Analisis pola dinamis antara kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar (exchange rate shan channel) dan mempengaruhi tingkat harga

ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN MONETER
MELALUI JALUR NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE CHANNEL) DAN
SUKU BUNGA (INTEREST RATE CHANNEL) DALAM
MEMPENGARUHI TINGKAT HARGA

OLEH
PRANOWO KUNCORO
NIM: 107084002963

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

II.


IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap

: Pranowo Kuncoro

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 5 Agustus 1988

3. Alamat

: Jl. Cililitan Besar No.27 Jakarta

4. E-mail

: pranowo.kuncoro@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Sahabat Jakarta (1993-1994)
2. SDN 03 Pagi Jakarta (1994-2000)

3. SLTPN 275 Jakarta (2000-2003)
4. SMAN 51 Jakarta (2003-2006)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (20072011)

III.

IV.

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Tukimin

2. Ibu

: Kamirah

3. Alamat

: Jl. Cililitan Besar No.27 Jakarta


4. Anak

: 3(tiga) dari 3 (tiga) bersaudara

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus Klub Taekwondo T2SC (Taekwondo Taruna Sport Club)
SMPN 275 Jakarta (2001-2002).
2. Anggota OSIS SMAN 51 Jakarta (2004-2005).
3. Ketua PASKIBRA SMAN 51 Jakarta (2004-2005).
i

4. Koordinator Kementerian Bidang Pendidikan Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI) wilayah Jawa bagian
barat (2009-2011).
5. Pembina Divisi Internal & Eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2010-2011).

ii


ABSTRACT
The purpose of this study was aimed the causal relation between exchange
rate channel of monetary policy and interst rates on the price level as well as to
see whether there is the dynamic effect on the price level because of the shock
caused by the monetary policy rate path and interest rates at a certain lag. The
data used in this study are monthly data from January 1998 to December 2010.
This study uses a Granger causality test to see any causal relation, and Vector
Error Correction Model (VECM) to see the presence of shock.
The results showed there is a causal relationship between exchange rate
channels of monetary policy and interest rates on the price level. And in this study
also concluded that there was the dynamic effect on the price level because of the
shock the exchange rates and interest rates at a certain lag. Variance
Decomposition test results showed that variations in the price level is
predominantly influenced by the innovations in the exchange rate than the interest
rate of innovation. While the Impulse Response Function test results showed that
response of price level to the shock value of exchange rates continue to rise until
the seventh for the period then showed a declining pattern, and the price level
response to the shock in interest rates showed a negative pattern of decline in the
first period until the third then show a pattern increased until the fifth period, but

the fifth period showed a pattern of decline.
Keywords: Monetary Policy, Exchange Rates, Interest rates, Price Level,
Transmission Mechanisms, Vector Error Correction Model.

iii

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kausalitas
antara kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga
serta untuk melihat apakah terdapat hubungan pola dinamis pada tingkat harga
akibat kejutan (shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar
dan suku bunga pada lag tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data bulanan dari Januari 1998 sampai Desember 2010. Penelitian ini
menggunakan uji kausalitas Granger, dan Vector Error Correction Model
(VECM).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan kausalitas antara
kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga. Dan
dalam penelitian ini juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pola dinamis
pada tingkat harga akibat kejutan (shock) nilai tukar dan suku bunga pada lag
tertentu. Hasil uji Variance Decomposition menunjukkan bahwa variasi tingkat

harga lebih dominan dipengaruhi oleh inovasi pada nilai tukar dibanding inovasi
pada suku bunga. Sedangkan hasil uji Impulse Response Function menunjukkan
bahwa respons tingkat harga terhadap shock nilai tukar terus meningkat hingga
periode ke tujuh untuk kemudian menunjukkan pola yang menurun, dan respons
tingkat harga terhadap shock suku bunga menunjukkan pola penurunan yang
negatif pada periode pertama hingga ketiga untuk kemudian menunjukkan pola
meningkat hingga periode kelima, namun setelah periode kelima menunjukkan
pola penurunan.
Kata Kunci: Kebijakan moneter, Nilai Tukar, Suku Bunga, Tingkat Harga,
Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model.

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan
skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal

baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,
apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:
1. Kedua orang tua tercinta. Bapakku (almarhum) dan Ibuku, beribu-ribu
ucapan terima kasih tak henti-hentinya tercurah bagi kalian berdua yang
telah rela berkorban begitu luar biasanya bagi penulis mulai dari penulis
dilahirkan hingga sekarang. Tanpa kalian berdua penulis bukanlah apaapa, kasih dan sayang kalian yang tulus tak akan pernah tergantikan dan
selalu ada disetiap masa. Rabbigghfirli waliwaalidayya warhamhumaa
kamaa rabbayani saghiira.
2. Haturan rasa terima kasih yang mendalam penulis juga ucapkan kepada
kedua kakak tercinta mba Eno dan mba Wari, yang senantiasa mendukung

yang terbaik bagi masa depanku. I can’t stand if there are not you at my
side thax for every spirit, hope, and motivation.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

v

4. Bapak Dr. Lukman M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku pembimbing I
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,
motivasi serta bimbingannya dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc selaku pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, motivasi
serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap civitas akademika (pengajar & tata usaha) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan
apresiasi terbaik dalam segala hal.
8. Rizqi Irma Yunita terima kasih untuk segala perhatian, doa, cinta dan

