Penerapan Diversi terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana

kewenangan aparat penegak hukum yang disebut diskresi. Dengan penerapan konsep diversi bentuk peradilan formal yang ada selama ini lebih mengutamakan usaha memberikan perlindungan bagi anak dari tindakan pemenjaraan. 58 qqqqqqq Prinsip utama pelaksanaan konsep diversi yaitu tindakan persuasif atau pendekatan non penal dan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memperbaiki kesalahan. Diversi berupaya memberikan keadilan kepada kasus anak yang telah terlanjur melakukan tindak pidana sampai kepada aparat penegak hukum. Kedua, keadilan tersebut dipaparkan melalui sebuah penelitian terhadap keadaan dan situasi untuk memperoleh sanksi atau tindakan yang tepat appropriate treatment. Ada tiga jenis pelaksanaan program diversi yaitu : 59 a. Pelaksanaan kontrol secara sosial social control orientation, yaitu aparat penegak hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada persetujuan atau peringatan yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak diharapkan adanya kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat. b. Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku social service orientation, yaitu dengan melaksanakan fungsi untuk mengawasi, memperbaiki dan menyediakan pelayanan pada pelaku dan keluarganya. Masyarakat dapat membantu keluarga pelaku untuk memberikan perbaikan atau pelayanan. c. Menuju proses restorative justice atau perundingan balanced or restorative justice orientation, yaitu memberi kesempatan pelaku bertanggung jawab qqqqqqq 58 Ibid., hlm.2 qqqqqqq 59 Lutfi Chakim, 2012, http:lutfichakim.blogspot.com201212konsep-diversi.html, diunduh pada hari Senin 19 Oktober 2015, pukul 10.13 WIB. langsung pada korban dan masyarakat serta membuat sebuah kesepakatan bersama antara korban, pelaku dan masyarakat. Pelaksanaannya semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai kesepakatan tindakan pada pelaku. qqqqqqq Diversi dalam penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana secara spesifik ketentuannya diatur dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Mengingat ciri dan sifat yang khas pada anak dan demi perlindungan terhadap anak, perkara anak yang berhadapan dengan hukum wajib disidangkan di pengadilan pidana anak yang berada di lingkungan peradilan umum. Proses peradilan perkara anak sejak ditangkap, ditahan, dan diadili pembinaannya wajib dilakukan oleh pejabat khusus yang memahami masalah anak. Namun sebelum masuk proses peradilan, para penegak hukum, keluarga, dan masyarakat wajib mengupayakan proses penyelesaian diluar jalur pengadilan, yakni melalui proses Diversi berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. 60 qqqqqqq Tujuan adanya proses diversi berdasarkan Pasal 6 UU SPPA yaitu : 1 Mencapai perdamaian antara korban dan anak 2 Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan 3 Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan 4 Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan 5 Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. qqqqqqq 60 Marwan Effendy, 2014, Op. Cit, hlm.146. qqqqqqq Menurut Pasal 9 UU SPPA , kesepakatan diversi harus mendaatkan persetujuan korban danatau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya kecuali untuk : 1 Tindak pidana yang berupa pelanggaran 2 Tindak pidana ringan 3 Tindak pidana tanpa korban, atau 4 Nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat. qqqqqqq Di samping aturan tentang pelaksanaan diversi menurut undang-undang, terdapat juga aturan turunan sebagai aturan pelaksanaan dari upaya diversi pada setiap tingkatan. Aturan tersebut meliputi : a. Pedoman Pelaksanaan Diversi Bagi Kepolisian qqqqqqq Pedoman dalam pelaksanaan diversi disebutkan bahwa prinsip diversi yang terdapat dalam konvensi hak-hak anak, yaitu suatu pengalihan bentuk penyelesaian yang bersifat proses pidana formal ke alternatif