikido serta prinsipnya.

1.1. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Kertas Karya ini adalah;

1. Memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar diploma III program studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memperkenalkan salah satu seni beladiri yang ada di Jepang, yaitu Aikido.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Aikido serta prinsip dalam beladiri ini.

4. Kertas karya ini merupakan pencerahan tentang Aikido yang ditulis dengan cara sederhana dan mudah dipahami tanpa kehilangan esensinya.


(10)

5. Kertas karya ini menguraikan dengan sederhana tentang filosofi Aikido sebagai jalan untuk beladiri sekaligus sebagai cara untuk melihat dan menjalani kehidupan.

1.3. Pembatasan Masalah

Aikido adalah salah satu beladiri terkenal di Jepang. Penulis akan memfokuskan pembahasan Kertas Karya ini pada prinsip dalam Aikido. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan memaparkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam seni beladiri Aikido.

1.4. Metode Penulisan

Dalam penulisan Kertas Karya ini, penulis menggunakan metode Kepustakaan (library research) yaitu suatu metode pengumpulan data atau informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan Aikido. Setelah semua data-data terkumpul, kemudian disusun kedalam setiap bab. Selain itu, penulis juga memanfaatkan teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapat lebih akurat dan jelas.


(11)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO

2.1. Sejarah Singkat Aikido

Aikido berasal dari teknik beladiri kuno Jepang, seperti jujitsu, kenjitsu, dan bojitsu yang merupakan seni perang. Pada awalnya, seni perang tersebut dikembangkan oleh Pangeran Teijun, putra keenam Kaisar Seiwa. Kemampuan beladiri ini hanya dapat digunakan oleh para prajurit kekaisaran Jepang untuk berperang dan hanya dapat dikuasai oleh orang-orang dari istana kerajaan, terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarangan orang dapat mempelajarinya. Yang kemudian merupakan pertahanan diri yang cukup efektif pada masa itu. Setelah masa restorasi Meiji, teknik beladiri ini mulai dikembangkan secara luas tapi belum cukup populer. Lalu Morihei Ueshiba membuat seni beladiri ini dikenal luas tahun 1925 dan tahun 1941, seni beladiri ini dikenal dengan nama Aikido. Beliau pun menggabungkan gerakan beladiri ini dengan beladiri tradisi kuno dan pendalaman spiritual.

Aikido lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua setelah Jepang mengalami kekalahan akibat bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Asal usul Aikido bermula pada abad 9, pada jaman feodal di Jepang. Olahraga ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang tertentu. Aikido diciptakan karena kejenuhan dari Morihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu kembali ke Jepang setelah selesai ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu olahraga yang lebih melindungi dari pada merusak dan menghancurkan.


(12)

Morihei Ueshiba adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu pengembangan Aikido sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo ini.

2.2. Makna Aikido

2.2.1. Makna Aikido Secara Arti Bahasa

Nama Aikido memiliki arti yang mencerminkan harapan dari pendirinya. Aikido terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu “Ai” yang berarti “Keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa”,”Ki” yang berarti “Energi kehidupan (chi)” dan “Do” yang berarti “Jalan”. Jadi Aikido berarti “Jalan untuk mengharmoniskan gerakan tubuh dan jiwa dengan energi kehidupan”. Dengan kata lain Aikido merupakan suatu jalan untuk mengharmoniskan semua yang ada dikehidupan kita.

Dengan keharmonisan ini, diharapkan dapat menciptakan suatu kedamaian, namun jika harus menggunakan Aikido untuk membela diri bukan berarti harus dengan menghancurkan sesuatu untuk mencapai tujuan, melainkan untuk mengatur emosi yang ada pada diri kita sehingga kita dapat menguasai hati dan pikiran dari lawan kita. Dilihat dari arti nama Aikido maka Aikido dapat dipelajari oleh siapapun tanpa mengenal batas umur, keadaan fisik yang kuat atau lemah, lelaki maupun perempuan. Ini disebabkan Aikido tidak hanya mengandalkan teknik dan kekuatan fisik semata tapi lebih luas dari itu.


(13)

2.2.2. Makna Aikido Secara Esensial

Berikut ini beberapa makna Aikido secara esensial: 1. Aiki adalah hukum alam semesta.

