Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap Karkas dari Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri E.coli

(1)

1

PENGGUNAAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)

TERHADAP KARKAS DARI AYAM BROILER YANG

DIINFEKSI BAKTERI

E.coli

SKRIPSI

Oleh:

NOVENTUS RAJAGUKGUK 100306051

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2

PENGGUNAAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)

TERHADAP KARKAS DARI AYAM BROILER YANG

DIINFEKSI BAKTERI

E.coli

SKRIPSI

Oleh:

NOVENTUS RAJAGUKGUK 100306051

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

i

Judul Penelitian : Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap

Karkas dari Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri E.coli

Nama : Noventus Rajagukguk

NIM : 100306051

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Nevy Diana Hanafi., S.Pt., M.Si Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui Ketua Program Studi

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si


(4)

ii

ABSTRAK

NOVENTUS RAJAGUKGUK 2015. “Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap Karkas dari Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli (E. coli) ”. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAVI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk Menguji pengaruh pengendalian Escherichia coli (E.coli) menggunakan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi terhadap pertambahan bobot badan dan karkas ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. Dr.A.Sofyan No 3, Medan. Penelitian dilaksanakan selama 35 hari dimulai dari Oktober-November 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor broiler. Perlakuan ini terdiri atas P0A= (kontrol tanpa infeksi); P0B= (control + infeksi

E.coli); P1= (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi);P2= (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi).

Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot potong (g) P0a, P0b, P1, P2, adalah 1695.83, 1632.62, 1780.51, 1843.31. Bobot Karkas(g) P0a, P0b, P1, P2 adalah 1445.61, 1382.24, 1555.25, 1681.00. Persentase karkas(%) P0a, P0b, P1, P2 adalah 85.22, 84.65, 87.34, 87.77. Hasil analisa keragaman menunjukkan

bahwa pengendalian bakteri E.coli dengan bakteri asal laktat (BAL)

terenkapsulasi memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot ayam broiler, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap organ dalam ayam broiler.

Kata kunci: pengendalian E. coli, bakteri asam laktat (BAL), enkapsulasi, bobot potong, bobot, ayam broiler.


(5)

iii ABSTRACT

NOVENTUS Rajagukguk 2015. "use of lactic acid bacteria ( LAB ) on the carcass infected bacteria coli eshcerichia

". Supervised by NEVY DIANA HANAVI and MA'RUF TAFSIN.

The study aims to Look at the effect of controlling Escherichia coli (E. coli) use of lactic acid bacteria (LAB) encapsulated on body weight gain and broiler chicken carcasses. This research was conducted at the Laboratory Animal Sciences Program Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Jl. Prof. Dr.A.Sofyan No. 3, Medan. The experiment was conducted for 35 days starting from October to November 2014. The design used in this research is completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications each replication consisted of 5 animals broiler. This treatment consists of P0A = (control without infection); P0B = (control + E.coli infection); P1 = (infection of E.coli + lactic acid bacteria (LAB) without encapsulation); P2 = (infection of E.coli + lactic acid bacteria (LAB) encapsulated).

The results showed the average slaughter weight (g) P0A, P0B, P1, P2, is 1695.83, 1632.62, 1780.51, 1843.31. Carcass weights (g) P0A, P0B, P1, P2 is 1445.61, 1382.24, 1555.25, 1681.00. Carcass percentage (%) P0A, P0B, P1, P2 is 85.22, 84.65, 87.34, 87.77. Diversity analysis results showed that E.coli bacteria control the origin of lactic bacteria (LAB) encapsulated highly significant effect (P <0.05) to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The conclusion from this study that the use of lactic acid bacteria (LAB) encapsulated a very real effect on the weight of broiler chickens, but no significant effect on the organ in broiler chickens.

Keywords: control E. coli, lactic acid bacteria (LAB), encapsulation, slaughter weight, weight, broiler.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) Terhadap Karkas Ayam Broiler Yang Diinfeksi Bakteri E.coli”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, dukungan dan pengorbanan material dan moril yang telah diberikan. Kepada Ibu Nevy Diana Hanavi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Bapak Ma’ruf Tafsin selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan dorongan maupan memberikan informasi yang berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermanfaat bagi peneliti dan ilmu pengetahuan serta pelaku bidang usaha peternakan.


(7)

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Escherichia coli (E. coli ... 4

Bakteri Asam Laktat (BAL) ... 6

Metabolisme bakteri asam laktat ... 7

Media pertumbuhan bakteri asam laktat ... 10

Pengaruh Pemberian Probiotik terhadap Ayam Broiler ... 12

Enkapsulasi ... 14

Karkas Ayam Broiler ... 17

Bobot Potong ... 17

Persentase Karkas ... 18

Organ Dalam Ayam Broiler ... 19

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Metode Penelitian ... 21

Peubah yang Diamati ... 23

Bobot Potong ... 23

Bobot Karkas ... 23

Persentase Karkas ... 23

Bobot Reatif ... 23

Pelaksanaan Penelitian ... 23

Persiapan Kandang dan Peralatan ... 23

Pemilihan Ternak ... 24

Pembuatan Bakteri Asam Laktat (BAL) ... 24

Pemeliharaan Ayam ... 24

Pengumpulan Data ... 25


(8)

vi HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong ... 26

Bobot Karkas ... 28

Persentase Karkas ... 30

Bobot Hati ... 32

Bobot Jantung ... 33

Bobot Gizard ... 34

Bobot Duodenum ... 35

Bobot Yeyenum ... 36

Bobot Ileum ... 38

Bobot Caecum ... 39

Bobot Colon ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN


(9)

vii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Habitat Bakteri Asam Laktat ... 6

2. Komposisi MRS-Agar per Liter ... 10

3. Rataan Bobot Potong ... 26

4. Rataan Bobot Karkas ... 28

5. Persentase Karkas ... 30

6. Bobot Hati ... 32

7. Bobot Jantung ... 33

8. Bobot Gizard ... 34

9. Bobot Duodenum ... 36

10. Bobot Yeyenum ... 37

11. Bobot Ileum ... 38

12. Bobot Caecum ... 39


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Metabolisme Homofermentatif dari Bakteri Asam Laktat ... 8 2. Metabolisme Heterofermentatif dari Bakteri Asam Laktat ... 9 3. Produk Fermentasi BAL ... 11


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Isolasi Bakteri E. coli Tahap 1 (Pembuatan Media EMB) ... 43

2. Isolasi Bakteri E. coli Tahap 2 (Pembuatan Media EMB Gores) ... 44

3. Isolasi Bakteri E. coli Tahap 3 (Pembuatan Media NA Miring) ... 45

4. Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS-Agar) ... 46

5. Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS-Agar Gores) ... 47

6. Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS-Agar Miring) ... 48

7. Data dan Anova Bobot Potong ... 49

8. Data dan Anova Bobot Karkas ... 50


(12)

ii

ABSTRAK

NOVENTUS RAJAGUKGUK 2015. “Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap Karkas dari Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli (E. coli) ”. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAVI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk Menguji pengaruh pengendalian Escherichia coli (E.coli) menggunakan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi terhadap pertambahan bobot badan dan karkas ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. Dr.A.Sofyan No 3, Medan. Penelitian dilaksanakan selama 35 hari dimulai dari Oktober-November 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor broiler. Perlakuan ini terdiri atas P0A= (kontrol tanpa infeksi); P0B= (control + infeksi

E.coli); P1= (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi);P2= (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi).

Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot potong (g) P0a, P0b, P1, P2, adalah 1695.83, 1632.62, 1780.51, 1843.31. Bobot Karkas(g) P0a, P0b, P1, P2 adalah 1445.61, 1382.24, 1555.25, 1681.00. Persentase karkas(%) P0a, P0b, P1, P2 adalah 85.22, 84.65, 87.34, 87.77. Hasil analisa keragaman menunjukkan

bahwa pengendalian bakteri E.coli dengan bakteri asal laktat (BAL)

terenkapsulasi memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot ayam broiler, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap organ dalam ayam broiler.

Kata kunci: pengendalian E. coli, bakteri asam laktat (BAL), enkapsulasi, bobot potong, bobot, ayam broiler.


(13)

iii ABSTRACT

NOVENTUS Rajagukguk 2015. "use of lactic acid bacteria ( LAB ) on the carcass infected bacteria coli eshcerichia

". Supervised by NEVY DIANA HANAVI and MA'RUF TAFSIN.

The study aims to Look at the effect of controlling Escherichia coli (E. coli) use of lactic acid bacteria (LAB) encapsulated on body weight gain and broiler chicken carcasses. This research was conducted at the Laboratory Animal Sciences Program Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Jl. Prof. Dr.A.Sofyan No. 3, Medan. The experiment was conducted for 35 days starting from October to November 2014. The design used in this research is completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications each replication consisted of 5 animals broiler. This treatment consists of P0A = (control without infection); P0B = (control + E.coli infection); P1 = (infection of E.coli + lactic acid bacteria (LAB) without encapsulation); P2 = (infection of E.coli + lactic acid bacteria (LAB) encapsulated).

The results showed the average slaughter weight (g) P0A, P0B, P1, P2, is 1695.83, 1632.62, 1780.51, 1843.31. Carcass weights (g) P0A, P0B, P1, P2 is 1445.61, 1382.24, 1555.25, 1681.00. Carcass percentage (%) P0A, P0B, P1, P2 is 85.22, 84.65, 87.34, 87.77. Diversity analysis results showed that E.coli bacteria control the origin of lactic bacteria (LAB) encapsulated highly significant effect (P <0.05) to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The conclusion from this study that the use of lactic acid bacteria (LAB) encapsulated a very real effect on the weight of broiler chickens, but no significant effect on the organ in broiler chickens.