penyelesaian dalam bentuk lain yang dinilai terbaik menurut kepentingan anak. qqqqqqq Kepolisian diarahkan agar sedapat mungkin mengembangkan prinsip diversi dalam model restorative justice guna memproses perkara pidana yang dilakukan oleh anak dengan membangun pemahaman dalam komunitas setempat bahwa perbuatan anak dalam tindak pidana harus dipahami sebagai kenakalan anak. Tindak pidana anak juga harus dipandang sebagai pelanggaran terhadap manusia dan relasi antar manusia sehingga memunculkan kewajiban dari semua pihak atau seluruh komponen masyarakat untuk terus berusaha dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik melalui keterlibatan semua pihak untuk mengambil peran guna mencari solusi terbaik bagi kepentingan pihak-pihak yang menjadi korban dan juga bagi kepentingan anak sebagai pelaku. 61 b. Peraturan Mahkamah Agung PERMA Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. qqqqqqq PERMA ini dibuat dengan pertimbangan bahwa diversi merupakan proses yang harus diupayakan pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan dengan mengutamakan pendekatan keadilan restoratif. Hal tersebut merupakan amanah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, oleh sebab itu Mahkamah Agung selaku lembaga tertinggi dalam lingkup peradilan pidana menetapkan PERMA sebagai pedoman pelaksanaan diversi di pengadilan. Tahapan proses diversi berdasarkan PERMA tersebut dimulai dengan penunjukan Fasilitator Diversi oleh Ketua Pengadilan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 mengatur sebagai berikut : 1 Fasilitator Diversi adalah Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan untuk menangani perkara anak yang bersangkutan. qqqqqqq Selanjutnya, hakim yang menjadi fasilitator diversi menentukan hari musyawarah diversi antara para pihak yang melibatkan anak, korban dan orangtua atau walinya, pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial profesional, perwakilan masyarakat dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu hadir dalam proses diversi. Setelah hari musyawarah diversi ditentukan, maka proses musyawarah dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan qqqqqqq 61 Lutfi Chakim, 2012, Op.Cit. tersebut terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, yang mengatur sebagai berikut : 1 Musyawarah diversi dibuka oleh fasilitator diversi dengan perkenalan para pihak yang hadir, menyampaikan maksud dan tujuan musyawarah diversi serta tata tertib musyawarah untuk disepakati oleh para pihak yang hadir. 2 Fasilitator Diversi menjelaskan tugas Fasilitator Diversi. 3 Fasilitator Diversi menjelaskan ringkasan dakwaan dan Pembimbing Kemasyarakatan memberikan informasi tentang perilaku dan keadaan sosial Anak serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian. 4 Fasilitator Diversi wajib memberikan kesempatan kepada : a. Anak untuk didengar keterangan perihal dakwaan. b. OrangtuaWali untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Anak dan bentuk penyelesaian yang diharapkan. c. KorbanAnak KorbanOrangtuaWali untuk memberi tanggapan dan bentuk penyelesaian yang diharapkan. 5 Pekerja Sosial Profesional memberikan informasi tentang keadaan sosial Anak Korban serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian. 6 Bila dipandang perlu, Fasilitator Diversi dapat memanggil perwakilan masyarakat maupun pihak lain untuk memberikan informasi untuk mendukung penyelesaian. 7 Bila dipandang perlu, Fasilitator Diversi dapat melakukan pertemuan terpisah Kaukus dengan para pihak. 8 Fasilitator Diversi menuangkan hasil musyawarah ke dalam Kesepakatan Diversi. 