Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perorangan (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Credit Operations Regional I Medan

PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK
DALAM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN
(Studi pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk
unitCredit Operations Regional I Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Pada Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara

Oleh :

MARNI NOVITA SITUMORANG
110200235

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menjalani masa perkuliahan sampai
dengan tahap penyelesaian skripsi yang penuh tantangan dan rintangan.
Penulisan skripsi yang berjudul “PENYELESAIAN KREDIT MACET
OLEH BANK DALAM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN
PERORANGAN (Studi Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Unit Credit
Operations Regional I Medan” adalah guna memenuhi persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik
untuk penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, tidak lupa dengan segala hormat penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum,selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Penguji I

dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.,M.H.,DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Windha, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen
Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Ramli Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen
Pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk
melakukan yang terbaik dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberi banyak masukan selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Bapak /Ibu Dosen beserta staf pegawai di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang secara langsung maupun tidak langsung
telah sangat membantu dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

9. Segenap Pimpinan dan Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit
Credit Operations Regional I Medan, khususnya kepada Bapak Ahmad
Sudrajat yang telah mengizinkan penulis mengadakan riset dan membantu
proses pengurusan riset sampai selesai, Bapak Arif Budi Agustanto selaku
Team LeaderdanBapak Fajar Syahputra selaku Pelaksana Kredit yang telah
membantu penulis memberikan beberapa data yang diperlukan penulis untuk
pengerjaan skripsi ini.

10. Kedua orangtuaku tercinta yang menjadi penyemangat hidup penulis dan telah
membantu penulis dalam doa, kasih sayang dan dukungan moril dan materil
yang begitu besar, teristimewa untuk Ayahanda Ir.Hotman Situmorang yang
paling super dalam hidup saya sebagai sumber inspirasi dan penyemangat
hidupku, yang tidak kenal lelah berjuang untuk anak-anaknya dan Ibunda
Santi Sianturi yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dari kecil
sampai sekarang dan telah meminjamkan buku dari Perpustakaan Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Thank tou so much for everything all you have given to me.
11. Abang penulis terkasih “Jhonri Marganda Tua Situmorang, SH” yang telah
terlebih dahulu dipanggil Tuhan yang Maha Kuasa tepat pada 4 Februari 2015,
terimakasih bang buat kasih sayang yang engkau beri kepada saya semasa

hidupmu bang. Dan terimakasih juga sudah membantu penulis selama penulis
kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Walaupun abang sudah
tidak ada lagi di dunia ini, tapi abang tetap kami kenang di dalam hidup kami.
12. Adik-adik penulis tersayang “David Christian Hasiolan Situmorang dan
Lamrimma Rotua Anggi Putri Situmorang” yang selalu mendukung
penulis dalam doa dan semangat, dan yang selalu membuat penulis tersenyum
dan termotivasi.
13. Semua saudara dimanapun berada, teristimewaTulang dan Nantulang
Maruarar di Sidikalang yang telah memberikan dana kepada penulis sebesar
Rp 1.000.000,- selama penulis dalam penyusunan skripsi, Tulang dan
Nantulang Johan di Medan yang telah memberikan kertas A4 kepada penulis

dan memberikan sebagian data-data dari Bank Mandiri, Tulang dan
Nantulang Titin di Medan yang selalu menanyakan skripsi penulis dan
memberikan penulis arahan dan bimbingan selama penulis dalam penyusunan
skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus kepada
Pak Tua dan Mak Tua Bintang yang telah mendoakan penulis ketika
penulis test SNMPTN dan ikut serta menghadiri acara pemberangkatan yang
mewakili kedua orangtua penulis yang diadakan oleh Medica sehingga penulis
dapat lulus di Fakultas Hukum USU, Uda dan Tante Samuel yang telah

mendidik dan menyayangi penulis selama penulis tinggal dirumah uda dan
tante sewaktu semester 1 (satu) dan juga telah memotivasi penulis selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
14. Saudara-saudara sepupu penulis tersayang, Abang Surya Sianturi yang telah
menyarankan penulis untuk mengajukan riset di PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk unit Credit Operations Regional I Medan dan telah memberikan banyak
data yang berkaitan dengan skripsi penulis, Abang Ferdinan Sianturi,
S.H.,M.H yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, Kakak Christine Eva Debora Sianturi,
SE.A.k yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
15. Rocky Canta Coka Nababan, someone special yang telah bersedia menjadi
tempat penulis berbagi suka duka, tempat penulis berkeluh kesah dan yang
sangat sabar dan tak pernah henti memberi masukan dan arahan untuk
kebaikan penulis serta telah memberikan dua buku kepada penulis untuk
disumbangkan ke perpustakaan FH USU.

