Analisis tingkat Inflasi,Tingkat Suku Bunga,dan Nilai ukar Terhadap Return Pasar Dengan Pedekatan Var dan ECM

(1)

ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN

NILAI TUKAR

TERHADAP

RETURN

PASAR

DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.

Disusun Oleh :

Ukat Syauki

(204081002282)

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU

SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


(2)

ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN

NILAI TUKAR

TERHADAP

RETURN

PASAR

DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ukat Syauki

NIM: 204081002282 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof, Dr Ahmad Rodoni MM Indoyama Nasarudin,SE., MAB NIP. 150317955 NIP. 150317593

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU

SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009M


(3)

ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN

NILAI TUKAR

TERHADAP

RETURN

PASAR

DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat unTuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ukat Syauki

NIM: 204081002282 Sidang Skrippsi Di Uji Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof, Dr Ahmad Rodoni MM Indoyama Nasarudin,SE., MAB NIP. 150317955 NIP. 150317593

Penguji Ahli

Arief Mufraeini L.C Penguj Ahli

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU

SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


(4)

Hari ini Senin Tanggal 23 Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ukat Syauki NIM : 204081002245 dengan judul skripsi ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP RETURN PASAR DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM

.

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,

23 Desember

2008

Penguji Ujian Komprehensif

Prof, Dr Ahmad Rodoni MM Drs. Herni Ali HT,MM Ketua Sekretaris

Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

DATA PRIBADI

1. Nama : Ukat Syauki

2. Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Maret 1985 3. Alamat : Jl. Kenanga Rt 02/003 Cipondoh

Tangerang ( 15140 ) 4. No Telepon Rumah : 021 – 94833067 5. No Handphone : +62858-8832522X

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

B.

DATA PENDIDIKAN

1. Tahun 1991-1997 SD Gondrong III Cipondoh Tangerang 2. Tahun 1997-2000 MTs. Darunnajah Jakarta Selatan 3. Tahun 2000-2003 MA. . Darunnajah Jakarta Selatan 4. Tahun 2004-2008 FEIS Manajemen UIN Jakarta

C.

DATA PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tahun 2001 : Ketua Urusan Latihan Gugus Depan Darunnajah (DARUNNAJAH JAKARTA).

2. Tahun 2002 : Ketua Divisi Olah Raga. Organisasi Santri Darunnajah (DARUNNAJAH JAKARTA).

3. Tahun 2003 : Ketua ROHIS AKFAR(Akademi Farmasi) JAKARTA.

D.

DATA PENGALAMAN KERJA

Tahun 2007 : Job Training / Magang bagian Administrasi PT.LEMIGAS (selama 1 bulan).


(6)

ABSTRACT

This Research target is to prove the existence of Inflation Rate influence, Rate Of Interest, and Exchange Rate of Rupiah to Return Market with the approach of VAR and ECM. This Research will do/conduct the balance test short-range and long-short-range between variable makroekonomi, price index of merger share of at effect exchange Jakarta. This research use the model kointegrasi, model the vektor autoregression (VAR), and error correction Model (ECM). This Research Variable is consisted of the Return Market (IHSG), Inflation Rate, Mount the Rate Of Interest ( SBI), and Exchange Rate Rupiah, as for period used in this research is period of early January 2006 up to final of December 2008, and data used by monthly data. Result of this research show the original data is not stasioner (nonstationary). Having taken steps of Examination stasioner, good used of graph method, correlogram, and also grow on the unit (unit root) indicating that variable of makroekonomi and also Return of Market stasioner at storey level 2nd difference. Having taken steps of Examination of relation/link of causality granger of length lag1, between variable makroekonomi to return market proven by there are four variable accepting Ho that is variable of Return Market, Inflation Rate, mount the Rate Of Interest, and Exchange Rate. Pursuant to model VAR seen by that variable influencing variable of Return Market by signifikan is Rate Of Interest Storey Level, and Inflation Rate, for the variable of exchange rate insufficient rupiah give the influence which signifikan to variable of return market. Pursuant to model of VAR and ECM proven by that residual terkointegrasi and signifikan in influencing variable of Return Market. So that earn.


(7)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Pasar dengan pendekatan VAR dan ECM. Penelitian ini akan melakukan uji keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel makroekonomi, indeks harga saham gabungan pada bursa efek jakarta. Penelitian ini menggunakan model kointegrasi, model vektor autoregression (VAR), dan error correction Model (ECM). Variabel penelitian ini terdiri dari Return Pasar (IHSG), Tingkat inflasi, Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Nilai Tukar Rupiah, adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode awal Januari 2006 sampai dengan akhir Desember 2008, dan data yang digunakan adalah data bulanan. Hasil penelitian ini menunjukkan data asli adalah tidak stasioner (nonstationary). Setelah melakukan pengujian stasioner, baik mengunakan metode grafik, correlogram, maupun akar unit (unit root) menunjukkan bahwa variabel makroekonomi maupun Return Pasar stasioner pada tingkat 2nd difference. Setelah melakukan pengujian hubungan kausalitas granger pada panjang lag1, antara variabel makroekonomi terhadap return pasar terbukti terdapat empat variabel yang menerima Ho yaitu variabel Return Pasar, Tingkat Inflasi, tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar. Berdasarkan model VAR terlihat bahwa variabel yang mempengaruhi variabel Return Pasar secara signifikan adalah Tingkat Suku Bunga. dan Tingkat Inflasi, untuk variabel nilai tukar rupiah tidak cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel return pasar. Berdasarkan model VAR dan ECM terbukti bahwa residual terkointegrasi dan signifikan dalam mempengaruhi variabel Return Pasar. Sehingga dapat memberikan pengaruh keseimbangan pada jangka pendek dan jangka panjang.

Kata kunci: Return Pasar (IHSG), Tingkat inflasi, Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Nilai Tukar.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan. skripsi ini disusun sebagai suatu syarat untuk mencapai tahap kelulusan dalam proses perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang spektakuler.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah agar dapat mengenal lebih jauh mengenai analisis ekonomi makro yang baik berdasarkan pengaruh saham, dalam hal ini saya menganalisa pada IHSG yang berada di BEI.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :

1. Orang tua saya, yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan. 2. Isteriku Suhartini tercinta, yang sudah menemaniku dalam suka dan duka

kehidupan, dan terus memberikan semangat, bantuan, dan kesetiaan dalam menyelesaikan skripsi saya.

3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta

4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan ilmu sosial


(9)

5. Suhendra, S.Ag, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial.

6. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahannya.

7. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keikhlasan.

8. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial khususnya jurusan manajemen yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

9. Mbak Ani yang udah melayani saya dan teman-teman dalam proses pendaftaran, mulai dari ujian Kompre dan Skripsi.

10. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial yang telah bekerja dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah SWT.

11. Kawan-kawanku di Manajemen B yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. Terus berjuang sampai tetes darah penghabisan..!

12. Kawan-kawanku di Mananajemen keuangan, yang sudah menjadi pendorong/motivasi semangat saya, dalam penyelesaian skripsi.


(10)

dengan selesainya skripsi saya, “Moga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”.

14. Keluarganya Mas Heri(khoer) (ibu sum/ibunya mas heri, iim/adenya Mas heri, bapaknya Mas heri) yang telah menerima saya dan teman-teman untuk belajar kompre di rumahnya semoga menjadi keluarga yang selalu dilindungi Allah SWT dan dibalas semua kebaikanya dengan kebaikan yang lebih baik lagi

15. Rama Imandani SE, yang udah mau dengerin curhatan/keluhan dan kebingungan dan membantu dalam pengolahan data pada program Eviews, tetap semangat kawan.

