BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Transesterifikasi  umumnya menggunakan alkohol rantai pendek dengan katalis kimia asam atau basa atau biokatalis enzimatik. Penggunaan katalis
kimia dalam proses produksi biodiesel memiliki beberapa kelemahan, yaitu 1 memerlukan kemurnian bahan baku yang tinggi kadar asam lemak bebas kurang
dari 2, 2 dapat menimbulkan limbah cair dan biaya pemurnian produk yang tinggi dan 3 penggunaan katalis kimia dapat mengakibatkan sulitnya dilakukan
proses pemisahan katalis setelah proses [1]. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan sintesis biodiesel menggunakan enzim
lipase sebagai biokatalis. Lipase  sebagai  biokatalis  mampu  mengarahkan  reaksi secara  spesifik  ke  arah  produk yang diinginkan  tanpa  terjadinya  reaksi  samping
yang merugikan.  Lipase merupakan  enzim yang memiliki  peran yang penting dalam  bioteknologi modern.  Banyak  industri yang telah  mengaplikasikan
penggunaan  enzim  sebagai  biokatalis. Lipase terkenal  memiliki  aktivitas yang tinggi dalam reaksi hidrolisis dan dalam kimia sintesis [2].
Penggunaan  enzim  sebagai  biokatalis  telah  memegang  peranan yang sangat penting  pada  industri  kimia  dan  farmasi.  Salah satu  biokatalis yang potensial
digunakan  pada  berbagai  industri  detergen, pangan, tekstil, pulp, kertas  dan farmasi  adalah lipase.  Beberapa  tahun  terakhir  ini, lipase banyak  digunakan
sebagai biokatalis untuk reaksi hidrolisis atau sintesis minyak dan lemak. Alasan utamanya  adalah proses yang digunakan  lebih  efisien  dengan  selektivitas yang
tinggi, kualitas yang dihasilkan lebih baik, serta ramah terhadap lingkungan [3]. Dewasa ini percobaan menggunakan enzim dengan proses transesterifikasi
telah banyak dilakukan oleh beberapa orang, berikut hasil penelitian dari berbagai
enzim, substrat dan yield dengan proses transesterifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 State of The Art Synthesis Biodiesel Lipase
Minyak Akseptor
Asil Waktu
jam Temperatur
o
C Yield
Referensi Candida
antartica Minyak
bunga matahari
Metanol 12
50 97
[4] Pseudomonas
fluoresces Minyak
Bunga matahari
Metanol 24
40 95
[5] Pseudomonas
cepacia Minyak
jarak Etanol
8 50
98 [6]
Pseudomonas cepacia
Minyak mahua
Etanol 6
40 96
[7] Pseudomonas
fluoresces Minyak
kedelai Metanol
90 35
90 [8]
Dari beberapa bahan baku, di  Indonesia yang punya  prospek  untuk  diolah  menjadi biodiesel adalah  kelapa  sawit  dan  jarak  pagar, tetapi  prospek  kelapa  sawit  lebih  besar
untuk  pengolahan  secara  besar-besaran.  Sebagai  tanaman  industri  kelapa  sawit  telah tersebar  hampir di seluruh  wilayah Indonesia, teknologi  pengolahannya  sudah  mapan.
Dibandingkan dengan tanaman yang lain seperti kedelai, bunga matahari, tebu, jarak pagar dan lain lain yang masih mempunyai kelemahan antara lain sumbernya sangat terbatas dan
masih diimpor [9]. Atas dasar pemikiran  yang telah dipaparkan  tersebut, maka penulis  ingin
memanfaatkan minyak dari Crude Palm Oil CPO yang telah didegumming sebagai bahan baku sintesis biodiesel dengan lipozyme sebagai biokatalis melalui reaksi transesterifikasi
dengan tujuan mendapatkan informasi tentang pengaruh temperatur dan banyaknya jumlah biokatalis terhadap sintesis biodiesel dari Degummed Palm Oil DPO sehingga dapat
digunakan pada skala industri nantinya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH