Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

VIDI SEPTIYANI

1112018200043

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437 H


(2)

(3)

Fedgogik Guru Di SMA Negeri 3 Kota Tangcrg Sc1an disusun olch Vidi

Spivani, NIM 111201g2Q043, JuruSan Marialerncn ?cndjdjkan, Fakultas itU Tiyah dan Kegunan Uriiv-sitas Islam Ncg Syf Hidayatullah Jakarta. Tel' ah miaJui birnbingan dn dinyazakan sah sebagai karya iirniyah yang berhak untuk diujikari pada sidat-ig rnirnaqasthi sesuai ketentuan yang ditctapkan okh

U1tS

Jakazt,,7Desember 2016

Yang rnerigeszthkan,

Pcmbimbing I Pembirnbin II

FT5t}TuSfl1 Rthirii N2. :940323 196512 1 001

Drs.RUSVd' 721,3rv. M. Ed.


(4)

'?cr: ?engwz Sekoi D!2m Penibm= KDn1peteni Pedag4k Grirtz Di SMA Negeri 3 Kot T3ngcrang SeLt", diin Oit1 Vidi Scptiyth,

NtM. 1112018200343, iur Mznajez'en Pdk Fakulias Ilmu Tarbiyah

dan Kegunii, Univsits Islam Negei Syarif II-Edayatuflah Jakt2 telah di uJi

cciarannya oic±i Do-,---,n Pbirnbthg Skripsi paa tgJ 5 Dcmbcr 2016.

Jakazt2., 7 Desembcr 2016

P en-lb mbng I Pnbirnbing U

/1

(7

- - - - --- - Prof. Di. iusni Rhim

si?.

194ô323

196S2 I 1

Drs.Rusz3k;K1. Ed. Mn!! NIl. 19560503 i9803 1 002


(5)

Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik berjalan dengan cukup baik sesuai dengan tugas dan fungsinya, namun optimalisasinya perlu ditingkatkan. Hal ini dapat terlihat dari keberhasilan guru yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu membuat program semester maupun program tahunan serta mampu mengorganisir perangkat administrasi guru dengan baik, walaupun kunjungan pengawas ke sekolah belum maksimal. Selain itu guru mampu menentukan strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik. meskipun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam meingkatkan kompetensi pedagogik guru.


(6)

Vidi Septiyani (NIM : 1112018200043). The Role of School Supervisor in Constructing the Pedagogic Competence of Teacher at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

The objective of the research was to investigate the role of school supervisor in constructing the pedagogic competence of teacher. The research was conducted at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan by employing a descriptive qualitative method. The research used interview, observation and documentation in collecting the data.

The research finding showed that the role of school supervisor was ongoing well and in accordance with its function, however the optimise needs to be improved. This can be seen from the teachers’ ability in arranging syllabus and designing lesson plan in accordance with the curriculum policy. Teachers are able to create a semester or annual programme as well as being able to orginise teacher administration apparatus properly. Although the average school supervisor visit have not maximize. Furthermore the teacher were able to determine the methods and learning strategies that can develop veriety of students potential. Though there were still some obstacle in the implementation of the contruction that undertaken by the school supervisor in enhancing the pedagogic competence of teachers.


(7)

anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Sebuah karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.

Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan Muhammad saw yang telah membimbing umatnya untuk menuju kebahagaian dunia dan akhirat.

Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik materil dan moral kepada penulis. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

yang juga sekaligus dosen pembimbing akademik, yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. Husni Rahim dan Rusydy Zakarya, M. Ed, M.Phil. Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi, beliau telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Iis Nurhayati, M.Pd. Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk penulisan skripsi ini.


(8)

7. Kedua orang tua tercinta, Mama (Novita Savitri) dan Papa (Muhammad Paliami) tersayang, berkat doa beliau, penulis dapat bertahan sampai saat ini, serta berkat dukungannya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Hafidz, Anggita, Via, Fahri dan Izet yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.

9. Hot Chilli (Ainatul, Chaca, Icha, Ira, Ismi, Jannah, Siti, Tien dan Umdah), sahabat kesayangan yang berjuang bersama semasa kuliah. 10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012 Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang turut membantu study penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang disebut maupun yang tidak disebut namanya dalam kata pengantar ini, semoga Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya. Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat pula bagi penulis maupun pembaca sekalian. Amiiinn

Jakarta, 28 Desember 2016 Hormat saya,

Vidi Septiyani


(9)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... `iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI ...iv

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 5

C. Pembatasan Masalah ... ... 5

D. Rumusan Masalah ... ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... ... 7

A. Pengawas Sekolah ... ... 7

1. Pengertian Pengawas Sekolah ... ... 7

2. Tujuan Pengawasan ... 9

3. Tugas Pengawas Sekolah ... ... 10

4. Fungsi Pengawas Sekolah ... ... 11

5. Kualifikasi Pengawas Sekolah ... 12

6. Kompetensi Pengawas Sekolah ... 14

7. Beban Kerja Pengawas Sekolah ... 17


(10)

B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik ... 21

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik ... ... 22

2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik ... 23

3. Prinaip-Prinsip Kompetensi Pedagogik ... ... 29

4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik ... ... 30

C. Penelitian Yang Relavan ... ... 32

D. Kerangka Pikir ... ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 37

E. Teknik Pengolahan Data ... ... 38

F. Kisi-Kisi Instrumen ... ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... ... 45

1. Profil Pengawas Sekolah ... 45

2. Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... 47

3. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ... 48

4. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... 49

5. Tenaga Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... 50

6. Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ... 51

7. Keadaan Siswa ... ... 51

8. Fasiitas ... 51


(11)

C. Temuan Hasil Penelitian ... ... 70

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... ... 73

B. Saran-Saran ... . ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... ... 79


(12)

Tabel 3.1 : Waktu Kegiatan Penelitian ... 36

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... ... 39

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi ... 42

Tabel 3.4 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi ... ... 43

Tabel 4.1 : Keadaan Fasilitan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ... 52