kasih sayang yang telah diberikan, kamu adalah sumber semangatku dalam
menghadapi hari-hari berat dan penuh tekanan selama menyelesaikan
skripsi ini, tanpa kamu disisiku aku bukanlah seperti aku yang sekarang.
9. Teman-teman mahasiswa IESP angkatan 2007 yang telah memberikan
pengalaman yang bergitu tak terkiranya bagiku dalam menjalani hari-hari
baik di dunia akademik maupun keseharian kita, tanpa kalian aku bukanlah
seperti diriku yang sekarang, banyak warna yang telah kita bersama
goreskan teman, semoga kita akan selalu satu dan selamanya solid apapun
yang terjadi kalian tetaplah bagian terbaik bagiku.
10. Teman-teman ekonomi moneter Alisah, JB, Mario, Danang, Aga, Tika,
Feni, Arini, Darso, Samsul, Mamet, Doko, Milad, Uli, dan semuanya.
Makasih banget untuk segalanya.
11. Terima kasih untuk semua teman-teman BEM-J IESP, IMEPI, dan temanteman seperjuangan waktu bimbingan skripsi hehehe...Sofi, Wiwi, Rei,
Ganda, Mario, Ahmad, Dea, Eti, Icha, dll, thx buat kebersamaan, tolong
menolong, bantuan, motivasi, masukan, dan rasa suka-duka yang udah kita
share bareng, semoga di akhir nanti semuanya bisa menjadi kenangan
manis saat kita lulus. Amin
vi

Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan

referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jakarta, 21 November 2011
Penulis

Pranowo Kuncoro

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................

i


ABSTRACT ...................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah .....................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................

9

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 11
1. Kebijakan Moneter ................................................................ 11
2. Tujuan Kebijakan Moneter ..................................................... 13
a. Kestabilan Harga ....................................................... 14
b. Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 14
c. Tingkat Kesempatan kerja ......................................... 14
d. Kestabilan Pasar Uang ................................................ 15
e. Kestabilan Pasar valas ................................................ 15
viii

f. Kestabilan Dalam Tingkat Bunga ............................... 16
3. Indikator Kebijakan Moneter .......................................... 16
4. Kerangka Kebijakan Moneter ......................................... 17
a. Instrumen Kebijakan Moneter .................................... 17
1) Operasi Pasar Terbuka .................................... 17
2) Cadangan Minimum........................................ 17
3) Kebijakan Diskonto ........................................ 18
b. Sasaran Operasional .................................................... 19
c. Sasaran Antara ............................................................ 19
d. Sasaran Akhir .............................................................. 20
5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ..................... 20
6. Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ............. 22
a. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel) ..................... 23
b. Jalur Kredit (Credit Channel) ..................................... 23
c. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel) ................. 24
d. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel) ............... 25
e. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel) ..................... 26
7. Konsep Purchasing Power Parity (PPP) ......................... 26
8. Teori Kuantitas Uang ....................................................... 28
a. Teori Irving Fisher ...................................................... 28
b. Persamaan Cambridge/Marshall ................................. 28
9. Teori Tingkat Bunga Fisher ............................................. 30
10. Teori Paritas Tingkat Bunga ............................................ 31

ix

a. Uncovered Interest Parity ........................................... 31
b. Covered Interest Parity ............................................... 32
11. Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka ........... 33
12. Kebijakan Moneter di Indonesia ...................................... 34
B. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 39
C. Penelitian Terdahulu ................................................................... 41
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 49
E. Hipotesis...................................................................................... 54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 56
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 58
1. Internet ............................................................................. 58
2. Studi Kepustakaan ........................................................... 58
3. Sumber Data .................................................................... 58
a. Nilai Tukar (Kurs)....................................................... 58
b. Suku Bunga SBI .......................................................... 59
c. Tingkat Harga (Inflasi) ............................................... 59
D. Metode Analisis Data .................................................................. 59
1. Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) dan Derajat
Integrasi ................................................................................ 61
2. Penentuan Lag Optimal ......................................................... 62

x

3. Uji Kausalitas Granger .......................................................... 63
4. Uji Kointegrasi ..................................................................... 64
5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) .............. 65
6. Variance Decomposition (VD) ............................................. 66
7. Impulse Response Function (IRF) ......................................... 66
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 67

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 69
1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (Kurs rupiah) ........ 69
2. Tingkat Harga (Inflasi) .......................................................... 74
3. Suku Bunga SBI .................................................................... 76
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................... 79
1.

Uji Stasioneritas Data ........................................................... 79
a. Uji Akar Unit (Unit Root Test) ........................................ 79

2.

Penentuan Lag Optimal ........................................................ 80

3.

Uji Kausalitas Granger ......................................................... 82

4.

Uji Kointegrasi ..................................................................... 83

5.

Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) ............. 85

6.

Variance Decomposition (VD) ............................................. 87

7.

Impulse Response Function (IRF) ........................................ 89

C. Intepretasi Hasil Analisis ................................................................. 92
1.

Hubungan Antara Kebijakan Moneter Jalur Nilai Tukar
Terhadap Tingkat Harga (Inflasi) ........................................ 92

xi

2.

Hubungan Anatara Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga
Terhadap Tingkat Harga (Inflasi) ......................................... 94

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan....................................................................................... 97
B. Implikasi ........................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL
Tabel
1

Keterangan

Halaman

Gambaran Perkembangan Nilai Tukar (Rupiah/USD),

5

Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi Tahun 2007-2010
2.

Penelitian Terdahulu

47

3.

Deskripsi Data Operasional Variabel

67

4.

Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US

71

5.

Rata-rata Tingkat Inflasi di Indonesia Pada Tahun 1998-2010

75

6.

Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 1998-2010

78

7.

Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)

79

8.

Uji Lag Optimal

81

9.

Hasil Uji Kausalitas Granger

82

10.

Uji Kointegrasi

84

11.

Hasil Estimasi VECM Dengan Lag 4

12.

[Tingkat Harga Sebagai Variabel Dependen]

86

Variance Decomposition Terhadap Tingkat Harga

88

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Keterangan

Halaman

1.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

22

2.

Efek Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka

33

3.

Perbandingan Sistem Operasional kebijakan Moneter

36

4.

Kerangka Pemikiran

53

5.

Pergerakan Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar US 1998-2010

6.

71

Pergerakan Rata-rata Tingkat Inflasi di Indonesia
Tahun 1998-2010

7.

8.

75

Pergerakan Rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI
di Indonesia Tahun 1998-2010

78

Impulse Response Function

90

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Keterangan

Halaman

1.

Data Penelitian

105

2.

Hasil Uji Akar Unit (Level)

109

3.

Hasil Penentuan Lag Optimal

112

4.

Hasil Uji Kausalitas Granger

113

5.

Hasil Uji Kointegrasi Johansen

114

6.

Hasil Estimasi VECM

116

7.

Variance Decomposition

118

8.

Impulse Response Function

119

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kebijakan moneter yang diambil oleh sebuah bank sentral tentunya
akan direspon baik oleh perubahan perilaku perbankan maupun perilaku dunia
usaha lainnya. Perubahan perilaku tersebut semisal tercermin dalam spread pada
suku bunga perbankan hingga ekspektasi para pelaku ekonomi karena memang
lewat jalur transmisi tertentu yang diberlakukan oleh bank sentral hal tersebut
menjadi mungkin terjadi (Bernanke dan Blinder, 1998). Perubahan-perubahan
tersebut menggambarkan suatu mekanisme yang dalam teori ekonomi moneter
dinamakan

mekanisme

transmisi

kebijakan

moneter

(MTKM).

Karena

menyangkut perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat, maka MTKM
merupakan proses yang bersifat kompleks dan sulit diprediksi.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya, menggambarkan
bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dalam mempengaruhi
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya mencapai
tujuan akhir yang ditetapkan oleh bank sentral di tiap-tiap negara (Warjiyo, 2004).
Sektor keuangan atau moneter mempunyai peranan yang penting, bukan hanya
sebagai perantara finansial tetapi juga sebagai pihak yang membatasi, menilai, dan
mendistribusikan resiko yang berkaitan dengan berbagai kegiatan finansial. Pada
mekanisme pasar, peranan ini memungkinkan terjadinya keseimbangan antara
keuntungan yang diperoleh dengan resiko yang dihadapi. Tujuan utama deregulasi

1

keuangan seperti deregulasi ekonomi pada umumnya adalah mendorong efisiensi
dan pertumbuhan ekonomi.
Permasalahan mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter masih
merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di dunia akademis
maupun para prakstisi di bank sentral. Mekanisme transmisi kebijakan moneter
selalu dikaitkan dengan dua pernyataan Bernanke dan Blinder (1992) dan Taylor
(1995). Pertama, apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekonomi riil
disamping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya, melalui
mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan moneter terhadap ekonomi riil itu
terjadi.
Beberapa bank sentral di dunia, seperti European Central Bank of
England, dan Bank of Japan memfokuskan pada stabilitas harga sebagai tujuan
utama atau satu-satunya tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan
kebijakan moneter (Reddy, 2005). Bank Indonesia sebagai bank sentral di
Indonesia juga menetapkan stabilitas harga sebagai single object. Hal ini sesuai
dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan telah diubah dengan
UU No. 3 Tahun 2004. Berbeda dengan BI, Bank Negara Malaysia (BNM)
sebagai bank sentral di Malaysia, mempunyai beberapa objek sebagai sasaran
kebijakannya, seperti mewujudkan kestabilan sistem keuangan dan sistem
moneter, serta mencapai pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Ada
beberapa bank yang tidak menerapkan single objective, seperti Federal Reserve of
the US (FED). FED menerapkan multiple objectives dalam pelaksanaan kebijakan
moneternya, diantaranya mengurangi pengangguran, stabilitas harga, dan menjaga
2

stabilitas tingkat suku bunga jangka panjang (Reddy, 2005). Para ahli ekonomi
sering menyebut kebijakan-kebijakan moneter tersebut sebagai black box karena
pada dasarnya kita mengetahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi
beberapa sasaran akhir seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi
mereka pun tidak mangetahui secara pasti bagaimana kebijakan moneter
mempengaruhi pergerakan instrumen sasaran akhir tersebut. Efektivitas kebijakan
moneter sangat tergantung pada mekanisme transmisinya, maka dari itu penelitian
mengenai efektivitas jalur-jalur dalam mekanisme transmisi kabijakan moneter
sangat menarik untuk dilakukan.
Efektivitas kebijakan moneter diukur dengan dua indikator yaitu pertama,
berapa besar kecepatan atau tenggat waktu (time lag) yang dibutuhkan untuk
mampu mempengaruhi sasaran akhir dan kedua, berapa kekuatan variabelvariabel pada masing-masing jalur merespon adanya perubahan yang bersifat
kejutan (shock) dari instrumen kebijakan moneter dan variabel lainnya hingga
tercapainnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menunjukkan pentingnya
menjaga kestabilan makro ekonomi. Krisis yang pada awalnya dipicu oleh
menurunnya nilai tukar rupiah telah berkembang sedemikian cepat dan merupakan
akumulasi dari berbagai permasalahan yang sebenarnya telah demikian mengakar
di Indonesia, baik permasalahan di bidang ekonomi maupun non ekonomi.
Misalnya pembiayaan investasi yang selama ini banyak menggunakan pinjaman
luar negeri, pengelolaan dunia usaha yang lemah serta kondisi keuangan
khususnya perbankan yang rentan.
3

