BAB III PERANAN RELIGI DALAM MEMODERNISASIKAN JEPANG
PERIODE RESTORASI MEIJI
3.1 Pendidikan
Salah satu jalan yang dianggap menjadi dasar kemajuan dan kemakmuran bangsa adalah pendidikan. Hal ini pulalah yang terjadi di
Jepang. Pendidikan berkembang pesat sejak lahirnya Restorasi Meiji. Masyarakat Jepang sadar betul akan arti pendidikan. Oleh karena itu, sejak
awal pengenalan pendidikan Barat, relatif tidak ada masalah dalam menggugah masyarakat Jepang untuk sekolah. Sejak proses modernisasi
mulai berjalan, diskriminasi dalam masyarakat secara formal dapat dihapuskan yang imbasnya sampai pada bidang pendidikan yakni setiap
orang diberi kesempatan yang sama untuk belajar. Pada dasarnya, penekanan pendidikan di Jepang telah dimulai pada
masa feodalisme Tokugawa. Dengan mereguk semangat dari ide-ide Cina yang menekankan pentingnya membaca dan mempelajari buku, maka pada
babakan Tokugawa akhir, Jepang sesungguhnya telah menghasilkan ”melek huruf” dan lembaga pendidikan yang melampaui Cina dan Korea.
Pada masa itu, pembelajaran banyak dilakukan melalui pemberian pelajaran tersendiri, tetapi pada pertengahan abad ke-19 sebagian besar
xxvi
Universitas Sumatera Utara
daerah-daerah feodal mempunyai sekolah-sekolah resmi untuk pemuda samurai mereka. Terdapat lebih dari seribu akademi swasta yang
menerima rakyat jelata maupun
samurai dan ada puluhan ribu lembaga desa yang dikenal sebagai terakoya yang memberikan mata pelajaran dasar membaca,
menulis, dan berhitung, serta pendidikan budi pekerti. Hingga pada saat itu pertengahan abad ke-19 disebutkan bahwa presentase penduduk yang melek
huruf adalah kira-kira 45 persen kaum pria dan 15 persen kaum wanita- angka- angka yang tidak jauh di bawah angka –angka negara Barat yang termaju ketika
itu manusia Jepang, 1982. Tetapi pendidikan yang teratur dan modern baru dimulai dalam Restorasi Meiji.
Para pemimpin Restorasi Meiji menyadari bahwa Jepang tidak akan mungkin mengejar ilmu pengetahuan dan Teknologi Barat kalau pendidikan
melalui sekolah tidak diorganisasikan dan diselenggarakan dengan luas dan teratur. Oleh sebab itu, pada tahun 1871 – tahun keempat sejak berdirinya
pemerintahan baru – dibentuklah kementrian pendidikan. Lalu, pada tahun berikutnya 1872 dibuat suatu rencana ambisius untuk suatu sistem sekolah
yang sangat terpusat dan seragam berdasarkan model Perancis dan bertujuan mencapai tingkat melek huruf bagi umum. Sejak itu, ditetapkan kewajiban
belajar bagi seluruh rakyat selama 4 tahun. Bukan tugas yang mudah untuk menjadikan rencana itu suatu kenyataan, mengingat Jepang pada saat itu tidak
mempunyai cukup guru, gedung sekolah, atau dana. Tetapi karena adanya tekad untuk melaksanakannya, maka lambat laun pelaksanaan ketetapan itu berjalan
semakin baik. Maka pada tahun 1907 pendidikan mulai dilembagakan seperti
xxvii
Universitas Sumatera Utara
sistem yang berlaku di Jerman atau Perancis, yakni sistem 6-5-3-3 tahun. Artinya, 6 tahun pendidikan dasar yang bersifat campuran koedukasional yang
pada tahun itu juga diwajibkan dan seluruhnya cuma-cuma. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan memperoleh pengajaran secara bersama, tidak ada
diskriminasi dalam pelajaran yang diberikan. Di atas sekolah dasar ada satu sistem yang bersifat elit : sekolah menengah pertama 5 tahun, terpisah untuk
anak laki-laki dan anak perempuan. Pendidikan menengah atas sekolah menengah atas 3 tahun yang terbatas untuk anak laki-laki saja yang dapat
dipersamakan dengan Gymnasium Jerman atau Lycee Perancis. Lalu, pendidikan unicersitas 3 tahun. Di samping itu, ada macam-macam kursus keahlian.
Pendidikan menengah yang 5 tahun itu tidak perlu ditempuh sepenuhnya, apabila seseorang hendak melanjutkan pendidikannya lebih tinggi. Misalnya saja
seseorang yang akan sekolah ke universitas dapat menyelesaikan pendidikan menengah atas higher education 3 tahun dan universitas 3 tahun. Dan orang
yang hendak masuk pendidikan teknis atau guru cukup menyelesaikan 3 tahun pendidikan menengah.