Tabel 4.2 : Tugas dan Beban Pengawas Sekolah ... ... 53

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Berpikir ... ... 35

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan ... ... 46


(13)

Lampiran 1 : Pedoman Observasi ... ... 79

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ... ... 80

Lampiran 3 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi ... ... 83

Lampiran 4 : Hasil Observasi ... 84

Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah ... ... 86

Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... ... 90

Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ... ... 95

Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ... ... 100

Lampiran 9 : Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi ... ... 105

Lampiran 10 : Hasil Wawancara dengan Guru Seni budaya:... ... 110

Lampiran 11 : Data Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ……….. ... 114

Lampiran 12 :Data Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ... 116

Lampiran 13 : Buku Tamu (Daftar Kunjungan Pengawas Sekolah )... 117

Lampiran 14 : Surat permohonan Pembimbing ... 122

Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 123

Lampiran 16 : Daftar Uji Refrensi ... 124


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran disekolah. Terwujudnya tujuan pendidikan perlu keterlibatan seluruh komponen pendidikan seperti; kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah. Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah adalah tiga serangkaian pelaku pendidikan yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bersinergi serta harus saling mendukung demi terlaksananya peran dan fungsinya masing-masing. Diantara ketiga unsur tersebut, guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan.

Namun untuk mewujudkan guru yang berkualitas dan kompeten, sosok pengawas sekolah sangatlah penting. Pengawas pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan mengembangkan kompetensi guru dengan tujuan agar sekolah yang dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri


(15)

sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manejerial pada satuan pendidikan”.

Dalam proses pendidikan pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan pengawas sekolah kepada guru yang ditunjukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Supervisi pendidikan merupakan bimbingan profesional dengan usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid.1 Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supervisor membantu guru-guru tercermin pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya.

Dalam tugasnya selain melakukan pengawasan dan evaluasi, pengawas sekolah juga harus melakukan pembinaan. Peranan pengawas sekolah adalah memberi dukungan, membantu, dan mengikut sertakan. Seorang pengawas sekolah harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Penjelasan tersebut telah mengambarkan bahwa pengawas sekolah memberikan peran penting dalam meningkatkan kualitas guru terutama dalam kompetensi pedagogik. Semakin baik pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah maka guru semakin professional sebagai pendidik.

Sebagai pengembang peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran disekolah tidaklah mudah sebagaimana di amanakan

1

TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen


(16)

Permendiknas No.12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah. Peran pengawas dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat dilihat pada proses pembinaan, namun kenyataan dilapangan masih banyak permasalahan yang kerap terjadi. Pengawas sekolah tidak memenuhi kriteria sebagai pengawas baik dari sudut kualifikasi, kompetensi maupun jenjang karier. Mengenai kinerjanya terlihat tidak efektif, mereka hanya mampu melakukan pengawasan dalam aspek manajerial sementara aspek akademik diabaikan. Selain itu pada saat melakukan kunjungan ke sekolah, pengawas sekolah tidak memberikan pembinaan kepada guru. hal ini terjadi karena guru lebih kompeten dibidang akademik dibanding pengawasnya.2 Tidak jarang pula pengawas sekolah hanya melakukan penilaian sepihak dalam pelaksanaan kunjungannya. Sikap pengawas seperti itu hanya akan menjadikan kesan menakutkan bagi pihak sekolah terutama guru, karena guru akan merasa tertekan sehingga tidak dapat bekerjasama dengan pengawas untuk memecahkan masalah yang di hadapinya. Tidak kompetennya pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya dalam pengawasan akan mengakibatkan tidak maksimalnya pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah. Hal ini juga menjadi kendala yang besar bagi peningkatan kompetensi pedagogik guru.

Kurang optimalnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah akan berdampak pada layanan belajar yang diberikan guru kepada peserta didik. Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar. Namun dalam penerapannya, masih banyak ditemukan kualitas guru yang rendah, terutama dalam mencangkup kompetensi pedagogik. Dalam proses pembelajaran masih dijumpai guru disekolah-sekolah khususnya SMA cenderung tidak memiliki perencanaan yang matang sehingga berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas serta dalam melakukan penilaian dalam

2

Dosen FITK Institusi Agama Islam Palu, Kinerja Pengawas Dalam Meningkatkan


(17)

pembelajaran. Dalam hal penyusunan perencanaan pembelajaran belum semua guru dapat menyusun program perencanaan baik program tahunan, program bulanan maupun program pembelajaran lainnya. begitu pula dengan RPP, belum semua guru dapat membuat RPP dengan benar.3 Selanjutnya dengan adanya pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam membuat guru lelah dan berakibat tidak optimal dalam melaksanakan pembelajaran. Guru mengalami kekurangan waktu dan tenaga untuk belajar mendalami ilmu bidang keahliannya atau meningkatkan keprofesionalannya.4 Selain itu aktivitas pembelajaran dikelas masih kurang kepedulian guru dalam menetapkan teknik dan metode pembelajaran serta penggunaan media pada materi-materi ajar tertentu. 5 Dalam proses pembelajaran, banyak guru yang hanya melaksanakan pembelajaran tanpa melakukan penilaian dan menganggap bahwa dirinya telah selesai melaksanakan tugas mengajar.

Apabila keadaan guru seperti ini maka kualitas pendidikan akan semakin rendah. Siswa akan semakin banyak yang tidak aktif dalam proses pembelajaran bahkan sekolah akan melahirkan lulusan-lusan yang tidak kompeten. Realitas tersebut telah menunjukan bahwa masih banyak guru yang belum kualitasnya masih rendah, terutama dalam kompetensi pedagogiknya. Oleh sebab itu peran pengawas dalam memberikan pembinaan pada guru sangat dibutuhkan. Fenomena ini sangat menarik bagi peneliti untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian dengan judul

“Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Profesionalisme Guru di SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN”

3

Muh. Yusuf, dkk, Pembinaan Pengawas Pada Guru Dalam Merencanakan,

Melaksanakan dan Melakukan Penilaian Pembelajaran, 2015, h. 2, Vol 1 No.1

4

Lufri, Mengungkap Permasalahan Guru Profesional Di Sumatera Barat Berdasarkan

Tinjauan Beban Mengajar 24 Jam, 2013.

5


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Jumlah sekolah yang dibina terlalu banyak sehingga munculnya masalah tidak terpenuhinya target kunjungan ke sekolah binaan sesuai jadwalnya.

2. Pengawas hanya melakukan pemeriksaan dan penilaian secara sepihak. 3. Pengawas tidak melakukan pembinaan saat melakukan kunjungan ke

sekolah.

4. Masih terdapat pengawas sekolah yang tidak kompeten.

5. Pengawas dan guru tidak kooperatif pada saat pembinaan, karena kurangnya sikap terbuka guru kepada pengawas sekolah dalam menyampaikan kendala dalam mengajar.

6. Kualitas mengajar guru tidak sesuai dengan standar kompetensi guru. 7. Masih terdapat guru yang menjadikan mengajar hanya sebagai rutinitas

sehingga guru tidak pernah mengevaluasi proses mengajarnya.

8. Guru tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan teknologi. 9. Guru tidak melakukan pengembangan diri atau mengupdate ilmunya. 10. Guru tidak kreatif dalam proses mengajar sehingga tidak menciptakan

siswa yang aktif belajar.

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya keterbatasan waktu, pikiran, dana dan sarana yang ada maka peneliti merasa perlu memberikan batasan permasalahan agar hasil penelitian lebih fokus. Peneliti hanya membatasi penelitian ini mengenai peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. Pengawas dalam penelitian ini adalah pengawas yang diangkat dan ditugaskan oleh Dinas Pendidikan.


(19)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah maka penelitian ini bertujuan:

Untuk menjelaskan peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan untuk menarik minat peneliti lain agar meneliti peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. 2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain dalam hal penelitian mengenai

peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru.

3. Sebagai masukan bagi sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru.


(20)

BAB II

PEMBAHASAN A. Pengawas Sekolah

1. Pengertian Pengawas Sekolah

Pengawasan merupakan bagian dari tugas keagamaan dan termasuk perintah kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar. Untuk jabatan ini, penguasa harus memilih orang yang memiliki kompetensi. Sehingga ia memiliki kewajiban karena wilayah kekuasaan yang diamanatkan kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,

فورعملاب

و نرمأيو

ريخلا

ىلإ

و نعدي

ةمأ

مكنم

نكتلو

و نحلفملا

مه

ك لوأو

ركنملا

ع ن

و نهنيو

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(Ali Imran : 104)

Hal yang sama juga dituliskan dalam surat Al-Fajr ayat 14

داصرملابل

كبر

ن

“Sesungguhnya tuhanmu benar-benar mengawasi”

Begitu pula dalam proses pendidikan, pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Salah satu jabatan resmi bidang pendidikan yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar dikelas dikenal dengan pengawas sekolah.


(21)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manejerial pada satuan pendidikan”.6 Pengawas Sekolah sebagaimana dimaksud pada pasal (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh Guru yang berstatus sebagai PNS

Selain itu, Syaiful Sagala dalam buku Supervisi Pembelajaran mengatakan bahwa pengawas sekolah adalah “Tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas dan tanggung jawab secara penuh oleh pejabat berwewenang untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan pada satuan pendidikan.”7

Dalam perspektif lain menurut Sudarwan Danim Pengawas sekolah adalah:

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan anak usia dini formal (PAUD, yang dulu sering disebut sebagai pendidikan prasekolah), dasar dan menengah.8

6

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

7

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung,: Alfabeta, 2012), Cet. II, h.142

8

Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. III, h.116-117


(22)

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah adalah tenaga profesional yang bertugas melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran, kinerja serta perilaku dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kinerja pendidik serta tenaga kependidikan.

2. Tujuan Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang berupaya memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan ketentuan sehingga tujuan atau target yang telah ditetapkan dapat dicapai. Menurut Nur Aedi pengawasan pendidikan utamanya memiliki dua tujuan, yaitu: a) Untuk memastikan pelaksanaan kegiatan pendidikan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

b) Memastikan tujuan, target dan sasaran dari program, kegiatan atau kebijakan pendidikan dapat tercapai.9

Sedangkan menurut Harsono, tujuan pengawasan pendidikan dan kebudayaan adalah:

Untuk mendeteksi sedini mungkin segala bentuk penyimpangan serta menindaklanjutinya dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pendidikan. prioritas pendidikan yang dimaksud adalah pemerataan kesempatan belajar, relevansi, peningkatana mutu, dan kesangkilan dan kemangkusan. 10

Secara lebih luas, Kaho menyebutkan bahwa terdapat 4 tujuan pengawasan, yaitu;

a) untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. b) untuk mengetahui kesulitan- kesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga demikian

9

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014) Cet. I, h.9- 10

10

Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet.III, h. 221


(23)

dapat diambil langkah-langkah perbaikan dikemudian hari. c) mempermudah atau memperingan tugas pelaksana, karena para pelaksana tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dibuatnya karena kesibukan sehari-hari; dan d) pengawasan bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki kesalahan.11

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa pengawasan dalam pendidikan bertujuan untuk memastikan tujuan dan target pendidikan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan lancar.

