PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
120 iSBN : 978-602-71716-2-6
yang ada di lapangan. Setelah dilakukan eksplorasi awal preliminary melalui
observasi dan pemberian kuisioner oleh peneliti 58 guru di Buah Hati tidak
memiliki pengetahuan tentang anak dengan keterlambatan
bicara yang
juga digolongkan sebagai anak berkebutuhan
khusus terlebih lagi tentang bagaimana cara mengidentifikasinya ketika berada dalam
kelas. Ketidaktahuan mereka tentunya dapat berdampak
pada pemberian
layanan pembelajaran di sekolah ini. Dampak
lainnya didapati
ketika ternyata
permasalahan pada anak baru terdeteksi pada saat sudah berada di level akhir atau
TK B dimana usia anak akan memasuki pendidikan sekolah dasar. Seharusnya
permasalahan
anak tersebut
bisa diintervensi
sejak dini
apabila permasalahannya teridentifikasi sejak awal
mereka bergabung di taman kanak-kanak. Berdasarkan
permasalahan- permasalahan yang telah dipaparkan diatas
maka penelitian ini diadakan untuk melihat keefektifan
pelatihan yang
diberikan terhadap
peningkatan kompetensi
pedagogik guru dalam mengidentifikasi dini keterlambatan bicara pada anak usia
pra sekolah.
1.2 Tujuan Penulisan
Penelitian ini
bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik pada guru TK Buah Hati Surabaya
melalui pelatihan
pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara
pada anak usia pra sekolah.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu sumber informasi
sekaligus memotivasi peneliti lain
untuk mengembangkan
penelitian dengan
kajian peningkatan kompetensi guru TK
melalui pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara pada anak
usia pra sekolah.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
penjelasan dan
wawasan kepada guru TK dalam mengenali permasalahan anak
dalam proses
perkembangan bahasa dan bicaranya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
penjelasan dan
wawasan kepada orang tua anak- anak
pra sekolah
mengenai pentingnya
identifikasi dini
terhadap keterlambatan berbicara pada anak supaya orang tua dapat
memberikan intervensi
yang cepat dan tepat untuk anak
tersebut sehingga anak tersebut dapat
menjalankan tugas
perkembangannya dengan baik.
1.4 Kajian Teori
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut UU Nomor 20
Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14.
Usia dini pada anak sering juga disebut sebagai usia keemasan atau golden
age. Istilah ini menggambarkan bahwa pada usia
ini proses
pertumbuhan dan
perkembangan akan berubah dengan cepat dalam retang perkembangan hidup manusia
Berk, 1992 dalam Sujiono, 2009. Usia ini pula
merupakan usia
yang sangat
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
121 iSBN : 978-602-71716-2-6
menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak Sujiono, 2009: 7.
Setiap anak adalah pribadi yang unik. Antara satu anak dengan anak yang lainnya
akan mengalami tahapan perkembangan yang
berbeda-beda. Oleh
sebab itu
penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui mereka serta kebutuhan
yang mereka
perlukan. Menciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman juga menjadi perhatian bagi pendidikan
anak usia
dini. Melalui
lingkungan, anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang diajarkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar
secara langsung dari lingkungannya. Terdapat
beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh
masyarakat luas di Indonesia, yaitu: Taman Kanak-kanak TK, Kelompok Bermain
KB, dan Taman Penitipan Anak TPA
Profesi Guru Paud
Berprofesi sebagai
guru PAUD
bukanlah hal mudah seperti anggapan masyarakat pada umumnya selama ini. Hal
ini pula ditegaskan oleh Piaget 1969, dalam Seefeldt Barbara, 2008 bahwa
semakin
belia anak
semakin sulit
mengajarnya. Usia pra sekolah merupakan usia belia, yaitu berkisar diantara umur 1
hingga 5 tahun Seefeldt Barbara, 2008. Pada kisaran umur tersebut, anak-anak akan
mengalami perkembangan yang signifikan. Selama masa perkembangan, setiap anak
memiliki
proses perkembangan
yang berbeda-beda.
Terdapat anak
yang mengalami perkembangan yang cepat dan
ada pula yang mengalami keterlambatan. Tentunya hal ini menjadi bagian dari tugas
utama guru dalam memahami perbedaan perkembangan individu muncul. Melalui
pemahaman tersebut guru diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat demi
pengoptimalkan perkembangan siswanya Hartinah, 2008.
Berdasarkan pernyataan
yang disampaikan oleh Catron dan Allen 1999,
dalam Sujiono, 2009 bahwa peranan guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau
fasilitator. Dalam proses pembelajaran, pemikiran guru menjadi titik tekan. Artinya
penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan
menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi persoalan,
menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif
anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengetahuan,
menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif
membangun pengetahuan.
