Peran, Fungsi Serta Tugas Advokat

untuk menyelesaikan sengketa diperlukan kembali dengan prinsip cepat, tepat, dan biaya lebih murah dengan putusan lebih memenuhi rasa keadilan bagi para pihak. 17 Oleh karena itu, pembicaraan advokat dalam perspektif sejarah Islam tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan hukum Islam itu sendiri yang mengikuti geraknya masyarakat pada waktu itu. Nabi Muhammad SAW. Sebagai figur tunggal yang sangat dipercaya telah memberikan contoh bagi umat, tentang bagaimana beliau menyelesaikan sengketa dengan cara yang dapat di terima oleh semua pihak tanpa menimbulkan keraguan dan penyesalan. Demikian juga pada masa sahabat yang mengikuti langkah-langkah Rasulnya yang telah menerapkan lembaga pemberian jasa hukum ini dengan sebaik-baiknya sehingga keutuhan umat tetap terjaga setiap sengketa dapat diselesaikan secara tuntas dengan memenuhi keadilan. Apabila diperhatikan dari jalannya sejarah perkembangan pemberian bantuan jasa hukum, dapat disimpulkan bahwa masalah yang timbul pada masa itu sesungguhnya sangat kompleks. Yuridiksi pemberian jasa hukum tidak hanya berkaitan dengan perkara bisnis saja, tetapi menyangkut masalah kelurga, politik, perdagangan dan peperangan. Fenomena ini menjadi lapangan dan harapan advokat yang sangat luas dan banyak peluang untuk lembaga jasa hukum yang sesuai dengan perkembangan masalah dan kebutuhan umat di masa sekarang dan mendatang.

C. Peran, Fungsi Serta Tugas Advokat

17 Ibid, Hal. 38. Sebagaimana di ketahui Indonesia merupakan Negara berperinsif hukum dan bukan atas kekuasaan belaka sehingga hukum dijadikan sebagai panglima dalam berkehidupan kebangsaan. Perinsif Negara hukum menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum tanpa memandang dari mana suku, agama, ras, ideology dan warna kulitnya. Oleh karena itu konstitusi telah menentukan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum. Oleh sebab itulah advokat harus menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan perlindungan dan kepastian hukum, advokat di tuntut untuk membela kepentingan rakyat tanpa keberpihakan pada ketidak benaran dan keadilan. Pembelaan pada semua orang termasuk juga kepada pakir miskin. Berbicara mengenai pembelaan hukum terutama bentuan hukum secara Cuma-Cuma, Indonesia mencatat kontribusi signifikan yang di berikan advokat. Menurut penelitian, keterlibatan advokat dalam bantuan hukum Cuma-Cuma sebagian besar mengaku pernah memberikan bantuan hukum Cuma-Cuma dan hanya sebagian kecil saja yang mengatakan tidak pernah. Sebagian besar alasan advokat memberikan jasa hukum secara Cuma-Cuma dilatar belakangi oleh alasan-alasan tanggung jawab moral dan pertimbangan kemanusiaan semata. Selain kondisi ekonomi klien lemah dan tuntutan profesi yang memiliki aspek muatan sosial. 18 18 Binziad Kadfi, dkk, Advokat Indonesia Mncari Legitimasi, Jakatrta: Pusat setudi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002, h. 177-178. Sedangkan menurut Bagir Manan, advokat selain membentuk hakim mengungkap fakta yang benar dan menemukan hukum yang tepat agar hakim dapat memutus secara benar dan adil, sekaligus advokat juga bisa dijadikan penyedia jasa hukum yang berperkara atau sering disebut klien. 19 Sebagai fasilitator dalam memberi jasa hukum advokat hanya berkaitan dengan urusan kepentingan klien. Dimana kepentingan klien tidak semata-mata kepentingan hukum, tetapi juga kepentingan lain seperti sosial, ekonomi yang bertalian dengan persoalan hukum yang dihadapi. Seorang advokat tidak mencari, dan membentuk klien dalam suatu proses hukum, tetapi juga memberi dan menemukan jalan penyelesaian lebih mudah, lebih sederhana yang dapat melindungi reputasi termasuk menghindarkan atau mencegah klien berperkara secara berkepanjangan. Dengan kata lain jasa hukum sebagai profesi advokat, bukan saja membantu klien berperkara tetapi juga membantu untuk menghindari atau tidak berperkara. 20 Tak sampai disitu saja, peran dan fungsi advokat juga berpengaruh terhadap kesuksesan persidangan. Karena menurut penelitian, bahwa proses penjadwalan persidangan kompromistik oleh advokat, membuat hakim merasa terbantu akan 19 Bagir Manan, “Peran advokat dalam penataan peradilan, “suara Uldilag II, No.4 Februari 2004: h.4. 20 Ibid, H. 6. keberlangsungan persidangan. Kerena dengan begitu penjadwalan akan terlihat disiplin sesuai dengan apa yang di sanggupi dalam kompromi sebelumnya. 