3. Tugas Pengawas Sekolah

Sebagai tenaga profesional, pengawas sekolah mempunyai tugas yang cukup luas. Nana Sudjana mengemukakan bahwa tugas pokok pengawasan sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas menurut Nana Sudjana minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni :

a) Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. b) Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya. c) Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan sekolah.12

Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan tugas pokok pengawas sekolah adalah:

Melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan

11

Aedi, Op.Cit,. h.10

12


(24)

professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.13

Selain itu, menurut Nur Aedi seorang pengawas sekolah wajib melaksanakan tugas sebagai berikut:

a) Menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, melaksanakan hasil evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan membimbing dan melatih profesional guru. b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika. d) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.14

Dari beberapa penjelasan mengenai tugas pengawas sekolah yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tugas pokok yang harus dijalankan oleh pengawas sekolah, yakni: Pertama, Melakukan Pemantauan. Pada kegiatan ini, seorang pengawas melakukan pemantauan mengenai pelaksanaan program sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan serta proses perkembangannya. Kedua, seorang pengawas wajib melakukan pembinaan. Pada tahap ini pengawas sekolah memberikan pembinaan berupa bimbingan dan pelatihan bagi kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam rangka memperbaiki mutu sekolah dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikannya. Ketiga, pengawas sekolah melakukan evaluasi. Setelah melakukan pemantauan dan pembinaan, seorang pengawas perlu melakukan evaluasi untuk melihat hasil dari program pengembangan sekolah.

4. Fungsi Pengawas Sekolah

Secara umum, pengawas berfungsi sebagai pemerbaik dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan demikian segala aktifitas sekolah yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas

13

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

14


(25)

pendidikan menjadi bagian bidang garapan pengawas. Dalam Kepmendiknas Nomor 097/u/2002 Pasal 5, fungsi pengawas meliputi:

a) Pengamatan dan pemantauan terhadap kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, pembinaan untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan kendala pelaksanaan pendidikan. b) Pemeriksaan terhadap satuan kerja di lingkungan dinas.15

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah dijelaskan bahwa pengawas madrasah mempunyai fungsi melakukan:

a) program pengawasan di bidang akademik dan manajerial. b) pembinaan dan pengembangan madrasah. c) pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru madrasah. d) pemantauan penerapan standar nasional pendidikan. e) penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan f) pelaporan pelaksanaan tugas kepengawasan.16

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawas, yakni:

Pertama, sebagai pemeriksa dan penilai jalannya penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah. Kedua, sebagai pembimbing untuk memperbaiki kualitas dan kompetensi kepala sekolah, guru dan staf sekolah.

Ketiga, sebagai pelapor atas hasil pelaksanaan tugas kepengawasan.

5. Kualifikasi Pengawas Sekolah

Dasar pemikirannya kualifikasi pendidikan pengawas sekolah adalah persyaratan minimal mengenai tingkat pendidikan formal dan keahlian/keilmuan, pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja dan usia yang harus dipenuhi.17

Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2 Tentang Standar Nasional

15

Engkoswara, Op.Cit., h. 225

16

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah.

17

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.158


(26)

Pendidikan, bahwa dijelaskan kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:

a) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi.

b) Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan.

c) Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.18

Secara lebih luas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa Kualifikasi pengawas sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK sebagai berikut:

a) Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi.

b) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c.

c) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan.

d) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau satuan pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah.

e) Lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan.19

Dari penjelasan diatas maka dapat ditegaskan bahwa untuk menjadi seorang pengawas dipersyaratkan memiliki diantaranya berpendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, berstatus sebagai guru sekurang- kurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun, memiliki pangkat minumum penata, golongan III/c, setinggi-tingginya

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

19

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah


(27)

berusia 50 tahun, memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan dan lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan.

6. Kompetensi Pengawas Sekolah

Kualifikasi pengawas sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK sebagai berikut:

a) Kompetensi Kepribadian

1) Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan 2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah, baik yang

berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.

3) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya.

4) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan.

b) Kompetensi supervisi manajerial

1) Menguasai metode, tekhnik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan disekolah menengah yang sejenis.

2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah yang sejenis.

3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan disekolah menengah yang sejenis.

4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindak lanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya disekolah menengah yang sejenis.

5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan disekolah menegah yang sejenis.

6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling disekolah menengah yang sejenis.

7) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya disekolah menengah yang sejenisnya. 8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan da

memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah menengah sejenisnya.


(28)

c) Kompetensi Supervisi Akademik

1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenis. 2) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan

kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenisnya.

3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.\

5) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.

6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran SD/MI.

d) Kompetensi Evaluasi Pendidikan

1) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan di sekolah.

2) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.

3) Menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. 4) Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar

siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.


(29)

5) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.

6) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah.

e) Kompetensi Penelitian Pengembangan

1) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.

2) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas.

3) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif.

4) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung jawabnya.

5) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

6) Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan.

7) Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah.

8) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah.

f) Kompetensi Sosial

1) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

2) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya.20

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi pengawas sekolah untuk menguasai kompetensi tersebut untuk menghasilkan kinerja yang berkualitas

20


(30)

7. Beban Kerja Pengawas Sekolah

Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 6 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa Beban Kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) jam perminggu didalamnya termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan disekolah pembinaan.21

Senada dengan penjelasan tersebut, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan menjelaskan bahwa beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan. Pembimbingan dan pelatihan profesional guru yang dimaksud, meliputi:

a) membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya, yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun melalui KKG/MGMP/MKKS atau bentuk lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya. b) menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk merencankan, melaksanakan, menilai proses pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga perpustakaan pada satuan pendidikan.22 Adapun sasaran pengawasan untuk sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit

21

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 4Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

22

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.


(31)

7 satuan pendidikan dan/atau 40 guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran.23

Dari uraian mengenai beban kerja pengawas sekolah, dapat diketahui bahwa seorang pengawas sekolah mengemban beban kerja yang cukup berat, setiap minggunya ia wajib melakukan pengawasan, pembinaan dan penilaian dengan waktu 37,5 jam perminggunya. Satu orang pengawas wajib melakukan pengawasan 7 hingga 10 sekolah dengan jumlah guru binaan sebanyak 40.