Menurut Merriam-Webster dalam Gene,
dkk., 2008
sebuah profesi
didefinisikan sebagai sebuah panggilan yang membutuhkan pengetahuan khusus
dan seringkali persiapan akademik yang panjang dan intensif.
Kompetensi Guru Paud
Memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya serta kompetensi professional
yang terdidik dan terlatih merupakan bagian dari pendidik yang ideal. Terdidik dan
terlatih dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam kompetensinya. Artinya
pendidik tersebut menguasai strategi atau teknik mendidik, memiliki pengetahuan
tentang
cara-cara mendidik,
maupun membuat rancangan kegiatan yang biasanya
digunakan dalam satu tahun, mingguan, dan harian serta mampu mengorganisasikan
kelas. Tidak
cukup hanya
sampai kemampuan
mengorganisasikan kelas,
tetapi juga lebih kepada kemampuan seorang
pendidik dalam
memahami perbedaan setiap anak didiknya, yang
meliputi tumbuh
kembang mereka,
kemampuan, kelemahan,
dan bahkan
kekuatan setiap
anak didiknya.
Penyelenggaraan pendidikan di tingkat pra sekolah
sangatlah berbeda
dengan pendidikan di tingkatan lainnya. Segala
bentuk penilaian di pendidikan usia pra sekolah
ditekankan pada
kemampuan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
122 iSBN : 978-602-71716-2-6
pendidik untuk dalam mengamati kemajuan anak didiknya. Oleh karena itu pendidik
dalam tingkatan pra sekolah hendaknya menguasai
ciri-ciri setiap
tahapan perkembangan dan keterbakatan anak
Anggani, 2000. Untuk mampu melakukan itu semua, guru harus memiliki kompetensi
untuk menjadi guru yang professional. Hal serupa juga termuat dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI bahwa dalam
melaksanakan kewajibannya, maka guru PAUD
harus memiliki
sejumlah kompetensi. Kompetensi tersebut adalah
kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan
kompetensi sosial. Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh Sagala 2009
bahwa kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Kompetensi
itu sendiri
merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan dan
perilaku tugas yang harus dimiliki. Setelah dimiliki, tentu harus dihayati, dikuasai, dan
diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan di dalam kelas yang
disebut sebagai pengajaran.
Kompetensi Pedagogik
Salah satu kompetensi guru PAUD yang
dapat menggambarkan
kemampuannya dalam memahami siswa adalah adalah kompetensi pedagogik.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi pedagogi guru pendidikan anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan
mereka dalam memahami filosofi dan prinsip PAUD, kemampuan memahami
perkembangan dan karakteristik anak usia dini, kemampuan memahami program
transisi
PAUD kependidikan
dasar, kemampuan memahami peran bermain,
memahami perkembangan
kurikulum terpadu, memahami lingkungan belajar
yang kondusif, pengelolaan kelas, dan evaluasi belajar. Secara khusus aspek kedua
dari kompetensi ini menekankan bahwa kemampuan
guru dalam
memahami karakteristik perkembangan anak didiknya
merupakan penilaian kompetensi guru PAUD yang sangat penting.
Keterlambatan Bicara
Kemampuan berbicara erat kaitannya dengan
kemampuan berbahasa
anak. Namun kedua hal tersebut adalah berbeda.
Hurlock 1978 menjelaskan bahwa banyak orang yang menukar penggunaan istilah
bicara dengan bahasa, meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Pada
perkembangan awal bahasa seorang anak, terdapat sebuah istilah infant yang berasal
dari kata Latin. Istilah ini mengandung sebuah arti tanpa bicara atau without
speeching. Dalam konteks istilah tersebut, seorang anak dianggap sebagai makhluk
primitif yang artinya mereka belum mampu mengungkapkan kata-kata, kalimat, ataupun
ungkapan yang mengandung sebuah arti, bermakna atau dapat dipahami oleh orang
lain Dariyo 2007.