Berbagai permasalahan inilah yang terkuak dengan jelas dari krisis yang
selanjutnya merembet pada sektor-sektor lain. Krisis ekonomi tersebut telah
menggoyahkan

hampir

seluruh

sendi-sendi

perekonomian

nasional

dan

menimbulkan beban yang demikian berat bagi negara, dunia usaha dan
masyarakat, khususnya beban keuangan yang harus ditanggung.
Berdasarkan kondisi saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun
1997-1998 tersebut tentunya Bank Indonesia sebagai otoritas moneter nasional
sangat diandalkan untuk dapat mengembalikan keadaan yang penuh dengan
kekacauan kepada kondisi dimana perekonomian Indonesia dapat kembali pulih
dan bersaing dengan negara-negara lain, tentunya berbagai upaya pembenahan
sistem moneter perlu dikaji ulang dan dirumuskan kembali agar hal-hal seperti
saat krisis 1997-1998 tidak terjadi di tahun-tahun mendatang. Penciptaan bantalan
sistem moneter yang lebih terkointegrasi dan spesifik sebagai sebuah moda
penunjang perekonomian nasional yang kuat sudah menjadi kewajiban bagi Bank
Indonesia, dimana rumusan-rumusan tersebut tersedia dalam berbagai transmisitransmisi kebijakan moneter melalui beberapa jalur seperti jalur nilai tukar, suku
bunga dan lain sebagainya.
Peningkatan peran pasar dalam perekonomian serta kemajuan yang pesat
di sektor keuangan seperti semakin majunya inovasi produk-produk keuangan,
proses sekuritisasi maupun proses decoupling antara sektor riil dan sektor moneter
diyakini telah menyebabkan semakin pentingnya transmisi kebijakan moneter
melalui jalur harga, terutama jalur suku bunga dan nilai tukar. Hal ini dikarenakan
kedua jalur tersebut semakin besar perannya dalam mempengaruhi besar kecilnya
4

aliran modal apalagi pada negara dengan sistem ekonomi yang terbuka seperti
Indonesia.
Tabel 1.1
Gambaran Perkembangan Nilai Tukar (Rupiah/USD), Tingkat Suku Bunga
SBI dan Inflasi Tahun 2007-2010
Tahun

Nilai Tukar
(Rupiah/USD)

Tingkat
Inflasi

Tingkat Suku
Bunga SBI

2007

Rp 9.419

6,41 %

8,60%

2008

Rp 10.950

10,28 %

9,18%

2009

Rp 9.400

4,45 %

7,31%

2010

Rp 8.991

5,13 %

6,29%

Sumber : Bank Indonesia Data Diolah (dalam beberapa terbitan)
Pada tahun 2007 nilai tukar rupiah/USD adalah sebesar Rp 9.419/USD
dengan tingkat inflasi rata-rata sekitar 6,41 % dan tingkat suku bunga SBI ratarata sebesar 8,60 %, kemudian pada tahun 2008 ternyata rupiah terdepresiasi
terhadap Dollar hingga nilainya mencapai Rp 10.950/USD dan ternyata disaat
nilai tukar terdepresiasi tersebut tingkat inflasi rata-rata meningkat menjadi sekitar
10,28% dan tingkat suku bunga SBI juga tumbuh sekitar 9,18 %, hal tersebut
kemungkinan karena pengaruh meningkatnya beban biaya produksi bagi produsen
yang mencukupi beberapa faktor produksinya dari barang impor serta
meningkatnya beban pengeluaran pemerintah karena depresiasi tersebut dan oleh
karena itu untuk mencegah inflasi yang tinggi pemerintah meningkatkan rata-rata
tingkat suku bunga SBI. Setelah mengalami depresiasi pada tahun 2008 yang
kemungkinan akibat krisis global, pada tahun 2009 Rupiah terapresiasi kembali di

5

kisaran Rp 9.400/USD dan tingkat inflasi turun hingga sekitar 4,45% sedangkan
suku bunga SBI berada di kisaran rata-rata tahun itu sebesar 7,31 %, hal tersebut
mengindikasikan pada saat Rupiah/USD nilainya terapresiasi ternyata ada
kecenderungan tingkat inflasi rata-rata menurun dan suku bunga SBI juga
pertumbuhannya menurun dibansing tahun sebelumnya, kemungkinan hal tersebut
karena ada indikasi ekspansi ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah pada
tahun tersebut guna mengapresiasi aliran modal asing yang semakin meningkat.
Sedangkan tahun 2010 nilai tukar Rupiah rata-rata menguat terhadap Dollar AS
yaitu bergerak di kisaran Rp 8991/USD, dengan rata-rata tingkat inflasi sekitar
5,13% dan tingkat suku bunga SBI rata-rata sekitar 6,29 %, hal tersebut
mengindikasikan bahwa meskipun Rupiah terapresiasi terhadap Dollar AS namun
rata-rata tingkat inflasi pada tahun tersebut justru cenderung meningkat, alasan
kemungkinan peningkatan inflasi pada saat Rupiah terapresiasi tahun 2010 ialah
karena semakin tingginya aliran dana masuk (capital inflow) dari para investor
asing ke dalam negeri sehingga turut pula mempengaruhi inflasi rata-rata pada
tahun 2010 yang meningkat tipis dibanding tahun 2009 dan sepertinya pemerintah
tidak ingin aliran modal asing yang masuk sedemikian deras tersebut tidak
berwujud investasi riil, maka guna memuluskan ekspansi pada tahun tersebut
pemerintah kembali menurunkan rata-rata tingkat suku bunga SBI dibanding
tahun sebelumnya.
Penelitian Bank Indonesia oleh Siswanto, dkk (2001), menunjukkan pada
small open economy, mekanisme kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar
bekerja lebih kuat dalam sistem nilai tukar mengambang bebas daripada sistem