21 Kemudian peran dan fungsi advokat dalam penyelesaian perkara sangat meringankan beban seorang hakim. Maksudnya, beracara diperadilan sangat membutuhkan pengetahuan seseorang tentang hukum materil dan formil. Jika saja seorang warga buta hukum mengajukan suatu perkara hukum, dewan hakim tidak jarang sangat disibukkan untuk mengarahkan bagaimana caranya membuat berkas tuntutan yang benar. Tak jarang berkas-berkas perkaranya harus di revisi berulang- ulang akibat ketidak jelasan inti permasalahan. Bahkan penghadiran para saksi yang tidak tepat untuk memberikan keterangan bukti tentang duduk perkara yang dipermasalahkan tidak jarang menjadi dilema besar. Tentunya dengan kejadian tersebut, bisa memperpanjang waktu penyelesaian perkara, juga membengkakan biaya yang harus dikeluarkan, terlebih lagi dewan hakim pun harus menguras tenaga ekstra menunda sidang berkali-kali akibat yang berperkara tidak memenuhi syarat. 22 Sehingga dapat disimpulkan advokat memiliki peran diantaranya, yaitu : 23 Pertama , mempercepat penyelesaian administrasi persidangan di pengadilan, Kedua, membantu mengahdirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai jadwal 21 Noryamin Aini, “Penggunaan jasa pengacara dalam kasus penceraian : studi kasus di PA Jaksel, “ AHKAM VI, No 14 2004: h. 221-222. 22 Ibid, H 222. 23 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartani, Advokat dalam Perspektif dan Hukum Positif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, h, 70. persidangan. Ketiga, memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan duduk perkara dan posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau gugatan atau menerima putusan pengadilan. Keempat, mendampingi para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama misalnya, sehingga yang didampingi merasa terayomi keadilannya. Kelima, mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses sidang lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangan. Keenam, dalam memberikan bantuan hukum, sebagai advokat profesional tetap menjunjung tinggi sumpah advokat, kode etik profesi dalam menjalankan peran sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sedangkan fungsi advokat, yaitu diantaranya: 24 pertama, sebagai pengawal konstitusi dan memperjuangkan tegaknya hak asasi manusia dalam Negara hukum Indonesia. Kedua, menjunjung tinggi serta mengutamankan nilai keadilan, kebenaran dan moralitas sesuai apa yang menjadikan advokat sebagai profesi yang terhormat offecium nobile. Ketiga, berfungsi sebagai pemberi nasehat hukum, klien hukum, konsultan hukum, pendapat hukum, pemberi informasi hukum serta membantu dalam penyusunan kontrak-kontrak legal Drafting. Keempat, membela kepentingan klien dan mewakilinya dalam proses pengadilan. Kelima, memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma atau sukarela kepada rakyat lemah dan tidak mampu legal aid. 24 Ibid, h. 85-86. Tugas adalah kewajiban, sesuatau yang wajib dilakukan atau ditentukan untuk dilakukan. Tugas advokat berarti suatu yang wajib dilakukan oleh advokat dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakatkliennya. Oleh karena itu, advokat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada negara, masyarakat, pengadilan, klien dan pihak lawannya. Persepsi masyarakat terhadap tugas advokat sampai saat ini masih banyak yang salah paham. Mereka menganggap bahwa tugas advokat hanya membela di pengadilan dalam perkara perdata, pidana dan tata usaha negara di hadapan kepolisian, kejaksaan, dan di pengadilan. Sessungguhnya pekerjaan advokat tidak hanya bersipat litigasi, tetapi mencangkup tugas lain diluar pengadilan bersifat nonlitigasi. 25 Tugas advokat bukanlah merupakan pekerjaan vocation beroep, tetapi lebih merupakan profesi. Karena profesi advokat tidak sekedar bersifat ekonomis untuk mencari nafkah, tetapi mempunyai nilai sosial yang lebih tinggi di dalam masyarakat. Profesi advokat di kenal sebagai profesi mulia officium nobile, karena mewajibkan pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama, budaya, sosial-ekonomi, kaya-miskin, keyakinan politik, gender, dan ideologi. Tugas advokat adalah membela kepentingan masyarakat public defender dan kliennya. Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota masyarakat menghadapai suatu masalah atau problem di bidang hukum. Sebelum menjalankan pekerjaannya, ia harus di sumpah terlebih dahulu sesuai dengan agama dan 25 Ibid, H 84-85. kepercayaannya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya, ia juga harus memahami kode etik advokat sebagai landasan moral. 