N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21 N22 N23 N24 Tingkat Kematangan Gonad

28 a b d i e f c g 2 3 D C P V A h 1 Gambar 4. Karakter morfometrik dan meristik ikan lalawak yang diukur Keterangan: 1. Panjang total; 2. Panjang baku; 3. Panjang sampai cagak; a. Panjang hidung; b. Lebar mata; c. Panjang kepala; d. Panjang kepala di belakang mata; e. Panjang antara mata dengan sudut tutup insang; f. Tinggi pipi; g. Panjang rahang bawah; h. Panjang rahang atas; i. Panjang di depan mata; P. Sirip dada; V. Sirip perut; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D. Sirip punggung Tabel 1. N isbah cirikarakter morfometrik ikan uji No. Sandi Karakter Keterangan

1. N1

PTPB Panjang total per panjang baku

2. N2

PCPB Panjang cagak per panjang baku

3. N3

PKPB Panjang kepala per panjang baku

4. N4

PBDSDPB Panjang bagian depan sirip dorsal per panjang baku

5. N5

PDSDPB Panjang dasar sirip dorsal per panjang baku

6. N6

PSSVPB Panjang sebelum sirip ventral per panjang baku

7. N7

PDSVPB Panjang dasar sirip ventral per panjang baku

8. N8

PSSAPB Panjang sebelum sirip anal per panjang baku

9. N9

PDSAPB Panjang dasar sirip anal per panjang baku

10. N10

PBEPB Panjang batang ekor per panjang baku

11. N11

TBETB Tinggi batang ekor per tinggi badan

12. N12

TKTB Tinggi kepala per tinggi badan

13. N13

TKPB Tinggi kepala per panjang baku

14. N14

TBPB Tinggi badan per panjang baku

15. N15

LBPB Lebar badan per panjang baku

16. N16

LKPB Lebar kepala per panjang baku

17. N17

JAMPK Jarak antar mata per panjang kepala

18. N18

LMPK Lebar mata per panjang kepala

19. N19

PKBMPK Panjang kepala di belakang mata per panjang kepala

20. N20

PRA PK Panjang rahang atas per panjang kepala

21. N21

PRBPK Panjang rahang bawah per panjang kepala

22. N22

TKPK Tinggi kepala per panjang kepala

23. N23

LBTB Lebar badan per tinggi badan

24. N24

TBEPB Tinggi batang ekor per panjang baku 29 Untuk mengetahui kemampuan reproduksi dari varietas ikan lalawak baik yang berasal dari hasil tangkapan di perairan umum sungai maupun kolam masyarakat beberapa parameter uji yang dapat digunakan adalah: 1. Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad IKG individu ikan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Bobot gonad g IKG = x 100 Bobot tubuh g

2. Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad TKG ditentukan dengan melakukan analisis karakter morfologis dan anatomis gonad berdasarkan modifikasi Cassie Effendie 1997 Tabel 2. Selain secara anatomis, perkembangan gonad juga dianalisis secara histologis. Untuk ikan jantan berdasarkan Kaya dan Hasler 1972 dalam Effendi 1997, sedangkan untuk ikan betina berdasarkan Chinabut et al. 1991 dalam Siregar 1999 Tabel 3. Prosedur pengujian preparat histologis dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 2. Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan lalawak secara anatomis mengacu kepada Effendie 1997 Tingkat Kematangan Gonad Betina Jantan I Ovarium seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin. Testis seperti benang, lebih pendek terbatas dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih. II Ukuran ovarium lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata. Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan putih seperti susu. Bentuk lebih jelas daripada tingkat I III Ovarium berwarna kuning. Secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya dengan mata. Permukaan testis tampak bergerigi. Warna makin putih, testis makin besar. Dalam keadaan diawet mudah putus. IV Ovarium makin besar mengisi 12 sampai 23 rongga perut. Telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak. Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas. Testis semakin pejal. V Ovarium berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti tingkat II. Testis bagian belakang kempis dan dibagian dekat pelepasan masih berisi. 30 Tabel 3. Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan lalawak secara histologis mengacu k epada Siregar 1999 Tingkat Kematangan Gonad Betina Jantan I Oosit 1. Proliferasi germinal menjadi oogonia. Setiap oogonia dikelilingi oleh satu lapis sel epitel dengan sitoplasma yang mengambil warna merah muda dan inti sel yang besar. Testis regresi. Dinding gonad dilapisi oleh spermatogonia awal dan sekunder. Sperma sisa mungkin masih terdapat. II Oosit 2. Pase perkembangan oosit ditandai meningkatnya ukuran sitoplasma mengambil warna basofilik dan ukuran sitoplasma menjadi besar berwarna biru terang berada ditengah sel. Selama perkembangan oosit primer dibungkus oleh satu lapis epitel folikular yang sulit dibedakan. Perkembangan spermatogonia. Sama dengan tingkat I hanya proporsi spermatogonia sekunder bertambah. Sperma sisa kadang-kadang masih ter lihat. III Oosit 3. Stadia perkembangan sel folikular, dari oosit membesar, nukleus berada ditengah dan sitoplasma berwarna biru gelap. Terdapat provitelin nukleoli yang mengelilingi inti. Pergerakan provitelin nukleoli dimulai pada stadia ini dan nukleoli euvitelin mulai berkembang Awal aktif spermatogenesis. Cyste spermatocyt timbul dan kemudian semakin bertambah. Cyste spermatid dan spermatozoa juga mulai keluar. IV Oosit 4. Nukleoli euvitelin jelas kelihatan disekitar membran nuklear dari nukleus dan sitoplasma berwarna biru terang dibanding stadia II dan III. Stadia ini terjadi vitelogenesis yang ditandai meningkatnya secara nyata butiran kuning telur dan lemak disekitar sitoplasma. Lapisan zona radiata dari oosit nampak jelas dari epitel folikular. Aktif spermatogenesis. Semua tingkat spermatogenesis ada dalam jumlah yang banyak. Spermatozoa bebas mulai terlihat dalam rongga seminiferous. V Oosit 5. Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur kelihatan jelas dan tersebar disekitar sitoplasma yang berwarna biru keabu-abuan, sedangkan inti berwarna merah muda, membran nukleus dan karyoplasma mengalami degenerasi. Lapisan zona radiata terlihat jelas, epitelium folikular berkembang menjadi sel kubus atau sel selinder. Testis masak. Lumen penuh dengan spermatozoa. Pada dinding lobule penuh dengan cyste bermacam-macam tingkat. VI Oosit 6. Vakuola kuning telur yang besar dan butiran kuning telur berwarna terang muncul pada seluruh bagian sitoplasma. Penurunan inti dalam sel dan membran inti menghilang. Zona radiata, sel folikel dan sel teka terlihat jelas. Ketebalan dinding oosit tidak teratur dengan satu sisi lebih luas dibanding dengan yang lain. Bagian yang tebal akan merupakan subtrat untuk penggabungan fertilis asi telur. Testis regresi. Rongga seminiferous masih berisi spermatozoa. Dinding lobule penuh dengan spermatogonia yang tidak aktif. Ukuran testes mengkerut karena sperma dikeluarkan. 31 3. Fekunditas Relatif Analisis fekunditas dengan menggunakan cara gabungan antara gravimetrik dengan volumetrik dengan persamaan: G x X F = Q 4. Bobot Telur Bobot telur per butir BT dihitung dengan cara membandingkan indeks kematangan gonad IKG dengan nilai fekunditas relatif. BT µgbutir = IKGFekunditas Relatif 5. Diameter Telur Diameter telur diukur dengan menggunakan mikromet er okuler pada mikroskop. Jumlah sampel telur yang digunakan lebih kurang sebanyak 100 butir untuk tiap gonad ikan. Sedangkan parameter ekologi yang diamati antara lain: faktor fisika suhu, kedalaman, kecerahan, total suspency solid , arus dan subtrat , faktor kimia pH, oksigen terlarut, ammonia dan alkalinitas, serta biologi antara lain: kebiasaan makanan, hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Untuk kebiasaan makanan dilakukan dengan menggunakan persamaan indeks bagian terbesar Index of preponderance Natarajan dan Jhingran dalam Effendie 1979: 6. IP = ViOi Σ ViOi x 100 Keterangan: IP = Indeks bagian tebesar Vi = Persentase volume satu macam makanan Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan N = Jumlah total individu dari selu ruh jenis Sedangkan hubungan panjang berat persamaan yang digunakan adalah menurut Hile 1936 dalam Effendi 1979.

7. W = aL