2. Aikido adalah perwujudan dari langit dari penyatuan langit, bumi dan manusia, ini adalah sebuah kebenaran yang baik dan indah.

3. Aiki berfungsi dalam segala hal dimuka bumi ini, dari ruang angkasa nan luas hingga tumbuhan dan hewan terkecil, Ki meliputi segala sesuatu dan kekuatannya tak terbatas, dengan Aikido kita dapat menghubungkan diri kita dengan kekuatan besar alam semsta ini.

4. Aikido tidak mengandalkan senjata ataupun kekuatan belaka, sebaiknya kita menempatkan diri kita selaras dengan alam semesta. 5. Aikido adalah cara untuk dapat mengendalikan agresi tanpa

menciderai.

2.2.3. Makna Aikido Sebagai Beladiri

Aikido merupakan beladiri khas Jepang yang maknanya berarti meminjam dan menyalurkan tenaga lawan, untuk kemudian mengalirkannya, sehingga serangan yang datang pada kita dapat dikembalikan dengan bantingan atau teknik kuncian. Teknik Aikido disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia, sehingga membuat gerakan Aikido kelihatan praktis dan sederhana. Teknik Aikido memiliki ciri yang unik. Gerakannya dinamik dan memiliki aliran yang tidak terputus. Gerakannya banyak memiliki teknik yang melingkar atau masuk ke daerah lemah lawan. Aikido merupakan kesatuan beragam teknik yang menggunakan prinsip energi dan gerak untuk mengarahkan kembali, menetralisir


(14)

dan mengontrol penyerang. Dengan bentuk tekniknya yang dinamik, Aikido memungkinkan selalu bergerak. Aikido selalu bisa digunakan dalam menghadapi situasi dengan banyak penyerang. Pada tingkat terbaik, Aikido diyakini dapat melindungi seseorang tanpa menyebabkan cedera serius, baik bagi penyerang maupun yang diserang dan ini merupakan keistimewaan Aikido dibanding beladiri yang lain yang cenderung melukai atau merusak lawan. Seni beladiri Aikido ini dapat diikuti semua orang baik pria, wanita, tua maupun muda, dan sangat efektif untuk membela diri terhadap serangan satu orang lawan maupun sekelompok banyak orang.


(15)

BAB III

PRINSIP DALAM AIKIDO

3.1. Fudo Genri

Fudo dalam arti bahasa memiliki makna “keheningan sejati”, sebuah kondisi diam tak bergeming, sesuatu yang tidak terganggu gugat. Fudo adalah sebuah kondisi hati yang tenang disebabkan faktor internal, mental, dan spiritual yang sedemikian kokoh sehingga tidak dapat terpengaruh oleh faktor eksternal dari lingkungan. Genri berarti prinsip. Fudo genri secara sederhana dapat diartikan prinsip untuk membangun diri yang tak tergoyahkan, kokoh secara fisik, mental dan spiritual. Fudo genri sangat erat kaitannya dengan pencapaian harmonisasi dengan diri sendiri.

3.1.1. Kihon Genri

Kihon berarti dasar, genri berarti prinsip. Kihon genri sebagai prinsip dasar gerak, atau prinsip dasar yang digunakan dalam bergerak maupun dalam teknik. Prinsip dasar gerak Aikido mengacu prinsip gerak alamiah. Ada empat poin penting dalam kihon genri yang harus diperhatikan, dilatih dan dihidupkan dalam latihan maupun keseharian.

3.1.2. Chu Shin

Secara bahasa chusin berasal dari kata “chu” yang berarti pusat, dan “shin” yang berarti hati, kata chushin secara sederhana dimana hati dan pikiran kita berpusat. Yang dalam kehidupan sehari-hari dipraktikkan secara sederhana bagi yang baru mempelajari senantiasa menjadi “chushin” yang berarti juga


(16)

menjaga agar hati dan pikiran senantiasa dipusatkan kesebuah garis imaginer yang ada didalam tengah badan kita, yang terbentang dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, dan terhubung oleh sebuah garis yang harus difisualisasikan dan juga berfungsi sebagai poros gerak dan sebagai penjaga keseimbangan dari seluruh jaringan tubuh kita.