6

mengambang terkendali. Pada sistem mengambang bebas, variabilitas nilai tukar
nominal menjadi cukup tinggi dan membuat nilai tukar riil menjadi tidak stabil.
Sedangkan penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh instrumen
kebijakan moneter pada suku bunga (SBI) terhadap inflasi pernah dilakukan oleh
Endri (2008), di mana dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selama
periode nilai tukar mengambang, dalam jangka panjang instrumen kebijakan
moneter pada suku bunga (SBI) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
inflasi, sedangkan pada jangka pendek pengaruhnya tidak terlalu signifikan
dibandingkan instrumen kebijakan moneter yang lainnya dalam mempengaruhi
inflasi di Indonesia.
Pada penelitian ini gambaran tentang efektivitas kebijakan moneter jalur
nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga ialah tujuan utama yang ingin
dibahas. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah Analisis Pola Dinamis
Antara Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate
Channel) dan Suku Bunga (Interest Rate Channel) Dalam Mempengaruhi
Tingkat Harga.

B. Perumusan Masalah
Prosedur instrumen kebijakan moneter merupakan isu penting bagi bank
sentral dalam merumuskan kebijakan moneter. Setelah bank sentral memutuskan
target yang hendak dicapai, misalnya tingkat inflasi yang wajar dan asumsi
pertumbuhan ekonomi yang menyertainya, pertanyaan selanjutnya adalah

7

bagaimana kebijakan moneter itu akan dijalankan, dalam arti bahwa: (1) target
operasional apa yang digunakan, yaitu uang primer atau suku bunga jangka
pendek, (2) target antara atau variabel informasi kebijakan apa yang harus
dimonitor, misalnya besaran moneter, suku bunga jangka menengah, kredit, dan
nilai tukar, serta (3) bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter tersebut
mempengaruhi harga (Warjiyo, dkk, 1998).
Menurut Nualtaranee (2001), pentingnya mengetahui berbagai perbedaan
jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter didasarkan pada beberapa alasan
berikut: (1) pemahaman atas perubahan besar-besaran moneter akibat perubahan
kebijakan, akan memperbaiki pemahaman kita terhadap kaitan antara sektor
keuangan dan sektor riil, (2) pemahaman yang lebih baik terhadap mekanisme
transmisi

kebijakan

moneter

akan

membantu

para

pembuat

kebijakan

mengintepretasikan pergerakan besar-besaran moneter secara lebih tepat, dan (3)
informasi yang lebih banyak tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter
akan membantu pemilihan target yang lebih baik.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah:
1. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara kebijakan moneter jalur nilai
tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga?
2. Apakah terdapat hubungan pola dinamis pada tingkat harga akibat kejutan
(shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar dan
suku bunga pada lag tertentu?

8

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui hubungan kausalitas antara kebijakan moneter jalur
nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga.
2. Untuk mengetahui hubungan pola dinamis pada tingkat harga akibat
kejutan (shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar
dan suku bunga pada lag tertentu.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah dan Instansi Terkait
Dapat memberikan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan yang
bermanfaat bagi pemerintah (BI) baik yang bersifat forcasting maupun terapan.
Serta dapat juga dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi terkait lainnya.
2. Bagi Akademisi
Sebagai sumbangan informasi pengetahuan secara teoritis dan praktis bagi
dunia akademik dalam mendalami kembali tentang peranan kebijakan moneter
serta pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.
3. Bagi Penulis
Untuk memperluas informasi dan wawasan mengenai suatu efektivitas
kebijakan yang diterapkan oleh bank sentral (BI) dalam menjalankan fungsinya

9

untuk menciptakan kestabilan perekonomian nasional dengan instrumeninstrumen yang ada serta mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah
diperoleh selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Jakarta.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank
sentral

dalam

bentuk

pengendalian

besaran

moneter

untuk

mencapai

perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu stabilitas ekonomi
makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (laju inflasi) dan
pertumbuhan ekonomi (Warjiyo, 2003). Menurut Jhingan (2000), kebijakan
moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berkenaan dengan: (1)
pengendalian lembaga keuangan, (2) penjualan dan pembelian secara aktif kertaskertas berharga oleh otoritas moneter sebagai ikhtiar sengaja guna mempengaruhi
perubahan keadaan uang, dan (3) pembelian dan penjualan secara pasif kertas
berharga (paper assets) yang timbul dari usaha mempertahankan struktur suku
bunga tertentu, stabilnya harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan
komitmen tertentu lainnya.
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting
dalam suatu perekonomian. Peran tersebut tercermin pada kemampuannya dalam
mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal
ini menjadi sasaran akhir kebijakan moneter.
11
11