16. Kepada teman-teman seperjuangan yang banyak membantu dari awal
menjalani perkuliahan hingga selesainya skripsi ini Christi Pratami, S.H.,
Hirmawati Fanny Tampubolon, S.H., Dayana Yoksi Rafika, Happy Day
Olivia Simanjuntak, Apresya Handayani Sembiring, Marisa Tambunan, Selly

Sarina Simanjuntak, Sarah Ermayanti Nasution, Nopi Aryani Siregar, S.H.,
Fitri Arifah, Keumala Mutia, Fetricya Naomi Harahap, S.H., Abdul Rasyid
Mustafa, Rahmansyah Putra Simatupang, Febri Andista Hasibuan, S.H.,
Miftahul Rahmah,S.H., Arius Prima Lumbanbatu, S.H., Susan Oktaviana,
S.H., Rika Hanifah, S.H., dan lain-lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang selalu memberi dukungan dan doanya.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati dan harapan penulis, semoga
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu hukum.

Medan,

2015

Penulis

Marni Novita Situmorang

DAFTAR ISI
ABSTRAK

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ..............................................................................1
B. Permasalahan . ...............................................................................8
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan .....................................9
D. Keaslian Penulisan ........................................................................10
E. Tinjauan Pustaka ...........................................................................11
F. Metode Penelitian . ........................................................................15
G. Sistematika Penulisan . ..................................................................19

BAB II

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN
A. Aspek Hukum Kredit Perbankan . .................................................23
B. Jaminan Perorangan Sebagai Bentuk Jaminan Kredit ..................41
C. Prosedur Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perorangan . ...........52
D. Hak Dan Kewajiban Para Pihak. ...................................................61


BAB III

PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK DALAM
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN
A. Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit. ..........73
B. Penyebab

Terjadinya

Kredit

Macet

Dengan

Jaminan

Perorangan. ....................................................................................87


C. Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Dalam Pemberian Kredit
Dengan Jaminan Perorangan . .......................................................98
BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA
DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN
JAMINAN PERORANGAN
A. Pihak Ketiga Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan
Perorangan ...................................................................................107
B. Akibat Hukum Kredit Macet Dalam Pemberian Kredit Dengan
Jaminan Perorangan Pada Pihak Ketiga ........................................113
C. Perlindungan

Hukum

Terhadap

Pihak

Ketiga


Dalam

Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Perorangan ............120
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................127
B. Saran ..............................................................................................128

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah kredit bukanlah hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar,
tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat populer. Berbagai
macam transaksi sudah banyak dijumpai seperti jual beli barang dengan cara

kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi
pembayaran harga barang dilakukan dengan angsuran.Selain itu dijumpai pula
banyak warga masyarakat yang menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama
dengan utang karena setelah jangka waktu tertentu mereka wajib membayar
dengan lunas.
Salah satu tujuan negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, alinea ke-4 adalah memajukan kesejahteraan umum. 1Dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum tersebut, Pemerintah Indonesia dan Lembaga
DPR Republik Indonesia membebankan tujuan dari negara Republik Indonesia
kepada Lembaga Perbankan yang berada di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya rumusan Pasal 1 angka 1 dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya

1

Alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

disebut Undang-Undang Perbankan), disebutkan bahwa “bank adalah badan usaha
yang

menghimpun

dana

dari

masyarakat

dalam

bentuk

simpanan

danmenyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Masyarakat yang sedang membutuhkan dana mendapatkan bantuan
melalui pemberian kredit, misalnya kepada masyarakat yang pada umumnya
didominasi oleh kalangan pelaku bisnis untuk menjalankan usaha mereka maka
secara tidak langsung akan memberikan pengaruh positif dalam peningkatan
ekonomi masyarakat banyak. Untuk memperoleh kredit demi memenuhi
kebutuhan tersebut dari lembaga bank maupun non-bank tidak selalu berjalan
lancar karena prosedur pengajuan permohonan kredit tidaklah mudah.Namun, ada
juga lembaga non-bank yang menawarkan kredit dengan syarat yang sangat
mudah dan cepat bahkan tanpa harus disertai jaminan. Dalam tulisan ini hanya
akan membahas perolehan kredit dan permasalahannya yang akan diperoleh
melalui lembaga keuangan bank.
Pemberian fasilitas kredit oleh bank idealnya mendasarkan pada faktor
financial, yang tercakup pada tiga pilar, yaitu prospek usaha, kinerja, dan
kemampuan calon debitur. Namun demikian, dengan memperhatikan adanya
prudential banking principles, maka faktor financial saja belum cukup untuk
memberikan keyakinan fasilitas kredit tersebut akan kembali dengan aman dan
menguntungkan. Sekalipun pada dasarnya agunan merupakan second wayout,
tetapi arah perkembangan kredit perbankan akhir-akhir ini diluar kredit komsumtif
telah mengarah pada faktor agunan sebagai variable dominan yang dapat

