❏ Siti Aisah Ginting
Evidensialitas dalam Artikel Penelitian
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 115
kegiatan-kegiatan komunikasi ke dalam gonre yang memiliki tujuan komunikatif yang sama.
c. Gonre dibuat beraneka ragam dalam prototipenya.
d. Rasional di balik gonrenya dibangun paksaan- paksaan kontribusi yang memungkinkan
terhadap isi, posisi, bentuk, dan nilai yang fungsional.
e. Paksaan-paksaan ini sering dieksploitasi oleh anggota komunitas yang ahli untuk mencapai
perhatian dalam kerangka kerja tujuan yang diperhatikan secara masyarakat.
Gonre adalah kegiatan komunikatif yang dapat diketahui di mana bahasa berperan penting
tidak hanya dalam dominasinya, tetapi juga dalam frekuensinya. Dengan kata lain, untuk memberi
kualitas sebagai gonre, kegiatan komunikatif didominasi oleh penggunaan bahasa verbal yang
dilakukan secara teratur.
3. ARTIKEL PENELITIAN SEBAGAI GONRE AKADEMIK
Artikel Penelitian memiliki hubungan yang dinamis dengan gonre penelitian umum yang
dipublikasikan lainnya, seperti abstrak, tesis, disertasi, presentasi, proposal grant, buku, dan
monograf sehingga artikel penelitan memerankan peran sentral. Mengingat pentingnya fungsi artikel
penelitian dan kuantitas yang signifikan maka perlu diberikan perhatian khusus Swales 1990.
Saragih 2000 menyatakan bahwa artikel penelitian yang dipublikasikan sebagai
artikel ilmiah berbeda dengan karya ilmiah. Artikel ilmiah merupakan realisasi retorika ilmiah dalam
teks. Sebagai realisasi dalam berkala ilmiah, artikel ilmiah tidak harus mencakup semua unsur retorika
ilmiah secara kualitatif atau kuantitatif. Selanjutnya Saragih menyimpulkan bahwa artikel
ilmiah bukanlah bentuk singkat, ringkasan, embrio atau bentuk mini karya ilmiah, tetapi realisasi lain
yang memenuhi kriteria artikel ilmiah. Fitur retorika artikel penelitian relatif tetap, paling tidak
pada level struktur makro. Sejak tahun 1930 fitur retorikal artikel penelitian secara umum dibagi atas
introduction, method, result, dan discussion yang disingkat IMRD Bazerman 1984. Fitur artikel
penelitian ini relatif tidak berubah karena komunitas wacana yang relatif konsisten yakni
orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dengan tujuan komunikasi yang relatif tetap dalam
gonre artikel penelitian. Seperti yang dikatakan Gunnarson 1993, pola atau bentuk retorikal
artikel penelitian berubah jika norma-norma dan kepercayaan yang diadopsi oleh komunitas wacana
mengubahnya atau jika epistemologi disiplin ilmu penelitian itu berubah Burrough-Boesnisch
1999: 297. Menurut Rifai 1995: 67-68, seperti yang dikutip Saragih 2000, artikel penelitian
sekurang-kurangnya terdiri atas judul dan judul pelari, baris kepemilikan, abstrak, sajian data atau
hasil, bahasan dan simpulan, serta acuanreferensi.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur, fitur dan gaya suatu gonre
fitur linguistik dan nonlinguistik, demikian pula halnya dengan artikel penelitian. Ada dua faktor
yang berbeda yang mungkin mempengaruhi proses penulisannya, yaitu: faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berhubungan dengan penulis, yaitu keterampilan penulis, pengetahuan umum,
pengetahuan tentang isi, norma-norma, keyakinan, dan nilai yang diadopsi. Faktor eksternal atau
faktor di luar penulis adalah bantuan dari reviewer, akses terhadap materi, dan format penulisan yang
disarankan. Penulis dan pembaca seharusnya familiar dengan faktor-faktor ini untuk mencapai
keberhasilan interaksi. Johns 1997 menyarankan agar pembaca memiliki pengetahuan yang sama
tentang gonre yang dihasilkan penulis. Untuk itu, Saragih 2000 menyarankan bahwa penulis yang
ingin artikel ilmiahnya dipublikasikan dalam satu berkala ilmiah hendaklah memenuhi gaya
selingkung terbitan artikel ilmiah yang mencakup struktur generik, perwajahan naskah, ukuran
kertas, dan lain-lain karena baik faktor internal dan eksternal akan sangat menentukan nilai kebenaran
informasi yang disampaikan penulispeneliti dalam artikel penelitian.