9 Dalam menyusun kesepakatan diversi, Fasilitator Diversi memperhatikan dan mengarahkan agar kesepakatan tidak bertentangan dengan hukum, agama, kepatutan masyarakat setempat, kesusilaan; atau memuat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan Anak, atau memuat itikad tidak baik. qqqqqqq Proses diversi mencapai kesepakatan dimana para pihak bersepakat damai dengan beberapa ketentuan, maka hasil kesepakatan diversi, antara lain: 1 Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian. 2 Penyerahan kembali kepada orang tua atau wali. 3 Keikutsertaan dalam pendidikan, pelatihan keterampilan dan pemenuhan hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diselenggarakan di Lembaga Penempatan Anak Sementara LPAS. qqqqqqq Proses diversi mencapai kesepakatan, maka fasilitator diversi membuat berita acara kesepakatan diversi yang ditandatangani oleh para pihak dan dilaporkan kepada ketua pengadilan. Kemudian, ketua pengadilan mengeluarkan penetapan kesepakatan diversi. Hakim akan menerbitkan penetapan penghentian pemeriksaan perkara. Sedangkan proses diversi mengalami kegagalan dengan tidak tercapainya kesepakatan para pihak, maka perkara pidana yang melibatkan anak tersebut dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Hal ini berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu : Pasal 13 Proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal : a. Proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan, atau b. Kesepakatan diversi tidak dilaksanakan. qqqqqqq Hasil dari musyawarah diversi yang telah disepakati bersama sebaiknya dilaksanakan demi efektifnya pelaksanaan upaya diversi dalam sistem peradilan pidana anak. Konsep diversi ini nantinya juga dapat diterapkan pada pecandu narkotika dengan melibatkan masyarakat dan aparat penegak hukum secara bersama-sama mencari penyelesaiannya secara bersama-sama melalui musyawarah. Penyelesaian ini bertujuan untuk tidak saja memulihkan kembali kerugian in materiil yang telah ditimbulkan,tetapi juga materil pertanggungjawaban yang diberikan dapat segera ganti rugi marei, kerja social, pendidikan dan perawatan atau rehabilitasi baik medis maupun social karena jalur pemidanaan penal akan banyakmembutuhkan biaya dibandingkan dengan menempuh jalur non penal. qqqqqqq Berdasarkan best practices penerapan diversi diberbagai negara menunjukan adanya tingkat keberhasilan dalam menekan angka penggunaan Narkotika. Di banyak negara seperti Inggris, Australia, dan Portugal yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lain di Eropa dan Amerika. Sistem hukumnya telah menempatkan para pengguna narkotika dan obat-obatan Narkoba sebagai korban drugs addict bukan sebagai pelaku karena dipandang sebagai orang yang sakit mental atau psikologis lebih dari sekedar penyakit otak brain disease yang terjerumus. Terobosan dalam penanganan masalah ini di beberapa Negara dilakukan dengan penyelesaian diluar pengadilan, di samping lebih mengakomodir nilai-nilai keadilan bagi pecandu adalah juga diyakini dapat mengurangi beban Lembaga Permasyarakatan dalam menampung para pelaku serta mengurangi beban hakim, jaksa dan polisi disamping mengurangi beban anggaran pemerintah untuk lembaga permasyarakatan. 62 qqqqqqq 62 Ibid, hlm. 148-149.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Sanksi Pidana Penjara Terhadap

Anak Dalam Perkara Penyalahgunaan Narkotika Qqqqqq Tahap pemberian putusan pada peradilan pidana merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian proses dalam suatu persidangan. Hakim ketua sebelum memutuskan suatu putusan telah mempertimbangkan serta memikirkan segala sesuatu yang nantinya akan terjadi, khususnya terhadap pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak. qqqqqqq Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak secara khusus mengatur tentang ketentuan sanksi pidana bagi anak, namun pada umumnya seorang anak yang melakukan tindak pidana saat ini secara khusus telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. qqqqqqq Penyalah guna dalam Undang-undang Narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Ketentuan-ketentuan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika mengacu pada Pasal 127 dalam Undang-undang Narkotika, yaitu sebagai berikut : 1 Setiap Penyalah Guna : a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun. b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun. c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun. 2 Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat 1, hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103. 