Keywords: control E. coli, lactic acid bacteria (LAB), encapsulation, slaughter weight, weight, broiler.


(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini karena usaha peternakan ayam masih merupakan sektor kegiatan yang paling cepat dan paling efisien untuk memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat. Ayam ras pedaging disebut juga

broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.

Hingga saat ini, produk ayam broiler telah dikenal dan sangat familiar dengan masyarakat Indonesia. Daging ayam broiler telah mengisi sebagian besar pasar dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu adanya bakteri yang merugikan pada ayam broiler seperti bakteri Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan bersifat anaerob. Bakteri ini merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas dan merupakan bakteri pathogen yang menghasilkan entrotoksin yang menyebabkan diare.

Salah satu cara adalah dengan melakukan efisiensi pakan dengan penggunaan probiotik dalam ransum. Probiotik mampu memproduksi substansi berguna, menurunkan populasi mikroba pathogen dalam saluran pencernaan, meningkatkan kesehatan dan daya imunitas ternak. Untuk mempertahankan efisiensi produksi ayam pedaging disatu sisi dan menyediakan produk peternakan


(15)

2

yang aman untuk dikonsumsi, perlu dilakukan usaha alternatif penggunaan

antibiotik atau obat-obatan dalam industri peternakan yaitu dengan cara

memberikan probiotik seperti bakteri asam laktat (BAL).

Bakteri asam laktat (BAL) adalah salah satu bakteri penting yang berperanan pada proses produksi pakan fermentasi dan bakteri ini mampu menghambat pertumbuhan varietas bakteri pembusuk dan patogen. BAL ini tidak terlepas dari kemampuannya untuk mengubah gula menjadi asam organik (laktat dan asetat) sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH dan mendegradasi karbohidrat untuk digunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroorganisme pengganggu atau pembusuk.

Bakteri asam laktat (BAL) selain penghasil bakteriosin juga memberikan efek fisiologis bagi kesehatan yaitu sebagai suplemen (pada makanan dan minuman), obato-batan (seperti antibiotik alami), efek terapi (seperti hipokolesterol, antihipertensi, pencegah diare). BAL ini disebut juga sebagai probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang mana ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup memberi manfaat kesehatan terhadap inangnya. Pemberian langsung dikhawatirkan menurunkan viabilitas BAL karena derajat keasaman (pH) saluran pencernaan yang bervariasi dan BAL tidak mampu hidup pada target organ yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya teknologi yang dapat melindungi BAL seperti teknologi kapsulasi.

Enkapsulasi merupakan salah satu teknik untuk mempertahankan komposisi suatu bahan yang diubah penampilannya menjadi partikel padat dengan melapisi bahan atau kombinasi bahan tersebut oleh bahan lainnya. Bahan ini terlindungi dari reaksi kondisi lingkungan yang merugikan yang dapat merusak


(16)

3

melalui bahan tersebut. Teknologi ini berperan dalam melindungi bahan inti dari lingkungan yang merugikan. Bakteri probiotik merupakan salah satu jenis komponen bioaktif yang sebaiknya dilindungi kehidupannya agar dapat dimanfaatkan oleh inangnya. Manfaat enkapsulasi bagi probiotik yaitu untuk mempertahankan viabilitas dan melindunginya dari kerusakan akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Atas dasar pemikiran di atas, penulis melakukan penelitian tentang “Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap Karkas Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri E.coli”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pemberian probiotik berupa bakteri asam laktat (BAL) terhadap bobot potong serta persentase karkas ayam broiler.

Hipotesis penelitian

Bakteri asam laktat (BAL) mampu menekan pertumbuhan bakteri

Escherichia coli (E.coli) dalam saluran pencernaan ayam broiler sehingga meningkatkan bobot potong serta bobot karkas ayam broiler.

Kegunaan

Bahan informasi kepada masyarakat, peternak serta kalangan akademik mengenai bakteri asam laktat (BAL) yang berfungsi sebagai probiotik terhadap ayam broiler.


(17)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri Escherichia coli (E.coli)

Bakteri Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang dalam sel tunggal atau berpasangan dan merupakan anggota famili

Enterobacteriacea dan flora normal intestinal yang mempunyai kontribusi pada fungsi normal intestine dan nutrisi tetapi bakteri ini akan menjadi phatogen bila mencapai jaringan di luar jaringan intestinal. Bakteri E.coli ini tergantung pada daerah infeksi dan tidak dapat dibedakan dari gejala yang disebabkan oleh bakteri lainnya (Jawetz et al.,1995).

Bakteri Escherichia coli dapat ditemukan dalam litter, feses ayam, debu, atau kotoran dalam kandang. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105 – 106 Escherichia coli per gram (Tabbu, 2000). Bakteri ini dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk koloni bulat dan cembung. Beberapa strain Escherichia coli

menyebabkan hemolisis dalam darah (Jawetz et al., 2001). Kemampuan

Escherichia coli dalam menghemolisis dapat menjadi salah satu metode penentuan pathogenitas Escherichia coli (Raji, 2003).

Escherichia coli adalah kuman oportunis dan merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak dan traveller’s diarrhe, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus.

Escherichia coli juga dapat mencapai aliran darah dan menyebabkan septis.


(18)

5

dan melepaskan toksin. Masa inkubasi Escherichia coli berlangsung 1-3 hari. Infeksi terjadi jika lebih dari 106 mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.

Escherichia coli berbentuk batang pendek dengan diameter 0,5 μm dan panjang 1

-3 μm. Escherichia coli dapat tumbuh pada suasana aerob maupun anaerob

sehingga ia memperoleh energinya dari proses fermentasi maupun respirasi tergantung pada suasana lingkungan dimana bakteri tersebut berada, dengan suhu optimum 37oC. Escherichia coli dibedakan antara galur satu dengan yang lain dengan cara serologi dari antigen somatik (O), flagellar (H), dan kapsular (K).

Antigen O merupakan polisakarida spesifik spesies, sebagai komponen pembuat kompleks polisakarida dari dinding sel serta berperan dalam produksi endotoksin. Antigen H merupakan antigen protein flagellar, penting dalam serotyping dan merupakan aspek penting dari patogenisitas. Antigen K merupakan komponen polisakarida yang ada pada enterobakter, berperan dalam patogenisitas bakteri dalam hal mekanisme pembentukan koloni bakteri. Antigen ini menghambat fagositosis dan efek dari serum antibodi. Karena adanya kapsul, antibodi tidak dapat menghancurkan Escherichia coli tersebut.

Pada ayam broiler, infeksi dari bakteri Escherichia coli sangat berdampak buruk. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian selama periode pemeliharaan hingga perolehan bobot badan saat ayam panen tidak mencapai standart. Bakteri

Escherichia coli ini lebih banyak ditemukan di usus, dan akan dikeluarkan dari tubuh dengan jumlah besar lewat kotoran ternak (feses). Bakteri ini dapat bertahan sampai beberapa minggu di dalam feses yang sudah dikeluarkan. Akan tetapi

Escherichia coli tidak tahan pada kondisi asam, kering dan akan mati dengan desinfektan (Pierrad et al.,1990).


(19)

6

Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri ini merupakan mikroorganisme yang tersebar luas di alam baik di udara, air dan di dalam tanah. Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri yang menguntungkan. Bakteri asam laktat merupakan kekayaan alam mikroba yang masih harus dieksplorasi. Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri gram positif tidak berspora, berbentuk bulat atau batang, yang mempunyai kemampuan untuk membentuk asam laktat sebagai hasil utama dari metabolisme karbohidrat. Secara ekologis kelompok bakteri ini sangat bervariasi dan anggota spesiesnya dapat mendominasi bermacam-macam makanan, minuman atau habitat yang lain seperti tanaman, jerami, rongga mulut dan perut hewan ternak (Mulyani, 1996). Habitat Bakteri Asam Laktat dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Habitat bakteri asam laktat (BAL)

Habitat Kelompok Bakteri Aktivitas atau produk

Produk sayuran

Streptococcus spp., Lactobacillus plantarum

Pikel

Produk susu Streptococcus lactis, Lactobacillus

casei, L. acidophilus, L. delbrueckii, Leuconostoc mesentroides,L. lactis

Keju, susu, yoghurt

Sistem pencernaan (oral dan usus)

Streptococcus salivarus, S. mutans,

dan Lactobacillus salivarus Streptococcus faecalis

Flora normal, dental

caries

Patogen pada saluran urin

Vagina mamalia

Streptococcus spp., Lactobacillus

spp.

Flora normal

Sumber: (Backus et al., 1985)

Dalam saluran pencernaan tumbuh normal dalam jalur intestin suatu bakteri asam laktat yang memberikan efek positif yang penting terhadap kesehatan tubuh, yaitu melalui kemampuannya menekan pertumbuhan bakteri


(20)

7

patogen intestin penyebab diare, serta menstimulasi sistem kekebalan tubuh (imun) (Gildberg et al., 1997).

Metabolisme bakteri asam laktat

Berdasarkan jalur metabolisme saccharolytic, bakteri asam laktat dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (Piard and Desmazeaud, 1992) :

1. Homofermentatif

Bakteri dalam kelompok ini akan mengubah heksosa menjadi asam laktat dalam jalur Embden-Meyerhof (EM), dan tidak dapat memfermentasikan pentosa atau glukonat. Jalur metabolisme homofermentatif ini dapat dilihat pada Gambar. 1.


(21)

8

Gambar. 1 Metabolisme Homofermentatif dari Bakteri Asam Laktat

2. Heterofermentatif

Heksosa difermentasikan menjadi asam laktat, karbon dioksida, dan etanol (atau asam asetat sebagai akseptor elektron alternatif). Pentosa lalu diubah menjadi laktat dan asam asetat. Jalur metabolisme heterofermentatif ini dapat dilihat pada Gambar. 2.

