bebas memiliki kemampuan untuk melepaskan ikatan rangkap pada monomer vinil, misalnya metil metakrilat.
CH2=C CH
3
-CO-O-CH
3
Gambar II.2 Rumus molekul Metilmetakrilat
Tahapan yang dilalui dalam polimerisasi adisi yaitu mekanisme radikal bebas diawali oleh proses inisiasi, yaitu tahap pembentukan radikal bebas, yang dilanjutkan
dengan tahap propagasi, dimana monomer yang telah bereaksi dengan radikal bebas bereaksi dengan molekul lain sehingga terjadi perpanjangan rantai. Tahap terakhir adalah
tahap terminasi , dimana tahapan reaksi dari polimerisasi adisi berakhir dengan cara dismutasi atau kombinasi.
II.2 Zat Aktif Permukaan Surfaktan
Zat aktif permukaan adalah zat yang mempunyai struktur karekteristik terdiri dari grup struktural yang memiliki daya tarik yang sangat kecil terhadap air, yaitu gugus
hidrofob dan grup struktural yang memiliki daya tarik yang sangat kuat terhadap air yaitu gugus hidrofil [2]. Struktur ini dikenal dengan istilah struktur ampipatik. Struktur
amfipatik dan surfaktan akan menyebabkan pengkonsentrasian surfaktan pada permukaan dan penurunan tegangan permukaan larutan, selain itu menyebabkan orientasi molekul
pada permukaan dimana grup hidrofilik akan berada difasa air dan grup hidrofobik terorientasi menjauh ke arah luar.
Bergantung kepada keadaan grup hidrofilik, surfaktan diklasifikasikan sebagai berikut:
a Anionik, bagian aktif permukaan mengandung muatan negatif misalnya Sodium
lauril sulfat, Sodium dodesil benzena sulfonat, dan Sodioum lauril ester sulfat. b
Kationik, bagian aktif permukaan mengandung muatan positif misalnya benzalkonium klorida
c Zwitter ion, bagian aktif permukaan mengandung muatan negatif dan positif
misalnya sulfobetaine. d
Non ionik, bagian aktif permukaan tidak bermuatan ionik misalnya polioksietilena alkil fenol.
II.3 Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan di dalam air dengan
perubahan surfaktan untuk membentuk suatu produk polimer emulsi yang bisa disebut lateks[3]. Lateks didefinisikan sebagai dispersi koloidal dari partikel polimer dalam
medium air. Bahan utama di dalam polimerisasi emulsi selain dari monomer dan air adalah surfaktan , inisiator dan zat pengalih rantai.
Air adalah salah satu bahan utama dalam polimerisasi emulsi. Sebagai fasa kontinue, sekalipun bersifat inert, air berfungsi untuk menjaga proses berlangsung dalam
viskositas yang rendah dan sebagai sarana transfer panas yang baik. Air bertindak juga sebagai medium untuk mengubah bentuk monomer dari tetesan monomer menjadi
partikel polimer, tempat dekomposisi inisiator dan pembentukan oligomer dan sebagai medium dari proses pertukaran dinamis surfaktan dari fasa satu ke fasa lain.
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
3
Surfaktan dalam hal ini bertindak sebagai pengemulsi berperan dalam penyediaan kedudukan untuk nukleasi partikel serta berfungsi sebagai penstabil koloid dari partikel
yang sedang tumbuh sebagai hasil dari adsorpsi surfaktan pada antar muka partikel air. Kebayakan proses polimerisasi emulsi menggunakan surfaktan non ionik seperti sodium
lauril sulfat walaupun demikian surfaktan non ionik dan kationik dapat juga digunakan untuk keperluan tertentu.
Pada awal reaksi surfaktan membentuk agregat yanig terdiri dari 50-100 molekul yang disebutt misel, sebagian monomer memasuki misel dan sebagian besar lainnya ada
dalam bentuk tetesan dalam air dengan ukuran mikrometer yang digambarkan dalam gambar 2.3 . Dalam pendekatan yang ideal tidak ada polimer yang terbentuk dalam
tetesan monomer. Mula-mula polimer terbentuk dalam misel dan bersamaan dengan itu misel tumbuh dengan penambahan monomer yang disuplai dari tetesan monomer pada
fasa air.
Segera setelah proses polimerisasi berlangsung 2-3, partikel polimer tumbuh lebih besar dari ukuran misel awal dan mengabsorpsi hampir semua surfaktan dari fasa
air. Polimerisasi berlanjut dalam partikel polimer yang telah terbentuk. Tetesan monomer dalam keadaan ini tidak stabil dan jika pengadukan dihentikan tetesan-tetesan akan
bergabung membentuk fasa minyak yang tidak mengandung polimer. Tetesan-tetesan bertindak sebagai gudang penyedia monomer, yang tetesan tersuplai kepada partikel
polimer yang sedang tumbuh dengan difusi melalui fasa air. Partikel-partikel dapat mengandung sekitar 50 monomer pada saat dimana tetesan monomer habis setelah
polimerisasi berlangsung 60-80.
Gambar II.3 Struktur ideal dari misel surfaktan a dan Tanpa dengan monomer tersolubilisasi b
II.4 Massa Molekul Rata-rata Polimer