8. Bentuk-Bentuk Pengawasan

Terdapat banyak istilah yang berkaitan dengan pengawasan yaitu monitoring, correcting, evaluating dan supervision. Sutisna menyatakan bahwa “pengawasan ialah fungsi administratif dimana administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.24 Pengawasan ditunjukan pada dua aspek, yakni:

a) Pengawasan Akademik

Pengawasan akademik merupakan bidang pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan akademik yang dilaksanakan pada satuan pendidikan. Glickman mendefinisikan supervisi akademik sebagai: “...

a series of activities in assissting teachers to develop their ability to manage teaching learning process in order to reach the objectives”.25

Kemudian, Syaiful Sagala mengatakan supervisi akademik sama maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan.26 Sedangkan Sahertian menegaskan pengawasan atau supervisi pendidikan adalah “usaha memberikan pelayanan kepada stakeholder pendidikan terutama kepada

23

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

24

Aedi, Op.Cit,. h. 2

25

Ibid, h. 182

26

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. II, h.156


(32)

guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran”.27 Pendapat lain dikemukakan oleh Mukhtar, bahwa:

Supervisi pendidikan merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok. Hakekatnya segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.28

Menurut Ofsted, fokus pengawasan akademik meliputi:

a) Standar dan prestasi yang diraih siswa. b) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa). c) kepemimpinan dan manajemen sekolah yang efektif mengenai pembelajaran.29 Dari beberapa pengertian pengawasan akademik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan akademik ialah pengawasan yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, dan penilaian kinerja guru dalam proses perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran.

b) Pengawasan Manajerial

Menurut Nur Aedi Pengawasan manajerial esensinya adalah

Berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional.30

Sedangkan Syaiful Sagala mengatakan bahwa;

h.41

27

Ibid, h. 156

28

Mukhtar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) Cet. I,

29

Sagala, Op.Cit., h.156 -157

30


(33)

Pengawasan manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari penyusunan rencana program sekolah berbasis data sekolah, proses pelaksanaan program berdasarkan sasaran, sampai dengan penilaian program dan hasil yang ditargetkan.31

Dari beberapa pengertian pegawasan manajerial diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengawasan Manajerial adalah pengawasan yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan dan penilaian kepala sekolah beserta seluruh elemen sekolah dalam rangka peningkatan dan pengembangan mutu sekolah.

9. Teknik Supervisi

Dalam melakukan pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, ada beberapa teknik supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah yaitu :

a) Teknik Individu

1) Mengadakan kunjungan kelas, yang dimaksud adalah kunjungan yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang mengajar atau ketika kelas sedang kosong.

2) Mengadakan observasi kelas, yaitu melakukan kunjungan ke sebuah kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang berlangsung di dalam kelas.

3) Mengadakan wawancara, yang dilakukan apabila supervisor mengkhendaki jawaban dari individu tertentu.

b) Teknik Kelompok

1) Mengadakan pertemuan rapat. Dalam kegiatan ini supervisor dapat memberikan pengarahan, pengkoordinasian dan mengkomunikasikan segala informasi kepada guru/staf.

2) Mengadakan diskusi kelompok 3) Mengadakan seminar

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan teknik- teknik supervisi yang diterapkan diharapkan dapat menunjang peningkatan kualitas kinerja guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

.

31


(34)

B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik

Pembinaan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru- guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.32 Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur- unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.33

Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.34 Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru.

Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.35

32

TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen

Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) Cet III, h. 315

33

Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000), hlm. 233 34

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT DUNIA PUSTAKA JAYA, 1995) hlm.9

35

Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), Cet I, hlm.29


(35)

Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki guru berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi; Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.36 Namun sesuai dengan kebutuhan penelitian, penulis hanya akan membahas mengenai Kompetensi Pedagogik.

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Sesuai dengan UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru profesional harus menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional, namun kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai oleh guru.

Dalam PP RI No. 19 Tahun 2005, Pasal 28 Ayat 3 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”37

Sedangkan menurut Yunus Abu Bakar, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah:

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi (a) pemahaman terhadap peserta didik. (b) perencanaan pembelajaran. (c) pelaksanaan pembelajaran. (d) mengevaluasi hasil belajar dan; (e)

36

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen BAB IV Pasal 10

37


(36)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.38

Sejalan dengan pengertian tersebut Lukmanul Hakiim mengatakan, kompetensi pedagogik atau akademik ini merujuk kepada “kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar, termasuk didalamnya perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa sebagai individu-individu.”39

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Dalam kompetensi ini guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta dapat membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang benar pada peserta didik.

2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007, terdapat sepuluh kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik, yaitu sebagai berikut:

a) Menguasai Karakteristik Siswa dari Aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. f) Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan siswa. g) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

38

Yunus Abu Bakar, dkk, Profesi Keguruan, (Learning Assitance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009) h. 4- 10-11

39

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009) h.243


(37)

pembelajaran. j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.40

Selain itu menurut Sulton Masyhud, kompetensi pedagogik ini mencangkup hal-hal sebagai berikut :

a) Memahami perkembangan peserta didik dan dapat mengaplikasikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. b) Memahami berbagai teori pendidikan dan dapat mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. c) Dapat merancang pembelajaran yang mendidik. d) Dapat mengelola pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. e) Dapat menilai proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang benar. f) Dapat mengembangkan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. g) Dapat melaksanakan penelitian pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian yang benar. h) Dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan.41

Namun dalam RPP tentang guru yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b) pemahaman terhadap peserta didik. c) pengembangan kurikulum/silabus. d) perancangan pembelajaran. e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f) pemanfaatan teknologi pembelajaran. g) evaluasi hasil belajar (EHB). h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.42

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar aspek-aspek kompetensi pedagogik meliputi; Pertama, pemahaman terhadap peserta didik. Kedua, menguasai perencanaan dan