Fruktosa Glukosa

Fruktosa-6-fosfat

ATP ADP Glukosa-6-fosfat ATP

ADP

2 Gliseraldehid-3-fosfat ATP ADP

2-piruvat

2-Laktat

4 ATP 4 ADP 2 Pi 2 NAD+

2 NADH

4 ATP 4 ADP 2 NAD+


(22)

9

Gambar. 2 Metabolisme Heterofermentatif dari Bakteri Asam Laktat

Glukosa Glukosa-6-fosfat ATP ADP Fruktosa-6-fosfat ATP ADP 6-fosfoglukonat 2 NAD+ 2 NADH

Ribulosa-5-fosfat 2 NAD+ 2 NADH CO2

Xilulosa-5-fosfat

Gliseraldehid-3-fosfat Asetil fosfat Asetat

ATP ADP

Piruvat

Laktat NAD+

NADH 2 ADP

2 ATP 2 Pi NADH NAD+ CoA Pi Etanol NADH NAD+ Asetil CoA Asetaldehid NADH NAD+ Fruktosa


(23)

10

Media pertumbuhan bakteri asam laktat

Media selektif untuk pertumbuhan spesies bakteri asam laktat adalah deMan-Rogosa-Sharpe Agar (MRS-Agar). Komposisi media MRS-Agar pada pH 6,2 ± 0,2 dan suhu 25 °C dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Komposisi MRS-Agar per Liter

No. Komposisi Jumlah

1. Glukosa 20 g

2. Pepton 10 g

3. Agar 10 g

4. Ekstrak daging 8 g

5. Natrium asetat.3H2O 5 g

6. Ekstrak ragi 4 g

7. K2HPO4 2 g

8. Triamonium sitrat 2 g

9. MgSO4.7H2O 0,2 g

10. Sorbiton monooleat 0,05 g

11. MnSO4.4H2O 1,0 ml


(24)

11

Gambar 3. Produk Fermentasi BAL (Lindgren and Dobrogosz, 1990)

BAL pada produksi pakan semakin mengalami peningkatan terutama untuk

memfermentasi. Menurut Savadogo et al., (2000) BAL yang digunakan dalam

fermentasi perlu diseleksi untuk memperoleh isolat yang memiliki kemampuan unggul, sehingga memiliki kelebihan-kelebihan:

- Ketersediaan mikroba terjamin, sebab bersumber dari lingkungan alam

Indonesia yang dapat diisolasi dari banyak sumber;

- Memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga


(25)

12

- Memungkinkan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dengan biaya yang

relatif murah untuk industri besar, maupun industri kecil, karena ketersediaan yang cukup serta biaya relatif murah.

Pengaruh Pemberian Probiotik terhadap Ayam Broiler

Ayam pedaging merupakan ternak unggas yang cukup potensial untuk dikembangkan dan juga memiliki kemampuan menghasilkan daging dalam waktu yang cepat dan sangat efisien dalam pemanfaatan pakan. Ayam pedaging sebagai ayam ras pedaging tumbuh dengan sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi daging dengan sangat efisien. Pakan merupakan faktor penting dan menentukan bagi keberhasilan usaha peternakan. Peranan probiotik sebagai bahan aditif pemacu pertumbuhan Growth promoter sudah terbukti dapat digunakan. Manfaat langsung dari probiotik tersebut bagi ternak adalah antara lain meningkatkan nafsu makan, menyediakan unsur nutrisi dan membantu proses pencernaan makanan serta menghambat perkembangan bakteri patogen. Selain itu, Cavaazoni et al.,(1998) melaporkan probiotik Bacillus coagulans dapat mempertinggi laju pertumbuhan ayam pedaging.

Probiotik merupakan feed additive berupa mikroorganisme hidup yang diberikan kepada ternak yang mempunyai efek positif bagi ternak yang mengkonsumsi. Konsep memanfaatkan keseimbangan mikroflora inilah yang menjadi landasan penggunaan probiotik untuk menekan perkembangan bakteri patogen, baik pada saluran pencernaan ayam maupun pada litter (lingkungan dalam kandang ternak). Berdasarkan pemikiran inilah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik baccilus dan bakteri asam laktat melalui air minum dan pakan serta kombinasi keduanya terhadap bobot karkas


(26)

13

ayam pedaging. Penambahan probiotik kedalam air minum juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaan dan menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein, lemak dan mendetoksikasi zat racun atau metabolitnya (Soeharsono, 2002).

Beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan probiotik dapat meningkatkan laju pertumbuhan yang berhubungan dengan manfaat probiotik dapat meningkatkan nafsu makan dan menghasilkan vitamin serta enzim – enzim pencerna. Memungkinkan probiotik tersebut dapat berperan sebagai simulasi pertumbuhan, sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sekaligus bobot karkas ayam broiler (Abrar dan Raudhati, 2006).

Peningkatan produktivitas ayam adalah melalui pemberian pakan yang berkualitas. Pakan yang berkualitas harganya relatif lebih mahal, sehingga diperlukan manipulasi nutrisi untuk mengoptimalkan biaya pakan dengan memaksimalkan produksi. Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ayam adalah dengan manipulasi nutrisi untuk memaksimumkan pasokan nutrien sesuai dengan genetiknya, yaitu dengan menambahkan bahan pakan aditif berupa suplemen probiotik. Probiotik merupakan pakan imbuhan dengan kandungan mikroba yang menguntungkan dalam saluran pencernaan ayam. Mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang dalam usus ayam, antara lain jenis bakteri asam laktat (BAL), Bacillus sp.,dan Lactobacillus sp., (Daud et al., 2007).

Penggunaan probiotik lokal bakteri asam laktat ( BAL) sebagai probiotik dalam ransum unggas terbukti dapat memperbaiki kinerja ayam broiler,


(27)

14

meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap serangan penyakit (Iriyanti dan Rimbawanto, 2001).

Kultur Bacillus sp., sebagai probiotik pada ayam ras melalui air minum maupun pakan, efektif untuk pertumbuhan ayam pedaging maupun produksi telur ayam petelur. Pemberian probiotik secara nyata meningkatkan produksi serta menekan mortalitas (Kompiang, 2009).

Enkapsulasi

Dalam usaha peternakan ayam broiler ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pakan, dan manajemen. Pakan merupakan faktor yang paling membutuhkan banyak biaya yaitu sekitar 60-80% dari seluruh biaya produksi. Biaya produksi dapat ditekan jika efisiensi pakan yang diberikan pada ternak meningkat. Efisiensi pakan yang tinggi dapat tercapai apabila saluran pencernaan ternak berada pada kondisi yang optimal untuk mencerna dan menyerap zat makanan. Pada ayam pedaging, ada beberapa cara untuk mengoptimalkan efisiensi penyerapan zat makanan di dalam saluran pencernaan. Salah satu cara yang umum digunakan oleh peternak saat ini adalah dengan pemberian antibiotik.

Resistensi antibiotika terhadap bakteri patogen pada manusia menjadi masalah di seluruh dunia. Terjadinya resistensi antibiotika ini disebabkan pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana untuk pengobatan pada manusia serta

pemakaian antibiotika pada hewan sebagai pemacu pertumbuhan antibiotic

growth promotors (AGP) yang mempunyai kontribusi terjadinya resistensi antibiotika baik pada manusia maupun hewan (Barton, 2000).


(28)

15

Enkapsulasi adalah suatu proses pembungkusan (coating) suatu bahan inti, dalam hal ini adalah bakteri probiotik sebagai bahan inti dengan menggunakan bahan enkapsulasi tertentu yang bermanfaat untuk mempertahankan viabilitasnya dan melindungi probiotik dari kerusakan akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Wu et al., 2000). Enkapsulasi adalah proses fisik dimana bahan inti dikemas dalam bahan sekunder berupa lapisan film tipis yang disebut enkapsulan (Paramitha, 2010).

Acidifier digunakan sebagai bahan pakan tambahan unggas bertujuan untuk mempertahankan pH saluran pencernaan dan menciptakan kondisi pH yang sesuai untuk pencernaan zat makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan serta menekan mikrobapatogen dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan (Hyden,2000).

Pemanfaatan acidifier ini telah dilakukan pada ayam petelur dan

memberikan hasil yang baik. Penggunaan acidifier pada ayam pedaging telah dilakukan oleh Lückstädtet al.,(2004) dengan menggunakan asam formiat dan asam propionat dapat meningkatkan pertumbuhan dari ayam pedaging dengan kondisi terkontrol yaitu tanpa penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan.

Hyden (2000), juga melaporkan bahwa asam laktat adalah salah satu

acidifier yang dapat mempertahankan pH saluran pencernaan dan menciptakan kondisi pH yang sesuai untuk pencernaan zat makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan, menekan mikroba patogen dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan. Namun,pemanfaatan asam laktat dalam beberapa bentuk dan jenis enkapsulan khususnya yang telah diproteksi belum pernah diteliti


(29)

16

pengaruhnya terhadap daya cerna protein dan energi metabolis pada ayam pedaging.

Bahan yang umum digunakan untuk enkapsulasi adalah berbagai jenis polisakarida dan protein seperti pati, alginat, gum arab, gelatin, karagenan, albumin dan kasein. Alginat merupakan salah satu jenis hidrokoloid yang dihasilkan dari ekstraksi alga coklat (Sargassum sp., Turbinaria sp., Hormophyta

sp., dan Padina sp.). Alginat telah diaplikasikan secara luas pada produk pangan sebagai penyalut. Penggunaan bahan untuk enkapsulasi perlu dipertimbangkan, karena masing-masing bahan mempunyai karakter yang berbeda dan belum tentu cocok dengan bahan inti yang akan dienkapsulasi (Desmond et al., 2002).

Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan makanan probiotik adalah maltodekstrin yang dikeringkan karena selain bahan pengisi, maltodekstrin memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak manis mudah larut dalam air. Selain itu maltodekstrin juga dapat meningkatkan vikositas, menghambat kristalisasi dan baik untuk kesehatan karena rendah kalori. Maltodekstrin biasanya digunakan sebagai campuran bahan pangan dan merupakan pembentuk produk yang baik untuk produk yang sulit kering maltodekstrin biasanya dijual dalam bentuk tepung padat berwarna putih (Kuntz,1998).

Penggunaan bioteknologi enkapsulasi dapat melindungi aroma dan flavor,

meningkatkan kelarutan dan melindungi senyawa kimia dari kontaminasi oksigen (Ulfah, 2006). Penelitian tentang enkapsulasi probiotik sebelumnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan berbagai variasi bahan enkapsulasi dan kultur yang dienkapsulasi, diantaranya: enkapsulasi Bifidobacteria dan Lactobacillus dengan alginat-pati (Sultana et al., 2000).


(30)

17

Karkas Ayam Broiler

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam kecuali paru-paru dan ginjal. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan pakan serta proses setelah pemotongan, diantaranya adalah metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging,

hormon, antibiotik, lemak intramuskular atau marbling, metode penyimpanan

serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991). Soeparno (2005) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas ayam broiler adalah bobot hidup. Hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya

umur dan bobot badan (Brake et al., 1993). Wahyu (1998) menyatakan bahwa

tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas ransum, sistem tempat ransum, pemberian ransum dan kepadatan kandang. Lebih lanjut menurut Widodo (2005) peningkatan nilai manfaat penggunaan ransum dapat diatur dengan mempertimbangkan konsumsi ransum.

Bobot Potong

Bobot hidup merupakan bobot badan ternak yang penimbangannya dapat dilakukan setiap saat. Bobot hidup sangat erat kaitannya dengan tingkat konsumsi dan pertambahan bobot badan. Menurut Wahyu (1998) tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas ransum, sistem pakan dan pemberian pakan, serta kepadatan kandang. Dilain pihak, tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh nafsu makan dan kesehatan ternak. Ayam hidup yang bermutu baik yaitu ayam


(31)

18

yang sehat, berbulu baik, ukurannya seragam dan berkualitas baik dengan perbandingan antara tulang dan daging seimbang (proporsional) (Priyatno, 1997).

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely dan Bade, 1991).

Persentase Karkas

Bobot karkas normal adalah 60-75 % dari berat tubuh. Sedangkan persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100 % (Siregar, 1994). Menurut Soeparno (2005) bobot karkas meningkat seiring dengan meningkatnya bobot hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit, darah, usus halus dan hati menurun.

Bobot karkas merupakan bobot tubuh ayam yang telah disembelih setelah dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut dan organ dalam kecuali ginjal dan paru-paru (Murtidjo, 1992).

Persentase karkas merupakan faktor terpenting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya, maka produksi karkasnya akan semakin meningkat (Murtidjo, 1987).

Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang lebih tua dan persentase ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdomen dari


(32)

19

persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat. Ahmad dan Herman (1982), yang menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi, sebaliknya ayam yang bobot tubuhnya rendah akan menghasilkan persentase yang rendah.

Organ Dalam Ayam Broiler

Organ pencernaan ayam broiler terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus besar, kloaka dan anus. Pencernaan tambahan pada ayam salah satunya adalah hati (Suprijatna, 2005).


(33)

20

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, JL. A. Sofyan No. 3 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 5 minggu dimulai dari bulan Oktober hingga pertengahan November 2014.

Bahan dan Alat

Bahan

Ayam broiler sebanyak 100 ekor DOC Merk CP 707 dari Charoen Pokphand, bakteri asam laktat (BAL) perlakuan terdiri atas bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi, bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi, isolat bakteri

escherichia coli (E.coli), pakan komersil, vitamin seperti vitachick, rodalon sebagai desinfektan kandang.

Alat

Kandang individu dengan ukuran 50 x 100 x 60 cm sebanyak 20 petak, timbangan digital kapasitas 3 kg dengan kepekaan 0,1 g, tempat pakan dan tempat minum pada tiap kandang dengan total sebanyak 20 unit, lampu pijar 25 watt sebagai penerangan kandang serta penghangat, termometer untuk mengetahui suhu kandang, sapu lidi sebagai alat pembersih kandang, terpal hitam sebagai alas untuk penampungan feses ayam, spray sebagai alat penyemprot desinfektan.


(34)

21

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode uji tantang dimana peneliti akan menginangkan bakteri E. coli pada ayam broiler dan diberi perlakuan sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan bakteri Escherichia coli (E.coli)

terhadap perlakuan yang diberikan, apakah perlakuan yang diberikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (E.coli) pada inang atau tidak yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot karkas.

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan yang akan diberikan dan akan diteliti adalah sebagai berikut;

P0A = kontrol tanpa infeksi P0B = kontrol + infeksi E.coli

P1 = infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi P2 = infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi

Bakteri eschericia coli (E.coli) yang digunakan berkisar (6 x 108 CFU/ml), sedangkan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi maupun tanpa enkapsulasi yang digunakan berkisar (1,45 x 109 CFU/g). Penambahan BAL ke dalam pakan sebesar 3g/1000g pakan (4,35 x 106 CFU/g).

Metode linier rancangan acak lengkap (RAL) dengan asumsi: Yij = μ + σi + €ij


(35)

22 Keterangan:

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = 1,2,3…= perlakuan

j = 1,2,3…= ulangan

μ = Nilai tengah umum

σi = Pengaruh perlakuan ke-i


(36)

23

Peubah yang Diamati 1. Bobot Potong

Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan enam jam.

2. Bobot Karkas

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan daging setelah komponen non karkas dipisahkan.

3. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikali 100 %

Persentase karkas = Bobot karkas Bobot potong

x 100 %

4. Bobot Relatif (g/kg BB)

- Hati

- Jantung

- Gizzard

- Duodenum

- Yeyenum

- Ileum

- Caecum

- Colon

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan ukuran 50 x 100 x 60 cm sebanyak 20 petak. Kandang dipersiapkan seminggu sebelum ayam masuk dalam kandang agar kandang bebas dari hama penyakit. Kandang beserta peralatan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan dengan menggunakan rodalon. Penerangan dilakukan dengan


(37)

24

menggunakan sebuah lampu 25 watt digantung ditengah setiap plot kandang individu.

2. Pemilihan Ternak

Penyeleksian ternak ayam yang akan digunakan sebagai objek penelitian melalui beberapa syarat sebagai berikut: ternak ayam dalam keadaan sehat, lincah, tidak cacat dilihat dari bentuk kaki yang lurus dan lincah. Sebelum ayam dimasukkan ke dalam kandang, dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal dari masing-masing ayam kemudian dilakukan random (pengacakan) yang bertujuan untuk memperkecil nilai keragaman. Lalu ayam dimasukkan kedalam sebanyak 5 ekor per unit penelitian.

3. Pembuatan bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi dan bakteri asam

laktat (BAL) terenkapsulasi, serta persiapan isolat E. coli. Pembuatan bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi dan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi. Diawali dari pengambilan bakteri asam laktat yang terdapat di bagian saluran pencernaan ayam steril, sedangkan persiapan isolat E. coli

diambil dari feses ayam segar.

4. Pemeliharaan Ayam

Sebelum ayam diberi perlakuan, dilakukan penimbangan bobot badan awal ayam kemudian penimbangan ayam dilakukan seminggu sekali. Pakan dan air minum diberikan secara ad-libitum, penggantian air minum dilakukan pada pagi dan sore hari. Vitamin diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam seperti vitachick. Kandang, tempat pakan dan minum dibersihkan setiap hari pada pagi hari. Pakan diberikan pada pagi hari pukul 08.00 WIB secara ad libitum.


(38)

25

Sisa pakan ditimbang 24 jam setelah pemberian pakan saat sebelum ayam diberikan makan kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut.

Pengumpulan Data

Data diambil setelah umur ayam mencapai umur pemotongan karkas yaitu umur 5 minggu. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur parameter yang telah ditentukan.

Persiapan yang dilakukan untuk memperoleh karkas adalah :

1. Pemuasaan, ayam dipuasakan selama enam jam untuk mengosongkan isi

tembolok dan mengurangi isi saluran pencernaan.

2. Pemotongan, ayam dipotong di bawah rahang termasuk vena jugularis, pipa

tenggorokan dan kerongkongan.

3. Pengeluaran darah, setelah dipotong ayam digantung dengan posisi kepala ke bawah dan biarkan selama dua menit.

4. Penyeduhan (scalding), ayam dicelupkan ke dalam air panas dengan suhu

sekitar 60 0C selama 1 menit untuk mempermudah pencabutan bulu. 5. Pencabutan bulu dilakukan secara manual.

6. Pemisahan komponen non karkas, kepala hingga batas leher dipotong, kaki hingga batas lutut dipotong, isi rongga perut ditarik keluar lalu dipisahkan.

Analisis Data

Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova), apabila diantara perlakuan terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Jarak Duncan (BNJD).