26 Tugas advokat dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat tidak terinci dalam uraian tugas, karena ia bukan pejabat negara sebagai pelaksana hukum seperti halnya polisi, jaksa dan hakim. Ia merupakan profesi yang bergerak di bidang hukum untuk memberikan pembelaan, pendampingan dan menjadi kuasa untuk dan atas nama kliennya. Ia disebut benteng hukum atau garda keadilan dalam menjalankan fungsinya. 27 Tugas dan fungsi dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Karena keduanya merupakan sistem kerja yang saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya, seorang advokat harus befungsi: 28 a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia; b. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia; c. Melaksanakan kode etik advokat; d. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran; 26 Ibid, hal, 84. 27 Ibid hal. 84-85. 28 Ibid, Hal 85. e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme nilai keadilan dan kebenaran dan moralitas; f. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai profesi terhormat officium nobile ; g. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat advokat; h. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat; i. Menangani perkara-perkara sesuai kode etik advokat; j. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab; k. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan masyarakat; l. Memelihara kepribadian advokat; m. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat antara sesama advokat yang didasarkan kepada kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan, serta saling menghargai dan mempercayai; n. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai wadah tunggal organisasi advokat; o. Memberi pelayanan hukum legal service; p. Memberi nasehat hukum legal advice; q. Memberi konsultasi hukum legal konsultation; r. Memberi pendapat hukum legal opinion; s. Menyusun kontrak-kontrak legal drafting; t. Memberi informasi hukum legal imformation; u. Membela kepntingan klien litigation; v. Mewakili klien di muka pengadilan legal representation; w. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada rakyat lemah dan tidak mampu legal aid. Dengan demikian, seorang advokat dalam membela, mendampingi, mewakili, bertindak, dan memulai tugas dan fungsinya harus selalu memasukkan kedalam pertimbangannya kewajiban terhadap klien, pengadilan, diri sendiri, negara terlebih kepada Allah SWT. Untuk mencari kebenaran dan menegakkan keadilan. Profesi advokat ini akan terpandang mulia di hadapan masyarakat apabila ia sendiri bisa menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemberi jasa hukum kepada masyarakat yang membutuhkan. Terjadinya pergeseran tugas dan fungsi ini dari pemberi bantuan hukum secara prodeo menjadi pemberian jasa hukum profesional mengakibatkan banyak peraktek menyimpang dari para advokat. Dengan prilaku ini, advokat tidak lagi menjadi benteng hukum atau garda keadilan, tetapi secara tidak disadari telah menjadi propokator bidang hukum untuk sebuah kepentingan advokat dalam memanfaatkan kliennya. D . Kode Etik Advokat Kode etik atau sumpah profesi adalah merupakan perangkat moral yang sesungguhnya mesti ada pada semua profesi termasuk di dalamnya profesi advokat. Objek material dari etika adalah moralitas yang melekat pada suatu profesi. Etika dalam perspektif Islam bisa diidentikan dengan akhlakulkarimah. Secara etimologis dapat diartikan sebagai “kebiasaan kehendak”. 29 Kebiasaan yang dimaksud adalah perbuatan dan perilaku yang baik, terukur dan berlangsung terus-menerus. Seseorang yang biasa berbuat adil dalam segala hal, di manapun ia akan selalu berbuat adil yang menjadi akhlak bagi dirinya. Etika mestinya tertanam dalam hati nurani setiap profesi hukum seperti halnya advokat dalam menjalankan perannya, agar selalu berada di jalan yang benar menurut hukum dan bukan benar menurut interest pribadi. Profesi advokat selaku penegak hukum yang sejajar dengan instansi penegak hukum lainnya oleh karena itu, satu sama lainnya harus saling menghargai antara teman sejawat dan juga antara penegak hukum lainnya. Oleh karena itu setiap advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, yang pelaksanaannya di awasi oleh Dewan Kehormatan sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus diakui oleh advokat tanpa melihat dari organisasi profesi yang mana ia berasal dan 29 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Jakrta: Bulan Bintang, tt, Hal. 62. 