b 79.1 b KOKULTUR RIZOBAKTERI DENGAN EKSPLAN PISANG RAJABULU AAB DAN PISANG TANDUK AAB SERTA

79 Apabila rizobakteri tidak banyak berkolonisasi di media, maka tidak mengganggu proses penyerapan hara dan ZPT dari media, metabolisme pertumbuhan tidak terganggu, sehingga peluang hidup eksplan tinggi dengan gejala pencoklatan rendah. P. fluorescens ES32 bukan termasuk mikroorganisme patogen, bersifat mengkolonisasi permukaan eksplan, dan sifat koloni mudah menyebar di media dalam memanfaatkan nutrisi. Makin kaya kandungan nutrisi pada media kokultur dengan ditambah TSB, makin meluas kolonisasi rizobakteri. Pada tahap pertumbuhan eksplan in vitro, proliferasi rizobakteri berpeluang menghambat penyerapan hara eksplan dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap metabolisme eksplan. P. fluorescens ES32 terlihat menekan pertumbuhan eksplan pisang Rajabulu cukup tinggi dalam hal berkompetisi memanfaatkan ruang hidup. Menurut Goto 1990 dan Soesanto 2008 proliferasi bakteri bergantung pada ketersediaan nutrisi dan cenderung akan memanfaatkan nutrisi dengan maksimal untuk pertumbuhannya. Cara aplikasi rizobakteri merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan kokultur eksplan dengan rizobakteri dan proses asosiasi selanjutnya. Persen hidup eksplan pisang Rajabulu akibat perlakuan aplikasi rizobakteri secara in vitro pada pengamatan 7 – 21 HSA Tabel 5.5 menunjukkan bahwa aplikasi dengan cara celup pada suspensi rizobakteri B. subtilis SB3 memberikan peluang hidup eksplan lebih baik dibandingkan aplikasi rizobakteri dengan cara tusuk. Sifat B. subtilis SB3 langsung berproliferasi dalam jaringan internal eksplan, tidak berkolonisasi di bagian luarsekitar media tumbuh eksplan. Masuknya B. subtilis SB3 ke dalam jaringan tanaman akar lebih baik melalui lubang alami, tanpa terjadi pelukaan cara celup. Pada bakterisasi P. fluorescens ES32 cara tusuk lebih baik dibanding dengan celup, walaupun hasilnya tidak bisa mengungguli bakterisasi dengan B. subtilis SB3. Makin muda jaringan eksplan pisang makin mudah terjadi pencoklatan bila mendapat pelukaan sebagai proses penyembuhan luka, dan jaringan yang mati di permukaan eksplan diduga dimanfaatkan oleh bakteri yang bersifat saprofit. Menurut Salisbury dan Ross 1995 pelukaan fisik ataupun keberadaan bakteri pada organ tanaman mampu menginduksi fenol. Luasnya area pelukaan pada