Seluruh sistem dijalankan dengan tegas dan seragam. Disinilah terciptanya masa melek huruf prajurit, buruh dan wanita rumah tangga, keahlian
teknik tingkatan menengah yang memadai – aspek pendidikan yang tidak cukup dihargai oleh banyak negara modern – dan sejumlah kecil pemuda yang sangat
berbakat muncul dari universitas-universitas untuk menduduki posisi-posisi pimpinan dalam pemerintahan dan masyarakat. Bagian terbesar dari pendidikan,
termasuk seluruh inti pusatnya, berada dalam tangan pemerintah. Ada sekolah-
xxviii
Universitas Sumatera Utara
sekolah misionaris Kristen dan beberapa lembaga agama Budha atau swasta lainnya, terutama pada tingkatan sekolah menengah dan sekolah teknik atas, dan
sekolah-sekolah Kristen penting fungsinya dalam pendidikan wanita, tetapi sekolah - sekolah yang lain ini hanyalah tambahan pada sistem tersebut.
Pada tingkatan teratas terdapat Universitas Tokyo. Ini muncul sebagai gabungan dari 3 sekolah shogun yang diwarisi dari masa Tokugawa – sebuah
akademi Kong Fu Tse kemudian dihapuskan, fakultas kedokteran dan fakultas pengetahuan asing – yang setelah mengalami beberapa reorganisasi diberi nama
Universitas Tokyo dalam tahun1877, dan akhirnya Universitas Kekaisaran Tokyo dalam tahun 1886.
Pemerintah membentuk Universitas Kekaisaran satu demi satu. Misalnya, Universitas Kyoto dalam tahun 1897, Tohoku di Sendai dalam tahun 1907,
Hokkaido di Sapporo dalam tahun 1918, dan seterusnya. Seiring dengan itu, berkembang pula lembaga-lembaga pendidikan swasta. Yang paling tua dan
paling terkenal diantaranya adalah Keio dan Waseda. Keio tumbuh dari sebuah akademi yang didirikan sebelum Restorasi Meiji oleh Fukuzawa Yukichi – tokoh
besar yang sangat mempopulerkan pengetahuan Barat – dan Waseda didirikan dalam tahun 1882 1882 oleh Okuma- yang didepak dari oligarki yang berkuasa
pada tahun sebelumnya. Juga terdapat Universitas swasta besar lainnya, seperti Meiji, Nihon, dan Chuo yang tumbuh dewasa sekitar peralihan abad ini,
pertama-tama untuk mengajarkan ilmu hukum modern. Kelima lembaga swasta ini dan banyak lagi yang lain, sebagian besar bertempat di Tokyo.
xxix
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu itu universitas negeri kekaisaranpemerintah belum dapat memenuhi keperluan untuk menampung para lulusan Sekolah Lanjutan Atas,
maka peranan universitas swasta dalam membentuk manusia Jepang yang diperlukan dalam modernisasi berbagai aspek kehidupan, amatlah besar. Maka
yang perlu menjadi perhatian dari mobilitas perkembangan universitas- universitas swasta seperti Keio, Waseda, Meiji dan lain-lain adalah bagaimana
mereka dapat mencapai mutu yang sesuai dengan universitas negeri dan bagaimana memelihara mutu itu. Ternyata, selain mengadopsi sistem
pendidikan, mula-mula mereka juga banyak menggunakan tenaga pengajar dari Eropa dan AS, yaitu sebelum membentuk tenaga pengajar Jepang sendiri.
Karena pendiri universitas swasta, seperti Fukuzawa Yukichi, yang mendirikan universitas Keio, tidak mau tergantung pada kesediaan tenaga pengajar dari
universitas pemerintah semata-mata. Jadi, universitas swasta harus membentuk tenaga pengajar sendiri, maupun dari para lulusan universitas pemerintah yang
bersedia melepaskan hubungannya dengan pemerintah. Kegiatan pendidikan di Jepang pasca Restorasi Meiji inipun terus
bergerak maju. Stabil dan dinamis. Artinya, pendidikan selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman,
bahkan berusaha menyongsong zaman yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan di Jepang menjalankan salah satu fungsinya dengan baik yang
disamping menghasilkan lulusan, juga memberi pengaruh positif terhadap pembangunan mayarakat. Akibatnya, secara berangsur-angsur menaikkan
kedudukan internasionalnya serta tumbuh sebagai negara modern yang sesuai
xxx
Universitas Sumatera Utara
dengan harapan mereka di awal Restorasi Meiji, yakni menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa Eropad dan Amerika.
3.2 Politik