16. Kawan-kawanku yang telah membantu, baik secara materil maupun secara moril, semoga amalnya diterima Allah SWT

17. My btother and my sister, yang udah membantu saya dalam proses tersusunnya skripsi saya.

18. Kawan-kawanku dalam dunia komunikasi, makasih atas do’anya 19. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu

Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial.


(11)

Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya terdapat pada diri saya, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 13 Juli 2009


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam... i

Halaman Pengesahan Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan Sidang Skripsi... iii

Halaman Pengesahan Ujian Kompre... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract... vi

Abstrak... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 9

BAB II Tinjauan Pustaka ... 11

A. Pengeretian Efek dan Bursa Efek... 11

B. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 12

C. Tingkat Suku Bunga ... 14

D. Tingkat Inflasi ... 15


(13)

F. PenelitianTerdahulu ... 22

G. Kerangka Pemikiran ... 25

H. Hipotesis ... 26

BAB III Metodologi Penelitian ... 27

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Sample... 27

C. Metode Pengumpulan Data ... 28

D. Metode Analisis Data ... 28

E. Operasional Variabel ... 33

BAB IV Analisis Dan Pembahasan ... 38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

B. Hasil Dan Pembahasan ... 43

C. Interpretasi ... 56

BAB V Kesimpulan Dan Implikasi ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Implikasi Dan Saran ... 60

Daftar Pustaka... 62


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal 4.1 Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008 41 4.2 Data Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Thn.2006-2008 42

4.3 Deskriptif Data 43

4.4 Uji Kausalitas Granger Lag 1 45

4.5 Uji Kausalitas Granger Lag 2 46

4.6 Model VAR Menggunakan Lag 1 47

4.7 Model VAR Menggunakan Lag 2 49

4.8 Uji Kointegrasi Pada Korelogram 51

4.9 Uji Stasioner dengan Unit Root 52

4.10 Uji Residual Model ECM 54


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal 2.1 Kerangka Pemikiran 25


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal 1 Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008 66

2 Deskriptif Data 67

3 Hasil Uji Metode Dengan VAR dan 68 4 Hasil Uji Model ECM 74


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian yang terjadi saat ini pada seluruh belahan dunia mengacu pada perekonomian terbuka dimana dalam kondisi ini setiap negara akan melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Perkembangan ekonomi internasional yang sangat pesat akan menjadikan hubungan ekonomi antar Negara akan menjadi keterkaitan satu sama lain, dan mengakibatkan peningkatan atas perdagangan barang maupun uang serata modal dalam perekonomian antar Negara. Bila kondisi ekonomi suatu negara baik maka IHSG tentunya juga menunjukkan adanya trend yang meningkat tetapi jika kondisi ekonomi suatu negara dalam keadaan turun maka akan berpengaruh juga terhadap IHSG tersebut. Dengan adanya revolusi informasi, investor dimanapun dapat mengamati IHSG pada waktu yang bersamaan. Ketika kondisi suatu negara dalam keadaan menurun maka IHSG juga akan mengalami penurunan yang berakibat investor akan keluar dari pasar (Anoraga Panji dan Pakarti Piji, 2006) Banyak penelitian dan pendapat dari para ahli yang mengatakan bahwa perekonomian suatu negara banyak dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian negara lain.


(18)

Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham, yang diperdagangkan dalam pasar modal.

Saham merupakan salah satu alternatif investasi yang menarik dalam pasar modal. Hal ini ditandai dengan perkembangan pasar modal yang pesat, yaitu meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai kapitalisasi pasar modal. Pasar modal di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kini telah berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Keuntungan yang akan didapat investor melalui pasar modal adalah sumber dana tambahan yang berasal dari capital gain (perbedaan harga jual dan beli) serta dividen (alokasi keuntungan perusahaan kepada pemegang saham). Sektor usaha primer yang terdiri dari sector pertanian dan sektor pertambangan menghasilkan return yang tinggi dan indeks yang terus meningkat sehingga menjadi pilihan menarik bagi investor.

Dalam abad ke 21 ini, dunia mengalami dampak globalisasi serta revolusi dalam informasi dan teknologi. Pengaruh kejadian pada belahan dunia yang satu dapat cepat berpengaruh terhadap belahan dunia lain. Dampak globalisasi dibidang ekonomi diikuti oleh adanya liberalisasi dalam bidang


(19)

perekonomian. Artinya dalam pasar global saat ini, setiap investor dapat berinvestasi dimanapun dia berada (capital does not carry any flag). Salah satu indikator keberhasilan ekonomi makro suatu negara adalah Index Harga Saham (IHSG) selain faktor tingkat bunga (interest rate), nilai tukar (exchange rate) dan GNP. Telah terbukti secara empiris bahwa variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap return saham pada emiten yang terdaftar di BEJ (Lestari Murti, 2005).

Bila kondisi ekonomi suatu negara baik maka IHSG tentunya juga menunjukkan adanya trend yang meningkat tetapi jika kondisi ekonomi suatu negara dalam keadaan turun maka akan berpengaruh juga terhadap IHSG tersebut. Dengan adanya revolusi informasi, investor dimanapun dapat mengamati IHSG pada waktu yang bersamaan. Ketika kondisi suatu negara dalam keadaan menurun maka IHSG juga akan mengalami penurunan yang berakibat investor akan keluar dari pasar (Anoraga Panji dan Pakarti Piji, 2006) Banyak penelitian dan pendapat dari para ahli yang mengatakan bahwa perekonomian suatu negara banyak dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian negara lain. Ekonomi negara yang lebih kuat mempunyai kecenderungan untuk mendominasi negara yang perekonomiannya lebih lemah. Berdasarkan kajian ini maka diperkirakan negara yang kuat selalu menang dalam persaingan, sehingga negara yang lemah akan cenderung mengalami kerugian.


(20)

Hal ini dapat diartikan juga bahwa ketergantungan negara yang lemah terhadap negara yang kuat akan semakin nyata. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa IHSG adalah salah satu variabel ekonomi makro, sehingga IHSG suatu negara yang kuat akan berpengaruh terhadap IHSG dari negara yang lemah. Indeks Harga Saham Gabungan semakin tenggelam, dengan kembali menciptakan pencapaian terendahnya dengan berada di bawah level.

IHSG ditutup anjlok 74,703 poin (3,99 persen) pada 1.795,430. Pencapaian ini merupakan posisi IHSG terendah sejak 23 Februari 2007 lalu. Waktu itu IHSG berada pada level 1.791.553.Aksi jual kembali mewarnai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan Selasa (16/9) pagi dibuka langsung rontok 54,779 poin (3,19 persen) menjadi 1.664,475. Analis Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono (2008) menyebutkan, pailitnya Lehman Brothers dan anjloknya harga komoditas (crude oil, timah, nikel, CPO) menimbulkan spekulasi bahwa krisis kredit dan perlambatan ekonomi global masih akan memburuk.

