xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya
berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam danatau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama dan memilih tempat tinggal di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang
untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan peristiwa penting antara lain kelahiran, lahir mati,
kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan
peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat
xiv keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang
1
. Isu kependudukan saat ini telah menjadi isu aktual di Indonesia seiring
dengan meningkatnya kompleksitas dan dinamika kependudukan global. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia telah mendorong terjadinya perubahan
paradigma kebijakan kependudukan secara mendasar di Indonesia.
2
. Masalah kependudukan yang menonjol di masa depan sungguh merupakan
persoalan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Penduduk masa depan akan semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Konsekuensi dari keadaan
ini sudah dapat diperkirakan semakin banyak pencari kerja, sementara itu lapangan kerja yang tersedia amat terbatas. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan akan
semakin banyak sehingga akan menimbulkan, kepadatan, kemacetan, kesempatan kerja dan persoalan umum lainnya.
Masalah lain yang juga berhubungan dengan kependudukan yaitu dari adanya pencatatan peristiwa-peristiwa vital di Indonesia tidak dilaksanakan oleh
satu departemen, tetapi oleh beberapa departemen tergantung dari jenis datanya. Misalnya, peristiwa kelahiran dicatat oleh Departemen Agama, migrasi penduduk
oleh Departemen Kehakiman. Departemen kesehatan mencatat statistik kematian beserta sebab-sebab kematiannya. Biro Pusat Statistik menghimpun data tersebut
1
Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Bandung : Fokus Media. Hal 54-58
2
Faturochman, dkk. 2004. Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Hal 4-5
xv dan menerbitkannya dalam seri Registrasi Penduduk. Walaupun data statistik vital
dihimpun oleh beberapa departemen, tetapi di tingkat bawah data tersebut dicatat oleh para lurah.
Masalah kependudukan sebagaimana diuraikan di atas, merupakan cermin dampak dari kegagalan membangun sistem administrasi kependudukan yang
baik. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Adimistrasi kependudukan, yang di harapkan akan dapat
memberikan manfaat antara lain, untuk merancang program pendidikan, kesehatan dan pelayanan-pelayanan lain yang membutuhkan data kependudukan yang akurat,
untuk keperluan perencanaan pembangunan dalam penyediaan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi, seperti penyediaan rumah sakit, puskesmas, pasar, fasilitas
pendidikan dan lain sebagainya, untuk alokasi pendanaan atau bantuan seperti alokasi subsidi perkapita, alokasi dana bantuan pendidikan, kesehatan, penentuan
Dana Alokasi Umum dan lain sebagainya. Dengan munculnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang
Adminitrasi Kependudukan, maka pada Pasal 106 di jelaskan bahwa Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa, Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina, Pencatatan
Sipil untuk Golongan Indonesia, Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia serta peraturan mengenai Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat
diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari
xvi sisi kepentingan Penduduk, Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen
kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif. Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini
meliputi hak dan kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan.
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Pada Saat negara dalam keadaan darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan terhadap data pribadi
penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material yang bersifat pidana, Undang-Undang ini
juga mengatur ketentuan mengenai tata cara penyidikan serta pengaturan mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
Kota Surakarta merupakan pusat kegiatan perdagangan, hal ini merupakan salah satu faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya.
Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama orang untuk mendatangi Kota Surakarta seperti
munculnya pedagang bakso Wonogiri, munculnya penjual Jamu dari Nguter Sukoharjo untuk mengadu nasib dan peruntungan di Kota Surakarta. Faktor lain
adalah sarana dan prasarana pendidikan dan rekreasi yang tersedia. Masalah yang di hadapi oleh penduduk di Kota Surakarta adalah lapangan
kerja yang semakin sempit. Masalah ini disebabkan oleh pertambahan penduduk
xvii yang begitu cepat dibandingkan dengan jumlah lapangan kerja. Dampak dari
masalah ini adalah peningkatan tindak kriminal. Lapangan kerja yang semakin sempit menyebabkan persaingan kerja yang ketat. Bagi orang-orang yang tidak
mampu bersaing kerja di sektor formal, mereka akan mencari pekerjaan di sektor informal seperti pedagang kaki lima atau pedagang asongan.
Semua ini
menimbulkan kecenderungan
ketidaktertiban masalah
administrasi kependudukan. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota sudah barang tentu dituntut untuk
dapat mengimplementasikan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 khususnya berkaitan dengan pendaftaran penduduk secara efektif. Undang-Undang No. 23
Tahun 2006 yang diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2006 hingga saat ini sudah waktunya dievaluasi dan di teliti khususnya dalam hal pendaftaran
penduduk. Karena masyarakat telah dianggap tahu akan aturan tersebut. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Surakarta Studi tentang Pendaftaran Penduduk
B. Perumusan Masalah