memberikan keyakinan yang baik. Oleh karena pemberian kredit oleh bank
dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk mendapatkan keuntungan,
maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya
dalam bentuk kredit, jika ia betul-betul yakin bahwa si debitur akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan
syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal tersebut
menunjukkan perlu diperhatikan faktor kemampuan dan kemauan, sehingga
tersimpul kehati-hatian dengan menjaga unsur keamanan sekaligus unsur
keuntungan (profitability) dari suatu kredit.
Perolehan kredit melalui lembaga perbankan tidak terlepas dari adanya
jaminan.Berbagai jaminan yang mungkin disyaratkan dalam perolehan kredit pada
lembaga perbankan dapat berupa jaminan perorangan (personal guarantee) dan
jaminan kebendaan. Pada intinya jaminan tersebut secara hukum memiliki fungsi
untuk melindungi hutang karena jaminan merupakan sarana perlindungan bagi
kreditur yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu
prestasi oleh debitur atau penjamin debitur.
Perolehan kredit yang dijamin dengan jaminan perorangan (personal
guarantee) adalah suatu persetujuan pihak ketiga untuk kepentingan kreditur
berjanji akan mengikat diri untuk memenuhi kewajiban debitur, jika si debitur
sendiri mungkin atau tidak sanggup memenuhi kewajiban yang di perjanjikan. 2
Jaminan dapat dibedakan dalam jaminan perorangan (persoonlijke
zekerheid) dan jaminan kebendaan (zakelijke zakerheid).Jaminan perorangan

2

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian(Bandung: Alumni, 1986), hlm. 315.

(personal guarantee) adalah sesuatu perjanjian antara seorang berpiutang
(kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajibankewajiban si berutang (debitur).Ia bahkan dapat diadakan diluar (tanpa)
sepengetahuan si berutang tersebut. Jaminan kebendaan dapat diadakan antara
kreditur dengan debiturnya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan
seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang
(debitur). 3
Jaminan perorangan (borgtocht) merupakan tipe kontrak tersendiri
diantara kontrak yang lain. Dan borg ini harus dibedakan dengan jaminan
kebendaan. Pada jaminan kebendaan, apabila nasabah debitur memberikan
jaminan kebendaan kepada kreditur/bank, sebagai jaminan atas hutang yang
dipinjam oleh nasabah debitur.Dalam artian apabila nasabah debitur tidak
membayar hutang pada saat yang ditentukan, maka pihak kreditur/bank dapat
menuntut pelaksanaan eksekutorialbeslaq, terhadap jaminan kebendaan tersebut,
untuk dieksekusi lelang di muka umum guna pembayaran pelunasan atas hutang.
Lain halnya mengenai jaminan seseorang atau borgtocht. Jaminan yang
diberikan kepada kreditur/bank bukan benda, tetapi “perseorangan” yakni
seseorang pihak ketiga yang tak mempunyai kepentingan apa-apa, baik terhadap
nasabah debitur maupun kepada kreditur/bank, maka dengan

sukarela

memberikan jaminan kepada nasabah debitur. Jaminan yang diberikannya berupa
pernyataan bahwa nasabah debitur dapat dipercaya dan akan melaksanakan
kewajiban yang baik sesuai dengan yang diperjanjikan, dengan syarat bila nasabah
3

R.Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia
(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 15-16.

debitur dengan tidak bersedia untuk melaksanakan kewajibannya. Dengan
persyaratan bahwa penjaminan yang diberikan nasabah debitur kepada kreditur,
berarti nasabah debitur telah “mengikatkan diri” untuk melaksanakan kewajiban
di dalam perjanjian.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapatlah dilihat bahwa yang menjadi
“isi” penjaminan/borgtocht tersebut. Isi dari penjaminan itu suatu peersetujuan
dimana pihak ketiga untuk kepentingan kreditur/bank berjanji dan mengikat diri
serta akan memenuhi kewajibannya, jika si nasabah debitur sendiri tidak sanggup
memenuhi kewajiban yang diperjanjikan.
Mengingat sifatnya yang “assesoir”, maka seorang penanggung (borg)
diberikan “hak istimewa” untuk menuntut agar si berhutang utama (debitur)
terlebih dahulu dilelang sita harta kekayaannya (uitgewonnen), meskipun “hak
istimewa” tersebut ditiadakan dalam perjanjiannya penanggungan dan memang
dalam praktik ditiadakan.
Selain itu, kepada penanggung juga diberikan “hak istimewa” lain, yaitu
dalam hal ada beberapa orang penanggung bersama-sama menanggung
pembayaran suatu hutang, untuk menuntut diadakannya “pemecahan” atau
“pembagian” beban tanggungannya. Dalam hal tersebut, beberapa orang itu
bersama-sama menanggung pemenuhan hutang tersebut sepenuhnya, dapat
dituntutnya pembagian sama rata dan dalam halnya kewajiban penanggungan
dibatasi sampai suatu jumlah tertentu, dapat dituntutnya pembagian menurut
imbangan jumlah-jumlah pembatasan tersebut. 4

4

R.Subekti, Op.Cit., hlm. 16.

Permasalahan mulai timbul ketika pihak pemohon kredit atau debitur tidak
mampu dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan
dalam perjanjian kredit. Secara umum, berbagai permasalahan yang timbul dalam
perjanjian kredit antara pihak kreditur (pemberi kredit) dan pihak debitur
(pemohon kredit) dapat berupa ketidakmampuan membayar, keterlambatan
memenuhi kewajiban, debitur dalam keadaan pailit, meninggal dunia, dan hal
lainnya. Dalam hal kredit dengan jaminan perorangan timbul masalah ketika pihak
penjamin dalam keadaan pailit dan mungkin meninggal dunia.
Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari bank tidak
seluruhnya dapat mengembalikan utangnya dengan lancar sesuai dengan waktu
yang telah diperjanjikan.Pada kenyataannya, di dalam praktik selalu ada sebagian
nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah
meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka akan
tergambar perjalanan kredit menjadi terhenti atau macet. Oleh karena itu, bank
dalam memberikan kredit harus melakukannya berdasarkan analisis pemberian
kredit yang memadai, tujuannya agar bank mendapat keyakinan bahwa proyek
yang akan dibiayai dengan kredit tersebut layak (feasible) dan untuk mencegah
secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah.
Membicarakan kredit macet, sesungguhnya membicarakan risiko yang
terkandung dalam setiap pemberian kredit.Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa bank tidak mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit suatu
hal yang akan menjadi penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa

kesulitan terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank karenanya bank
wajib menghindarkan diri dari kredit macet. 5
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan dari debitur untuk
membayar angsuran kreditnya adalah merupakan gejala awal dari timbulnya suatu
kredit bermasalah dalam dunia perbankan.Namun demikian dimungkinkan juga
kredit bermasalah timbul karena faktor-faktor lain diluar inflasi tersebut. Terhadap
kredit bermasalah yang timbul tersebut diperlukan penanganan dengan segera oleh
pihak bank agar tidak berkelanjutan menjadi kredit macet (Non Performing Loan)
yang jika presentasenya terus meningkat akan dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan suatu bank. Oleh karena itu, pihak bank wajib menerapkan serta
melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terkait dengan pemberian kredit. 6
Di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I
Medan, penyelesaian kredit macet dengan jaminan perorangan diselesaikan
dengan cara, yaitu restrukturisasi kredit, pengalihan utang (novasi), membuat
somasi kepada ddebitur, menjual jaminan kebendaan debitur, dan meminta
pertanggungjawaban personal guarantee.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai penyelesaian kredit mcet ini agar dapat memperoleh gambaran
yuridis mengenai timbulnya kredit macet di dunia perbankan dan antisipasi serta
upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit macet tersebut melalui
kebijakan-kebijakan yang diambil pihak bank, khususnya PT. Bank Mandiri

5

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
1996), hlm.180.
6
Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005), hlm. 11.

(Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan dan mengangkat judul
mengenai “Penyelesaian Kredit Macet oleh Bank dalam Pemberian Kredit dengan
Jaminan Perorangan (Studi pada PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit
Operations Regional I Medan”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat merumuskan
beberapa permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini agar dapat
dianalisis dan memberikan gambaran yang tepat mengenai penyelesaian kredit
macet oleh bank dalam pemberian kredit dengan jaminan perorangan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Bagaimana pemberian kredit dengan jaminan perorangan?
2. Bagaimana penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit
dengan jaminan perorangan?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak ketiga dalam penyelesaian
kredit macet dengan jaminan perorangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang pemberian kredit dengan jaminan peorangan di PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan.
2. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian
kredit dengan jaminan perorangan.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pihak ketiga dalam
penyelesaian kredit macet dengan jaminan perorangan.
Manfaat dari penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan dari tujuan
penulisan yang telah diuraikan diatas, yaitu:
1. Manfaat secara teoritis adalah bahwa pembahasan terhadap permasalahan
dalam skripsi ini akan memberikan pemahaman dan sikap kritis dalam hal
pemberian kredit yang dijamin oleh perseorangan serta bagaimana mengatasi
permasalahan yang timbul dalam pemberian kredit yang dijamin perseorangan.
Mengingat bahwa buku-buku dan literaturyang membahas mengenai
pemberian kredit dengan jaminan perorangan serta penyelesaian kredit macet
dengan jaminan perorangan sangat minim, maka pemaparan dalam skripsi ini
oleh pendapat-pendapat sarjana bidang hukum, dan didukung juga oleh
keterangan-keterangan dari pegawai-pegawai serta instansi perbankan. Oleh
karena itu, diharapkan bahwa kelak skripsi ini memberikan jawaban apabila
timbul kredit macet yang dijamin oleh jaminan perorangan (personal
guarantee).
2. Manfaat praktisnya adalah bahwa penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, baik dari kalangan akademisi, para pelaku usaha, serta
masyarakat seluruhnya, khususnya bagi para pihak pemberi kredit serta pihak

ketiga yang berkedudukan sebagai penjamin sehingga pemberian kredit dengan
jaminan perorangan (personal guarantee) tidak menimbulkan permasalahan
dalam pengembalian kredit kepada pihak kreditur. Hal ini dimaksudkan agar
pihak kreditur dan debiturserta pihak penjamin (guarantor) mengetahui apa
yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing dalam menyelesaikan
permasalahan kredit. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
berarti bagi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I
Medan dalam hal antisipasi untuk mengurangi terjadinya kredit macet dengan
jaminan perorangan.

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan kepustakaan maupun dilapangan, perihal
penyelesaian kredit macet memang cukup banyak yang diangkat dan dibahas,
namun penulisan dengan judul “Penyelesaian Kredit Macet oleh Bank dalam
Pemberian Kredit dengan Jaminan Perorangan (Studi pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan) belum ada yang menulis
sebagai skripsi dan merupakan hasil karya sendiri, dengan demikian maka
penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi-skripsi yang telah ada,
sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dan akademik. Dalam penulisan skripsi ini khusus membahas
masalah penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit dengan
jaminan perorangan yang dijabarkan dengan pemikiran, referensi buku-buku dan
dari bantuan pihak-pihak lain.

E. Tinjauan Kepustakaan
Pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak
pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut
didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna
dana. Dalam bahasa Latin, kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya.
Artinya pihak yang memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima
kredit, bahwa kredit yang diberikan pasti akan terbayar. Dilain pihak, penerima
kredit mendapat kepercayaan dari pihak yang member pinjaman, sehingga pihak
peminjam berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya. 7
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan
produk dan akan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan berbunyi:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Untuk memperoleh kredit perbankan, kreditur akan mengenakan jaminan
kepada debitur. Istilah jaminan berasal dari kata “jamin” yang artinya pasti, yang
secara lengkap berarti bahwa kreditur mempunyai kepastian bahwa debitur akan
mengembalikan prestasi yang diberikan oleh kreditur tepat waktu dan untuk itu
maka pihak debitur memberikan suatu janji atau barang kepada kreditur yang akan

7

Ismail, Manajemen Perbankan(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 93.

dikembalikan lagi setelah pelunasan pembayaran dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan.
Kata “jaminan” menurut ketentuan Pasal 1 huruf b Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud dengan:“jaminan adalah
keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan
yang diperjanjikan.” 8
Berdasarkan ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(selanjutnya disebut KUHPerdata) dinyatakan:“bahwa segala kebendaan si
penghutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah
ada maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatan perseorangan.”
Penjamin pribadi merupakan bagian dari skema perjanjian yang diatur
dalam KUHPerdata dalam BAB XVII pada Pasal 1820 bahwa:“penanggungan
adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan
kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya debitur manakala orang
ini sendiri tidak memenuhinya.”
Memperhatikan rumusan Pasal 1820 KUHPerdata dilihat adanya empat
ciri yang tersimpul dalam persetujuan borg tadi yaitu:
1. Ciri sukarela
Seorang pihak ketiga yang sama sekali tidak mempunyai urusan dan
kepentingan apa-apaa dalam suatu persetujuan yang dibuat antara nasabah debitur
8

Iman Sjahputra Tunggal, Peraturan Perundang-undangan Perbankan di Indonesia
Tahun 1991-1997, Cetakan Pertama,( Jakarta: Harvarindo), hlm. 689

dan kreditur/bank, dengan sukarela membuat “pernyataan mengikat diri” akan
menyanggupi pelaksanaan perjanjian, apabila nanti si nasabah debitur tidak
melaksanakan pemenuhan kewajibannya terhadap kreditur.
2. Ciri subsidair
Dengan adanya pernyataan mengikat diri memenuhi perjanjian dari pihak
borg/penjaminan, seolah-olah kontruksi perjanjian dalam hal ini menjadi dua
tetapi saling bertindih.Yang pertama ialah perjanjian pokok itu sendiri antara
nasabah debitur dan kreditur.Perjanjian yang kedua, yang dianggap perjanjian
subsidair ialah perjanjian jaminan/borg tersebut antara sipenjamin dengan pihak
kreditur.
3. Ciri accesoir
Sebenarnya dengan memperhatikan ciri subsidairdiatas, sudah nampak
jelas ciri assesoir yang melekat pada perjanjian borg. Artinya perjanjian
penjaminan/borgtocht hanyalah “perjanjian sampingan” yang melekat atau
menempel pada perjanjian pokok yang dibuat oleh nasabah debitur dan
kreditur.Apabila nasabah debitur sendiri telah melaksanakan kewajibannya
kepada kreditur, hapuslah kewajiban penjaminan.
4. Borgtocht/penjaminan secara resmi hapus
Apabila perjanjian pokok telah hapus.Disinilah letak utama dari ciri
assesoir tadi. Hal ini memperlihatkan bahwa perjanjian penjaminan itu tiada

laindari pada perjanjian sampingan yang menempel pada perjanjian pokok.
Jaminan dengan sendirinya gugur apabila perjanjian pokok gugur. 9
Perseorangan (personal guarantee) dalam hal ini tidak ada benda tertentu
yang diikatkan dalam perjanjian karena yang diikatkan dalam perjanjian adalah
kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban debitur. Oleh karena itu
apabila terjadi ingkar janji akan berlaku ketentuan jaminan secara umum yang
diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan Pasal 1132 KUHPerdata.
Perjanjian perorangan maka si penjamin berhak untuk menuntut agar:
1. Si debitur ditagih terlebih dahulu bila ada kekurangan barulah kekurangan
tersebut ditagih kepadanya (recht van eerdereuitwinning) Pasal 1831
KUHPerdata.
2. Jika ada penjamin lainnya, hutang tersebut dipecah-pecah atau dibagi diantara
para penjamin (recht van schuldsplitsing) Pasal 1837 KUHPerdata.
Jika seorang penjamin membayar hutang debitur, maka penjamin:
1. Dapat menuntut kembali dari debitur atas pembayaran hutang sepenuhnya yang
terdiri dari hutang pokok, berupa uang dan biaya-biaya.
2. Dapat dengan sendirinya mengambil alih segala hak-hak dari kreditur terhadap
debitur, seperti gadai dan hipotek.

F. Metode Penelitian
Untuk

menghasilkan

karya

tulis

ilmiah

yang

baik

dan

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka harus didukung dengan fakta9

S. Mantayborbir, Aneka Hukum Perjanjian Sekitar Pengurusan Piutang Negara(Jakarta:
Pustaka Bangsa Press, 2004), hlm. 101-103.

fakta/dalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari suatu penelitian.Penelitian pada
dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukunya sekedar mengamati
dengan teliti terhadap sesuatu obyek yang mudah terpegang di tangan. 10
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan
yang merupakan kekuatan pemikiran, pengetahuan manusia senantiasa dapat
diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitianpenelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Hal itu terutama
disebabkan oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia
lebih mengetahui dan mendalami. 11
Metode merupakan suatu penelitian yang digunakan oleh manusia,
merupakan logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap prosedur dan teknik
penelitian, maupun sistem dari prosedur dan teknik penelitian. 12 Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Spesifikasi penelitian yang terdiri dari:
a. Jenis penelitian
Jenis

penelitian

yang

digunakan

dalam

menjawab

permasalahan

pembahasan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu mengacu
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-

10

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), hal. 27.
11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia,
1984), hal. 30.
12
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 1991),
hlm. 27.

undangan dan masyarakat. 13 Penelitian ini juga digunakan agar dapat
melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat
didalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelesaian
kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit dengan jaminan perorangan.
Serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai
literatur di perpustakaan, jurnal hasil peneitian, koran, majalah, situs internet
dan sebagainya. 14
b. Sifat penelitian
Sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif
analitis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang
menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat, serta menganalisa
peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat diketahui
gambaran jawaban atas permasalahan mengenai penyelesaian kredit macet
oleh bank dalam pemberian kredit dengan jaminan perorangan atau hukum
dikonsepkan sebagai kaidah yang berpatokan pada perilaku manusia yang
dianggap pantas. 15
c. Metode pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif
yaitu penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variable yang saling
berhubungan yang didasarlan pada teori atau konsep yang bersifat umum
yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau

13

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.105
Ibid
15
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm.118.
14

menunjukkan komparasi ataupun hubungan seperangkat data dengan
seperangkat data lainnya. 16
2. Sumber data penelitian
Penelitian hukum normatif menggunakan data sekunder sebagai data
utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,
meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, situs internet, media massa,
dan kamus serta data yang terdiri atas: 17
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan
hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat. Adapun peraturan perundang-undangan yang dimaksud antara
lain:
1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 joUndang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan.
3) Bahan hukum yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang
sampai saat ini masih berlaku yaitu Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sering dinamakan secondary data yang
antara lain mencakup didalamnya:
16

Bambang Sunggono, Op.Cit.,hlm.38.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),

17

hlm.24.

1) Kepustakaaan atau buku literatur yang berhubungan dengan hukum
perbankan dan hukum jaminan.
2) Data tertulis lain berupa karyaa ilmiah para sarjana.
3) Referensi-referensi yang relevan dengan hukum perbankan.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan
mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal
dari kamus, jurnal, internet dan bahan lainnya yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui
studi dokumen, bahan pustaka, serta penelitian lapangan (field research) dan juga
melalui bantuan media elektronik,yaitu internet.Untuk memeperoleh data dari
sumber ini dilakukan dengan memadukan, mengumpulkan, menafsirkan dan
membandingkan buku-buku dan arti-arti yang berhubungan dengan judul skripsi
“penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit dengan jaminan
perorangan.”
4. Analisis data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul secaraa lengkap dan
disusun secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis
memilih metode analisis data secara kualitatif yaitu analisis berupa kalimat dan
uraian. Metode kualitatif adalah menguji data dengan teori dan doktrin serta
undang-undang. Dengan digunakannya metode kualitatif akan diperoleh suatu

gambaran dan jawaban yang jelas mengenai pokok permasalahan dan menemukan
kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia dan terbatas pada masalah
yang diteliti.
Terlebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap data yang diperoleh selama
penelitian, kemudian dipadukan dengan teori yang melandasinya untuk mencari
dan menemukan hubungan atau relevansi antara data yang diperoleh dengan
landasan teori yang digunakan. Sehingga dapat menggambarkan dan memberikan
kesimpulan umum mengenai penyelesaian kredit macet oleh bank

dalam

pemberian kredit dengan jaminan perorangan (Studi pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk unit Credit Operations Regional I Medan).

G. Sistematika Penulisan
Penulisan suatu karya ilmiah khususnya skripsi, sistematika penulisan
merupakan suatu bagian yang sangat penting.Untuk menghasilkan karya ilmiah
yang baik maka pembahasannya harus diuraikan dengan sistematis, agar
pembahasannya dapat diarahkan untuk menjawab masalah-masalah dan
membuktikan kebenaran hipotesanya. Untuk memudahkan penulisan skripssi ini,
maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam
beberapa bab serta sub bab secara berurutan dan saling berkaitan satu sama lain.
Susunan dari sistematika penulisan yang tujuannya untuk memudahkan
dalam melakukan penulisan skripsi dan juga untuk memudahkan pembaca dalam
memahami isi dari skripsi ini.Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab,
dimana masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab di dalam

skripsi ini disusun secara sistematis dan saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Uraian singkat atas bab-bab dan sub-sub bab tersebut adalah sebagai
berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang
penulisan skripsi, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan
dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian, yang kemudian diakhiri oleh
sistematika penulisan.

BAB II

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN
Bab ini membahas tentang aspek hukum kredit perbankan, jaminan
perorangan sebagai bentuk jaminan kredit, prosedur pemberian
kredit dengan jaminan perorangan, serta hak dan kewajiban para
pihak.

BAB III

PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK DALAM
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN
Bab ini membahas tentang penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pemberian kredit dalam pemberian kredit di Bank Mandiri,
penyebab terjadinya kredit macet dengan jaminan perorangan,
penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit
dengan jaminan perorangan.

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA
DALAM

PENYELESAIAN

KREDIT

MACET

DENGAN

JAMINAN PERORANGAN
Bab ini menguraikan secara rinci mengenai para pihak dalam
pemberian kredit perbankan,akibat hukum kredit macet dalam
pemberian kredit dengan jaminan perorangan pada pihak ketiga,
dan perlindungan hukum terhadap pihak ketiga dalam penyelesaian
kredit

macet

dengan

jaminan

perorangan.