Sebenarnya bila secara alamiah, segala sesuatu yang akan atau dapat bergerak dengan poros yang terjaga dengan cara dan dalam kondisi yang stabil. Secara latihan yang memvisualisasikan chushin kita melakukan dan mengkondisikan diri kita untuk bergerak selalu dengan poros yang stabil dan terjaga, dengan demikian tubuh kita akan terasa lebih nyaman, seimbang dan kokoh yang akan nantinya berdampak pada kemampuan kita untuk selalu bergerak secara dinamis, luwes, dan bertambah gesit tentunya tanpa harus merasa khawatir yang berlebihan untuk kehilangan keseimbangan.

Untuk latihan kita harus melakukan sebuah pengkondisian atau terapan yang diusahakan sederhana saja pada tubuh kita yaitu dengan cara berkonsentrantrasi dengan fokus berat badan pada titik atau pun area dan daerah tanda , dengan cara mendistribusikan berat badan kita ke lantai dengan melalui kedua telapak kaki bagian depan dan ibu jari kaki secara seimbang dan tegakkan tulang punggung terutama bagian bawah dengan mengendurkan kedua bahu, dengan cara dan pengkondisian seperti ini postur tubuh kita akan terasa tegak tetap rileks, kemudian kita menggambarkan sebuah garis yang nampak imaginer tegak lurus yang nampak menembus seika tenden, ditengah tubuh yang akan dijadikan poros gerak tubuh anda. Secara sederhana untuk mempertahankan tubuh sikap tubuh anda yang disebut diatas dalam keadaan apapun, seperti diam,


(17)

berjalan, berlari, berdiri maupun duduk merupakan suatu latihan awal yang mendasar untuk menghidupkan dan memancarkan ‘chushin’ dalam kehidupan sehari-hari. Jika ‘chushin’ telah terhubung dalam kehidupan kita kita sehari-hari maka akan terdapat perubahan yang sangat mencolok yang akan dapat kita rasakan yaitu termasuk keseimbangan tubuh kita yang semakin baik. Dalam penerapan dan penetapan eksekusi teknik/waza pun akan terasa amat lebih mudah bergerak dan mengontrol pihak lawan karena kita selalu dalam keadaan yang stabil setiap harinya.

3.1.3. Shu chu

Shu chu berarti fokus, yang mempunyai arti bahwa pikiran kita harus terproyeksikan dengan jelas dan kuat. Dengan demikian pikiran yang terproyeksikan dengan jelas dan kuat itu harus pula dilatih dan selalu melakukan aktivitas dengan pikiran yang sangat terfokus agar hasil dari aktivitas tersebut agar dapat lebih sangat optimal. Yang berhubungan erat dengan salah satu poin dalam fudo genri yang mewujudkan ki, untuk dapat mewujudkannya kita menggunakan ‘shu chu’ dengan memproyeksikan pikiran kita sedemikian rupa ( shu chu ) maka energi ataupun kekuatan ( ki ) yang terbentuk ataupun terwujud akan mengikuti proyeksi atau gambaran pikiran kita yaitu sebesar apakah ki yang akan dapat terlaksana dan terwujud terbatas dengan hanya kemampuan proyeksi suatu pikiran anda sendiri. Dari seberapa besar ki yang dapat diwujudkan tergantung sebatas hanya kemampuan proyeksi pikiran kita sendiri adanya.

Dari aplikasi dan bagian pada saat praktek dan eksekusi teknik/waza yang dipraktekkan/dibawakan oleh sensei atau shihan atau guru yang dapat melakukan teknik tersebut dengan sangat gampang atau tidak perlu bersusah


(18)

payah tapi menghasilkan hasil yang memuaskan dan luar biasa, walau kadang kala tiba-tiba terheran-heran bagaimana mungkin kenyataannya seorang shihan yang bertubuh kecil dalam melempar dan menjatuhkan lawan yang jauh lebih besar dan sepertinya tidak menggunakan tenaga yang besar dan hanya menggunakan tenaga yang kecil, salah satu kuncinya adalah shu chu atau tepatnya shu chu ryoku ( the power of focushing / projecting mind ) atau kekuatan pemusatan pikiran atau kekuatan yang dihasilkan dari proyeksi pikiran.