Tingkat suku bunga SBI dalam 3 tahun terakhir terlihat mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia dari bank indonesia, dimana tingkat suku bunga SBI pada tahun Desember 2002 adalah sebesar 12,93%, yang menurun menjadi sebesar 8,31% di tahun 2003, dan kembali menurun sebesar 7,43%. Semakin menurunnya tingkat suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh tingginya aktivitas perdagangan valuta asing dalam hal ini dollar Amerika, sehingga ada kecenderungan banyak investor yang lebih memilih menginvestasikan dananya di sektor


(21)

perdagangan valuta asing. Nilai fluktuasi perdagangan valuta asing dalam hal ini rupiah dan dollar AS dalam tiga tahun terakhir terbukti menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi dimana pada bulan Januari 2002 nilai kurs rupiah terhadap Dollar AS adalah Rp. 10.320 dan ditutup pada akhir Desember 2002 adalah sebesar Rp. 8.940. Pada bulan Januari 2003 nilai kurs Rupiah adalah sebesar Rp. 8876 dan ditutup pada akhir Desember 2003 adalah sebesar Rp. 8456, dan pada tahun 2004 nilai kurs rupiah terhadap Dollar pada bulan Januari 2004 adalah sebesar Rp. 8.841 dan ditutup pada Desember 2005 sebesar Rp. 9.290. Hal ini menunjukkan tingkat inflasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana tingkat inflasi pada akhir Desember 2002 adalah sebesar 1.18% dan pada akhir Desember 2003 adalah sebesar 0.83% dan meningkat drastis pada akhir Desember tahun 2004 menjadi sebesar 10.04%. Adanya peningkatan ini dipicu kondisi politik yang masih belum stabil di tanah air, selain itu dipengaruhi pula oleh terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, dimana nilai tukar rupiah kembali menyentuh di level Rp. 9290 di akhir Desember 2004.

Menurut Winardi dalam Setiawan (2006), definisi Inflasi adalah sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.


(22)

Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno : 2004 : 15)

Perkembangan nilai tukar merupakan fenomena yang menjadi obyek pembahasan dalam literatur ekonomi keuangan internasional. Meskipun sejumlah teori telah diajukan dalam literatur, berbagai pembuktian empiris menunjukkan sulitnya membuat kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Bukti empiris yang ditemukan akan tergantung dari fokus penelitian, teori yang digunakan, dan kondisi ekonomi yang terjadi di negara yang menjadi sampel penelitian. Sementara itu, dari sisi perumusan kebijakan, otoritas bank sentral di berbagai negara dihadapkan pada tantangan kebijakan untuk memberikan solusi terbaik dari upaya stabilisasi nilai tukar.

Dalam banyak hal pergerakan nilai tukar tidak selalu dapat dijelaskan oleh perkembangan variabel-variabel ekonomi yang terjadi. Sebagai contoh, pergerakan nilai tukar tidak selalu mencerminkan perbedaan tingkat inflasi dalam negeri dengan luar negeri seperti yang dirujuk oleh teori PPP. Demikian juga, perubahan tingkat suku bunga bank sentral negra-negara Asia Pasifik ataupun suku bunga Fed tidak selalu dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar seperti yang ingin dijelaskan oleh teori IRP. Pergerakan nilai tukar dipengaruhi pula oleh informasi yang diterima oleh para pelaku pasar, baik


(23)

informasi ekonomi maupun nonekonomi seperti perkembangan sosial dan politik di Negara-negara Asia Pasifik.

Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya, dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected information).

Dengan melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi luar negeri baik itu untuk ekspor-impor maupun hutang luar negeri. Terdepresiasinya mata uang Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2003) disebutkan bahwa variabel rate of return on total assets, devidend payout ratio, financial leverage dan tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okty, (2002) yang menyebutkan bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh


(24)

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian) pengaruh maupun hubungan antara variabel ekonomimakro terhadap Indeks Harga Saham (IHSG) dengan menggunakan model Ordinary Least Square bivariate (single-equation regression model) atau sering disebut OLS. Sebagaimana dinyatakan oleh Rao (1994) bahwa data ekonomimakro mempunyai sifat nonstationary dan mempunyai hubungan imbal balik (causality).

Sudjono, (2001) melakukan penelitian tentang Analisis Keseimbangan & Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomimakro Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Var. Dengan hasil penelitian, Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun ECM periode 1990:01 s/d 2000:12 (impulse response to one S.D. innovation maupun variance decomposition) bahwa variabel Rupiah lebih mampu (andal) dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1, maupun SBI. Hal ini terlihat dari impulse response to one S.D. innovation maupun variance decomposition dari kedua model tersebut memberikan nilai yang cukup konsisten dan signifikan.

Hasil penelitian sudjono juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton (1996), Jensen, Johnson, dan Bauman (1997), Thorbecke (1997), maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu adanya hubungan (pengaruh) negatif antara perubahan tingkat bunga dengan harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam. Demikian juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara


(25)

nilai tukar uang terhadap harga saham, misalnya: Ma dan Kao (1990), Mougoué dan Bond (1991, Ajayi dan Mougoué (1996), Hermanto (1998), Pi-Anguita (1999), Wu (2000), yaitu adanya hubungan negatif antara nilai tukar uang terhadap harga saham.

Dari penelitian-penelitian tersebut, maka menarik untuk diteliti kembali mengenai variable makro ekonomi adalah: Analisis Tingkat Inflasi, Tingkat Suku bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Return Pasar. Dengan menggunakan pendekatan VAR dan ECM.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh faktor makro ekonomi (Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah) terhadap return pasar dengan pendekatan VAR dan ECM.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Pasar dengan pendekatan VAR dan ECM.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis


(26)

Rupiah) yang mempengaruhi return pasar dengan pendekatan VAR dan ECM.

b. Bagi Investor

Menjadi bahan pengetahuan/informasi tentang faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi return pasar.

c. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih ilmu dalam bidang keuangan, dan juga menjadi masukan kepada mahasiswa untuk mendalami dan melanjutkan penelitian ini.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efek dan Bursa Efek

Menurut undang RI No.8 tahun 1995 (Widjaja dan Ernawati, 2002: 2) “Efek diartikan sebagai surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”.

Agar efek-efek tersebut dapat diperjulbelikan maka diperlukan suatu wadah atau tempat berlangsungnya transaksi tersebut yang dikenal dengan bursa efek.

Menurut undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 yang terdapat dalam jurnal Widjaja dan Ernawati (2002: 2) yang dimaksud dengan Bursa Efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek”.

Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indicator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham.


(28)

B. Index Harga Saham Gabungan (IHSG )

IHSG menurut PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada peraturan No. 11 adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang tercatat di bursa pada saat tertentu.

Sanuriah dalam jurnal “Selayang Pandang IHSG, Media Akuntansi mengatakan bahwa IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai pada tanggal tertentu, biasanya pengaruh saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan saham pada hari tersebut. Indeks ini disajikan untuk periode tertentu IHSG tersebut mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. IHSG dapat memberikan manfaat berupa informasi kepada investor untuk menilai suatu saham guna menentukan saham-saham atau portofolio yang dapat memberikan return paling optima. Hal ini terkait dengan adanya nilai perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat digunakan sebagai dasar pengembalian keputusan atas pembelian dan penjualan sahamnya.

Faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah kondisi dalam negeri seperti stabilitas politik ekonomi dan keamanan. Khusus dibidang ekonomi faktor yang berpengaruh adalah tingkat inflasi, suku bunga dan lain-lain. Sedangkan factor eksternal berupa pengaruh dari luar negeri misalkan kondisi perekonomian global yang meliputi tingkat kurs, suplai uang dan harga saham dunia dan sebagainya. Semua ini mempengaruhi perilaku investor di bursa.


(29)

Sumantoto (1988:214) mengatakan bahwa IHSG dipengaruhi oleh tingkat kurs, suku bunga dan tingkat inflasi. .

Sedangkan menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55) Index harga saham gabungan adalah angka yang menunjukkkan situasi pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Kemudian menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 96) index harga saham gabungan adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan index. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan indeks harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:

(1) sebagai indikator trend pasar,

(2) sebagai indikator tingkat keuntungan, (3) sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio,

(4) memfasilitasi pementukan portofolio dengan strategi pasif, dan (5) memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.


(30)

C. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik, M.Y. Dedi Haryanto & Riyatno (2007:33).

Menurut Adwin Surja, A (2002: 72) perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu Negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun investor asing. Khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga akan berperngaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar domestik. Apabila suatu Negara menganut rezim devisa bebeas maka hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran modal masuk (capital inflation) dari luar negeri. Hal ini akan akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai uukar mata uang Negara tersebut terhadap mata uang asing dipasar valuta asing. Tingkat suku bunga riil pada umumnya lebih sering dibandingkan antar Negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan


(31)

antara perbedaan tingkat suku bunga di dua Negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang Negara lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih mengandung unsur inflasi di dalamnya.

Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di rumuskan bahwa :

R = [( l + i ) : ( l + i1 )] – 1

Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestic, dan i1 adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua). Apabila kedua sisi persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka mengindikasikan bahwa investasi antar kedua Negara akan menghasilkan return yang sama.

D. Tingkat Inflasi

Teori Inflasi menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Menurut Boediono (1995) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut


(32)

inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap laju inflasi di masa yang akan datang. Ekspektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif terhadap masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif,

Neny Erawati(2002 : 99).

Inflasi sering diartikan sebagai kecenderungan naiknya harga secara umum danterus menerus, dalam waktu dan tempat tertentu (Korteweg, 1973; Ackley, 1978; Nopirin, 1997; serta Boediono, 2001). Keberadaannya sering diartikan sebagai salah satu masalah utama dalam perekonomian negara, selain pengangguran dan ketidakseimbangan neraca pembayaran. Namun demikian, meskipun menjadi salah satu masalah besar dalam perekonomian, sebagian ahli sepakat bahwa dampak positif inflasi akan maksimal dengan tingkat inflasi yang agak rendah, berkisar antara 5% - 6% per tahun (Glassburner, Chandra, 1981 : 106). Dengan kata lain, tingkat inflasi yang kurang atau lebih dari angka tersebut, akan memiliki kecenderungan memberi dampak negatif bagi perekonomian.


(33)

Menurut Winardi dalam Setiawan (2006), definisi inflasi adalah sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.

Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno : 2004 : 15)

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini memperlihatkan bagai mana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat yang dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih dari pada jumlah barang yang tersedia (apabila timbul “inflation gap” ). Selama inflation gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan.

Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)

1. Kenaikan harga


(34)

2. Bersifat umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.

3. Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

Jenis Inflasi

Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Merayap {Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2) Inflasi menengah {Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3) Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.


(35)

Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987 :25) antara lain:

a) ConsumerPriceIndex (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:

Cost of marketbasket ingiven year

CPI= X 100

Cost of marketbasket in base year

b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index

Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

c) GNP Deflator

GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Nominal

GNP Deflator = X 100


(36)

Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:

a. Demand Pull Inflation

Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a) Domestic Inflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.

b) ImportedInflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum.


(37)

E. Nilai Tukar

Pergerakan nilai tukar menjadi issue empiris dan kebijakan yang penting di Indonesia, khususnya setelah diterapkannya sistem mengambang terkendali (free floating regime) Dalam banyak hal pergerakan nilai tukar tidak selalu dapat dijelaskan oleh perkembangan variabel-variabel ekonomi yang terjadi. Sebagai contoh, pergerakan nilai tukar tidak selalu mencerminkan perbedaan tingkat inflasi dalam negeri dengan luar negeri seperti yang dirujuk oleh teori PPP. Demikian juga, perubahan tingkat suku bunga bank sentral negara-negara Asia Pasifik ataupun suku bunga Fed tidak selalu dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar seperti yang ingin dijelaskan oleh teori IRP.

Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya, dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected information). Rational expectation merupakan dasar dari efficient market hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi yang ada, maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik investor menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai keseimbangan


(38)

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menganalisa tentang index harga saham gabungan (IHSG) ialah : Ludovicus Sensi Wondabio (2006) melakukan penelitian tentang Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan (Ihsg) Jakarta (Jsx), London (Ftse), Tokyo (Nikkei) Dan Singapura (Ssi) Dengan hasil penelitian menunjukkan :

a. Pola hubungan antara JSX dan FTSE, NIKEI dan SSI ternyata memiliki hubungan yang berbeda-beda.

b. FTSE dan NIKKEI ternyata mempunyai pengaruh terhadap JSX, tetapi JSX tidak mempunyai pengaruh terhadap FTSE dan NIKKEI. Ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian negara maju akan berpengaruh terhadap perekonomian negara berkembang.

c. Hubungan FTSE dan NIKKEI terhadap JSX adalah negatif atau berbalik dimana jika FTSE / NIKKEI naik maka JSX turun. Ini menandakan bahwa kenaikan FTSE dan NIKKEI justru menekan JSX. Hal ini dapat diduga adanya pengalihan investasi oleh para investor.

d. JSX dan SSI berhubungan simultan tetapi JSX mempengaruhi SSI secara positif sedangkan SSI mempengaruhi JSX secara negatif. Artinya jika JSX naik maka SSI naik. Sedangkan jika SSI naik maka JSX malah turun.


(39)

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian) pengaruh maupun hubungan antara variabel ekonomimakro terhadap Indeks Harga Saham (IHSG) dengan menggunakan model Ordinary Least Square bivariate (single-equation regression model) atau sering disebut OLS. Sebagaimana dinyatakan oleh Rao (1994) bahwa data ekonomimakro mempunyai sifat nonstationary dan mempunyai hubungan imbal balik (causality).

Sudjono, (2001) melakukan penelitian tentang Analisis Keseimbangan & Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomimakro Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Var. Dengan hasil penelitian, Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun ECM periode 1990:01 s/d 2000:12 (impulse response to one S.D. innovation maupun variance decomposition) bahwa variabel Rupiah lebih mampu (andal) dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1, maupun SBI. Hal ini terlihat dari impulse response to one S.D. innovation maupun variance decomposition dari kedua model tersebut memberikan nilai yang cukup konsisten dan signifikan.

Hasil penelitian sudjono juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton (1996), Jensen, Johnson, dan Bauman (1997), Thorbecke (1997), maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu adanya hubungan (pengaruh) negatif antara perubahan tingkat bunga dengan harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam. Demikian


(40)

nilai tukar uang terhadap harga saham, misalnya: Ma dan Kao (1990), Mougoué dan Bond (1991, Ajayi dan Mougoué (1996), Hermanto (1998), Pi-Anguita (1999), Wu (2000), yaitu adanya hubungan negatif antara nilai tukar uang terhadap harga saham.


(41)

G. Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui pengaruh factor-faktor makro ekonomi (Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar) digunakan model VAR dan ECM. Secara skematis alur pikir penelitian terlihat pada gambar kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Input Data

Variable Independen (Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai

Tukar)

Uji stasioneritas, kausalitas granger, panjang lag

Interpretasi Hasil kointegrasi dan

ECM

Variable Dependen (Return Pasar)


(42)

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan faktor makro ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar) terhadap return pasar.

