TRAUMA KIMIA KERANGKA TEORI

Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. merupakan salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan yang pada awalnya kornea mengalami inflamasi setelah terjadinya trauma tumbuhan pada mata umumnya dan kornea khususnya. 10 Pada penelitian yang dilakukan di Aravind Eye Hospital India terdapat sekitar 56 trauma mata yang disebabkan oleh padi dan tebu. Selanjutnya pada penelitian yang berbeda ditemukannya kultur yang positip pada ulkus kornea yang spesimennya ditemukan berupa golongan bakteri dan jamur pada 297 orang penderita yang mengalami trauma pada mata. 10

B. TRAUMA KIMIA

Trauma kimia pada daerah luar dari mata adalah merupakan masalah yang sering ditimbulkan. Dua pertiga luka bakar pada mata dapat ditemukan di lingkungan kerja dan sebahagian di lingkungan rumah tangga. Bahan kimia bermacam – macam, sehingga sifatnyapun bermacam – macam. Pada garis besarnya bahan kimia ini dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu : bahan kimia yang bersifat basa dan bahan kimia yang bersifat asam. 10-17,19,20 Trauma kimia pada mata ini dua kali lebih sering pada bahan kimia yang bersifat basa dibandingkan bahan kimia yang bersifat asam. Bahan kimia yang bersifat basa ini lebih sering pada bahan – bahan seperti : amoniak, sodium hydroxide dan kapur. Sementara bahan yang bersifat asam dapat berupa : sulphuric, sulphurous, hydrofluoric, acetic, dan chromic. Beratnya keadaan dari trauma kimia ini sangat berhubungan dengan jenis bahan kimia yang terkontaminasi, lesi pada ocular dan lamanya bahan kimia itu yang mengenai lesi tersebut. Bahan Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. kimia yang bersifat basa biasanya penetrasinya lebih dalam di bandingkan bahan kimia yang bersifat asam yang mana koagulasi permukaan protein akan dihasilkan di dalam protektiv barrier. 11 Keadaan ini sering menimbulkan iritasi yang bersifat ringan sampai dengan berat.Selain itu, trauma kimia ini juga dapat menyebabkan destruksi yang komplit pada permukaan epithelium okuli, kekeruhan kornea, hilangnya penglihatan, dan kadang – kadang hilangnya mata dari si korban. 10-17.,19,20 Bentuk – bentuk zat kimia dapat berupa padat, cair, tepung, asap atau uap. Trauma kimia sering terjadi di rumah, yang disebabkan oleh deterjen, desinfektan, kosmetik, dan lain – lain. Trauma kimia yang terjadi di industri biasanya disebabkan oleh zat – zat kimia keras dan bahan pelarut. Beratnya trauma kimia tergantung pada pH, volume dan lamanya kontak, serta sifat toksik dari bahan kimia tersebut. 10-17,19,20 Bahan kimia yang bersifat asam pada kadar yang rendah akan menurunkan kekentalan protoplasma, kemudian terjadi penggumpalan. Hal ini memberikan gambaran klinis sebagai iritasi. Bahan kimia asam dengan kadar yang tinggi atau asam kuat dapat terjadi denaturasi dan penggumpalan protein sampai terjadi pembentukan asam proteinat. Gambaran klinisnya berupa kerusakan yang korosif. Protein yang mengalami denaturasi bersifat irreversible, sehingga penetralan dengan alkali tidak akan memperbaiki kerusakan pada jaringan. Kerusakan karena asam bersifat tidak progresif. Prosesnya segera tertahan karena adanya protein yang menggumpal. Kerusakan yang segera terjadi akan terhenti, sehingga prognosanya bisa diramalkan. Oleh karena itu trauma bahan kimia basa lebih berbahaya dari bahan kimia asam. 10-15,17,19,20,21 Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. Pada bahan kimia basa mekanisme kerusakan adalah terjadinya garam alkali proteinat yang menyerupai gel. Kecuali itu basa juga bereaksi dengan lemak dan membentuk sabun, sehingga merusak dinding sel dan menambah daya penetrasinya, sehingga bias terjadi nekrosis yang total. Juga karena sifat hygroskopis basa, maka air jaringan akan keluar sehingga proses nekrosis akan bertambah