Mishkin (1998) dan Anglingkusumo,dkk (2000), menyebutkan ada empat
tipe/strategi dasar sebagai sasaran akhir dari kebijakan moneter, yaitu:
a. Inflation Targeting adalah suatu kerangka kebijakan moneter yang
diarahkan sedemikian rupa untuk mencapai target inflasi yang telah
ditetapkan. Biasanya bank sentral diwajibkan untuk menetapkan target
inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan
pengendalian sasaran-sasaran inflasi. Secara konsep, inflation targeting
memberikan fokus yang lebih jelas dan sistematis bagi manajemen
moneter bank sentral.
b. Exchange-Rate Targeting adalah kebijakan moneter yang diarahkan untuk
menjaga dan mengendalikan mata uang domestik terhadap mata uang
asing. Untuk mencapai stabilitas nilai tukar, bank sentral biasanya
mematok nilai mata uang domestiknya terhadap suatu komoditas tertentu
semisal emas. Exchange-rate targeting akan memperbaiki tingkat inflasi
terutama untuk barang-barang yang diperdagangkan secara internasional,
sehingga secara langsung dapat berperan dalam menjaga inflasi yang
lebih stabil dan terkontrol.
c. Monetary Targeting akan mengarahkan kebijakan moneternya pada
pengendalian besaran moneter seperti jumlah uang beredar. Monetary
targeting memungkinkan bank sentral melakukan penyesuaian kebijakan
moneternya dalam mencapai strategi nasional, semisal inflasi yang
rendah, pertumbuhan ekonomi, atau tingkat pengangguran yang rendah.
Strategi ini lebih mudah dipahami dan dikomunikasikan ke masyarakat di
12

mana

pemerintah

sebagai

pembuat

kebijakan

secara

berkala

mengumumkan target moneternya dengan transparan.
d. Kebijakan moneter yang tidak menetapkan terget tertentu (just do it).
Strategi ini lebih didasarkan pada kemampuan individual para pembuat
keputusan (decision man). Strategi ini sangat fleksibel, di mana bank
sentral tidak menetapkan aturan yang jelas dalam mengatasi gejolak
ekonomi.
Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa kondisi perekonomian
suatu negara memburuk karena kebijakan moneternya memiliki multi sasaran
akhir (Khan, 2003; Carare dan Stone, 2003). Misalnya, usaha untuk mendorong
tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya
dapat berdampak negatif terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca
pembayaran, sementara dalam jangka panjang kebijakan moneter bersifat netral
dan hanya dapat mempengaruhi harga.
2. Tujuan Kebijakan Moneter
Tujuan

utama

kebijakan

moneter

BS

adalah

kestabilan

harga,

pertumbuhan ekonomi, mempertahankan neraca pembayaran, meningkatkan
kesempatan kerja, kestabilan di pasar uang, dan kestabilan tingkat suku bunga
(Mishkin, 2001). Berikut pembahasan mengenai kebijakan moneter :

13

a. Kestabilan Harga
Kestabilan harga dijadikan tujuan kebijakan moneter karena jika harga
tidak stabil maka akan menimbulkan ketidakpastian dalam perekonomian. Hal ini
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi serta sulitnya membuat
perencanaan di masa yang akan datang. Dibawah ini ekonom yang meneliti
tentang tingkat harga.
b. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu implikasi dari kebijakan
moneter yang di bangun oleh bank sentral karena pertumbuhan ekonomi dapat
dijadikan salah satu gambaran dasar tentang keefektifan kebijakan yang telah di
jalankan dengan melihat secara jelas variabel-variabel pertumbuhan ekonomi
yang di jadikan dasar kesuksesan seperti; PDB, jumlah pengangguran dsb. Yang
mana dalam transmisi moneter lebih dipengaruhi oleh variabel JUB dll.
c. Tingkat Kesempatan Kerja
Pengangguran

dapat

menghambat

pertumbuhan

ekonomi

dan

menimbulkan kehilangan sumber daya yang berharga. Tingkat kesempatan kerja
yang tinggi berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun demikian,
tujuan High Employement tidak berarti mencapai tingkat pengangguran sama
dengan nol. Dengan instrumen kebijakan moneter yang tepat diharapkan dapat
mengurangi angka pengangguran hingga pada taraf yang tidak mengganggu
pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan, misalnya dengan penurunan

14

tingkat suku bunga pasar yang nantinya dapat meningkatkan investasi dan dapat
mengurangi angka pengangguran secara berkala.
d. Kestabilan Pasar Uang
Kestabilan pasar uang diperlukan agar proses intermediasi dapat berjalan
dengan baik tanpa gangguan yang dapat menyebabkan disintermediasi antar
sektor moneter dan sektor riil. Krisis seperti yang terjadi di Indonesia sejak
pertengahan tahun 1997 telah mengganggu aliran modal ke sektor riil sehingga
telah menimbulkan kontraksi pada aktivitas ekonomi. Penciptaan kestabilan pasar
uang dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan
ekonomi lain yang pro terhadap kestabilan itu sendiri, misalnya menerapkan
tingkat suku bunga yang moderat pada kisaran angka yang seimbang sesuai
dengan kondisi riil ekonomi nasional.
e. Kestabilan Pasar Valas
Dengan semakin pentingnya peran perdagangan internasional maka nilai
tukar menjadi faktor penting yang selalu diperhatikan dalam perekonomian. Nilai
tukar yang stabil mempermudah pelaku ekonomi dalam melakukan ekspor dan
impor. Untuk Indonesia yang tingkat ketergantungannya terhadap perdagangan
internasional cukup tinggi, stabilitas nilai mata uang menjadi sangat penting, dan
tentunya bank sentral berperan untuk dapat menjaga nilai tukar tetap stabil dan
tidak terlalu berfluktuasi meskipun sekarang Indonesia telah menerapkan free
floating exchange rate, namun instrumen operasi pasar dapat tetap dilakukan
untuk menjaga tingkat kestabilan tersebut.
15