H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan faktor makro ekonomi tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar) terhadap return pasar.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitan

Ruang lingkup penelitian ini adalah bursa efek Indonesia dan bank sentral (Bank Indonesia). Untuk menganalisis pengaruh variable indevenden terhadap variabel dependen. Adapun variable dependen (Y) adalah Return pasar sedangkan variabel independennya (X) adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar di Indonesia. Adapun periode yang di ambil dalam penelitian ini adalah bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan terakhir tahun 2008. data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan. B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas dan kondisi index IHSG, bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan terakhir tahun 2008, yang merupakan suatu wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan, dan Bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan(demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas saham. Sedangkan untuk variabel independent dibatasi pada tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar yang terjadi di Indonesia.


(44)

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder

Penelitan ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan sekala bulanan yang diambil dari sumber data antara lain Bursa efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI).

2. Kepustakaan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilengkapi dengan membaca literatur yang bersumber dari buku, artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data 1. Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas adalah uji yang sangat sederhana untuk melihat stasioneritas dengan analisis grafik, yang dilakukan dengan membuat plot antara nilai observasi (Y) dan waktu (t). berdasarkan plot tersebut kita dapat melihat pola data. Jika diperkirakan mempunyai nilai tengah dan varian konstan, maka data tersebut dapat disimpulkan stasioner. Uji stasioner diperlukan karena variabel makro pada umumnya tidak stasioner (Gujarati,1995). Tujuan uji ini adalah agar mean nya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan prediksi yang handal dan tidak ada spurious. Uji stasioner dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: grafik, correlogram, maupun akar unit dengan menggunakan metode Augmen Dickey Fuller (ADF) test dan Phillips Perron (PP) test.


(45)

2. Uji Kausalitas Granger

Uji ini dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Tetapi pada uji granger yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga data yang digunakan adalah data time series. Menurut Gujarati (1995) maupun Greene (2000) sebelum dilakukan analisis kointegrasi, VAR dan ECM perlu dilakukan pengujian kausalitas antara variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian, uji kausalitas ini menggunakan metode Granger causality (Granger, 1969). Jika terdapat hubungan kausalitas antara variabel penelitian, maka analisis regresi (OLS) tidak dapat dilakukan karena hasil estimasinya akan bias. Dalam pengujian kausalitas dilakukan dengan memasukkan lag berberbeda, yaitu mulai lag dua sampai dengan lag dua belas. Cara ini dilakukan karena Granger ini sangat peka terhadap lag-lag tersebut (gujarati, 1995), Pindyk dan Rubinfeld (1998).

3. Uji Panjang Lag

Setelah uji Granger, selanjutnya menentukan panjang lag dengan persamaan VAR dan ECM. Hal ini disebabkan karena kointgrasi maupun estimasi VAR dan ECM sangat peka terhadap panjang lag (Enders, 1995), Gujarati (1995), maupun Ansari dan Gang (1999). Dalam penentuan lag ini menggunakan prosedur Johansen’s ciontegration test. Dalam penelitian ini untuk mengetahui panjang lag yang di gunakan adalah dari lag terkecil (1,2) dan seterusnya.


(46)

4. Uji Kointegrasi

Jika series data variabel diketahui mempunyai unit root dan cointegrated pada tingkat 1, maka perlu dilakukan uji kointegrasi, dengan kata lain uji kointegrasi dilakukan untuk mendeteksi stabilitas hubungan jangka panjang dua variabel atau lebih (Ajay dan Mougoue(1996).

5. MetodeVAR danECM

Pendekatan structural atas model persamaan simultan digunakan teori ekonomi untuk menggambarkan hubungan antara variabel-variabel yang diinginkan. Model tersebut selanjutnya dilakukan estimasi untuk menguji empiris relevansi terhadap teori. Namun demikian, teori ekonomi seringkali tidak mampu memberikan bentuk spesifiksi yang memadai untuk kepentingan hubungan yang dinamis antara variabel-varibel. Hal ini disebabkan karena complicated estimasi dan inference yang diakibatkan oleh factor yang muncul yang disebabkan oleh variabel-variabel endogenous baik sebelah kiri maupun sebelah kanan dari suatu persamaan. Adanya masalah tersebut mendorong alternatif lain yang sering disebut model nonstructural. Pendekatan ini mencari hubungan antara bermacam-macam variabel yang diinginkan. Model ini sering disebut VAR maupun ECM yang umumnya digunakan untuk peramalan dari hubungan data runtut waktu (timeseries). Model VAR mengikuti sebagaimana dilakukan oleh Lee (1992), Mougoue dan Bond (1991), Ajay dan Mougoue(1996), Hermanto (1998), maupun Ansari dan Gang(1999). Missal, suatu variabel Y dan X dimasukkan kedalam model VAR yang


(47)

mempunyai konstanta dengan dua lag, maka persamaan VAR dapat dinyatakan sebagai berikut :

Xt = a1yt-1 +a2xt-1 + b1yt-2 +b2x t-2 + c1 + e1,t

Yt = a2yt-1 +a2xt-1 + b2yt-2 +b2x t-2 + c2 + e2,t di mana a, b, c, adalah parameter yang akan diestimasi. Sedangkan model ECM dinyatakan sebagai berikut:

Xt=x(yt-1 - xt-1)+ 1t

Yt = (yt-1 – xt-1)+2t

Dari perhitungan tersebut dapat dihitung masing-masing koefisien merupakan estimasi standar regresi. Dari analisis VAR dan ECM selanjutnya ditampilkan statistic regresi yang terdiri dar : determinan of the residual covariance, nilai log likelihood, akaike information criteria, maupun schuarz criteria. Dari estimasi VAR dan ECM tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik yang terdiri dari : nilai actual, nilai fitted, maupun nlai residual yang berguna untuk melihat bagaimana keadaan data yang sebenarnya. Cara lain dapat dilakukan dengan membuat simulasi dinamis yang sering disebut dynamic simulation yang menyajikan data aktual dan data simulasi yang berguna untuk mengetahui track pergerakan data. Cara ini sangat bermanfaat untuk peramalan jangka pendek (pindyck dan rubinfeld, 1998). Selain itu, dapat juga disajikan grafik aktual maupun ramalan, dan cara ini merupakan cara terbaik untuk peramalan yang akan datang.


(48)

Uji F dilakukan untuk melihat kemakmuran dari hasil regresi tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5% ( : 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel independen (suku bunga, inflasi, dan nilai tukar) secara simultan terhadap IHSG.

7. Uji T (Uji Parsial)

Uji T digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel dependen secara parsial. Bila Zhitung lebih besar atau lebih kecil dari Ztabel ataunilain signifikan t ( : 5% = 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independent terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial (suku bunga, inflasi, dan nilai tukar) terhadap IHSG.

8. Uji Koefisien determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel independen lebih dari dua.

E. Operasional Variabel


(49)

IHSG dapat memberikan manfaat berupa informasi kepada investor untuk menilai suatu saham guna menentukan saham-saham atau portofolio yang dapat memberikan return paling optima. Hal ini terkait dengan adanya nilai perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat digunakan sebagai dasar pengembalian keputusan atas pembelian dan penjualan sahamnya. Dari informasi tersebut diharapkan perkiraan harga saham yang wajar dapat teridentifikasi sehingga investor tidak akan mengalami kerugian. Sumantoto (1988:215) mengatakan bahwa informasi harga saham yang wajar dapat mengurangi risiko kerugian.

IHSG ditutup anjlok 74,703 poin (3,99 persen) pada 1.795,430. Pencapaian ini merupakan posisi IHSG terendah sejak 23 Februari 2007 lalu. Waktu itu IHSG berada pada level 1.791.553.Aksi jual kembali mewarnai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan Selasa (16/9) pagi dibuka langsung rontok 54,779 poin (3,19 persen) menjadi 1.664,475. Analis Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono (2008) menyebutkan, pailitnya Lehman Brothers dan anjloknya harga komoditas (crude oil, timah, nikel, CPO) menimbulkan spekulasi bahwa krisis kredit dan perlambatan ekonomi global masih akan memburuk.