40

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

41

Sulton Masyhud, Manajemen Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014) Cet I, h. 17

42

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.75


(38)

pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, mampu mengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Berikut ini akan dijabarkan masing-masing aspek kompetensi pedagogik tersebut.

a) Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan hal utama dalam kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh seorang guru. Sukmadinata mengatakan bahwa “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya”.43

Selanjutnya, Lang dan Evans yang dikutip oleh Musfah, merinci keragaman pada peserta didik meliputi “siswa berbeda dalam gaya belajar, kemampuan, ras, asal geografis, jenis kelamin, pilihan seksual, status ekonomi, pengaruh budaya, kesehatan, pengaruh agama, pengaruh keluarga, pengaruh lain dan modal belajar”44 Pendapat lain dikemukakan E.Mulyasa, bahwa “setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan kreatifitas, intelegensi dan kompetensinya.”45

Dalam bukunya yang lain, E.Mulyasa menjelaskan bawa sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan

43

Musfah, Op.Cit,. h.31 44

Ibid, h.32-33 45

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008) Cet VII, h.27


(39)

perkembangan kognitif.46 Dengan memahami potensi dan keberagaman peserta didik, guru dapat mendesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.47

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memahami berbagai karakteristik peserta didik yang meliputi kemampuan berfikir, aspek fisik, minat serta latar belakang lingkungannya. Apabila guru dapat memahami peserta didiknya maka guru akan mudah untuk menentukan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b) Menguasai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitek.48 Menurut Hunt, untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang baik, antara lain; “Mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi.”49

Selain itu untuk menciptakan pembelajaran yang baik dibutuhkan rancangan pembelajaran efektif dengan memperhatikan unsur teknik, pendekatan dan metode-metode penyampaian pembelajaran yang dapat mempengaruhi peserta didik lebih untuk termotivasi pada kegiatan pembelajaran dikelas yang dilaksanakan

46

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.79

47

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenanga Kependidikan, (Bandung; Alfabeta, 2013) h. 32

48

Ali Mudlofir, Pendidik Pofesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012) Cet. I, h.78 49

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet, V, h.94


(40)

oleh pendidik atau guru.50 bukan hanya memahami metode pembelajaran yang baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran yaitu “hubungan, pengulangan dan penguatan”.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai metode-metode yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi sebagai feedback untuk melihat hasil dari apa yang telah ia ajarkan dalam proses belajar mengajar. hal ini harus dilakukan oleh guru agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.

c) Mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan dikembangkan. Menurut Musfah, “ Guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang maksimal”.51 Mulyasa mengatakan, pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling.52

Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Pertama, melalui kegiatan ekstrakulikuler. Menurut Mulyasa,

“Kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan kegiatan tambahan disuatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler.”53

50

Iskandar Agung, dkk, Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan

Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru, (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2014) Cet I, h.40

51

Musfah, Op.Cit,. h.42 52

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.111

53


(41)

Kedua, melalui pengayaan atau remedial. Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar. dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan belajar, menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar, baik dengan cara pencegahan maupun penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.54

Ketiga, melalui bimbingan dan konseling. Menurut Jones,

Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems”.55 Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi:

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinyasehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat.56

Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Soetjipto, konseling adalah:

Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya

54

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan

Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) Cet. VI, h.237

55

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.61 56


(42)

dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.57

3. Prinsip-Prinsip Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Hamzah B. Uno dalam buku Perencanaan Pembelajaran, menjelaskan prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. d) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. e) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. f) mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.58

Pandangan lain dikemukakan Wina Sanjaya, menurutnya prinsip- prisip mengajar yakni:

1. Berorientasi pada tujuan 2. Aktifitas

3. Individualitas 4. Integritas 5. Interaktif 6. Inspiratif 7. Menyenangkan 8. Menantang 9. Motivasi.59

Dari urian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi guru untuk memperhatikan prinsip-prinsip mengajar. hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu guru wajib memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang maupun yang telah dilakukan.

57

Ibid, h. 63 58

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Bumi Aksara, 2012) h. 7 59


(43)

4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik

Pengawasan dalam bidang pendidikan menunjukan karakteristik khas mengandung konsep supervisi yang kental dengan adanya tugas pembinaan. Menjadi keliru dan menyalahi aturan, apabila mekanisme kerja pengawas hanya memantau, memeriksa dan melaporkan saja karena esensi pengawasan dibidang pendidikan terletak pada unsur pembinaan.60 Dalam praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki tugas membina dan mengembangkan karier para guru dan staf lainnya serta membantu memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara professional.61

Pengawas sekolah memiliki banyak kegiatan dalam rangka menjalankan tugas profesinya sebagai pengawas. Kegiatan pengawas sekolah diantaranya terdiri atas pengembangan profesionalitas, pengawasan akademik dan manajerial, pengembangan profesi dan pelaksanaan kegiatan penunjang pengawas sekolah.62 Pembinaan yang diberikan pengawas sekolah kepada guru binaannya harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam.