f. Kestabilan Dalam Tingkat Bunga
Kestabilan dalam tingkat bunga merupakan hal yang diharapkan dalam
suatu perekonomian. Hal ini disebabkan fluktuasi tingkat suku bunga akan
menimbulkan uncertainty dan menyulitkan dalam perencanaan di masa depan.
Fluktuasi dalam tingkat bunga dapat mempengaruhi kegiatan konsumen dan
produsen. Kegiatan konsumen akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit
dan deposito, sedangkan kegiatan produsen akan dipengaruhi oleh tingkat bunga
kredit untuk kelancaran operasionalnya.
3. Indikator Kebijakan Moneter
a. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu
melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi,
khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-besaran
moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara
keseluruhan.
b. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan
langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah. Langkahlangkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung baik akan
terus diperkuat dan ditingkatkan.
c. Analisis

dan

prakiraan

berbagai

variabel

ekonomi

tersebut

dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan
sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

16

4. Kerangka Kebijakan Moneter
Kerangka kebijakan moneter terdiri dari: instrumen kebijakan moneter,
sasaran operasional, sasaran antara, dan sasaran akhir (Ascarya, 2002), kerangka
kebijakan moneter tersebut ialah sebagai berikut:
a. Instrumen Kebijakan Moneter
Dalam mencapai tujuannya, bank sentral memiliki beberapa instrumen
kebijakan moneter yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), cadangan
minimum (reserve requirement), dan kebijakan diskonto (discount policy).
1). Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga seperti obligasi dari dan
kepada masyarakat melalui bank-bank umum (commercial bank). Penjualan suratsurat berharga seperti obligasi dilakukan pemerintah jika di masyarakat terjadi
kelebihan jumlah uang beredar (terutama dalam bentuk giral) pada masa inflasi.
Sebaliknya jika di masyarakat terjadi kekurangan jumlah uang beredar atau pada
masa resesi, pemerintah akan membeli kembali obligasi-obligasi yang pernah
ditawarkan ke masyarakat melalui bank-bank umum (Judisseno, 2005).
2). Cadangan Minimum (Reserve Requirement)
Kebijakan ini ditujukan bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan bank
yang berada di bawah pengawasan Bank Indonesia. Reserve Requirement (RR)
17

merupakan kebijakan yang mengatur besarnya tingkat cadangan minimal bank
(legal reserve ratio), yang secara tidak langsung juga mengatur besarnya
kelebihan cadangan yang dapat disalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat
(excess reserve). Pemerintah dapat mengontrol kelebihan JUB dengan menaikkan
atau menurunkan tingkat cadangan minimum, karena semakin besar tingkat
cadangan minimum , akan mengakibatkan cadangan yang dapat disalurkan ke
masyarakat dalam bentuk kredit semakin kecil, sebaliknya semakin kecil tingkat
cadangan minimum akan mengakibatkan semakin besarnya cadngan yang dapat
disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Kebijakan ini mempunyai
pengaruh langsung terhadap pelaksanaan kebijakan operasi pasar terbuka dan
kebijakan diskonto (Judisseno, 2005).
3). Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Discount policy adalah kebijakan bank sentral dalam menentukan tingkat
suku bunga yang harus dibayar oleh perbankan jika meminjam dana dari bank
sentral. Terdapat tiga jenis fasilitas kebijakan diskonto yaitu, adjusted credit,
extended credit, dan seasonal credit (Miskhin, 2001). Di Indonesia adjusted credit
dan extended credit kita kenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
sedangkan seasonal credit kita kenal dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI). BLBI adalah berbagai bentuk fasilitas likuiditas perbankan untuk
menjaga kestabilan sistem pembayaran perbankan agar tidak terganggu oleh
adanya ketidakseimbangan (mismatch) likuiditas antara penarikan dan penerimaan
dana pada bank-bank. KLBI adalah kredit Bank Indonesia untuk membantu
18

kegiatan atau sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah atau disebut juga sebagai
kredit untuk program-program pemerintah seperti pengadaan pangan melalui
Bulog, kredit untuk koperasi unit desa (KKUD), kredit untuk usaha tani (KUT,
dan kredit usaha rakyat (KUR), di mana suku bunganya mengandung unsur
subsidi sehingga lebih rendah dari suku bunga pasar (Hascaryo, 2003).
b. Sasaran Operasional
Sasaran operasional ialah bentuk sasaran segera yang dicapai dalam
operasi moneter. Variabel sasaran operasional digunakan untuk mengarahkan
sasaran antara. Penetapan sasaran operasional tergantung pada jalur mana yang
diyakini efektif dalam transmisi kebijakan moneter. Dalam hal ini, suku bunga
Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan
tingkat diskonto Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) merupakan tiga pilihan yang
dapat diambil sebagai suku bunga jangka pendek yang dapat digunakan sebagai
sasaran operasional. Kriteria sasaran operasional antara lain ialah dipilih dari
variabel moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan sasaran antara,
dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia lebih segera dibanding sasaran
antara, akurat, dan tidak sering direvisi (Ascarya, 2002).
c. Sasaran Antara
Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan moneter
bersifat tidak langsung dan kompleks. Untuk alasan itu, para ahli moneter dan
bank sentral mendesain simple ruleuntuk membantu pelaksanaan kebijakan
moneter dengan cara menambahkan indikator yang disebut sebagai sasaran antara.
19