3.1.4. Enshin

Enshin atau enten berarti gerak melingkar/sirkuler ( circuler motion ) dan dalam aikido merupakan prinsip dasar dalam gerak alamiah dan seluruh isi alam semesta. Gerak sirkular ini juga memiliki sifat mengeliminir atau dengan kata lain sebuah gaya yang bergerak dalam arah garis lurus tidak akan terbentur bila bertemu dengan gaya sirkular yang dalam pergerakannya menghisap kedalam atau akan terlontar keluar tergantung dari momentum atau saat yang tepat ketika kedua gaya tersebut bertemu dan mempunyai keuntungan lain yaitu menjadi gerak yang sangatlah efisien. Dalam pelajaran hukum fisika pun menyatakan pemanfaatan momentum atau saat, sesuatu hal yang bisa bergerak melingkar hingga dalam kecepatan yang relatif tinggi dan dalam jarak yang sangat relatif pendek dapat diperbandingkan dengan benda yang yang dalam pergerakannnya memakai gerak garis lurus, belum lagi bila mempunyai “efek ketapel’’ atau tepatnya ( SLINGSHOT EFFECT ) yang dapat ditimbulkan oleh sesuatu benda yang bergerak sirkular yang dapat menimbulkan sebab pada benda yang ikut dalam gerak rotasinya.


(19)

Aikido yang dimaksud disini merupakan sebuah bela diri yang tidak selalu mengandalkan kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengalahkan lawan akan tetapi beladiri aikido ini pun bisa menetralkan tenaga lawan hingga tidak terjadi apa-apa, oleh sebab itu maka gerak sirkular merupakan gerak yang terpenting dan paling utama dalam Aikido.

Dalam praktiknya ketika melakukan waza berlatihlah untuk bergerak sirkular jadikan gerak sir kular itu sebagai subuah prinsip dasar dari smua gerakan yang akan kita lakukan mulai dari fokus gerakannya hingga pada saat melakukan gerakan kecil misa;lnya rota sebagainya.satu hal yang perlu di perhatikan juga adalah jadikan chushin kita sebagai patokan gerak ketika melakukan gerakan sirkular agar gerak melingkar kita memiliki poros yang kuat seperti yang gasing yang bergerak berputar akan tetap kokoh selama poros tengahnya stabil.

3.1.5. Kokyu

Kokyu secara Bahasa dapat diartikan sebagai nafas.

“mengapa bernafas memjadi salah satu prinsip dasar dalam bergerak”

Aktivitas bernafas adalah bagian dari proses interaksi energi didalam tubuh kita dan dalm aktivitas kita sehari-hari dalm bernafas itu memerlukan energi selain dari asupan makanan dan minuman kita memerlukan bernafas sebagai salah satu sumber energi bahkan bisa lebih dari itu bernafas lebih penting dari makanan ataupun minuman. Orang normal bisa bertahan tanpa makan dan minum dalam tujuh hari tapi kita bisa mati bila kita menahan nafas dalam hitungan menit.

Dalam konteks prinsip dasar gerak ( kihon genri ) dalam Aikido pembahasannya sangat luas yang meliput bagaimana cara bernafas yang benar


(20)

yang garis besarnya bukan hanya tentang pergantian udara kotor menjadi udara bersih tetapi proses wadah energi antara kita dan alam .nafas seperti ini dapat dikatakan cara bernafas seperti bayi yang kita perhatikan cara bernafasnya bergerak kembang kempis pada perut bagian bawahnya ( diagfragma/seiken tanden ) bukan bernafas pada bagian dadanya dan inilah yang dikatakan bernafas secara alamiah. Melatihnya tidaklah sulit hanya saja saat menarik nafas lakukan dengan fokus dan menfisualisasikan udara yang ada kita hirup bergerak melewati paru-paru hingga penuh mencapai seika tanden dengan melewati paru-paru yang akan mengembang adalah perut disekitar seika tanden bukan dada.kemudian dibuang lepas.