cepat. Trauma karena bahan basa akan meluas dengan cepat, aksinya terus berlangsung dan efeknya sukar dihentikan. Kerusakan kornea biasanya akan terjadi pada pH 11,5. Pada konjungtiva dapat terjadi edema dan nekrosis dengan cepat, sekret yang mukopurulen kemudian proliferasi jaringan yang fibrosa dan terjadi simblepharon. Pada kornea terjadi disintegrasi dan pengelupasan epitel, edema, oedem stroma sehingga menyebabkan infiltrasi, fibrosis, vaskularisasi dan kekeruhan, selanjutnya cenderung mengalami ulserasi kemudian terjadi proliferasi endotel. Pada iris terjadi inflamasi berat dan granulasi. Adanya nekrosis pada daerah limbus dapat melanjut ke trombosis yang luas dan nekrosis iskemik. Stadium terakhir terjadi staphyloma kornea, katarak, glaukoma sekunder dan atropi bulbi. 10-15,17,19,21 Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. Tingkatan luka bakar yang disebabkan trauma kimia pada bola mata. 10 Grade Perubahan pada Kornea Perubahan pada Konjungtiva Prognosa Penglihatan I Kerusakan hanya pada lapisan ephitel Khemosis + Iskhemik - Baik II Kornea keruh tetapi iris masih jelas Terlihat Kongesti + Khemosis + Iskhemik kurang dari 1 3 limbal Konjungtiva Baik III Kehilangan lapisan ephitel secara menyeluruh, stroma keruh dan iris tidak dapat dinilai Iskhemik 13 sampai dengan 12 limbal konjungtiva Tidak dapat di nilai IV Opaq, iris dan pupil tidak dapt dilihat Iskhemik dan nekrosis lebih dari 1 2 limbal konjungtiva Buruk TRAUMA TERMIS Biasanya disebabkan oleh api atau air panas. Meskipun trauma thermis pada wajah dan periorbital sering terjadi, trauma thermis langsung pada mata sendiri relatif jarang. Karena cepatnya reflek kelopak mata menutup. Sebagian besar trauma thermal merusak kelopak mata, bulu mata. Alis dan kulit sekitarnya. Pada kasus – kasus yang berat dapat mempengaruhi konjungtiva ataupun kornea. 10,17 TRAUMA ELEKTRIK Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Arus listrik yang kuat dapat menyebabkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. pada iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis dan katarak dapat terjadi 2 – 4 bulan setelah trauma. 10,20 TRAUMA RADIASI Jenis radiasi yang sering menyebabkan trauma pada pada mata adalah radiasi ultraviolet UV , infra red, dan ion. Epithel kornea mudah terkena radiasi UV. Gejala timbul beberapa jam setelah terpapar, sel – sel epithel kornea akan terlepas. Meskipun sangat sakit, sel – sel epithel kornea ini biasanya akan sembuh sendiri dalam 24 jam. 17 Penyebab tersering trauma UV pada mata adalah tidak adanya perlindungan terhadap penyinaran lampu yang berkekuatan tinggi, pekerjaan mengelas dan terpapar sinar matahari yang lama diluar rumah. Kelainan macula yang dapat timbul karena langsung menatap sinar matahari disebut solar retinopati. Selain itu, sinar UV ini juga dapat menyebabkan photo-opthalmia, dan merupakan factor pencetus untuk terjadinya katarak senilis. 10,17 Keluhan berupa skotoma sentral, kromatopsia, matamorpopsia dan nyeri kepala. Sinar las yang terlalu lama dapat juga menyebabkan kelainan pada makula sehingga dapat menimbulkan penurunan penglihatan dengan skotoma sentral, defek lapangan pandang perifer yang kosentrik. 17 Terpapar sinar radiasi ion sangat berhubungan dengan ledakan nuklir, X–ray dan radioisotope.Sinar X dan sinar laser dapat pula menyebabkan makulopati seperti sinar las dan sinar matahari. Radiasi ion pada mata dapat menyebabkan oedem, kemosis pada konjungtiva maupun kornea keratokonjungtivitis radiasi , dermatitis Kaherma Sari : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Langkat, 2010. radiasi pada kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada tahap lanjut juga dapat menyebabkan katarak radiasi. 10,17

2.2 STRUKTUR GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KABUPATEN LANGKAT.