Dalam kehidupan
sehari-hari, seringkali didapati ketidakjelasan antara
permasalahan pada perkembangan bahasa dan bicara pada anak. Meskipun berbeda
namun keduanya saling berkaitan dalam hal tertentu.
misalnya tahapan
dalam perkembangan bahasa dapat dijadikan
sebuah parameter
untuk melihat
kemampuan bicara pada anak. Kemampuan bicara pada anak adalah hal yang sangat
penting untuk mendeteksi keterlambatan bicara atau speech delay.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
123 iSBN : 978-602-71716-2-6
Tabel 1. Daftar Perkembangan Bahasa dari Lahir Sampai Usia 3 Tahun Menurut Papalia, Olds dan Feldman
Usia Bulan Karakteristik Perkembangan
Lahir Bayi dapat menerima pembicaraan orang tua. Ia menangis untuk membuat respon
terhadap suara yang gaduh 1,5-3 bulan
Bayi mengoceh, tertawa, dan berteriak 3 bulan
Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang 5-6 bulan
Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk merespon terhadap suara-suara yang didengarnya
6-10 bulan Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan vokal
9 bulan Mennggunakan gerak-gerik gestur untuk berkomunikasi dan bermain dengan
gesture 10-12 bulan
Bayi mulai mamahami kata-kata seperti kata tidak dan nama sendiri, serta mampu meniru kata-kata
10-14 bulan Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara orang lain
10-18 bulan Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal
16-24 bulan Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica, caya bica, taya
bita maksudnya: saya bisa 20 bulan
Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas perbendaharaan kata secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata. Anak mampu menggunakan kata-kata benda
dan kata sifat
30 bulan Anak mampu menggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan ingin berbicara
kepada orang lain. 36 bulan
Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara dengan 3 atau lebih kata. Ia mampu memahami bahasa atau kata-kata dengan baik, mampu membuat
kalimat dengan aturan tata bahasa tetapi sering salah. Anak mampu berkata-kata dengan 1000 kata, dan 80 persen dapat dimengerti intelligle, tetapi salah dalam
membuat sintaksis kalimat.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”
124 iSBN : 978-602-71716-2-6
Berdasarkan pengertian
yang dipaparkan oleh Tiel 2007, gangguan bicara
dan bahasa yang sering dijumpai di anak- anak sendiri bukanlah diagnosis namun
merupakan suatu gejala yang ditampilkan dari suatu diagnosis tertentu. Terdapat dua
sifat di dalam gangguan bicara dan bahasa, yaitu primer dan sekunder. Primer memiliki
arti bahwa gangguan bicara dan bahasa itu disebabkan oleh masalah perkembangannya
sendiri, yaitu murni karena gangguan perkembangan bicara dan bahasa. Sedangkan
sekunder memiliki arti bahwa gangguan bicara dan bahasa disebabkan oleh masalah-
masalah lain yang menyebabkan fungsi bicara dan berbahasanya menjadi terganggu.
Misalnya gangguan pendengaran, dyspraxia yaitu gangguan motorik sekitar mulut dan
pernapasan yang pada akhirnya menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
Keterlambatan bicara sendiri termasuk dalam gangguan bicara yang bersifat primer.
Keterlambatan bicara bukan disebabkan karena
masalah-masalah lain
yang menyebabkan fungsi berbicara dan berbahasa
seorang anak menjadi terganggu. Tetapi lebih kepada seberapa besar tingkat kematangan
sistem neurobiologisnya yang mengatur perkembangan bicaranya. Terlambat bicara
juga diartikan sebagai suatu gejala dari berbagai macam sebab dan setiap gangguan
yang menyebabkan keterlambatan bicara, akan diikuti gejala lain-lainnya Tiel, 2007.
Pelatihan Atau Training
Penggunaan istilah pelatihan training telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Hamalik
2007 pelatihan
merupakan bentuk
pemberian bantuan.
Bantuan yang diberikan dapat berupa pengarahan,
bimbingan, fasilitas,
penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan belajar,
yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman, serta motivasi untuk
melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan memperbaiki dirinya sendiri. Wexley dan
Yulk dalam
Mangkunegara, 2009
menjelaskan bahwa pelatihan adalah sesuatu yang
mengacu pada
hal-hal yang
berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang
dilaksanakan untuk
mencapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap karyawan atau anggota organisasi. Pelatihan yang diberikan dalam hal ini
adalah pelatihan untuk program pendidikan anak usia dini. Para guru dewasa ini dituntut
memiliki banyak
pengetahuan dan
pengertian, tidak hanya tentang anak-anak dan cara mereka tumbuh dan belajar, tetapi
juga cara menggarap kemampuan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Terlebih lagi para
guru usia anak pra sekolah memerlukan lebih banyak pelatihan atau training dari pada
guru-guru untuk anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah. Bahkan Barnet, dkk.
dalam
Seefeldt dan
Wasik 2008
menegaskan bahwa sebagian besar negara menuntut guru mengikuti training secara
terus menerus mengenai masa kanak-kanak usia dini.
1.5 Analisis Kritis