Sasaran antara merupakan indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan
moneter, sasaran ini dipilih dari variabel-variabel yang memiliki keterkaitan stabil
dengan inflasi, cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia
relatif cepat, akurat, dan tidak sering direvisi, di mana variabel tersebut antara lain
agregat moneter (M1 dan M2), kredit perbankan, dan nilai tukar (Bofinger, 2001).
e. Sasaran Akhir
Sasaran akhir ialah result secara keseluruhan dari kerangka kebijakan
moneter yang ingin dicapai oleh Bank Sentral guna mempengaruhi perekonomian
secara makro (Hascaryo, 2003). Misalnya pasal 7 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun
2004 tentang Bank Indonesia secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan akhir
kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
(stabilitas moneter).
5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Menurut Syabran (2004), mekanisme transmisi kebijakan moneter
merupakan proses atau mekanisme pengaruh kebijakan moneter terhadap kegiatan
ekonomi riil. Secara spesifik mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “the
process through which monetary policy decisions are transmitted into changes in
real GDP and inflation” (suatu proses di mana keputusan-keputusan kebijakan
monter ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi) (Taylor, 1995).
Paradigma lama mekanisme sistem pengendalian moneter beranggapan
bahwa otoritas moneter dapat secara langsung mengendalikan jumlah uang
primer. Kemudian dengan asumsi bahwa angka pengganda uang cukup stabil dan
20

dapat diperkirakan dengan baik, maka jumlah uang beredar dapat pula
dikendalikan. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa income velocity relatif stabil,
otoritas moneter melalui pengendalian JUB dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang diinginkan sesuai dengan sasaran akhir kebijakan moneter yang
ditetapkan.
Semakin berkembangnya peran pasar dalam perekonomian nampaknya
cenderung menyebabkan semakin pentingnya transmisi kebijakan moneter
melalui harga uang atau suku bunga. Paradigma baru ini juga tidak terlepas dari
semakin majunya sektor keuangan dengan berbagai karakteristik seperti majunya
inovasi produk keuangan, proses sekuritisasi, maupun proses decoupling antara
sektor moneter dengan sektor riil. Sehingga saat ini, uang telah menjadi
komoditas yang diperdagangkan. Oleh karena itu, harga uang (tingkat bunga)
menentukan perputaran uang, alokasi uang dari berbagai jenis investasi, serta
kegiatan perekonomian secara keseluruhan.

21

GAMBAR 2.1
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Instrumen Jalur Kebijakan Moneter

Kredit
Bank

Harga
Aset

Suku
Bunga

Ekspektasi

Permintaan
Domestik

Nilai Tukar

Permintaan
Asing

Output Gap

AD

Tekanan Inflasi
Domestik

Harga Traded
Goods

INFLASI

Sumber: Warjiyo (2005)

6. Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Perdebatan teoritis mengenai jalur transmisi mekanisme kebijakan
moneter antara perdagangan moneteris dan keynesian. Pandangan moneteris
menekankan pada jalur kuantitas (quantity channel), sedangkan Keynesian
menekankan pada jalur harga aset (price channel). Jalur kuantitas mencakup jalur
ekspektasi (expectation channel) dan jalur kredit (credit channel), sedangkan jalur
harga mencakup jalur suku bunga (interest rate channel), jalur nilai tukar
(exchange rate channel), dan jalur aset (price rate channel) (Warjiyo dan Solikin,

22

2003). Berikut ini adalah penjelasan mengenai jalur mekanisme transmisi
kebijakan moneter.
a. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel)
Pada jalur mekanisme transmisi ini menekankan bahwa kebijakan moneter
dapat diarahkan agar dapat mempengaruhi pembentukan ekspektasi mengenai
inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku pelaku
ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya
akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi (Warjiyo dan Solikin,
2003).
b. Jalur Kredit (Credit Channel)
Pada jalur kredit, mekanisme transmisi dapat dibedakan menjadi dua jalur.
Pertama, bank lending channel, yaitu jalur pinjaman bank yang menekankan
pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank, khususnya sisi aset.
Kedua, balance sheet channel, yaitu jalur neraca perusahaan yang menekankan
pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan, yang selanjutnya
akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.
Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank juga
merupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Apabila BS melakukan kebijakan moneter kontraktif, misalnya melaui
peningkatan rasio cadangan minimum di bank sentral, maka cadangan yang ada di
bank akan mengalami penurunan, sehingga loanable fund berupa modal yang

23

dipinjamkan oleh bank akan mengalami penurunan. Apabila hal tersebut tidak
segera diatasi dengan melakukan penambahan modal atau pengurangan surat-surat
berharga, maka kemampuan bank untuk memberiakn pinjaman akan menurun.
Kondisi ini menyebabkan penurunan investasi, yang selanjutnya akan mendorong
penurunan output.
Sementara itu, jalur neraca perusahaan menekankan bahwa kebijakan
moneter yang dilakukan oleh BS, akan mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan. Apabila BS melakukan kebijakan moneter ekspansif, maka suku
bunga di pasar uang akan menurun, namun akan mendorong peningkatan harga
saham. Sejalan dengan peningkatan tersebut, nilai bersih perusahaan juga akan
meningkat, yang selanjutnya akan mngurangi tindakan adverse selection dan
moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian
kredit oleh bank, yang selanjutnya akan meningkatkan investasi, dan pada
akhirnya akan meningkatkan output (Warjiyo