undang-undang untuk mengaktualisasikan diri sebagai penegak hukum yang dapat menyeimbangkan semua kepetingan, klien, profesi, peradilan dan Negara tanpa
mengabaikan nilai-nilai moral dan keadilan
B. Pandangan Terhadap Citra Advokat
Bagaimana pandangan masyarakat, kalangan ahli hukum dan advokat terhadap citra advokat selama ini? Hasil jajak pendapat, menyimpulkan citara advokat
sudah tercemar. Percuma menyadarkan hukum di negeri ini. Mulai dari polisi, jaksa, hakim hingga pengacaranya yang seharusnya menjadi ujung tombak penegak hukum,
justru tercemar dengan berbagai kasus pelanggaran hukum. Masyarakat tidak menyukai terhadap profesi advokat dalam dua hal.
64
Pertama, menyangkut perilaku yang berkaitan dengan persidangan. Dalam
anggapan responden, perilaku mereka selama ini tampak sangat mendominasi perjalanana suatu perkara. Dengan akses dan kemampuan yang dimiliki, kalangan ini
mampu memainkan peranannya seakan-akan menjadi yang paling benar di dalam persidangan. Berkaitan dengan persoalan yang demikian, tidak kurang dari 59
responden meragukan profesionalitas para pengacara. Kedua,
sorotan masyarakat terhadap pengacara tampak pula dari perilaku pengacara di luar persidangan. Di dalam penelitian responden, penampilan kalangan
ini terlalu “meyilaukan mata”. Gaya hidup mewah dan kepiawaian memainkan kata-
64
Ibid, Hal. 104-105.
kata di pandang 80 responden tidak lebih dari upaya mencari popularitas dan bayaran ketimbang upaya penegakkan hukum.
Todung Mulya Lubis, seorang advokat senior, mungkin setelah membaca, mendengar, atau mengamati setiap proses peradilan dalam berbagai kasus
berkesimpulan, bahwa perusak paling utama dalam lembaga peradilan adalah uang, para pengusaha dan advokat hitam yang memperdagangkan hukum. Tragisnya etika
profesi sudah tidak sama sekali berharga karena banyak advokat hitam yang tidak merasa bersalah meski mereka mendatangi hakim dengan segepok uang.
Indriyanto Seno Adji, dalam disertasinya mengemukakan bahwa para advokat pelaku kejahatan korupsi sering memanfaatkan kelemahan asas legalitas formal
dalam sebuah perkara pidana. Sedangkan dalam perkara perdata mereka berlindung dalam artian sempit dari perbuatan melawan hukum yang diartikan sebagai
melanggar undang-undang saja, padahal secara luas pengertian melanggar hukum itu tidak lagi diartikan pada ketentuan perundang-undangan tertulis saja, tetapi meliputi
pelanggaran terhadap nilai-nilai atau rasa kepatutan yang ada dimayarakat.
65
Diantara sekian banyak profesi hukum advokat merupakan jenis profesi yang paling banyak menimbulkan kontroversi. Situasi demikian tidak hanya dirasakan
pada negara-negara berkembang, tetapi juga pada negara-negara maju. Dalam berbagai survei di Amerika Serikat, profesi advokat masih menempati posisi
65
Disertasi disampaikan di hadapan Guru Besar Universitas Indonesia, tanggal 22 januari 2000.
terhormat. Pengacara naik pamornya karena banyak pemimpin dunia berangkat dari profesi ini, dan terbukti mereka semua orang-orang yang cerdas, rasional dan orang
yang pandai berargumentasi. Ironisnya dalam jajak pendapat lainnya, advokat ternyata juga mandapat peredikat profesi yang paling tidak disukai. Mereka di
pandang sebagai kumpulan orang-orang yang senang memutar balikkan fakta, membuat gelap persoalan yang sudah jelas, dan tidak bermoral karena mengambil
keuntungan dari penderitaan orang lain.
66
Pada tahun 1938, frank Tanembuan,
67
seorang sosiologi menulis panjang lebar tentang kelakuan para pengacara di Amerika Serikat. Yang menjadi sorotan
adalah aktivis para lawyer yang menjadi langganan penjahat, khususnya penjahat terorganisir. Para pengacara ini disebut criminal lawyer. Pekerjaannya antara lain
merekayasa alibi, mengatur dan menyuap aparat hukum, mengancam juri dan menakut-nakuti saksi.
C. Analisis Advokat Dalam Hukum Islam