Dasar pengawas melakukan pembinaan adalah silabus dan perencanaan program pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sendiri oleh guru. Dalam praktiknya pengawas mampu mereview silabus dan RPP yang disusun oleh guru. Pengawas mampu menempatkan model dan strategi mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi yng tertuang dalam RPP guru. Kemudian pengawas mampu membantu guru memperhatikan keragaman potensi peserta didiknya.63 Ada beberapa teknik pengawasan yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan kompetensi pedagogik, yaitu :

60

Engkoswara, Op.Cit., h.225. 61

Ibid, hlm.228 62

Aedi, Op.Cit., h.133 63

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet II, h.157


(44)

Pertama, melakukan kunjungan kelas. Menurut Yahya, kunjungan kelas adalah:

Suatu kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam suatu kelas pada saat guru sedang mengajar, dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan mengatasi masalah/kesulitan dalam mengadakan kegiatan pembelajaran. kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru tersebut mengajar.64

Selanjutnya Sagala menjelaskan, teknik kunjungan kelas bertujuan

“untuk membantu guru yang belum berpengalaman mengatasi kesulitan dalam mengajar. kemudian membantu guru yang berpengalaman untuk mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar”.65

Kedua, melakukan Pertemuan Pribadi. Individual conference atau percakapan pribadi adalah percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru.66 Secara lebih luas, Sagala menjelaskan “percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru.” Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.67

Menurut Engkoswara, setelah melakukan observasi kelas, supervisor melakukan pertemuan pribadi berupa percakapan, dialog atau tukar pikiran tentang temuan-temuan observasi.68

Ketiga, Melakukan rapat antara supervisor dan para guru di sekolah. Saat supervisor menemukan beberapa permasalahan yang sama dihadapi hampir seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan

64

Yahya, Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan (to Help to Change), (Padang: UNP Press Padang, 2011) h.72

65

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.187

66

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Cet. I, h.73

67

Sagala, Op.Cit,. h. 190 68

Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.230


(45)

individual, oleh karena itu akan dibahas dalam rapat guru.69 Rapat antara supervisor dan para guru biasanya untuk membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan.70

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengawasan dalam pembinaan kompetensi pedagogik mengarah pada kegiatan pengajaran yang dilakukan guru. Proses pembinaan ini meliputi bimbingan kepada guru dalam memahami berbagai macam karakteristik peserta didik serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Selain itu, proses pembinaan ini juga mengarah kepada proses pembuatan RPP dan pelaksanaan pengajaran yang dilaksanakan dikelas. Untuk memulai pembinaan, pengawas sekolah dapat mengumpulkan data tersebut dengan melakukan teknik pengawasan yaitu melakukan kunjungan kelas, pertemuan pribadi dan rapat guru. Apabila pembinaan ini dilakukan secara baik maka dapat dipastikan kompetensi pedagogik guru pun akan menunjukan kualitasnya.

C. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, referensi tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Latif Rusdi yang berkaitang dengan pengawas sekolah yang berjudul “Peran Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5 Cilincing Jakarta Utara.” Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini ini telah menunjukan perbedaan denga penelitian penulis, perbedaanya terletak pada fokus penelitiannya. Pada penelitian Latifa Rusdi, ia membahas

69

Ibid, h.230 70

TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen


(46)

mengenai bagaimana Peran Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini mencangkup secara luas yaitu bagaimana peran pengawas madrasah untuk meningkatkan mutu sekolah dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan. selain itu, penelitian ini tertuju hanya pada sekolah berbasis madrasah. sedangkan penlitian yang penulis buat hanya terfokus pada peran pengawas dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru saja.71

2. Penelitian yang dilakukan Anas Rupaedi yang berjudul “Peran Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Administrasi Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia. Seperti pada penelitian yang sebelumnya, penelitian ini juga terfokus pada peningkatan mutu pendidikan. namun penelitian ini tertuju pada Sekolah Menengah Kejuruan. Berbeda dengan penelitian yang penulis tulis, fokus penelitian tertuju pada pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.72

3. Penelitian yang dilakukan David Ragil Saputra yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar Se-Kabupaten Temanggung. Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini terfokus untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas sekolah, namun berbeda dengan penelitian penulis terfokus untuk mengetahui bagaimana peran pengawas dalam pembinaan kompetensi pedagogik.73

71

Latif Rusdi, Peran Pengawas Madraah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5

Cilingcing, Jakarta Utara, Skripsi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

72

Anas Rupaedi, Peranan Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Jakarta, 2012. 73

David Ragil Saputra, Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar

Se-Kabupaten Temanggung, Skripsi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas


(47)

D. Kerangka Berpikir

Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik.

Kondisi nyata SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN dalam pembinaan pedagogik yang dilakukan pengawas sekolah meliputi masih terlihat jarangnya pengawas sekolah melakukan kunjungan karena terlalu banyak sekolah yang dibina, pengawas hanya melakukan pemeriksaan tanpa melakukan pembinaan pada saat kunjungan ke sekolah, dan kualitas mengajar guru yang tidak sesuai dengan standar kompetensi guru.

Dalam peningkatan kompetensi guru, pengawas sekolah adalah pemegang peran paling penting. Salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu dengan melakukan pembinaan. Dengan melakukan pembinaan, pengawas sekolah diharapkan dapat melakukan bimbingan kepada guru yang ditujukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.

Namun dengan melihat perbedaan kondisi nyata dari harapan di atas, maka diduga masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu belum optimalnya peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik, sehingga membutuhkan strategi-strategi untuk mengoptimalkan pembinaan kompetensi pedagogik, diantaranya:

1. Mengikuti pelatihan atau workhop 2. Melakukan kunjungan kelas 3. Melakukan Individual Conference

4. Mengadakan rapat antara pengawas dan para guru

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut:


(48)

GAMBAR 2.1

Diagram Kerangka Berpikir

INPUT Proses Output

Kondisi nyata

1. Jumlah sekolah yang dibina terlalu banyak.

2. Pengawas hanya melakukan pemeriksaan tanpa

melakukan pembinaan pada saat kunjungan ke sekolah. 3. Terdapat pengawas yang

tidak kompeten.

4. Pengawas dan guru tidak kooperatif.

5. Kualitas mengajar guru tidak sesuai dengan standar kompetensi guru.

6. Bagi guru mengajar hanya menjadi rutinitas tanpa melakukan evaluasi. 7. Guru tidak memiliki waktu

untuk mengikuti

perkembangan teknologi. 8. Guru tidak mengupdate

ilmunya.

9. Guru tidak kreatif dalam proses mengajar Masalah Belum optimalnya peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik

Strategi

1. Mengadakan workshop atau pelatihan.

2. Meningkatkan jumlah observasi kelas

3. Meningkatkan supervisi akademik dan

manajerial.