3 Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. qqqqqqq Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan landasan bagi hakim dalam penerapan sanksi pidana untuk penyelesaian kasus kenakalan anak sebagai ketentuan khusus yang diterapkan terhadap anak yang berdasarkan asas lex specialis derogat legi generalis. Secara teoritis dan secara yuridis penggunaan sanksi pidana bagi anak tetap dimungkinkan, walaupun ditentukan persyaratan- persyaratan yang sangat ketat. Artinya, penjatuhan pidananya harus sangat selektif dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kondisi kejiwaan anak tersebut. Penggunaan sanksi pidana bagi anak tidak dapat disamakan dengan penggunaan sanksi bagi orang dewasa, karena sangat ironis dan tidak dapat dibenarkan, apabila ada anak yang menjalani pidana bersamaan dengan orang dewasa. qqqqqqq Dalam perkara penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Anak yang terjadi di Kabupaten Bantul yang telah masuk ke Pengadilan Negeri Bantul tidak begitu banyak. Menurut Supandrio yang merupakan hakim di Pengadilan Negeri Bantul, untuk perkara penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak khususnya di Kabupaten Bantul hanya terjadi satu kali pada tahun 2014. Beliau juga mengatakan bahwa dalam perkara penyalahgunaan narkotika yang dilakakukan oleh anak tersebut dikarenakan oleh faktor lingkungan sekitar dan kurangnya pengawasan terhadap anak oleh orang tuanya. 62 qqqqqqq Berikut ini merupakan data kasus tindak pidana narkotika yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Bantul : Tabel 2 Tindak Pidana Nakotika di Kabupaten Bantul dari tahun 2012-2015 No Tahun Jumlah Kasus Pelaku Jenis Sanksi 1 2012 4 kasus a. Dewasa 4 b. Anak - a. Penjara + Denda b. - 2 2013 5 kasus a. Dewasa 5 b. Anak - a. Penjara + Denda b. - 3 2014 12 kasus a. Dewasa 11 b. Anak 1 a. Penjara + Denda b. Penjara 4 2015 27 kasus a. Dewasa 27 b. Anak - a. Penjara + Denda b. - qqqqqqq Berdasarkan Tabel 2 diatas, salah satu kasus tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Anak yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Bantul yaitu terjadi pada tahun 2014 dengan kasus pendukung lainnya yaitu dari Pengadilan Negeri Tanjung Balai yang akan dijelaskan sebagai berikut : qqqqqqq 62 Wawancara Supandrio, 25 Januari 2016 di Pengadilan Negeri Bantul.

A. Kasus Posisi

Kasus Posisi 1 Nomor:3Pid.Sus-Anak 2014 PN Btl. Kasus Posisi 2 Nomor : 248Pid.B2014PN-TB a. Terdakwa : 1 Nama Lengkap : XX Anak 2 Tempat lahir : Batu Galang 3 Umurtanggal lahir : 18 Maret 1997 4 Jenis kelamin : Laki-laki 5 Kewarganegaraan : Indonesia 6 Tempat tinggal : Bantul 7 Agama : Islam 8 Pekerjaan : Mahasiswa STTKD a. Terdakwa : 1 Nama lengkap : YY Anak 2 Tempat lahir : Tanjungbalai 3 Umurtanggal lahir : 16 tahun10 Januari 1998 4 Jenis kelamin : Laki-laki 5 Kebangsaan : Indonesia 6 Tempat tinggal : Tanjungbalai Selatan 7 Agama : Islam 8 Pekerjaan : Pelajar b. Dakwaan : Menyatakan perbuatan XX Anak sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat 1 huruf a UURI No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika karena menyalahgunakan narkotika golongan I berupa ganja bagi diri sendiri tersebut tanpa surat ijin dari yang berwajib yaitu Menteri Kesehatan RI maupun mendapat resep dari dokter. b. Dakwaan : Menyatakan YY Anak telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Penyalah guna Narkotika Golongan I bagi didi sendiri”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 127 ayat 1 huruf a Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika jo.UU No.3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak.