28
a b
d i
e f
c
g 2
3
D
C P
V A
h 1
Gambar 4. Karakter morfometrik dan meristik ikan lalawak yang diukur
Keterangan: 1. Panjang total; 2. Panjang baku; 3. Panjang sampai cagak; a. Panjang hidung; b. Lebar mata; c. Panjang kepala; d. Panjang kepala di belakang mata;
e. Panjang antara mata dengan sudut tutup insang; f. Tinggi pipi; g. Panjang rahang bawah; h. Panjang rahang atas; i. Panjang di depan mata;
P. Sirip dada; V. Sirip perut; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D. Sirip punggung
Tabel 1. N isbah cirikarakter morfometrik ikan uji
No. Sandi
Karakter Keterangan
1. N1
PTPB Panjang total per panjang baku
2. N2
PCPB Panjang cagak per panjang baku
3. N3
PKPB Panjang kepala per panjang baku
4. N4
PBDSDPB Panjang bagian depan sirip dorsal per panjang baku
5. N5
PDSDPB Panjang dasar sirip dorsal per panjang baku
6. N6
PSSVPB Panjang sebelum sirip ventral per panjang baku
7. N7
PDSVPB Panjang dasar sirip ventral per panjang baku
8. N8
PSSAPB Panjang sebelum sirip anal per panjang baku
9. N9
PDSAPB Panjang dasar sirip anal per panjang baku
10. N10
PBEPB Panjang batang ekor per panjang baku
11. N11
TBETB Tinggi batang ekor per tinggi badan
12. N12
TKTB Tinggi kepala per tinggi badan
13. N13
TKPB Tinggi kepala per panjang baku
14. N14
TBPB Tinggi badan per panjang baku
15. N15
LBPB Lebar badan per panjang baku
16. N16
LKPB Lebar kepala per panjang baku
17. N17
JAMPK Jarak antar mata per panjang kepala
18. N18
LMPK Lebar mata per panjang kepala
19. N19
PKBMPK Panjang kepala di belakang mata per panjang kepala
20. N20
PRA PK Panjang rahang atas per panjang kepala
21. N21
PRBPK Panjang rahang bawah per panjang kepala
22. N22
TKPK Tinggi kepala per panjang kepala
23. N23
LBTB Lebar badan per tinggi badan
24. N24
TBEPB Tinggi batang ekor per panjang baku
29 Untuk mengetahui kemampuan reproduksi dari varietas ikan lalawak baik
yang berasal dari hasil tangkapan di perairan umum sungai maupun kolam masyarakat beberapa parameter uji yang dapat digunakan adalah:
1. Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad IKG individu ikan dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: Bobot gonad g
IKG = x 100 Bobot tubuh g
2. Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad TKG ditentukan dengan melakukan analisis karakter morfologis dan anatomis gonad berdasarkan modifikasi Cassie Effendie
1997 Tabel 2. Selain secara anatomis, perkembangan gonad juga dianalisis secara histologis. Untuk ikan jantan berdasarkan Kaya dan Hasler 1972 dalam
Effendi 1997, sedangkan untuk ikan betina berdasarkan Chinabut et al. 1991 dalam Siregar 1999 Tabel 3. Prosedur pengujian preparat histologis dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 2. Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan lalawak secara anatomis mengacu kepada Effendie 1997
Tingkat Kematangan
Gonad Betina
Jantan I
Ovarium seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh. Warna jernih.
Permukaan licin. Testis seperti benang, lebih pendek
terbatas dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih.
II
Ukuran ovarium lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuning-kuningan. Telur
belum terlihat jelas dengan mata. Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan
putih seperti susu. Bentuk lebih jelas daripada tingkat I
III
Ovarium berwarna kuning. Secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya
dengan mata. Permukaan testis tampak bergerigi.
Warna makin putih, testis makin besar. Dalam keadaan diawet mudah putus.
IV
Ovarium makin besar mengisi 12 sampai 23 rongga perut. Telur berwarna kuning,
mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak.
Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas. Testis semakin pejal.
V
Ovarium berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan.
Banyak telur seperti tingkat II. Testis bagian belakang kempis dan
dibagian dekat pelepasan masih berisi.
30
Tabel 3. Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan lalawak secara histologis mengacu k epada Siregar 1999
Tingkat Kematangan
Gonad Betina
Jantan
I
Oosit 1. Proliferasi germinal menjadi oogonia. Setiap oogonia dikelilingi oleh
satu lapis sel epitel dengan sitoplasma yang mengambil warna merah muda dan
inti sel yang besar. Testis regresi. Dinding gonad dilapisi
oleh spermatogonia awal dan sekunder. Sperma sisa mungkin masih terdapat.