Kokyu dalam Aikido membahas juga tentang mengatur nafas yang efektif dan efisien sehubungan gerak yang selaras denagan ritme dan nafas yang sealamiah mungkin yang akan memjadi salah satu kunci penting untuk dapat bergerak secara optimal

Untuk lebih lanjutnya prinsip kokyu dalam kihon genri membahas bagaimana kita menyelaraskan juga nafas dan gerakan kita dengan nafas dan gerakan orang lain untuk memungkinkan kita bergerak dalam satu kesatuan. Begitu juga dalam aikido bukan hanya menyelaraskan gerakan kita saja tapi menyelaraskan gerakan dengan orang lain. Dalam prinsip kokyu ini ada waza yang unik yaitu “kokyu nage” yang secara spesifik contohnya “shiho-nage” yang artinya bantingan empat arah,”irimi nage” yang artinya bantingan dengan cara masuk ketubuh lawan,”koshi nage” yang artinya bantingan yang menggunakan pinggul dan kokyu nage itu sendiri adalah penekanan bentuk tertentu pada sinkronosasikan gerak dan nafas atau energi nage dengan uke.


(21)

3.2. Aiki Genri

Aiki genri berarti prinsip keselarasan energi. Aiki adalah hukum alam, hukum keselarasan energi ini menyatakan bahwa segala sesuatu adalah sebuah kesatuan, apapun dialam semesta jagat raya ini pada dasarnya menyatu, tidak terpisahkan. Ke-semuanya saling terikat, memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga bekerja/berinteraksi secara harmonis, mengalir, tidak berkonflik, semua bergerak sesuai fungsi, dan perwujudan dari keselarasan energi itu menjadi hampir tidak terbatas.

Jadi, keadaan harmonis adalah fitrah/original state atau keadaan asal dari segala sesuatu dialam ini, tidak terkecuali manusia. Namun pada kenyataannya. Kebanyakan manusia dengan ke-egoisannya memilih untuk tidak mengindahkan hukum alam tersebut dan berbuat semena-mena terhadap makhluk ciptaan yang lain, sesamanya bahkan pada diri sendiri sehingga menimbulkan kejahatan dan membawa kehancuran.

3.2.1. Awase

Awase atau awaseru berarti proses penyatuan atau “ blending “, awase adalah pintu pertama dalam proses keselarasan energi. Kepekaan dapat dilatih, kembali lagi latihannya dimulai dari hati. Biasakanlah untuk menjaga hati yang terbuka untuk mau menerima orang lain dan keadaan yang dihadapi secara apa adanya. Kita akan sulit untuk menempatkan diri kita “bersatu” dan tidak berkonflik dengan orang lain jika kita tidak memulai dengan bersikap mau menerima. Setelah menjaga sikap hati yang mau menerima keadaan apa adanya, pusatkan perhatian anda kepada partner latihan anda, pancarkan Ki anda,


(22)

sambutlah apapun yang diberikan/dihadapkan kepada kita, jangan bersikap pasif/ menunggu. Dengan menjaga sikap “proaktif menerima” ini, maka kita akan dapat menilai keadaan dengan tepat dan penilaian yang tepat akan membuat keputusan bergerak yang diambil akan tepat, selaras dengan keadaan yang harus dihadapi. Pembahasan lebih lanjut tentang awase, masuk kedalam jenis-jenis awase.

1. Tai no Awase, penyatuan tubuh, atau badaniah. Dilakukan dengan

menyatukan arah tenaga sehingga dua arah tenaga yang memiliki kecenderungan konflik, menjadi searah dan hilang potensi konfliknya.

2. Ki no Awase, penyatuan pada tingkat energi, dimana proses penyatuan

terjadi ditingkat yang lebih halus, dimana energi pikiran (fokus) belum secara penuh terealisasi dalam bentuk tenaga fisik.

3. Shin no Awase, atau penyatuan hati, dimana seseorang telah mampu

menyatukan hatinya dengan orang lain, menempatkan hatinya sedemikian rupa sehingga keinginan berkonflik lawannya hilang.

3.2.2.Musubi

Musubi/musubu yang artinya terikat atau keterikatan, pada hakikatnya dalam sebuah kesatuan, komponen-komponennya akan terikat satu sama lain, ikatan ini memungkinkan terjalinnya hubungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam keadaan harmonis.