31 menjadi anggota, yang pada saat mengucapkan Sumpah Profesi-nya tersirat pengakuan dan kepatuhannya terhadap kode etik yang berlaku. Berkaitan dengan kode etik advokat, 30 diartikan sebagai pengaturan tentang prilaku anggota-anggota, baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota organisasi advokat lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan, baik beracara di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Muhammad Sanusi, 31 mendefinisikan kode etik profesi penasehat hukum sebagai ketentuan atau norma yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan seseorang penasehat hukum dalam menjalankan kegiatan profesinya, baik sewaktu beracara di muka pengadilan maupun di luar pengadilan. Secara sistematis, kode etik advokat 32 yang telah disepakati oleh asosiasi atau organisasi profesi itu dibagi dalam ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut : 33 1. Kode Etik yang Berkaitan dengan Sikap, Perilaku, dan Keperibadian Penasehat Hukum Pada Umumnya. 2. Hubungan Penasehat Hukum dengan Kliennya. 30 Ropuan Rambe, Tehnik Praktek Advokat, Jakarta: Grasindo, 2001, Hal. 45. 31 Muhamad Sanusi, Kode Etik Penasehat-Penasehat: Pengertian, Penjabaran, dan Penerapannya, Jakarta: Kompilasi Khusus Advokat AAI, 1997, Hal. 9. 32 Kode etik advokat yang telah disepakati tanggal 4 April 1996 oleh IKADIN, AAI, IPHI 33 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Hal. 89-94. 3. Seorang Penasehat Hukum Harus Menjaga Hubungan Sesama Teman Sejawat. 4. Sikap dan Tindakan Penasehat Hukum dalam Menangani Perkara dan Menghadapi Lawan Perkara. 5. Ketentuan-Ketentuan Lain. Dalam kode etik advokat, selain mengatur hubungan-hubungan sebagaimana disebutkan diatas, juga mengatur ketentuan-ketentuan lain sebagai berikut : a. adanya larangan pemasangan iklan yang semata-mata untuk menarik perhatian, demikian pula pemasangan papan-papan nama dengan ukuran dan bentuk yang berlebihan. b. penasehat hukum harus menunggu permintaan dari klien dan tidak boleh menawarkan jasanya, baik langsung maupun tidak langgung, misalnya broker perkara calo. c. kantor penasehat hukum dan cabangnya di Indonesia tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat yang dapat merugikan kedudukan penasehat hukum, misalnya di rumah atau di kantor seseorang yang bukan penasehat hukum. d. Penasehat hukum dapat menerima pesanan dari seorang wakil yang bertindak atas nama calon klien, tetapi ia harus berusaha supaya berhubungan langsung dengan klien menerima keterangan dari klien sendiri. e. Penasehat hukum tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan penasehat hukum dengan mencantumkan namanya di papan nama kantor penasehat hukum atau mengizinkan orang yang bukan penasehat hukum itu untuk memperkenalkan dirinya sebagai penasehat hukum. f. Penesehat hukum tidak dibenarkan mengizinkan karyawan- karyawannya yang tidak mempunyai kompetensi untuk mengurus perkara sendiri, memberi nasehat kepada klien dengan lisan atau tulisan. g. Penasehat hukum tidak dibenarkan melalui media masa mencari publikasi bagi dirinya atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakanya sebagai penasehat hukum mengenai perkara-perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip- prinsip hukum yaitu yang wajib diperjuangkan oleh setiap penasehat hukum. h. Nama seorang penasehat hukum yang diangkat untuk suatu jabatan Negara tidak dibenarkan untuk tetap dipergunakan oleh kantor di mana dahulu ia bekerja. i. Seorang penasehat hukum yang sebelumnya menjadi hakimpanitra dari suatu pengadilan, tidak dibenarkan untuk memegang perkara di pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun semenjak ia berhenti dari pengadilan tersebut. 6. Sikap dan Tingkah Laku Penasehat Hukum Kepada Hukum, Undang- undangKekuasaan Umum, Badan Peradilan dan Pejabatnya. Kode etik advokat bukan hanya sederetan peryataan-peryataan yang menetukan bagaimana advokat harus bertindak dan berprilaku terhadap satu dengan lainya. Pada tingkat praktis, ia harus menjiwai advokat dalam manjalankan perannya sebagai benteng keadilan. Oleh karena itu, pelaksanaan kode etik harus di bawah pengawasan sesuatau lembaga yang kompeten terhadap advokat. Pelaksanaan kode etik ini di awasi oleh suatu badan yang mempunyai otoritas yaitu dewan kehormatan, baik yang berada di cabang atau pusat. Cara beracara di persidangannya dan sanksi atas pelanggaran kode etik ditentukan sendiri.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ADVOKAT MENURUT HUKUM ISLAM