II
Oosit 2. Pase perkembangan oosit ditandai meningkatnya ukuran sitoplasma
mengambil warna basofilik dan ukuran sitoplasma menjadi besar berwarna biru
terang berada ditengah sel. Selama perkembangan oosit primer dibungkus
oleh satu lapis epitel folikular yang sulit dibedakan.
Perkembangan spermatogonia. Sama dengan tingkat I hanya proporsi
spermatogonia sekunder bertambah. Sperma sisa kadang-kadang masih
ter lihat.
III
Oosit 3. Stadia perkembangan sel folikular, dari oosit membesar, nukleus
berada ditengah dan sitoplasma berwarna biru gelap. Terdapat provitelin nukleoli
yang mengelilingi inti. Pergerakan provitelin nukleoli dimulai pada stadia ini
dan nukleoli euvitelin mulai berkembang Awal aktif spermatogenesis. Cyste
spermatocyt timbul dan kemudian semakin bertambah. Cyste spermatid dan
spermatozoa juga mulai keluar.
IV
Oosit 4. Nukleoli euvitelin jelas kelihatan disekitar membran nuklear dari nukleus
dan sitoplasma berwarna biru terang dibanding stadia II dan III. Stadia ini
terjadi vitelogenesis yang ditandai meningkatnya secara nyata butiran
kuning telur dan lemak disekitar sitoplasma. Lapisan zona radiata dari
oosit nampak jelas dari epitel folikular. Aktif spermatogenesis. Semua tingkat
spermatogenesis ada dalam jumlah yang banyak. Spermatozoa bebas mulai terlihat
dalam rongga seminiferous.
V
Oosit 5. Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran
kuning telur kelihatan jelas dan tersebar disekitar sitoplasma yang berwarna biru
keabu-abuan, sedangkan inti berwarna merah muda, membran nukleus dan
karyoplasma mengalami degenerasi. Lapisan zona radiata terlihat jelas,
epitelium folikular berkembang menjadi sel kubus atau sel selinder.
Testis masak. Lumen penuh dengan spermatozoa. Pada dinding lobule penuh
dengan cyste bermacam-macam tingkat.
VI
Oosit 6. Vakuola kuning telur yang besar dan butiran kuning telur berwarna terang
muncul pada seluruh bagian sitoplasma. Penurunan inti dalam sel dan membran
inti menghilang. Zona radiata, sel folikel dan sel teka terlihat jelas. Ketebalan
dinding oosit tidak teratur dengan satu sisi lebih luas dibanding dengan yang
lain. Bagian yang tebal akan merupakan subtrat untuk penggabungan fertilis asi
telur. Testis regresi. Rongga seminiferous
masih berisi spermatozoa. Dinding lobule penuh dengan spermatogonia yang tidak
aktif. Ukuran testes mengkerut karena sperma dikeluarkan.
31 3. Fekunditas Relatif
Analisis fekunditas dengan menggunakan cara gabungan antara gravimetrik dengan volumetrik dengan persamaan:
G x X F =
Q
4. Bobot Telur Bobot telur per butir BT dihitung dengan cara membandingkan indeks
kematangan gonad IKG dengan nilai fekunditas relatif. BT µgbutir = IKGFekunditas Relatif
5. Diameter Telur Diameter telur diukur dengan menggunakan mikromet er okuler pada
mikroskop. Jumlah sampel telur yang digunakan lebih kurang sebanyak 100 butir untuk tiap gonad ikan.
Sedangkan parameter ekologi yang diamati antara lain: faktor fisika suhu, kedalaman, kecerahan, total suspency solid , arus dan subtrat , faktor kimia pH,
oksigen terlarut, ammonia dan alkalinitas, serta biologi antara lain: kebiasaan makanan, hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Untuk kebiasaan makanan
dilakukan dengan menggunakan persamaan indeks bagian terbesar Index of preponderance Natarajan dan Jhingran dalam Effendie 1979:
6. IP = ViOi Σ
ViOi x 100 Keterangan:
IP = Indeks bagian tebesar Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
N = Jumlah total individu dari selu ruh jenis
Sedangkan hubungan panjang berat persamaan yang digunakan adalah menurut Hile 1936 dalam Effendi 1979.
7. W = aL