sastra naskah drama, seni lukis tatarias dan tata panggung, seni musik musik pengiring, seni peran pemeranan tokoh. Perpaduan seni tersebut bersatu,
bekerja sama serta mewujudkan suatu keindahan melalui seni drama. Drama merupakan tempat bertemunya para seniman seperti sastrawan, aktor, komponis,
dan pelukis Wiyanto, 2002:4. Dengan demikian, drama adalah sebuah karya seni yang diungkapkan melalui gerak yang diekspresikan secara langsung dengan
memadukan berbagai macam cabang seni, seperti sastra naskah drama, seni lukis tatarias dan tata panggung, seni musik musik pengiring, dan seni peran
pemeranan tokoh.
2.2.1.1 Drama Panggung Pentas
Drama sebagai karya seni didasarkan pada kehidupan manusia seperti juga karya seni yang lain. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang
lebih luas, yaitu sebagai salah satu genre sastra atau sebagai cabang kesenian yang mandiri.Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi
antara berbagai jenis kesenian, seperti musik, tata lampu, seni lukis dekor, panggung, seni kostum, seni rias, dan sebagainya Moulton dalam Waluyo,
2003:2.Drama panggung lebih dominan pada unsur pementasan yang meliputi dialog-dialog yang diucapkan, action, pergelaran, dan acting atau pemeranan.
Setiap aksi dan ekspresi pemain drama dapat dilihat secara langsung oleh penonton Putra, 2012: 5.
Abdullah 2000: 82 mengungkapkan bahwa dalam perwujudan drama di atas pentas, kata-kata menduduki tempat kedua, sedangkan informasi yang
sungguh-sungguh nyata terletak dalam cara mereka beraksi, berhubungan, dan interaksi antara pemain yang satu dengan pemain lain. Lebih dari itu, Abdullah
juga mengungkapkan bahwa adanya tekanan nada dalam dialog, ekspresi wajah, gesture, business, kostum, rias, akanmemberi jiwa pada karakter tokoh itu. Jadi,
drama pentas sebenarnya meliputi unsur pementasan yakni sutradara, naskah dialog yang diucapkan, acting pemeran, seni lukis dekor, panggung, seni
kostum, seni rias, tata musik dan suara, dan tata lampu.
2.2.1.2 Drama Tradisional
Drama tradisional merupakan suatu bentuk drama yang dihasilkan oleh kreativitas kolektif masyarakat dari berbagai suku dan etnis di Indonesia. Drama
ini bertolak dari sastra lisan yang berakar dari budaya dan tradisi masyarakat pendukungnya Ahmad dalam Dewojati, 2012: 83. Pendapat serupa dikemukakan
oleh Rendra 1993:10 yang menyatakan bahwa drama tradisional adalah sandiwara yang bentuknya biasanya mengikuti adat kebiasaan yang turun-temurun,
dan tidak mengikuti kepribadian seniman pencipta tertentu. Putra 2012: 21 mengungkapkan pula bahwa drama tradisional adalah
drama yang berkembang pada zaman dahulu dan masih terpengaruh kuat dengan adat. Drama tradisional sering ditampilkan dengan lakon tanpa naskah.
Keberhasilan pertunjukan sangat ditentukan oleh kepiawaian dan kreativitas para pemain. Beberapa contoh drama tradisional yaitu Kethoprak dari Jawa Tengah,
Ludruk dari Jawa Timur, Randai dari Sumatra Barat, Cakepung dari Lombok, dan Lenong dari Betawi. Jadi, dapat dikatakan bahwa drama tradisional adalah sebuah
pertunjukkan gerak yang ditampilkan lakon tanpa naskah improvisasi yang bentuknya mengikuti adat turun-temurun.
2.2.1.3 Ketoprak