kelangsungan produksi. Oleh karenanya, demonstrasi tidak boleh ada, karena hanya akan menyusahkan orang lain, membuat keresahan,
mengganggu kemacetan lalu lintas, dan membuat perusahaan mengalami kerugian besar. Jika bisa memprediksikan sikap seseorang
semacam itu, kita dapat mengatakan bahwa orang itu mempunyai ideologi kapitalis atau borjuis. Meskipun ideologi disini terlihat
sebagai sikap seseorang, tetapi ideologi disini tidak dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam diri individu sendiri, melainkan diterima dari
masyarakat. b.
Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat -ide palsu atau kesadaran palsu- yang biasa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi
dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan
menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol kelompok lain dengan
menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat akan membuat kelompok yang didominasi melihat
hubungan itu nampak natural dan diterima sebagai kebenaran. Disini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen dari pendidikan politik
sampai media massa. c.
Proses umum produksi makna dan ide. Ideologi disini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.
II.5 Analisis Framing
Analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam beberapa
disiplin ilmu dan berbagai pengertian. Titik singgung dari setiap pengertian
tersebut adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Kalau analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada
pertanyaan ‘apa’ what, analisis wacana lebih melihat ‘bagaimana’ how. Lewat analisis wacana, kita bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur
Universitas Sumatera Utara
kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks Eriyanto, 200: xv
Salah satu pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana adalah analisis framing yang tergolong dalam pandangan konstruktivisme. Aliran ini
menolak pandangan positivis – empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebaga faktor sentral dalam
kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada
tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik,
kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Tetapi akhir-akhir ini konsep framing telah digunakan
secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media
massa.
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika meyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut Sobur, 2004: 162.
Menurut Imawan dalam Sobur, 2004: 162 pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk
melihat bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang
memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang
diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi
keberadaan subek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.
Universitas Sumatera Utara
Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas dan membuatnya lebih menonjol dalam suatu teks yang
dikomunikasikan sedemikian rupa hingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan
merekomendasi penanganannya Entman, 1993: 52. Framing secara esensial, menurut Robert M Entman meliputi penyeleksian dan penonjolan. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi frame adalah mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, memberikan penilaian moral dan menawarkan
penyelesaian masalah dengan tujuan memberi penekanan tertentu terhadap apa yang diwacanakan.
Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan kepada asumsi, wartawan tidak
mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilih include dan apa yang
dibuang exclude. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberitakan
aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda
kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta
yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, penempatan yang
menyolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa
yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi simplifikasi dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa pada fakta yang diberitakan dalam media terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi
tertentu. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai framing sehingga menghasilkan konstruksi yang spesifik.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Model analisis framing
Universitas Sumatera Utara
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis
framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan denegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses membuat
suatu pesan lebih menonjol , menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu Eriyanto, 2002: 252.
Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan yaitu konsepsi psikologi internal individu dan konsepsi sosiologis sosial.
Bagaiman kedua konsepsi yang berlainan tersebut dapat digabungkan dalam suatu model dijelaskan dan dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa
dikonstruksi oleh wartawan. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa setiap mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide.
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki melalui tulisan mereka “framing Analysis: An Aproach to News Discourse” mengoperasikan empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang
mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global Sobur, 2004: 175.
Selanjutnya perangkat framing Pan dan Kosicki ini dibagi menjadi empat struktur besar Eriyanto, 2002: 225:
1. Sintaksis
Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan bagan berita yaitu headline, lead, latar informasi, sumber, penutup, dalam
suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan. a.
Headline Berita yang menjadi topik utama media.
b. Lead
Alinea pembuka atau alinea pertama suatu berita. Lead atau teras berita berisi pokok-pokok penting yang dapat mewakili isi berita.
c. Latar informasi
Merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Wartawan ketika menulis berita biasanya
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang dirulis. Latar yang dipilih menentukan arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
d. Kutipan sumber berita
Orang atau hal-hal yang dijadikan sumber berita. Dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak memihak.
e. Pernyataan
Merupakan kalimat-kalimat yang dibuat untuk mendukung isi berita.
f. Penutup
Bagian akhir berita.
2. Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur wartawan dalam mengisahkan menceritakan peristiwa ke dalam
bentuk berita. Bentuk umumdari struktur skrip ini adalah unsur kelengkapan
berita, yaitu: a.
Who siapa, siapa yang terlibat b.
What apa, apa peristiwa yang diberikan c.
When kapan, waktu terjadinya peristiwa d.
Where dimana, lokasi peristiwa e.
Why mengapa, mengapa bisa terjadi f.
How bagaimana, bagaimana terjadinya peristiwa
3. Tematik
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke
dalam preposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Tematik memiliki perangkat framing: a.
Detail
Universitas Sumatera Utara
Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi yang tidak menguntungkan dirinya dalam
jumlah sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan. b.
Koherensi Merupakan elemen untuk melihat bagaimana seseorang secara
strategis menggunakan perangkat bahasa untuk menjelaskan fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan,
atau sebab akibat. c.
Bentuk kalimat Bentuk kalimat dipakai untuk menjelaskan fakta yang ada,
berhubungan dengan kalimat pasif atau kalimat aktif dan kalimat deduktif atau kalimat induktif.
d. Kata Ganti
Kata pengganti subjek atau objek dalam suatu kalimat, misalnya: aku, dia, mereka, itu, dan lain-lain.
4. Retoris
Struktur retoris suatu wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memaknai pilihan kata, idiom, gafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya
mendukung tulisan, melainkan menekankan arti tertentu kepada pembaca. Retoris memiliki perangkat sebagai berikut:
a. Leksikon
Pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa.
b. Grafis
Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih
Universitas Sumatera Utara
besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, dan tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.
c. Metafora
Kalimat pengandaian atau perumpamaan.
II.6 Wilayatul Hisbah