(39)

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong

Bobot potong di peroleh dengan cara penimbangan bobot akhir ayam broiler setelah di puasakan selama 12 jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat data bobot potong pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan bobot potong pada setiap perlakuan (g/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Rataan±sd

1 2 3 4 5

POA 1621.78 1687.55 1675.08 1796.40 1698.32 1695.83±63.45b

POB 1601.90 1598.37 1702.32 1587.28 1673.21 1632.62±51.67b

P1 1798.97 1732.29 1742.90 1793.40 1835.00 1780.51±42.47 a

P2 1892.32 1811.32 1820.08 1833.90 1858.94 1843.31±32.78 a

Ket. Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Bobot potong pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi) yaitu sebesar 1843,31 g/ekor dan rataan bobot potong terendah terdapat pada perlakuan P0B (kontrol + infeksi E.coli) yaitu sebesar 1632,62 g/ekor.

Hasil analisi ragam dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot potong. Untuk mengetahui penambahan perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan untuk menentukan


(40)

27

perlakuan yang paling potensial (mengetahui perbedaan perlakuan). Didapat bahwa perlakuan P0A, P0B memiliki notasi yang sama yang artinya potensi yang sama pada kedua perlakuan namun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P1 dan P2. Penambahan bakteri asam laktat (BAL) memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot potong ayam. Setiap perlakuan memberikan respon yang berbeda, baik secara statistik maupun numerik.

Tingginya bobot potong pada perlakuan penambahan bakteri asam laktat

(BAL) terenkapsulasi disebabkan oleh penekanan pertumbuhan E coli yang

memberikan efek positif dalam saluran pencernaan ayam untuk menekan

pertumbuhan bakteri E .coli dan dapat menambah kekebalan tubuh pada ayam

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gildberg et al., (1997), yang

menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan tumbuh normal dalam jalur intestin suatu bakteri asam laktat yang memberikan efek positif yang penting terhadap kesehatan tubuh, yaitu melalui kemampuannya menekan pertumbuhan bakteri patogen intestin penyebab diare, serta menstimulasi sistem kekebalan tubuh (imun).

Tingginya bobot potong pada perlakuan bakteri asam laktat (BAL) juga disebabkan karena pemberian BAL yang terenkapsulasi, sehingga Bakteri Asam Laktat yang diberikan pada ayam dapat terlindungi dari kerusakan lingkungan yang dapat mengurangi fungsi dari BAL tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wu et al., (2000), yang menyatakan bahwa Enkapsulasi adalah suatu proses pembungkusan (coating) suatu bahan inti, dalam hal ini adalah bakteri probiotik sebagai bahan inti dengan menggunakan bahan enkapsulasi tertentu


(41)

28

yang bermanfaat untuk mempertahankan viabilitasnya dan melindungi probiotik dari kerusakan akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Bobot Karkas

Bobot karkas merupakan bobot tubuh ayam yang telah dipotong setelah dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut dan organ dalam kecuali ginjal dan paru-paru. Rataan bobot potong ayam broiler selama penelitian (g/ekor) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rataan bobot karkas setiap perlakuan (g/ekor) Perlakuan

Ulangan

an±sd

1 2 3 4 5

POA 1371.68 1437.23 1424.97 1546.28 1447.89 1445.61±63.45 b

POB 1351.40 1347.70 1451.89 1337.07 1423.12 1382.24±51.74 b

P1 1573.43 1507.16 1517.39 1568.28 1609.97 1555.25±42.55 a

P2 1667.23 1586.12 1594.99 1608.58 1633.06 1618.00±32.73 a

Ket. Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi) yaitu sebesar 1618,00 g/ekor dan rataan bobot karkas terendah terdapat pada perlakuan P0B ( kontrol + infeksi E.coli) yaitu sebesar 1382,24 g/ekor.

Hasil analisi ragam dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot karkas. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka untuk menentukan perlakuan yang lebih potensial ( untuk mengetahui perbedaan perlakuan) untuk itu dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan.


(42)

29

Diketahui bahwa pada perlakuan penambahan bakteri asam laktat meberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot karkas. Pada perlakuan P0A dan P0B secara statistik menunjukkan notasi yang sama namun secara numerik menunjukkan perbedaan. Pada perlakuan P1 dan P2 juga menunjukkan notasi yang sama, namun memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap bobot karkas.

Faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah tingkat konsumsi pada unggas itu sendiri, semakin tinggi tingkat konsumsi maka akan semakin baik pula bobot karkas yang dihasilkan bila nilai gizi dalam ransum terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyu (1988) menyatakan bahwa tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas ransum, sistem tempat ransum, pemberian ransum dan kepadatan kandang. Lebih lanjut menurut Widodo (2005) peningkatan nilai manfaat penggunaan ransum dapat diatur dengan mempertimbangkan konsumsi ransum.

Bobot karkas yang diperoleh pada ayam berbeda sangat nyata, hal ini disebabkan pemberian probiotik berupa asam laktat. probiotik yang digunakan dalam penelitian ini mengandung mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam laktat yang dapat menghasilkan pH rendah sehingga menimbulkan suasana asam pada usus. Menurut Reddy et al. (2008) menyebutkan bahwa bakteri asam laktat dapat mengakibatkan suasana usus menjadi asam, sehingga bakteri patogen tidak dapat bertahan di dalam usus, yang akan berdampak pada efesiensi pakan dan peningkatan karkas. Ayam broiler yang diberi tambahan probiotik mempunyai penyerapan nutrisi yang lebih tinggi sehingga zat-zat pakan yang diserap juga lebih banyak, sehingga berat badan akhir dan pertambahan berat


(43)

30

badannya jauh lebih tinggi daripada kontrol. Putri (2010) lebih lanjut menyatakan bahwa penggunaan probiotik yang mengandung Bacillus spp dicampurkan dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak.

Persentase Karkas

Persentase karkas dihasilkan dari perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup kemudian dikalikan seratus persen. Hasil persentase karkas pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Persentase karkas pada setiap perlakuan (%)

Perlakuan Ulangan Rataan±sd

1 2 3 4 5

POA 84.57 85.16 85.06 86.07 85.25 85.22±0.54

b

POB 84.36 84.31 85.28 84.23 85.05 84.65±0.48

c

P1 87.46 87.00 87.06 87.44 87.73 87.34±0.30

a

P2 88.10 87.56 87.63 87.71 87.84 87.77±0.21

a Ket. Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Persentase karkas pada table 5 menunjukkan bahwa rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E.coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi) yaitu sebesar 87,77 % dan rataan persentase terendah terdapay pada perlakuan P0B (kontrol + infeksi E.coli) yaitu sebesar 84,65 %.

Hasil analisi ragam dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap persentase karkas. Dari hasil statistik menunjukan bahwa perlakuan penambahann bakteri asam laktat lebih potensial dari perlakuan kontrol. Untuk itu dilakukan uji lanjut yaitu uju Duncan untuk mengetahui perbedaan perlakuan (menentukan perlakuan yang lebih potensial). Pada perlakuan P0A


(44)

31

menunjukkan notasi yang berbeda terhadap P0B yang artinya perlakuan P0A menunjukkan pengaruh berbeda nyata (lebih potensial). Dan perlakuan P1 dan P2 menunjukkan notasi yang sama yang artinya potensi yang sama pada kedua perlakuan namun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap P0A.

Menurut Guntoro (2002), produksi karkas erat hubungannya dengan bobot potong, karena semakin bertambah bobot potong maka bobot karkas semakin

meningkat juga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Young (2001), yang

menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi produksi karkas ayam broiler antara lain strain, usia, kesehatan, nutrisi, bobot badan, dan pemuasaan sebelum dipotong. Seperti pada bobot potong yang memberikan pengaruh yang sangat nyata karena bobot potong sejalan dengan persentase karkas dan bobot karkas, semakain tinggi bobot karkas yang diperoleh maka persentase karkas yang diperoleh semakin tinggi pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produk ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkas semakin meningkat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ahmat dan Herman (1992) yang menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi, sebaliknya ayam yang bobot tubuhnya rendah akan menghasilkan persentase yang rendah.


(45)

32

Bobot Hati

Persentase hati diperoleh dengan cara menimbang hati kemudian angka yang diperoleh dibagi dengan bobot hidup dan dikalikan 100 %. Hasil penelitian bobot hati dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Bobot hati pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 18.99 16.71 16.65 16.36 19.90 17.722±1.61

POB 21.47 17.33 12.39 17.32 17.50 17.202±3.22

P1 19.28 15.87 17.09 20.12 15.09 17.490±2.16

P2 17.86 17.22 13.84 16.57 18.50 16.798±1.80

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot hati rataan tertinggi adalah pada perlakuan P1 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P2 (kontrol + infeksi E.coli). Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa pengendalian Escherichia coli ( E.coli)

menggunakan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot hati.

Bobot hati pada penelitian ini tidak berbeda nyata karena pakan yang dikonsumsi juga sama kandungan nutrisinya, karena bobot hati juga dipengaruhi oleh jumlah nutisi yang dikonsumsi, karena pakan yang dikonsumsi sama, maka bobot hati ayam pun hampir sama sehingga memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini sesuai dengan pernyata Natsir (2008), yang menyatakan bahwa bobot hati meningkat dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien dan kandungan serat kasar.


(46)

33

Bobot Jantung

Persentase jantung diperoleh dengan cara menimbang jantung kemudian angka yang diperoleh dibagi dengan berat hidup dan dikalikan 100 %. Hasil penelitian diperoleh rataan bobot jantung setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Rataan bobot jantung pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 5.67 4.08 4.29 4.11 3.88 4.406±0.72

POB 5.36 4.50 3.28 4.85 3.70 4.338±0.85

P1 4.39 3.69 4.36 4.51 4.03 4.196±0.33

P2 3.27 5.30 4.67 3.48 3.81 4.106±0.85

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 7 diketahui bahwa rataan bobot jantung tertinggi terdapat pada perlakuan P0A (control tanpa infeksi) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi). Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pengendalian Escherichia coli ( E.coli)

menggunakan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot jantung.