Dalam kondisi alamiahnya musubi/keterikatan dari tiap-tiap komponen dialam semsta ini terjaga dengan harmonis disebabkan keberserahan-diri terhadap hukum Sang Pencipta yang berlaku.


(23)

Manusia-lah yang seringkali menjadi sumber ketidakharmonisan dialam ini, dikarenakan sifat manusia yang egois hubungan yang harmonis bisa berubah menjadi sebuah berntuk pemaksaan kehendak yang pada akhirnya hanya akan membawa ketidakseimbangan dan kehancuran bagi seluruh komponen alam termasuk dirinya sendiri.

Inilah sebabnya manusia lewat Aikido kembali belajar, melatih dirinya untuk dapat menjaga ikatan yang harmonis dengan dirinya, sesamanya, makhluk ciptaan yang lain dan Sang Pencipta.

3.2.3. Nagare

Arti kata nagare adalah mengalir, dalam konteks aikigenri, pemahamannya adalah jika sesuatu benda itu menyatu dan memiliki keterikatan yang kuat satu sama lain, akan dengan sendirinya bergerak tanpa bergesekan/friksi atau benturan satu dengan yang lainnya, atau dalam arti kata lain: bergerak mengalir.

Dari segi latihan Aikido secara teknis, jika seseorang dalam bergerak telah dapat melakukan awase (penyatuan) dengan benar dan menjaga musubi (keterikatan) dengan partnernya, maka dengan sendirinya gerak yang dilakukan oleh si nage dapat lebih bebas dan tidak akan menimbulkan friksi dengan uke, gerakan seperti ini diistilahkan gerak mengalir (nagare no waza).

Dalam pembahasan tentang nagare dikenal istilah “ki no Nagare” ini mengacu pada keadaan badaniah yang dapat bergerak tanpa terjadi benturan atau resistensi dari kedua pihak disebabkan keselarasan yang terjadi sudah pada tingkat energi.


(24)

Dalam kondisi nagare, kondisi hati dapat digambarkan bergerak layaknya air yang mengalir mencapai tujuannya dengan cara senantiasamenyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi, tetap terarah pada tujuan awal namun tidak memaksakan kehendak, tidak mengantisipasi keadaan, tidak juga terlambat beradaptasi, faktor gerak badaniah pada tingakatan ini menjadi tidak signifikan, bisa tetap ada, bisa juga tidak.

3.2.4. Takemusu Aiki

Jika dalam sebuah proses keselarasan semua komponennya telah dapat menyatu, terikat erat, dan bergerak mengalir sebagai satu kesatuan, tidak konflik satu sama lain, niscaya keharmonisan hubungan antara komponen-komponen itu akan terwujud dalam bentuk yang hampir tidak terbatas.

Sebagai gambaran saja bahwa pada saat seseorang sampai pada tahap Takemusu Aiki maka tidak lagi harmonis itu terlihat hanya pada teknik yang dilakukannya, melainkan sikap sehari-harinya, tindak-tanduk perilakunya, dari gerak-gerik yang terlihat, hingga yang tidak terlihat, seperti kerja sistem pernafasan, pencernaan, peredaran darah dan bahkan aspek spiritual kehidupannya mencerminkan sebuah keharmonisan, seseorang itu tidak lagi berusaha untuk harmonis, melainkan ia adalah perwujudan dari harmoni itu sendiri.


(25)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Aikido adalah olahraga khas Jepang yang berasal dari tradisi masa lampau yang selalu disertai dengan beberapa ritual dan sebagai disiplin beladiri yang terbilang baru dibanding dengan beladiri yang lainnya. Aikido berkembang pesat kemungkinan besar dikarenakan sifat Aikido yang non-agresif yang memang sejalan dengan perubahan iklim sosial dunia yang mulai damai. Aikido merupakan permainan yang bersifat keterampilan fisik yang mengandalkan keharmonisan dan keselarasan setiap gerakan tekniknya. Teknik Aikido yang sederhana memudahkan Aikido untuk dipelajari. Aikido tidak mengandalkan senjata ataupun kekuatan belaka, sebaliknya kita menempatkan diri kita selaras dengan alam semesta dan Aikido adalah cara untuk dapat mengendalikan agresi tanpa menciderai.

Aikido mengajarkan bahwa musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri dan salah satu yang lebih dasar dan lebih penting adalah belajar mengendalikan diri. Mengontrol diri adalah kunci untuk mencapai dan mempertahankan harmoni. Mempertahankan keseimbangan batin diperlukan untuk menyelaraskan harmoni dan kemenangan sejati adalah kemenangan tanpa pertempuran. Aikido adalah filosofi yang sarat akan kebaikan dalam menjalani kehidupan. Aikido adalah perwujudan dari penyatuan langit, bumi dan manusia, ini adalah sebuah kebenaran yang baik dan indah. Aiki berfungsi dalam segala hal dimuka bumi ini, dari ruang


(26)

angkasa nan luas hingga tumbuhan dan hewan terkecil. Dengan Aikido kita dapat menghubungkan diri kita dengan kekuatan besar alam semesta ini.

4.2. Saran

Setelah membaca secara keseluruhan sejarah salah satu seni beladiri yang ada di Jepang yaitu Aikido, penulis mengaharapkan karya tulis ini dapat membantu kita mengenali olahraga Aikido. Dan filosofi Aikido untuk beladiri sekaligus Aikido sebagai cara untuk melihat dan menjalani kehidupan, serta kita bisa mengambil nilai-nilai kebaikan dari beladiri tersebut.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Yosy Revaleo, Psi. 2014. Belajar Aikido: Beladiri atau filosofi hidup?. Pancoran Mas, Depok-Indonesia:

Wisda Wulandari Napitupulu. 2006. Penyusunan Kertas Karya Program Study D3 Bahasa Jepang. Medan: Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara. Yamamoto. 1994. Japan Profil of a Nation. Tokyo: Kondasya.


(1)

sambutlah apapun yang diberikan/dihadapkan kepada kita, jangan bersikap pasif/ menunggu. Dengan menjaga sikap “proaktif menerima” ini, maka kita akan dapat menilai keadaan dengan tepat dan penilaian yang tepat akan membuat keputusan bergerak yang diambil akan tepat, selaras dengan keadaan yang harus dihadapi. Pembahasan lebih lanjut tentang awase, masuk kedalam jenis-jenis awase.

1. Tai no Awase, penyatuan tubuh, atau badaniah. Dilakukan dengan

menyatukan arah tenaga sehingga dua arah tenaga yang memiliki kecenderungan konflik, menjadi searah dan hilang potensi konfliknya.

2. Ki no Awase, penyatuan pada tingkat energi, dimana proses penyatuan

terjadi ditingkat yang lebih halus, dimana energi pikiran (fokus) belum secara penuh terealisasi dalam bentuk tenaga fisik.

3. Shin no Awase, atau penyatuan hati, dimana seseorang telah mampu

menyatukan hatinya dengan orang lain, menempatkan hatinya sedemikian rupa sehingga keinginan berkonflik lawannya hilang.

3.2.2.Musubi

Musubi/musubu yang artinya terikat atau keterikatan, pada hakikatnya dalam sebuah kesatuan, komponen-komponennya akan terikat satu sama lain, ikatan ini memungkinkan terjalinnya hubungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam keadaan harmonis.

Dalam kondisi alamiahnya musubi/keterikatan dari tiap-tiap komponen dialam semsta ini terjaga dengan harmonis disebabkan keberserahan-diri terhadap hukum Sang Pencipta yang berlaku.


(2)

Manusia-lah yang seringkali menjadi sumber ketidakharmonisan dialam ini, dikarenakan sifat manusia yang egois hubungan yang harmonis bisa berubah menjadi sebuah berntuk pemaksaan kehendak yang pada akhirnya hanya akan membawa ketidakseimbangan dan kehancuran bagi seluruh komponen alam termasuk dirinya sendiri.

Inilah sebabnya manusia lewat Aikido kembali belajar, melatih dirinya untuk dapat menjaga ikatan yang harmonis dengan dirinya, sesamanya, makhluk ciptaan yang lain dan Sang Pencipta.