2. Tingkat Inflasi


(50)

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:

a. DemandPull Inflation

Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a) Domestic Inflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.

b) ImportedInflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum.


(51)

Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham.

Tingkat suku bunga riil pada umumnya lebih sering dibandingkan antar Negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di dua Negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang Negara lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih mengandung unsure inflasi di dalamnya.

Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di rumuskan bahwa :

R = [( l + i ) : ( l + i1 )] – 1

Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestic, dan i1 adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua). Apabila kedua sisi persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka mengindikasikan bahwa investasi antar kedua Negara akan menghasilkan return yang sama.


(52)

4. Nilai Tukar

Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya, dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected information). Teori Rational expectation merupakan dasar dari efficient market hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi yang ada, maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik investor menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai keseimbangan .

Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan


(53)

unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance atas pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah nilai tukar rupiah sepenuhnya dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan dilakukan intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem free floating serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian Indonesia selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan. Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan pada timing yang tepat.


(54)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.


(55)

2. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.

3. Indeks Harga Saham di Indonesia

Indeks harga saham merupakan indikator perdagangan saham yang dibuat berdasarkan rumusan tertentu untuk mencerminkan tingkat aktivitas dan fluktuasi sebuah bursa efek. Setiap bursa efek mempunyai indikator tersendiri. Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini memiliki beberapa indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks-LQ45, Indeks Sektoral, dan JII (Jakarta Islamic Index). Didalam penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian sebagai berikut :


(56)

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG menurut PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada peraturan No. 11 adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang tercatat di bursa pada saat tertentu.

Sanuriah dalam jurnal “Selayang Pandang IHSG, Media Akuntansi mengatakan bahwa IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai pada tanggal tertentu, biasanya pengaruh saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan saham pada hari tersebut. Indeks ini disajikan untuk periode tertentu IHSG tersebut mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.

Faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah kondisi dalam negeri seperti stabilitas politik ekonomi dan keamanan. Khusus dibidang ekonomi factor yang berpengaruh adalah tingkat inflasi, suku bunga dan lain-lain. Sedangkan factor eksternal berupa pengaruh dari luar negeri misalkan kondisi perekonomian global yang meliputi tingkat kurs, suplai uang dan harga saham dunia dan sebagainya. Semua ini mempengaruhi perilaku investor di bursa. Sumantoto (1988:214) mengatakan bahwa IHSG dipengaruhi oleh tingkat kurs, suku bunga dan tingkat inflasi.


(57)

Tabel 4.1 Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008

Bulan/Thn Open Close Return

Jan-06 1162,64 1232,32 0,059932567

Feb-06 1232,32 1230,66 -0,001347053

Mar-06 1230,66 1322,97 0,075008532

Apr-06 1322,97 1464,41 0,106910965

Mei-06 1464,41 1330 -0,091784405

Jun-06 1330,00 1310,26 -0,014842105

Jul-06 1310,26 1351,65 0,03158915

Agust-06 1351,65 1431,26 0,058898383

Sep-06 1431,26 1534,61 0,072209102

Okt-06 1534,61 1582,63 0,031291338

Nop-06 1582,63 1718,96 0,086141423

Des-06 1718,96 1805,52 0,050356029

Jan-07 1805,52 1757,26 -0,026729142

Feb-07 1757,26 1740,97 -0,009270114

Mar-07 1740,97 1830,92 0,0516666

Apr-07 1830,92 1999,17 0,091893693

Mei-07 1999,17 2084,32 0,042592676

Jun-07 2084,32 2139,28 0,026368312

Jul-07 2139,28 2348,67 0,097878726

Agust-07 2348,67 2194,34 -0,065709529

Sep-07 2194,34 2359,21 0,075134209

Okt-07 2359,21 2643,49 0,120497963

Nop-07 2643,49 2688,33 0,016962425

Des-07 2688,33 2745,83 0,021388743

Jan-08 2745,83 2627,25 -0,043185485

Feb-08 2627,25 2721,94 0,036041488

Mar-08 2721,94 2447,3 -0,100898624

Apr-08 2447,30 2304,52 -0,058341846

Mei-08 2304,52 2444,35 0,06067641

Jun-08 2444,35 2349,1 -0,038967415

Jul-08 2349,10 2304,51 -0,018981738

Agust-08 2304,51 2165,94 -0,060129919

Sep-08 2165,94 1832,51 -0,153942399

Okt-08 1832,51 1256,7 -0,314219295

Nop-08 1256,70 1241,54 -0,01206334


(58)

Tabel 4.2 Data Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Thn.2006-2008

BULAN/TAHUN INFLASI (X1)

SUKU BUNGA

(X2) NILAI TUKAR (X3) Januari 2006 0.17 0.127 9895.00 Februari 2006 0.179 0.127 9730.00 Maret 2006 0.157 0.127 9575.00 April 2006 0.154 0.127 9275.00 Mei 2006 0.156 0.125 9720.00 Juni 2006 0.155 0.125 9800.00 Juli 2006 0.151 0.125 9570.00 Agustus 2006 0.149 0.117 9600.00 September 2006 0.145 0.112 9735.00 Oktober 2006 0.069 0.107 9610.00 November 2006 0.052 0.102 9665.00 Desember 2006 0.066 0.097 9520.00 Januari 2007 0.062 0.095 9590.00 Februari 2007 0.063 0.092 9660.00 Maret 2007 0.065 0.090 9618.00 April 2007 0.062 0.090 9583.00 Mei 2007 0.061 0.087 9328.00 Juni 2007 0.057 0.085 9519.00 Juli 2007 0.060 0.082 9686.00 Agustus 2007 0.065 0.082 9910.00 September 2007 0.069 0.082 9637.00 Oktober 2007 0.068 0.082 9603.00 November 2007 0.061 0.082 9876.00 Desember 2007 0.069 0.080 9919.00 Januari 2008 0.073 0.080 9791.00 Februari 2008 0.074 0.079 9551.00 Maret 2008 0.081 0.079 9717.00 April 2008 0.089 0.079 9734.00 Mei 2008 0.103 0.083 9818.00 Juni 2008 0.110 0.087 9725.00 Juli 2008 0.119 0.092 9618.00 Agustus 2008 0.118 0.092 9653.00 September 2008 0.121 0.097 9878.00 Oktober 2008 0.117 0.109 11495.00 November 2008 0.116 0.112 12651.00 Desember 2008 0.110 0.108 11450.00


(59)

B. Hasil dan Pembahasan 1. Deskriptif Permasalahan

Pada skripsi ini, data permasalahan terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) adalah IHSG sedangkan variabel independennya (X) adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah di Indonesia. Periode yang diambil dalam penelitian ini adalah bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan terakhir tahun 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan.

