Konsep Pengendalian Hama Terpadu PHT

bermutu dengan tingkat penggunaan pestisida rendah. Secara berangsur-angsur perlu diupayakan penggunaan pestisida kimiawi dan mulai beralih kepada jenis-jenis pestisida hayati yang aman bagi lingkungan Wahyudi, 2001.

B. Konsep Pengendalian Hama Terpadu PHT

Pengendalian hama terpadu PHT merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok termasuk biologi, genetis, mekanis, fisik, dan kimia dengan cara seharmoni mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Keuntungan yang diperoleh yaitu biaya perlindungan tanaman dapat di kurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan insektisida nabati, sehingga dampak negatif terhadap produk hortikultura dari residu pestisida dan pencemaran lingkungan hampir tidak ada. Implementasi PHT di Indonesia secara nasional di mulai sejak di keluarkannya Inpres No. 6 tahun 1986, kemudian di ikuti dengan Undang-undang No. 12 tahun 1992 Anonim, 2002. Alternatif lain untuk pengendalian hama yaitu dengan memanfaatkan senyawa beracun yang terdapat pada tumbuhan yang dikenal dengan insektisida nabati. Insektisida nabati secara umum diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu, mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti alkoloid, terpenoid dan fenolik Anonim, 2007. Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan berkesempatan sebagai komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud bila dilakukan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agen hayati, penggunaan di lapangan dan evaluasi secara terus-menerus. Dalam upaya eksplorasi untuk mendapatkan agen hayati diperlukan penelitian yang tekun dan berkelanjutan. Pengadaan agen hayati untuk dapat digunakan di lapangan pada umumnya memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1 isolasi mikroorganisme atau jasad sebagai agen hayati; 2 penelitian dasar; 3 perbanyakan; 4 proses pengembangan dan optimasi; 5 produksi dan aplikasi Sudarmo, 2005. Perbanyakan agensia hayati diperlukan penelitian tentang media untuk perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Produksi agensia hayati selanjutnya dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini pengembangan sumberdaya manusia terutama ilmuwanpeneliti harus mendapat perhatian yang cukup kuat. Penerapan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait penelitipakarpetugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil kebijakan perlu terpadu dengan aktif. Selanjutnya petani dalam mengidentifikasi, menguji coba dan menerapkan pengendalian hayati diharapkan kerjasama terutama dengan penyuluh dan peneliti Anonim, 2002.

C. PHT dengan Insektisida Nabati

Dokumen yang terkait

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

8 122 176

Sifat Antirayap Ekstrak Kulit Bawang merah (Allium cepa L.)

1 76 62

Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Dan Pupuk Daun Terhadap Hama Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz.) (Homoptera : Aphididae) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 40 110

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus L. Strain DDW) yang Diinduksi Alloxan

6 122 85

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L.), Metformin dan Glibenklamid terhadap Kadar Gula Darah pada Mencit Diabetes yang Diinduksi Aloksan Tahun 2011

2 65 103

SKRIPSI PENGARUH INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz) TANAMAN CABAI MERAH.

0 5 11

I. PENDAHULUAN PENGARUH INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz) TANAMAN CABAI MERAH.

0 4 7

V. SIMPULAN DAN SARAN PENGARUH INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz) TANAMAN CABAI MERAH.

0 9 15

Uji efektivitas dan identifikasi senyawa aktif ekstrak daun Sirsak sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas Kutu daun persik (Mucus persicae Sulz) pada tanaman Cabai Merah (Capsipcum annum L).

0 0 10

View of Potensi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata, L.) Sebagai Insektisida Kutu Daun Persik (Myzus persicae, Sulz) pada Daun Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens)

0 0 10