Tingginya bobot jantung pada perlakuan P1 disebabkan oleh terinfeksinya jantung ayam pada perlakuan P1, karena kinerja dari BAL tidak maksimal yang disebabkan oleh tidak adanya pelindung dari BAL ketika masuk dalam pencernaan ayam karena tidak adanya enkapsulasi yang dapat melindungi probiotik dari kerusakan selama dalam pencernaan. Karena kerja jantung lebih banyak menyerap racun sehingga menyebabkan pembengkakan pada jantung. Hal


(47)

34

enkapsulasi adalah suatu proses pembungkusan (coating) suatu bahan inti, dalam hal ini adalah bakteri probiotik sebagai bahan inti dengan menggunakan bahan enkapsulasi tertentu yang bermanfaat untuk mempertahankan viabilitasnya dan melindungi probiotik dari kerusakan akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Bobot Gizard

Persentase gizard diperoleh dengan cara menimbang gizard yang bagian dalamnya telah dibersihkan dari sisa - sisa pakan, angka yang diperoleh kemudian dibagi dengan berat hidup dan dikalikan 100 %. Hasil penelitian diperoleh rataan bobot gizzard setiap perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rataan bobot gizard pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 15.16 16.82 21.84 15.19 15.36 16.874±2.86

POB 16.66 24.96 21.03 19.40 13.02 19.014±4.50

P1 16.45 22.39 14.34 19.40 20.05 18.526±3.16

P2 15.48 18.05 12.30 19.63 16.99 16.490±2.79

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa rataan bobot gizzard tertinggi pada perlakuan POB (kontrol + infeksi E.coli) dan rataan bobot izard terendah terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi). Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pengendalian Escherichia coli ( E.coli) menggunakan bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot gizzard.

Ukuran gizzard mudah berubah tergantung pada jenis makanan yang biasa dimakan oleh unggas tersebut (Amrullah, 2003). Prilyana (1984) menyatakan


(48)

35

bahwa berat gizzard dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum, semakin tinggi kadar serat kasar ransum, maka aktifitas gizzard juga semakin tinggi, sehingga beratnya juga semakin besar. Menurut Akoso (1998), ukuran gizzard dipengaruhi oleh aktivitasnya. Aktivitas otot gizzard akan terjadi apabila makanan masuk kedalamnya. Karena kinerja gizzard yang tinggi sehingga meyebabkan tingginya bobot gizzard. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gildberg et al., (1997), yang menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan tumbuh normal dalam jalur intestin suatu bakteri asam laktat yang memberikan efek positif yang penting terhadap kesehatan tubuh, yaitu melalui kemampuannya menekan pertumbuhan bakteri patogen intestin penyebab diare, serta menstimulasi sistem kekebalan tubuh (imun).

Bobot Duodenum

Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus yang letaknya sangat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesentri yang pendek yaitu

mesoduodenum. Duodenum berfungsi untuk mensekresikan enzim

enteropeptidase, sekretin dan pancreosimin (Swenson, 1997). Ductus

pancreaticus pada duodenum berguna dalam pencernaan karbohidrat, lemak, dan

protein. Penyerapan sari-sari makanan terjadi dan hasilnya akan dibawa ke dalam darah (Suprijatna et al., 2005). Rataan bobot duodenum dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.


(49)

36

Tabel 9. Rataan bobot duodenum pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 8.20 8.23 8.53 7.57 7.83 8.072±0.37

POB 9.73 7.19 6.05 6.86 7.35 7.436±1.38

P1 6.67 7.15 7.11 7.86 5.28 6.814±0.96

P2 5.17 9.55 5.43 7.96 5.11 6.644±2.01

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 9 diatas diketahui bahwa rataan bobot duodenum tertinggi terdapat pada perlakuan POA (kontrol tanpa infeksi dan rataan bobot duodenum terendah

terdapat pada perlakuan P2 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL)

terenkapsulasi. Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler terhadap bobot duodenum berpengaruh tidak nyata (P>0.05).

Perbedaan yang tidak nyata pada penelitian ini dikarenakan pakan yang diberikan selama penelitian adalah pakan yang sama untuk setiap erlakuan yaitu pakan komersil, sehingga kandungan nutrisi yang dimakan pun sama sehingga perubahan saluran pencernaan pun sama. Hal ini sesuai dengan penyataan Amrullah (2003), yang menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi selama proses perkembangan karena dipengaruhi oleh jenis ransum yang diberikan. Ransum

yang banyak mengandung serat akan menimbulkan perubahan ukuran saluran

pencernaan sehingga menjadi lebih berat, lebih panjang dan lebih tebal.

Bobot Yeyenum

Yeyenum merupakan bagian terpanjang dari usus halus. yeyenum dengan mudah dapat dipisahkan dengan duodenum yang letaknya kira-kira bermula pada


(50)

37

posisi ketika mesentri mulai terlihat memanjang (pada duodenum mesentrinya pendek). Rataan bobot yeyenum dapan dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Rataan bobot yeyenum pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 11.59 11.26 7.70 6.74 7.71 9.00±2.25

POB 10.49 8.13 6.11 7.43 6.04 7.64±1.82

P1 5.95 6.52 7.29 9.76 6.32 7.17±sd53

P2 6.02 8.12 8.08 7.80 6.46 7.29±0.98

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 10 diatas menunjukkan rataan bobot yeyenum tertinggi terdapat pada perlakuan P0A (control tanpa infeksi) dan rataan bobot yeyenum terendah pada perlakuan P1 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL. Hasil analisis keanekaragaman diketahui bahwa infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler terhadap bobot yeyenum berpengaruh tidak nyata P>0.05.

Perbedaan yang tidak nyata pada setiap perlakuan ini disebkan oleh umur yang sama, bangsa yang sama dan pakan yang sama, karena faktor yang mempengaruhi panjang dan berat usus halus adalah umur, jenis, pakan dan bangsa.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), yang menyatakan

bahwa panjang dan berat usus halus dipengaruhi oleh umur, jenis, pakan dan bangsa.


(51)

38 Bobot Ileum

Ileum adalah bagian usus yang paling pertama bekerja dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi untuk berkembang sehingga sangat dipengaruhi oleh kecepatan ayam tersebut mendapatkan makanan. Rataan bobot Ileum dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Rataan bobot Ileum pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 8.51 11.61 10.63 7.52 9.72 9.60±1.63

POB 12.55 10.07 6.23 8.57 9.62 9.41±2.30

P1 8.50 8.95 10.56 10.87 9.05 9.59±1.06

P2 7.24 10.54 10.05 10.20 6.67 8.94±1.83

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 11 diatas menunjukakan rataan bobot Ileum tertinggi terdapat pada perlakuan P0A (control tanpa infeksi dan bobot ileum terendah terdapat pada perlakuan POB (kontrol + infeksi E.coli). Hasil analisis keragaman diketahui bahwa infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler terhadap bobot ileum berpengaruh tidak nyata (P>0.05).

Bobot ileum pada perlakuan ini tidak nyata disebabkan oleh ayam yang memiliki berat badan sama karena memiliki umur yang sama dan diberikan pakan yang sama, karena perbedaan berat badan menyebabkan panjang usus yang bervariasi sehingga menyebabkan berat nya pun bervariasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novel et al., (2009), yang menyatakan bahwa perbedaan berat badan pada ayam pedaging menyebabkan panjang usus halusnya bervariasi. Ayam dengan berat badan yang tinggi memiliki usus halus yang lebih panjang.


(52)

39

Bobot Caecum

Caecum terdiri atas dua coeca atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Fungsi caecum yaitu sebagai tempat terjadinya pencernaan mikrobiologik

di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air. Di dalamnya juga terjadi digesti serat oleh aktivitas mikroorganisme. Rataan bobot caecum dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Rataan bobot caecum pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 3.82 4.44 6.21 3.23 2.71 4.08±1.35

POB 5.74 5.19 3.41 3.84 5.20 4.68±1.00

P1 3.78 3.00 4.48 3.35 4.58 3.84±0.69

P2 4.33 4.47 4.29 4.04 4.46 4.32±0.17

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa bobot caecum tertinggi terdapat pada perlakuan POB (kontrol + infeksi E.coli) dan bobot caecum terendah terdapat pada perlakuan P1 (infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) tanpa enkapsulasi. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler terhadap bobot caecum berpengaruh tidak nyata (P>0.05).

Bobot caecum yang tidak nayata disebabkan oleh pakan yang sama yaitu pakan komersil shingga kandungan serat kasar yang ada pada pakan sama sehingga kinerja dari caecum juga sama sehingga menyebabkan bobot caecum yang sama. Hal ini sesuai dengan penyataan Yuwanta (2004), yang menyatakan bahwa bobot caecum yang berbeda disebabkan oleh perbedaan individu serta pakan yang dikonsumsi. Semakin tinggi kandungan serat kasar pada pakan,


(53)

40

maka caecum akan semakin berkembang karena caecum berfungsi untuk mencerna serat kasar.

Bobot Colon

Colon merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeu dan

cuprodeum terletak berhimpitan. Kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi

saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari dan genital. Rataan bobot colon dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Rataan bobot colon pada setiap perlakuan (g/kg BB)

Perlakuan Ulangan Rataantn±sd

1 2 3 4 5

POA 1.54 1.42 1.13 0.67 1.53 1.26±0.37

POB 1.31 0.88 0.82 0.95 1.26 1.04±0.23

P1 0.89 1.04 1.03 1.00 1.36 1.07±0.18

P2 1.22 1.55 1.32 0.76 1.02 1.17±0.30

Ket. Tidak berbeda nyata

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa rataan bobot colon tertinggi terdapat pada perlakuan POA (kontrol tanpa infeksi) dan rataan bobot colon terendah terdapat pada perlakuan POB (kontrol + infeksi E.coli). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa infeksi E. coli + bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi pada ayam broiler terhadap bobot colon berpengaruh tidak nyata P>0.05.