Tabel 4.3 Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Return Pasar (IHSG)

Return Pasar Tingkat Inflasi

Tingkat Suku Bunga

Nilai Tukar Rupiah

0.059932567 0.17 0.127 9895.00

-0.001347053 0.179 0.127 9730.00

0.075008532 0.157 0.127 9575.00

0.106910965 0.154 0.127 9275.00

-0.091784405 0.156 0.125 9720.00

-0.014842105 0.155 0.125 9800.00

0.03158915 0.151 0.125 9570.00

0.058898383 0.149 0.117 9600.00

0.072209102 0.145 0.112 9735.00

0.031291338 0.069 0.107 9610.00

0.086141423 0.052 0.102 9665.00

0.050356029 0.066 0.097 9520.00

-0.026729142 0.062 0.095 9590.00

-0.009270114 0.063 0.092 9660.00

0.0516666 0.065 0.090 9618.00

0.091893693 0.062 0.090 9583.00

0.042592676 0.061 0.087 9328.00

0.026368312 0.057 0.085 9519.00

0.097878726 0.060 0.082 9686.00

-0.065709529 0.065 0.082 9910.00


(60)

0.021388743 0.069 0.080 9919.00

-0.043185485 0.073 0.080 9791.00

0.036041488 0.074 0.079 9551.00

-0.100898624 0.081 0.079 9717.00

-0.058341846 0.089 0.079 9734.00

0.06067641 0.103 0.083 9818.00

-0.038967415 0.110 0.087 9725.00

-0.018981738 0.119 0.092 9618.00

-0.060129919 0.118 0.092 9653.00

-0.153942399 0.121 0.097 9878.00

-0.314219295 0.117 0.109 11495.00

-0.01206334 0.116 0.112 12651.00

0.091716739 0.110 0.108 11450.00

2. Model Vector Autoregressive (VAR)

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dicari pengaruh suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap return pasar (IHSG). Pencarian bentuk model yang ingin digunakan adalah dengan menggunakan metode VAR dan ECM. Tahap pertama untuk membuat model VAR adalah melakukan terlebih dahulu uji stasioneritas dan uji Kausalitas Granger yang dapat melihat hubungan antar variabel suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan return pasar (IHSG) yang dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

a. Uji Stasioneritas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data asli (original data) menunjukkan tidak stationary baik menggunakan model grafik, correlogram, maupun akar unit yaitu menolak H0, sedangkan data pada

2st difference baik menggunakan model grafik, correlogram, maupun akar unit menunjukkan bahwa variabel ekonomimakro maupun IHSG


(61)

ekonomimakro maupun IHSG stationary. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa data ekonomimakro yang runtut waktu pada umumnya nonstationary Rao (1994), Enders (1995), Hermanto (1998), Gujarati (1999), maupun peneliti lainnya.

b. Uji Kausalitas Granger

Berdasarkan tabel 4.4, terlihat bahwa variabel X2 (tingkat suku bunga), X3 (nilai tukar rupiah) mempengaruhi variabel Y (return pasar) dan variabel X2 (tingkat suku bunga) mempengaruhi X1 (tingkat inflasi)


(62)

lainnya tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut berarti tidak menolak hipotesis.

Apabila nilai lag-nya ditingkatkan menjadi 2, maka akan diperoleh hubungan kausal sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa hanya variabel X3 (nilai tukar rupiah) yang mempengaruhi variabel Y (return pasar), variabel X2 (tingkat suku bunga) mempengaruhi X1 (inflasi), dan X3 (nilai tukar rupiah) mempengaruhi X2 (tingkat suku bunga), sehingga dapat menolak hipotesis pada lag 2. Sedangkan variabel yang lainnya tidak saling


(63)

mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut berarti tidak menolak hipotesis.

Penelitian ini hanya ingin mencari pengaruh variabel suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar terhadap return pasar (IHSG). Sehingga tidak terlalu bermasalah apabila tidak terjadi kausalitas tiap variabelnya.

Setelah melakukan uji Kausalitas Granger, langkah selanjutnya adalah membuat model VAR. Berdasarkan lag yang diambil pada uji Kausalitas Granger, maka lag yang digunakan pada pembentukan model VAR juga menggunakan lag 1 dan 2.

c. Uji Model VAR


(64)

Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa variabel yang mempengaruhi return pasar secara signifikan adalah return pasar pada 1, inflas pada t-1, dan tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang mempengaruhi inflasi secara signifikan adalah hanya inflasi pada t-1. Variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi secara signifikan adalah return pasar pada t-1, inflasi pada t-1, dan tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang mempengaruhi nilai tukar rupiah secara signifikan adalah return pasar pada t-1 dan nilai tukar rupiah pada t-1. Sekarang lihat model yang terbentuk pada lag 2.


(65)

Berdasarkan tabel 4.7, terlihat bahwa tidak ada variabel yang mempengaruhi return pasar secara signifikan. Variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi secara signifikan adalah hanya tingkat inflasi pada t-1.

Variabel yang mempengaruhi tingkat suku bunga secara signifikan adalah hanya tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang mempengaruhi


(66)

Pembentukan model VAR yang terbaik dari 2 lag yang diambil adalah model dengan lag 1 lebih baik daripada model dengan menggunakan lag 2. hal tersebut dikarenakan pertimbangan sebagai berikut :

1. Nilai R2 pada model lag 1 lebih besar daripada nilai R2 pada model lag 2.

2. Nilai AIC dan SIC pada model lag 1 lebih kecil daripada nilai AIC dan SIC model lag 2.

3. Banyaknya variabel pada model lag 1 yang signifikan daripada model lag 2.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan karena penelitian ini ingin mencari pengaruh variabel suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap return pasar, maka model yang digunakan hanyalah model pada kolom pertama yang terdapat pada tabel 4.4, yaitu :

Yt = 0.3513814652*Yt-1 - 1.162740327*X1 t-1 + 2.727793958*X2 t-1 + 0.0000340378*X3 t-1 - 0.4811305404 + U t pers.(4.1)

Setelah mendapatkan model VAR, langkah selanjutnya adalah membentuk model VAR ke dalam bentuk model ECM. Sebelum membentuk model ECM, terlebih dahulu melakukan uji Kointegrasi terhadap residual pada model VAR tersebut agar dapat menggunakan metode ECM. Apabila residual dari model VAR yang diambil tidak memenuhi kriteria kointegrasi, maka tidak dapat menggunakan metode ECM melainkan menggunakan metode Regresi Palsu.


(67)

Syarat untuk menggunakan Metode ECM adalah residual dari model VAR harus terkointegrasi (stationer) atau dengan kata lain residual dari model VAR mempunyai hubungan jangka panjang antar variabelnya walaupun setiap variabel yang digunakan tidak stationer. 3. Uji Kointegrasi

Sebelum dapat menggunakan metode ECM, terlebih dahulu melakukan uji kointegrasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Berdasarkan tabel 4.8, terlihat bahwa residual pada model VAR ini stasioner (return pasar, tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah,)


(68)

terkointegrasi, dengan kata lain mempunyai hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Hal tersebut ditunjukkan dengan uji sebagai berikut : 1. Uji Barlett : tidak ada nilai pada AC dan PAC yang melebihi nilai

2×(1/ 35 ) = 0.338

2. Nilai probabilitasnya tidak ada yang kurang dari tingkat kepercayaan yang diambil, yaitu 0.05.

Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa nilai ADF jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis pada tiap tingkat kepercayaan yang diambil (1%, 5%, 10%).


(69)

Hal tersebut menunjukkan bahwa residual pada model VAR ini atau tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, dan return pasar terkointegrasi, dengan kata lain mempunyai hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Fakta tersebut juga didukung dengan lebih besarnya nilai Durbin-Watson daripada nilai R2nya.