4. Mengadakan seminar atau lokakarya 5. Melakukan studi

banding. Hasil Meningkatnya kompetensi pedagogik guru FEEDBACK


(49)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN yang beralamat di Jalan Benda Timur XI Komplek Pamulang Permai II, Pamulang-Tangerang Selatan, Banten. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan November 2016 dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Waktu Kegiatan Penelitian

NO KEGIATAN BULAN KET F E B R U A R I M A R E T A P R I L M E I J U N I J U L I A G U S T U S S E P T E M B E R O K T O B E R N O V E M B E R D E S E M B E R J A N U A R I

1 Observasi awal 2 Bimbingan

Bab 1-3 3 Pengumpula

n data 4 Pelaksanaan

Penelitian 5 Pengolahan

data 6 Bimbingan

Bab 4-5 7 Uji Referensi 8 Munaqosah


(50)

B. Metode Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, maka fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan.

C. Sumber Data

Sesuai fokus dan sifat penelitian maka dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

1. Sumber data primer yaitu, merupakan data langsung yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, buku, jurnal dan peraturan perundang-undangan merupakan sumber data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait dengan tujuan dan manfaat pengawasan, sasaran pengawasan, ruang


(51)

lingkup pengawasan, materi dan metode pengawasan, kualifikasi pengawas, manfaat pengawasan, dan tugas pokok pengawas.

Wawancara dilakukan dengan Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari guru biologi, guru ekonomi, guru bahasa indonesia dan guru seni budaya.

2. Observasi

Metode observasi yang digunakan yakni observasi langsung dengan menggunakan panduan pengamatan. Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai bentuk-bentuk kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik, kehadiran pengawas sekolah, strategi pengawasan yang diterapkan, saran dan media yang digunakan, penilaian secara langsung serta sikap dan perilaku pengawas dan guru yang dibina.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal berupa catatan kegiatan pembinaan, pedoman pengawasan dan laporan hasil pengawasan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh tentang profil sekolah, visi dan misi, data kepala sekolah dan data tentang keadaan guru, data pengawas sekolah, jadwal kunjungan pengawas sekolah dan kegiatan pembinaan, instrumen kegiatan pembinaan, dokumen/hasil laporan pembinaan pengawasan. Dokumen- dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang dilakukan secara rinci adalah sebagai berikut :


(52)

1. Reduksi Data

Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti mengelompokkan data berdasarkan hasil yang di dapat dari para informan.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data peneliti dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.

3. Penarikan kesimpulan

Peneliti mengambil kesimpulan melalui analis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga terdapat persamaan dan perbedaan lalu data dapat disimpulkan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data dilapangan, dengan cara merefleksikan kembali.74

F. Kisi-Kisi Instrumen

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1 Peran Pengawas 1.1 Pengawas 1.1.1 Latar belakang pengawas

74

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Ciputat: Mega Mall, 2013) h. 224-225


(53)

Sekolah Sekolah sekolah ( latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban kerja)

1.1.2 Tugas pokok pengawas sekolah

a. Melakukan pengawasan (Supervisi akademik & supervisi manajerial) b. Melakukan pembinaan

( Pembinaan struktur dan tidak struktur, frekuensi pembinaan, metode pembinaan, materi-materi pembinaan)

c. Melakukan penilaian/evaluasi

( kinerja guru, penilaian terhadap rpp)

1.1.3 Strategi pengawasan yang dilakukan.

1.1.4 Hambatan dan tantangan pengawasan.

2 Kompetensi Pedagogik

2.1 Guru 2.1.1 Latar belakang guru (latar belakang pendidikan, pengalaman kerja)


(54)

2.1.2 Aspek utama kompetensi pedagogik

a. Pemahaman terhadap peserta didik.

( mengenali sifat dan karakter siswa, dapat menemukan bakat dan potensi siswa)

b. Keterampilan membuat RPP dan keterampilan menerapkan RPP dalam proses pembelajaran.

( mampu merumuskan indikator, dapat membatasi ruang lingkup materi, penguasaan pemilihan metode pembelajaran serta pemilihan sumber dan media belajar, penentuan jenis evaluasi).

d. mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


(55)

dimiliki.

( menjadi model bagi siswa, memberi ruang atau kesempatan agar potensi dan bakat dapat berkembang, mendorong siswa untuk mengikuti berbabagi olimpiade).

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Intrumen Observasi

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1 Peran Pengawas Sekolah

1.1 Kegiatan Pembinaan

1.1.1 Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik

(supervisi akademik dan supervisi manajerial, pembinaan struktur dan tidak terstruktur)

1.1.2 Kehadiran pengawas ke sekolah untuk melakukan pengawasan.

1.1.3 Tujuan dan manfaat pembinaan.

1.1.4 Kinerja pengawas dan guru yang dibina ( Konsistensi kehadiran, kesungguhan


(56)

bekerja dan tanggung jawab) 2 Kompetensi

Pedagogik

2.1 Strategi Pembinaan

2.1.1 Strategi yang diterapkan dalam melakukan pembinaan.

( mengadakan workshop/pelatihan,

meningkatkan supervisi akademik dan manajerial, meningkatkan jumlah observasi kelas)

Tabel 3.4

Daftar Ceklis Studi Dokumentasi

NO DOKUMEN ADA TIDAK

ADA

KET

1 Dokumen profil sekolah 2 Data profil pengawas sekolah 3 Data profil kepala sekolah 4 Data keadaan guru

5 Jadwal kunjungan pengawas sekolah

6 Program kerja pengawas 7 Daftar hadir pengawas sekolah 8 Jadwal kegiatan pembinaan


(57)

9 Instrumen kegiatan pembinaan 10 Dokumen/hasil laporan


(1)

(2)

(3)

Lampiran 14


(4)

(5)

(6)

125

Lampiran 15