BAB V

PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pihakpihak yang melakukan kredit dengan jaminan perorangan.

BAB II
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN

A. Aspek Hukum Kredit Perbankan
Masalah kredit bukanlah hal yang luar biasa untuk didengar saat ini karena
masyarakat yang pada umumnya didominasi oleh kalangan pelaku bisnis
memperoleh dana untuk menjalankan usaha mereka dengan cara kredit yang
diperoleh biasanya melalui lembaga pembiayaan bank dan non-bank.Secara
etimologis, istilah bank berasal dari bahasa Itali yaitu “banca” yang berarti
“bence” yaitu suatu bangku tempat duduk. Istilah bank dimaksudkan sebagai
suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup
beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengeluarkan uang,
mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan. 18
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan, disebutkan bahwa
“bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.”
Para ahli juga memberikan definisi dari bank, diantaranya adalah G.M.
Verlyn Stuart yang dikutip oleh Bachtiar Hasan Miraza yang menyatakan bank
adalah sebuah perusahaan yang bertujuan member kepuasan terhadap kebutuhankebutuhan kredit, baik dengan modalnya sendiri dan dana-dana yang
18

A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1993), hlm.80.

dipercayakan padanya maupun dengan mengedarkan alat pembayaran dan dalam
bentuk uang kartal maupun uang giral. 19
Selain itu Brad Ford menyebutkan bahwa bank adalah suatu badan usaha
yang menjalankan proses pengumpulanpinjaman atau penanaman daripada
kelebihan dana-dana yang terdapat di masyarakat disamping menjalankan tugas
fungsi-fungsi yang erat hubungannya dengan pekerjaan mengumpulkan pinjaman,
meminjamkan dan menanamkann dana-dana yang berlebih. 20
Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Perbankan, kegiatan usaha
yang dapat dilakukan Bank Umum adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingannya sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

19

Bachtiar Hasan Miraza, Suatu Pengantar Ekonomi Moneter (Medan: Penerbit Tiga
Putra, 1970, Cetakan Pertama), hlm.78.
20
Ibid

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukankegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali
amanat.
12. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang Perbankan dan ketentuan lain yang
berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas, menurut
Pasal 7 Undang-Undang Perbankan ditentukan bahwa Bank Umum dapat pula
melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,
asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketetapan yang ditentukan oleh Bank Indonesia; dan
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pension dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Beberapa pengertian bank dan kegiatan usaha bank diatas, jelas bahwa
bank bergerak dalam banyak bidang yang berhubungan dengan uang, dari
menghimpun uang sampai kepada menyalurkan uang. Dalam menyalurkan uang
ini termasuk juga pemberian kredit.Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu
“credere” (lihat pula “credo” dan “creditum”), yang kesemuanya berarti
kepercayaan (dalam bahasa inggris “faith” dan “trust”). Dapat dikatakan dalam
hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam
hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah, penerima kredit) mempunyai
kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah
disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang
bersangkutan. 21
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit
adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau
pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 22

21

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia(Jakarta:PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm. 236.
22
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional di Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 57.

Menurut O.P Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya
uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang. Dewasa ini kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang,
yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.
Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau
antara kreditur dan debitur.Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung
risiko.Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan,
risiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang. 23
Berdasarkan Pasal 1754 KUHPerdata dijelaskan, pinjam meminjam adalah
persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Perbankan, pengertian
kredit disebutkan sebagai berikut:“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui, bahwa kredit itu
merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur
dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit
23

EK OP Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima (Jakarta: Aksara
Persada Indonesia, 1986), hlm. 91.

percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan
dikembalikan (dibayar) lunas.
Sutan Remy Sjahdeini mengemukakan bahwa pencantuman kata-kata
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam di dalam pengertian kredit
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan dapat mempunyai
beberapa maksud yakni: 24
1. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk menegaskan bahwa hubungan
kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank dan nasabah debitur yang
berbentuk pinjam meminjam.
2. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk mengharuskan hubungan kredit
bank dibuat berdasarkan perjanjian tertulis.
Berkaitan dengan pengertian kredit diatas, menurut ketentuan Pasal 1
angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga termasuk: 25
1. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak
dapat dibayar lunas pada akhir hari;
2. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang; dan
3. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
24

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang Bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia(Jakarta: IBI, 1993), hlm. 181.
25
Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Pasal 1 angka 5.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui unsur-unsur yang terdapat di
dalam kredit, yaitu: 26
1. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur
waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada
sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang
akan datang.
3. Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan
manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur
ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan
timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah
jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi yaitu objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang
ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut
uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
26

Thomas Suyatno et.al,Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1995), hlm