4. Model Error Correction Model (ECM)

Setelah membuktikan bahwa residual telah terkointegrasi, maka langkah berikutnya dapat dilanjutkan adalah membentuk model ECM. Model ECM ini digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek antar variabel yang digunakan. Dengan menggunakan software Eviews maka didapatkan model ECM sebagai berikut:

D(Y) = 0.006677271838 - 0.220426775*D(X1) - 2.411774225*D(X2) –

0.000098895*D(X3) - 1.030464665*Ut-1

dengan :

D(Y) adalah differencing pertama untuk variabel return pasar D(X1) adalah differencing pertama untuk variabel tingkat suku bunga

D(X2) adalah differencing pertama untuk variabel tingkat inflasi


(1)

timbal balik (causal relations) antar variabel yang diteliti dan perubahan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham.

Pada penelitian lain yaitu Sodjono (2000) berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian Sudjono nilai tukar rupiahlah yang lebih mampu menjelaskan hubungan terhadap IHSG. Hal tersebut disebabkan karena periode yang diambil oleh Sudjono terjadi krisis moneter (akhir tahun 1997 s/d pertengahan tahun 1998). Krisis moneter menyebabkan tidak setabilnya nilai tukar rupiah sehingga pada periode tersebut nilai tukar rupiah memberikan pengaruh yang sinifikan terhadap IHSG.

Sedangkan pada penelitian ini nilai Inflasi pada periode awal tahun 2006 s/d akhir tahun 2008 lebih berpengaruh terhadap IHSG di bandingkan dengan variabel makro ekonomi yang lainnya. Karena Tingkat Inflasi pada periode tersebut mengalami perubahan yang sangat fluktuatif, sehingga menyebabkan tingkat Inflasi menjadi tidak setabil. Dapat kita lihat pula pada tabel berikut;

Table 5.1 Data Inflasi Dari Catatan Bank Indonesia Bulan dan tahun Tingkat Inflasi

Februari 2007 6.30 %

Januari 2007 6.26 %

Desember 2006 6.60 %

November 2006 5.27 %

Oktober 2006 6.29 %

September 2006 14.55 %

Agustus 2006 14.90 %

Juli 2006 15.15 %


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode VAR yang didapat dari dua lag yang digunakan (1 dan 2) bahwa model lebih baik apabila menggunakan lag 1. Hal tersebut dikarenakan pertimbangan-pertimbangan yang terdapat dalam metode VAR. Berdasarkan model VAR yang terbentuk terlihat bahwa variabel yang mempengaruhi variabel return pasar secara signifikan adalah Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga. Untuk variabel nilai tukar rupiah kurang cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel return pasar .

Berdasarkan uji kointegrasi terhadap residual dari model VAR terbukti bahwa residual terkointegrasi, sehingga dapat menggunakan metode ECM untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan metode ECM terbukti bahwa residual signifikan dalam mempengaruhi variabel return pasar. Sehingga dari uji VAR dan ECM dapat memberikan pengaruh keseimbangan pada jangka pendek dan jangka panjang.

Keseimbangan Jangka Pendek

Untuk pengaruh keseimbangan jangka pendek dengan model VAR. 1. Tingkat Inflasi (X1) pada satu bulan sebelumnya memberikan


(3)

2. Tingkat suku bunga (X2) pada satu bulan sebelumnya memberikan pengaruh signifikan terhadap return pasar dengan nilai T (1,873). Berdasarkan analisis tersebut terbukti bahwa Return Pasar dipengaruhi signifikan oleh variabel Tingkat Inflasi(X1) dan Tingkat Suku Bunga(X2) pada keseimbangan jangka pendek.

Keseimbangan Jangka Panjang

Untuk pengaruh keseimbangan jangka panjang, uji residual/error(-1) model ECM dengan nilai T (5,510) dan nilai probabilitas (0,0000). Maka dapat disimpulkan bahwa residual (ECM) berpengaruh pada keseimbangan jangka panjang.

B. Implikasi

Implikasi dalam penelitian ini hanya terbatas dalam model (termasuk dalam sampel penelitian), rentang waktu, variabel makro ekonomi yang dipilih. Implikasi dalam penelitian ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu pasar modal, dan bagi para akademisi.

1. Bagi pasar modal, penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG, maupun Suku Bunga yang sebelumnya sudah diduga. Dengan hasil penelitian ini, khususnya di Indonesia tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG dibandingkan variabel-variabel lainnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, misalnya penelitian Sudjono(2000) yang menunjukkan IHSG sangat dipengaruh oleh Nilai


(4)

2. Bagi para akademisi penelitian ini akan membuka cakrawala baru dalam model ekonometrik yang selama ini hanya menggunakan metode regresi (OLS) bivariate. Oleh karena itu, untuk penelitian di masa mendatang dengan menggunakan model VAR maupun ECM dengan berbagai macam analisisnya layak untuk dipertimbangkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adios, Levi Iqbal.” Analisis fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar amerika serikat.” Skripsi tidak diterbitkan, universitas sebelas maret, surakarta, 2002.

Ajayi, R.A, dan M. Mougoué, “On the Dynamic Relation Between Stock Prices and Exchange Rates,” Journal of Financial Research 21, 193-207, 1996. Anggita & Didit Purnomo.”Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah(1997-1,

2004-IV).”Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.7, No.1, maret 2006.

Arifin, Sjamsul, “Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan:Efektifitas Kebijakan Suku Bunga Dalam Rangka Stabilisasi Rupiah DiMasa Krisis, 1998. Atmadja, Adwin Surja.” Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar

Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 1, 69 – 78 Mei 2002

Domian, D.L.; J.E. Gilster, dan D.A. Louton, "Expected Inflation, Interest Rates, and Stock Returns," Financial Review 31, 809-830, 1996.

Erawati Neny dan Llewelyn Richard,” Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspetasi Inflasi untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia”, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2,: 98 - 107 September 2002.

Hady, Hamdy,”Valas untuk manajer” mitra wacana media, Jakarta,2005.

Hady, Hamdy,”manajemen keuangan internasional” mitra wacana media, Jakarta,2005.

Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, Cetakan 1, FEIS UIN Press, Jakarta, 2005.

Ma, C.K., dan G.W. Kao, “On Exchange Rate Changes and Stock Price Reactions,” Journal of Business Finance & Accounting 17, 441-449, 1990.

Mila Novita and Nachrowi D.N, Dynamic Analysis of the stock price. Index and the Exchange Rate using Vector Auto Regression (VAR): An Emperical Study in Jakarta Stock Exchange 2001-2004, Journal of economic and Financein Indonesia, Vol.53(3),Page 263-278. 2005.


(6)

M. Y. Dedi Haryanto., dan Riyatno,” Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan Di Bej”, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2007.

Nachrowi, D.N, dan Usman Hardius, “Penggunaan teknik ekonometrika”, edisi revisi. Rajawali Press, Jakarta. 2005.

Nachrowi, D.N, dan Usman Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 2006. Sudjono, ” Analisis Keseimbangan & Hubungan Simultan Antara Variabel

Ekonomimakro Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode (VAR) Vector Autorgression) & ECM (Error Correction Model”,Pascasarjana Magister Akuntansi STIE Y.A.I, Jakarta, 2000. Suardhini, Made dan Goeltom, Miranda S, " Analisis Dampak Intervensi Bank

Sentral Dalam Penetapan Nilai Tukar Terhadap Ekspor-Impor Indonesia", Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume XLV No 1, LPEM FEUI, Jakarta, 1997.

Wondabio, Sensi Ludovicus, “Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan (Ihsg) Jakarta (Jsx), London (Ftse), Tokyo (Nikkei) Dan Singapura (Ssi), Padang. 2006.

Wuri, Yosephine, “Analisis Penentuan Kurs Valas Di Indonesia 1983.1 –1997 : Pendekatan Koreksi Kesalahan dan Stock Penyangga Masa Depan”, Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,2000.