3.2.3. Nagare

Arti kata nagare adalah mengalir, dalam konteks aikigenri, pemahamannya adalah jika sesuatu benda itu menyatu dan memiliki keterikatan yang kuat satu sama lain, akan dengan sendirinya bergerak tanpa bergesekan/friksi atau benturan satu dengan yang lainnya, atau dalam arti kata lain: bergerak mengalir.

Dari segi latihan Aikido secara teknis, jika seseorang dalam bergerak telah dapat melakukan awase (penyatuan) dengan benar dan menjaga musubi (keterikatan) dengan partnernya, maka dengan sendirinya gerak yang dilakukan oleh si nage dapat lebih bebas dan tidak akan menimbulkan friksi dengan uke,


(3)

Dalam kondisi nagare, kondisi hati dapat digambarkan bergerak layaknya air yang mengalir mencapai tujuannya dengan cara senantiasamenyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi, tetap terarah pada tujuan awal namun tidak memaksakan kehendak, tidak mengantisipasi keadaan, tidak juga terlambat beradaptasi, faktor gerak badaniah pada tingakatan ini menjadi tidak signifikan, bisa tetap ada, bisa juga tidak.

3.2.4. Takemusu Aiki

Jika dalam sebuah proses keselarasan semua komponennya telah dapat menyatu, terikat erat, dan bergerak mengalir sebagai satu kesatuan, tidak konflik satu sama lain, niscaya keharmonisan hubungan antara komponen-komponen itu akan terwujud dalam bentuk yang hampir tidak terbatas.

Sebagai gambaran saja bahwa pada saat seseorang sampai pada tahap Takemusu Aiki maka tidak lagi harmonis itu terlihat hanya pada teknik yang dilakukannya, melainkan sikap sehari-harinya, tindak-tanduk perilakunya, dari gerak-gerik yang terlihat, hingga yang tidak terlihat, seperti kerja sistem pernafasan, pencernaan, peredaran darah dan bahkan aspek spiritual kehidupannya mencerminkan sebuah keharmonisan, seseorang itu tidak lagi berusaha untuk harmonis, melainkan ia adalah perwujudan dari harmoni itu sendiri.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Aikido adalah olahraga khas Jepang yang berasal dari tradisi masa lampau yang selalu disertai dengan beberapa ritual dan sebagai disiplin beladiri yang terbilang baru dibanding dengan beladiri yang lainnya. Aikido berkembang pesat kemungkinan besar dikarenakan sifat Aikido yang non-agresif yang memang sejalan dengan perubahan iklim sosial dunia yang mulai damai. Aikido merupakan permainan yang bersifat keterampilan fisik yang mengandalkan keharmonisan dan keselarasan setiap gerakan tekniknya. Teknik Aikido yang sederhana memudahkan Aikido untuk dipelajari. Aikido tidak mengandalkan senjata ataupun kekuatan belaka, sebaliknya kita menempatkan diri kita selaras dengan alam semesta dan Aikido adalah cara untuk dapat mengendalikan agresi tanpa menciderai.

Aikido mengajarkan bahwa musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri dan salah satu yang lebih dasar dan lebih penting adalah belajar mengendalikan diri. Mengontrol diri adalah kunci untuk mencapai dan mempertahankan harmoni.


(5)

angkasa nan luas hingga tumbuhan dan hewan terkecil. Dengan Aikido kita dapat menghubungkan diri kita dengan kekuatan besar alam semesta ini.

4.2. Saran

Setelah membaca secara keseluruhan sejarah salah satu seni beladiri yang ada di Jepang yaitu Aikido, penulis mengaharapkan karya tulis ini dapat membantu kita mengenali olahraga Aikido. Dan filosofi Aikido untuk beladiri sekaligus Aikido sebagai cara untuk melihat dan menjalani kehidupan, serta kita bisa mengambil nilai-nilai kebaikan dari beladiri tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Yosy Revaleo, Psi. 2014. Belajar Aikido: Beladiri atau filosofi hidup?. Pancoran Mas, Depok-Indonesia:

Wisda Wulandari Napitupulu. 2006. Penyusunan Kertas Karya Program Study D3 Bahasa Jepang. Medan: Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara. Yamamoto. 1994. Japan Profil of a Nation. Tokyo: Kondasya.