Pada bobot colon antar perlakuan tidak berbeda nyata disebabkan oleh bangsa yang sama dan pakan yang dikonsumsi juga sama yaitu pakan komersil yang memiliki kandungan nutrisi sama. Antar tiap perlakuan memiliki perbedaan yang sedikit mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sedikit berbeda karena tingkat stress setiap ayam juga berbeda. Karena yang menyebabkan perbedaan bobot colon adalah bangsa pakan dan kondisi lingkungan. Hal ini


(54)

41

sesuai dengan pernyataan Sarwono (1997), yang menyatakan bahwa perbedaan bobot colon disebabkan oleh bangsa, pakan dan kondisi lingkungan.


(55)

42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan bakteri asam laktat (BAL) dalam pakan dapat meningkatkan bobot potong dan persentase karkas ayam broiler tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap organ dalam (bobot gizzard, hati, jantung, duodenum, yeyenum, ileum, caecum dan colon).

Saran

Sebaiknya pakan ayam broiler ditambahkan dengan pemberian bakteri asam laktat (BAL) terenkapsulasi untuk meningkatkan pertambahan bobot potong dan bobot karkas ayam broiler.


(56)

43

DAFTAR PUSTAKA

Abrar,A. dan Raudhati, E. 2006. Produktifitas dan aktifitas mikroba saluran pencernaan ayam broiler yang diberi probiotik. Penelitian DIK-S. fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Abu-Bakar, K., Ahmad-Tarmizi, R., Mahyuddin, R., Elias, H., Luan, W. S. and Mohd-Ayub, A. F. (2010). Relationship between University Students' Achievement Motivation, Attitude and Academic Performance in Malaysia. Procedia Social and Behavioral Sciences 4906-4910.

Ahmad, B dan R. Herman. 1982. Perbandingan Produksi Daging Antara Ayam Jantan Kampung dan Ayam Jantan Petelur. Media Peternakan (25) 3-6.

Akoso, T. 1998. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis, Penyuluhan, dan Peternak. Kanisius.Yogyakarta.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Barton. 2000. Pemakaian Antibiotika pada Ternak dan Dampaknya pada Kesehatan Manusia

Blakely, J and D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Diterjemahkan oleh Srigandono, Bambang. UGM Press: Yogyakarta.

Brake, J., G. B. Havenstein, S. E. Schidelet, P. R. Farket and D. V. Rives. 1993. Relationship of Sex, age and body weight to broiler carcass yield and offal production. Poultry Sci. 70:680-688.


(57)

44

Cavazzoni, V., A. Adami and C. Castrovilli, 1998. Performance of Broiler

Chickens Suplemented with Bacillus Coagulans as Probiotic.

Cole,D.J.A. 1991.The role of the nutritionistin designing feedfor the future in feed industry. T.P.Lyons(ed). Proceeding ofAltechs.Seventhannual Symposium.Altech Technical Publication.Nicholasville Kentucky :1 -2

Daud, M., W.G. Piliang and I.P. Kompiang. 2007. Carcass percentage and quality of broilers given a ration containing probiotics and prebiotics. JITV 12(3): 167-174.

Desmond, C. C. Stanton, G.F.K. Collins and R.P. Ross. 2002. Improved survival of Lactobacillus paracasei NFBC 338 in spray dried powders containing gum acacia. J of Appl Microbiol 93:1003-1012.

Gildberg A, Mikkelsen H, Sandaker E, Ringø E. 1997. Probiotic effect of lactic acid bacteria in the feed on growth and survival of fry of Atlantic cod (Gadus morhua) Hydrobiologia. 352:279-285

Hyden. M. 2000. “Protected”AcidAdditives.Feed International.July. 2000.

Iriyanti, N. dan E.A. Rimbawanto. 2001. Pengaruh suplementasi probiotik Lactobacillus sp. dalam ransum unggas terhadap aktivitas antagonisme dan kompetisi Lactobacillus sp. pada saluran pencernaan unggas. Biosfera. 18 (2):68-72.

Jawetz, M., Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Dialih bahasakan oleh bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya, Salemba Medika.


(58)

45

Jawetz, Melnick and Adelberg’s . 1995. Medical Microbiologi, 20 th edition, Appleton and Lange. ISBN 08385-62434807 P.

Jin, L.Z., Ho, Y.W., Abdullah, N and Jalaludin, S. 1997. Probiotics in Modes of Action. World’s Poultry Science Journal 53: 351-368 10.

Kompiang, I.P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3):177-191.

Kuntz, L.A. 1997. Making The Most of Maltodextrins. Food Product Design Making The Most of Maltodextrins.htm.

Lückstädt.C, N. Senöylü, H.Akyürek. and A. Aĝma. 2004. Acidifier-A Modern Alternative For Antibiotic Free Feeding in Live stock Production, With Special Focus on Broiler Production. Veterina rija Ir Zootechnika.T.27(49).

Morran, E. T. and H. L. Orr. 1970. Influence of Strain on the Carcass. Poult. Sci. 49: 725-729.

Mulyani, S. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yagyakarta.

Natsir, M. Halim. 2008. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Laktat Cair dan Ternkapsulasi Sebagai Asitf Pakan Terhadap Persentase


(59)

46

Karkas dan Berat Organ Dalam Ayam Pedaging. Jurnal Nutrisi dan

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Novel, D.J., J.W. Ng’ambi., D. Norris and C.A. Mbajiorgu. 2009. Effect of different feed restriction regimes during the starter stage on productivity and carcass characteristics of male andfemale Ross 308 broiler chickens. J. Poult. Sci. 8 (1): 35-39.

Paramita, D., 2010. Kualitas mikrobiologis set yoghurt sinbiotik dengan penambahan natamycin sebagai biopreservatif. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Peternakan. Labolaturium Fisiologi danBiokimia. Fakultas Peternakan,Universitas Padjadjaran.

Piard JC, Desmazeaud M. 1992. Ingibiting factors produced by lactic acid bacteria: Bacteriocins and other antibacterial substances. Lait 71:525-541. Pierard, D., Van Etterijck, R. Brenaert. J., Moriau, L and Louwers, S. 1990.

Results of Screening for Verocitotoxin- Producing Escherichia coli in Belgium. European Journal of Clinical Microbiology and Infectious Disease 9, 198-201.

Priyatno, M.A., 1997. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar swadaya, Jakarta.

Raji, M.A., Jiwa, S. H. F., Minga, U. M and Gwakisa, P.S. 2003. Escherichia coli O157:H7 Resevoir, Transmission, Diagnosis and the African Situation. East African Medical Journal 80, 271-276.


(60)

47

Sarwono, B. 1997. Ragam Ayam Piaraan, Edisi I. Penebar Swadaya. Jakarta

Savadogo, A., Cheik A. T. Ouattara, Imael H. N. Bassole, S. A. TRAORE. 2000. Bacteriocins and lactic acid bacteria - a minireview. African Journal ofBiotechnology, Vol. 5 (9), pp. 678-683.

Siregar, A. P. 1994. Tehnik Beternak ayam Pedaging. Merdie Group. Jakarta

Sjofjan,O. Aulani’am. Sutrisdiarto. Rosdiana, A. dan Supiati.2003. Isolasi dan IdentifikasiBacillus spp Dari Usus Ayam Petelur Sebagai Sumber Probiotik. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati(life sciences). Vol.15-No.2.

Soeharsono. 1999. Prospek Penggunaan Probiotika sebagai Pengganti Antibiotika untuk Ternak. Wacana Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Tahun Akademik 1999-2000. Universitas Padjajaran.

Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging cetakan keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sultana K, Godward G, Reynolds N, Arumugaswamy R, Peiris P, dan Kailasapathy K. 2000. Encapsulation of probiotics bacteria with alginate starch and evaluation of survival insimulated gastrointestinal conditions and in yoghurt. International Journal of FoodMicrobiology 62: 47–55. Suprijatna, E., Umiyati, A. Dan Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabbu, C. R. 2000. Kolibasilosis. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. Vol. 1, Hal : 31-51.


(61)

48

Tobing, V. 2002. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika Murah dan Bebas Residu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ulfah, M. 2006. Potensi Tumbuhan Obat sebagai Fitobiotik Multifungsi untuk Meningkatkan Penampilan dan Kesehatan Satwa di Penangkaran. Media Konservasi. 11(3) : 109- 114.

Wahyu, J. 1998. Ilmu Nutrisi Unggas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Widodo Budiarto. 2005. Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler. Jakarta: Elex Media Kompotindo.

Wu W, Roe WS, Gimino VG, Seriburi V, Martin DE, Knapp SE. 2000. Low melt encapsulation with high laurate canola oil. US Patent. 6:153-326.

Young, L. L., Northcutt, J. K., Buhr, R. J., Lyon, C. E. and Ware. G. O., 2001.

Effects of Age, Sex, and Duration of Postmortem aging on Percentage Yield of Parts from Broiler Chicken Carcasses. Poultry Sci 80(3). Hlm. 376- 379.