4. EVIDENSIALITAS DAN MODALITAS EPISTEMIK
Evidensialitas merupakan repertoar peralatan bahasa untuk menyatakan bermacam-macam sikap
terhadap pengetahuan. Jadi, dapat dikatakan bahwa evidensialitas juga merupakan modalitas epistemik
Saeed 2000. Hal ini tidak mengherankan karena berdasarkan penelitian Anderson 1986, seperti
yang dikutip Faller 2000, dikakan bahwa unsur-unsur yang menunjukkan tingkat
evidensialitas merupakan penanda dari modalitas epistemik, yaitu kala dan aspek. Demikian juga
Chafe 1986 dan Palmer 1986 yang menyatakan bahwa evidensialitas merupakan subtipe dari
modalitas epistemik. Namun, Faller 2002 tidak setuju dengan pendapat ini. Dia mengatakan
bahwa evidensialitas dan modalitas epistemik merupakan dua konsep yang berbeda.
Evidensialitas adalah sumber informasi penutur sedangkan modalitas epistemik merupakan
komitmen penutur terhadap kebenaran tuturan. Tentu saja keduanya menghasilkan informasi yang
berbeda. Selanjutnya, Faller menjelaskan perbedaan antara evidensialitas dan modalitas
epistemik sebagai berikut: 1. Standar konsep epistemik modalitas adalah
keharusan dan kemungkinan sementara
❏ Siti Aisah Ginting
Evidensialitas dalam Artikel Penelitian
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 116
evidensialitas merupakan nilai kebenaran informasi berdasarkan sumbernya.
2. Meskipun ada kasus yang membuktikan banyak bahasa yang memiliki penanda yang
sama untuk mengungkapkan evidensialitas dan modalitas epistemik, tetapi kasus tersebut
jelas dapat menunjukkan penanda salah satu dari evidensialitas atau modalitas epistemik.
3. Ada beberapa alasan secara metodologi bahwa kedua kategori itu berbeda. Evidensialitas
mengkodekan sumber informasi yang bertentangan dengan implikasi dari
percakapan, sementara modalitas epistemik mengkodekan tingkat komitmen pembicara
dan bukan mengimplikasikan percakapan. Jadi, ketika menentukan unsur yang
mengandung makna evidensialitas dan modalitas epistemik, hal ini dapat merupakan
salah satu dari mereka. Jika seseorang mengasumsikan bahwa evidensialitas dan
modalitas epistemik merupakan kategori sama berarti perbedaan antara enkoding dan
implikasi tidak dapat dideteksi.
4. Standar definisi modalitas epistemik adalah kemungkinan dan keharusan dan menurut
Faller hanya alasan reasoning yang dapat dianalisis pada tingkat ini bukan sumber
langsung direct dan laporan reportative.
Berdasarkan uraian tersebut Faller menyimpulkan bahwa evidensialitas dan modalitas
epistemik tumpang tindih pada konsep tingkat inferensi karena inferensi selain sebagai sumber
informasi yang berdasarkan alasan reasoning juga merupakan keputusan penutur bahwa apa
yang dituturkannya adalah benar. Jadi, inferensi merupakan subtipe dari evidensialitas dan
modalitas epistemik. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dengan isu yang menyatakan bahwa sarana
untuk menganalisis modalitas epistemik dapat digunakan untuk menganalisis evidensialitas? Menurut
hasil penelitian Kratzen 1987, Enrich 2001, Izvorski 1997, dan Garret 2000 seperti yang dikutip
Faller 2000 ditemukan bahwa evidensialitas juga memiliki penanda kala dan aspek yang merupakan
penanda modalitas epistemik. Simpulannya, mereka berpendapat bahwa evidensialitas merupakan
modalitas epistemik. Namun, Faller menyatakan hal itu tidak benar, masih terbuka kesempatan untuk
menjawabnya karena menurutnya sarana untuk evidensialitas tidak sama dengan modalitas epistemik
seperti yang ditemukannya dalam bahasa Quechuea.
5. TIPOLOGI EVIDENSIALITAS