(62)

49

Lampiran 1 : Isolasi Bakteri E-coli Tahap 1 (Pembuatan Media EMB)

Ditimbang EMB 3,6 gr Ditambahkan Aquades 100 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Diautoklaf erlenmeyer berisi media dan tabung reaksi berisi NaCl fisiologis selama 15 menit dengan suhu 1210 C

Dituang media kedalam cawan petri Disiapkan sampel (feses ayam segar)

Dimasukkan feses kedalam tabung reaksi berisi NaCl fisiologis Dihomogenkan

Diambil 1 tetes feses yang sudah dihomogenkan dengan NaCl fisiologis Dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi media EMB

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(63)

50

Lampiran 2 : Isolasi Bakteri E-coli Tahap 2 (Pembuatan Media EMB Gores)

Ditimbang EMB 3,6 gr Ditambahkan Aquades 100 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Diautoklaf erlenmeyer berisi media selama 15 menit dengan suhu 1210 C Dituang media kedalam cawan petri

Diambil bakteri yang sudah tumbuh dari media EMB yang sudah diinkubasi menggunakan jarum ose steril

Digoreskan kedalam media EMB baru dengan pola segiempat menggunakan jarum ose steril

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(64)

51

Lampiran 3 : Isolasi Bakteri E-coli Tahap 3 (Pembuatan Media NAMiring)

Ditimbang NA 2 gr Ditambahkan Aquades 100 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Diautoklaf erlenmeyer berisi media selama 15 menit dengan suhu 1210 C Dituang media kedalam tabung reaksi

Didiamkan dengan pososi miring hingga membentuk agar

Diambil bakteri yang sudah tumbuh dari media EMB gores yang sudah diinkubasi menggunakan jarum ose steril

Digoreskan kedalam media NA miring dengan pola zig-zag menggunakan jarum ose steril

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(65)

52

Lampiran 4 : Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS agar)

Ditimbang MRS agar 34,1 gr Ditambahkan Aquades 500 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Diautoklaf erlenmeyer berisi media dan tabung reaksi berisi NaCl fisiologis selama 15 menit dengan suhu 1210 C

Dituang media kedalam cawan petri

Disiapkan sampel (isi perut ayam dari proventrikulus-duodenum)

Dimasukkan sampel kedalam tabung reaksi berisi NaCl fisiologis Dihomogenkan

Diambil 1 tetes sampel yang sudah dihomogenkan dengan NaCl fisiologis Dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi media MRS agar

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(66)

53

Lampiran 5 : Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS agar Gores)

Ditimbang MRS agar 34,1 gr Ditambahkan Aquades 500 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Diautoklaf erlenmeyer berisi media selama 15 menit dengan suhu 1210 C Dituang media kedalam cawan petri

Diambil bakteri yang sudah tumbuh dari media MRS agar yang sudah diinkubasi menggunakan jarum ose steril

Digoreskan kedalam media MRS agar baru dengan pola segiempat menggunakan jarum ose steril

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(67)

54

Lampiran 6 : Isolasi Bakteri Asam Laktat (Pembuatan Media MRS agar Miring)

Ditimbang MRS agar 20,46 gr Ditambahkan Aquades 300 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Diautoklaf erlenmeyer berisi media selama 15 menit dengan suhu 1210 C Dituang media kedalam tabung reaksi

Didiamkan dengan pososi miring hingga membentuk agar

Diambil bakteri yang sudah tumbuh dari media MRS agar miring yang sudah diinkubasi menggunakan jarum ose steril

Digoreskan kedalam media MRS agar miring dengan pola zig-zag menggunakan jarum ose steril

Diinkubasi selama 24-48 jam Diamati


(68)

55

Lampiran 7 : Data dan Anova Bobot Potong

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5

POA 1621.78 1687.55 1675.08 1796.4 1698.32 1695.83b

POB 1601.9 1598.37 1702.32 1587.28 1673.21 1632.62b

P1 1798.97 1732.29 1742.9 1793.4 1835 1780.51a

P2 1892.32 1811.32 1820.08 1833.9 1858.94 1843.31a

Total 6952.27

Rataan 1738.07

Dependent Variable: POTONG

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 128911.5177 42970.5059 17.95 <.0001 Error 16 38294.7652 2393.4228

Corrected Total 19 167206.2829

R-Square Coeff Var Root MSE POTONG Mean 0.770973 2.814773 48.92262 1738.067 Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 2393.423 Critical Value of t 2.11991 Least Significant Difference 65.593

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 1843.31 5 D

A

A 1780.51 5 C B 1695.83 5 A B


(69)

56

Lampiran 8 : Data dan Anova Bobot Karkas

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5

POA 1371.68 1437.23 1424.97 1546.28 1447.89 1445.61b

POB 1351.4 1347.7 1451.89 1337.07 1423.12 1382.24b

P1 1573.43 1507.16 1517.39 1568.28 1609.97 1555.25a

P2 1667.23 1586.12 1594.99 1608.58 1633.06 1618.00a

Total 6001.09

Rataan 1500.27

Dependent Variable: KARKAS

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 169007.5620 56335.8540 23.51 <.0001 Error 16 38333.7958 2395.8622

Corrected Total 19 207341.3577

R-Square Coeff Var Root MSE KARKAS Mean 0.815117 3.262578 48.94755 1500.272 Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 2395.862 Critical Value of t 2.11991 Least Significant Difference 65.626

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 1618.00 5 D

A

A 1555.25 5 C B 1445.61 5 A B

B 1382.24 5 B

Lampiran 9 : Data dan Anova Persentase Karkas

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5

POA 84.57 85.16 85.06 86.07 85.25 85.22b

POB 84.36 84.31 85.28 84.23 85.05 84.65c

P1 87.46 87.00 87.06 87.44 87.73 87.34a

P2 88.10 87.56 87.63 87.71 87.84 87.77a

Total 344.99

Rataan 86.24

Dependent Variable: PKARKAS

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 35.55876477 11.85292159 71.21 <.0001 Error 16 2.66312082 0.16644505


(70)

57

R-Square Coeff Var Root MSE PKARKAS Mean 0.930325 0.473021 0.407977 86.24915 Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 0.166445 Critical Value of t 2.11991 Least Significant Difference 0.547

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 87.7735 5 D

A

A 87.3424 5 C B 85.2290 5 A C 84.6516 5 B


(1)

60 Lampiran 12 : Data dan Anova Gizard

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 15.16 16.82 21.84 15.19 15.36 84.37 16.874

POB 16.66 24.96 21.03 19.40 13.02 95.07 19.014

P1 16.45 22.39 14.34 19.40 20.05 92.63 18.526

P2 15.48 18.05 12.30 19.63 16.99 82.45 16.490

Total 354.52 70.904

Rataan 88.63 17.726

Anova Bobot Potong Gizard

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

22.695780

0 7.5652600 0.66tn 3,15 4,34

Galat 16

184.57300 00

11.535812 5

Total 19

207.26878

00


(2)

61 Lampiran 13 : Data dan Anova Duodenum

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 8.20 8.23 8.53 7.57 7.83 40.36 8.072

POB 9.73 7.19 6.05 6.86 7.35 37.18 7.436

P1 6.67 7.15 7.11 7.86 5.28 34.07 6.814

P2 5.17 9.55 5.43 7.96 5.11 33.22 6.644

Total 144.83 28.966

Rataan 36.2075 7.2415

Anova Bobot Potong Duodenum

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

6.3366150 0

2.1122050

0 1.21tn 3,15 4,34

Galat 16

27.959080 00

1.7474425 0

Total 19

34.295695

00


(3)

62 Lampiran 14 : Data dan Anova Yeyenum

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 11.59 11.26 7.70 6.74 7.71 45.00 9.00

POB 10.49 8.13 6.11 7.43 6.04 38.20 7.64

P1 5.95 6.52 7.29 9.76 6.32 35.84 7.17

P2 6.02 8.12 8.08 7.80 6.46 36.47 7.29

Total 155.51 31.10

Rataan 38.88 7.78

Anova Bobot Potong Yeyenum

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

10.583680 00

3.5278933

3 1.21tn 3,15 4,34

Galat 16

46.815600 00

2.9259750 0

Total 19

57.399280

00


(4)

63 Lampiran 15 : Data dan Anova Ileum

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 8.51 11.61 10.63 7.52 9.72 47.98 9.60

POB 12.55 10.07 6.23 8.57 9.62 47.04 9.41

P1 8.50 8.95 10.56 10.87 9.05 47.93 9.59

P2 7.24 10.54 10.05 10.20 6.67 44.71 8.94

Total 187.65 37.52

Rataan 46.91 9.38

Anova Bobot Potong Ileum

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

1.4215400 0

0.4738466

7 0.15tn 3,15 4,34

Galat 16

49.678280 00

3.1048925 0

Total 19

51.099820

00


(5)

64 Lampiran 16 : Data dan Anova Caecum

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 3.82 4.44 6.21 3.23 2.71 20.41 4.08

POB 5.74 5.19 3.41 3.84 5.20 23.39 4.68

P1 3.78 3.00 4.48 3.35 4.58 19.18 3.84

P2 4.33 4.47 4.29 4.04 4.46 21.59 4.32

Total 84.57 16.91

Rataan 21.14 4.23

Anova Bobot Potong Caecum

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

1.9110950 0

0.6370316

7 0.76tn 3,15 4,34

Galat 16

13.333960 00

0.8333725 0

Total 19

15.245055

00


(6)

65 Lampiran 17 : Data dan Anova Colon

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

POA 1.54 1.42 1.13 0.67 1.53 6.30 1.26

POB 1.31 0.88 0.82 0.95 1.26 5.21 1.04

P1 0.89 1.04 1.03 1.00 1.36 5.33 1.07

P2 1.22 1.55 1.32 0.76 1.02 5.87 1.17

Total 22.70 4.54

Rataan 5.67 1.13

Anova Bobot Potong Colon

SK D

B Jk Kt F Hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3

0.1498600 0

0.0499533

3 0.65tn 3,15 4,34

Galat 16

1.2288400 0

0.0768025 0

Total 19

1.3787000

0