rendah. Suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas adalah aerated mud drilling dimana sejumlah besar udara lebih dari 95 ditekan pada sirkulasi lumpur untuk memperendah tekanan
hidrostatik untuk loss circulation zone, mempercepat pemboran dan mengurangi biaya pemboran
3. Komposisi Lumpur Pengeboran
Secara umum lumpur pengeboran terdiri dari tiga komponen atau fasa pembentuk sebagai berikut :
a.  Fasa cair air atau minyak Fasa cair lumpur pengeboran pada umumnya dapat berupa air, minyak, atau campuran air
dan  minyak.  Air  dapat  dikelompokkan  menjadi  dua,  yaitu  air  tawar  dan  air  asin.  Air  asin  juga dapat  dikelompokkan  menjadi  dua,  yaitu  air  asin  tidak  jenuh  dan  air  asin  jenuh.  Sekitar  75
lumpur  pengeboran  menggunakan  air,  karena  mudah  didapat,  murah,  mudah  dikontrol  jika terdapat  padatan-padatan  solid  content  dan  merupakan  fluida  yang  paling  baik  sebagai  media
penilaian  formasi.  Istilah  oil-base  muds  digunakan  jika  kandungan  minyaknya  lebih  besar  dari 95. Sedangkan  emulsion muds mempunyai komposisi  minyak 50  -70 sebagai fasa kontinyu
dan air 30 - 50 sebagai fasa diskontinyu. b.  Fasa padat  reactive solids dan inert solids
Merupakan  padatan  yang  bereaksi  dengan  sekelilingnya  membentuk  koloid  clay.  Clay air  tawar  merupakan  bentonite  mengahisap  absorp  air  tawar  membentuk  bentonite.  Yield
merupakan  jumlah bbl lumpur yang dihasilkan dari 1 ton clay agar viskositas lumpur 15 cp. Yield bentonite = 100 bblton, bentonite bentonite  mengadsorp air tawar, sehingga  volumenya  menjadi
10  kali  atau  lebih,  disebut  dengan  hidrasi    swelling.  Dapat  berupa  barite  BaSO
4
,  untuk menaikkan densitas lumpur. Dapat juga berasal dari formasi yang dibor dan ikut terbawa
Fasa  padat  dibagi  dalam  dua  kelompok,  yaitu  padatan  dengan  berat  jenis  rendah  dan padatan  dengan  berat  jenis  tinggi.  Padatan  berat  jenis  rendah  dibagi  menjadi  dua,  yaitu  Non-
reactive solid inert solid dan Reactive solid. Reactive  solid  adalah  clay,  merupakan  padatan  yang  dapat  bereaksi  dengan  air,
membentuk koloid. Clay dapat didefinisikan sebagai berikut : -
 Padatan dengan diameter kurang dari 2 - Partikel yang bermuatan listrik dan mampu menyerap air
- Material yang dapat mengembang swelling jika menyerap air Clay atau low-gravity reactive solid ditambahkan ke dalam air agar diperoleh sifat-sifat
fisik  seperti  viskositas  dan  yield  point  yang  diperlukan  untuk  mengangkat  serbuk  bor  atau  untuk menjaga agar serbuk bor tidak mengendap pada saat tidak ada sirkulasi. Mekanisme pembentukan
viskositas  dan  yield  point  yang  tinggi  pengembangannya  sangat  komplek  dan  belum  seluruhnya dapat difahami. Hal ini dihubungkan dengan struktur internal partikel-partikel clay dan gaya-gaya
elektrostatik yang mempertahankannya jika clay terdispersi dalam air. Pada  dasarnya  ada  dua  jenis  clay  yang  digunakan  dalam  pembuatan  water-base  mud,
yaitu : a  Bentonitic  clay  gel  ;  adalah  merupakan  anggota  dari  kelompok  clay  montmorillonite
smectite,  dan  hanya  dapat  digunakan  dengan  air  tawar,  karena  baik  viskositas  maupun yield  point  tidak  dapat  terbentuk  pada  air  asin.  Bentonit  yang  ada  di  pasaran  bukan
merupakan  sodium  montmorillonite  murni,  tetapi  mempunyai  kandungan  sodium montmorillonite  sekitar  60  -70.  Sodium  montmorillonte  adalah  merupakan  material
yang  berbentuk  plat-plat  seperti  lembaran-lembaran  buku.  Plat-plat  tersebut  .  Bentonit
menyerap  sangat tipis dengan ukuran partikel kurang dari 0.1  air tawar pada permukaan partikel-partikelnya,  sehingga  dapat  menaikkan  volumenya  sampai  10  kali  atau  lebih,
yang  disebut  “swelling”  atau  “hidrasi”.  Besarnya  swelling  yang  terjadi  dapat  dilihat dengan  meningkatnya  kekentalan  atau  viskositas  lumpur,  yang  tergantung  dari  luas
permukaan dan total jumlah air yang diserap oleh clay. b   Attapulgite salt gel ; adalah  merupakan anggota dari  kelompok  clay palygorskite, dan
hanya  dapat  mengasilkan  viskositas  dan  yield  point  yang  tinggi  baik  pada  air  tawar maupun  air  asin.  Salt  water  clay  attapulgite,  akan  terjadi  swelling  jika  dimasukkan
dalam air asin. Kelima sistem tersebut diatas mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bahwa kerja sistem-sistem tersebut berlangsung pada
waktu yang bersamaan. Operasi  pengeboran  adalah  merupakan  suatu  kegiatan  yang  terpadu  dengan  kegiatan-
kegiatan  lainnya  dalam  industri  perminyakan.  Pada  masa  sekarang,  operasi  pengeboran  dapat dilaksanakan  baik  di  darat  on-shore  maupun  di  lepas  pantai  off-shore.  Peralatan  yang
digunakan untuk operasi pada kedua tempat tersebut pada prinsipnya sama, perbedaannya adalah tempat untuk menempatkan menara rig serta perlengkapannya.
c. Additive
Aditif  merupakan  bahan  yang  ditambahkan  sehingga  mud  memiliki  kemampuan  untuk mengatasi  masalah  yang  terjadi  pada  saat  pemboran  berlangsung.  Additive  berfungsi  Sebagai
thinner    penurun  viskositas  quabracho,  fosfat,  sodium  tannate,  lignosulfonates,  lignit,  surfactant surface active agents. Sebagai viscosifier  peningkat viskositas CMC, starch, senyawa polimer.
Additive  lumpur  pemboran  adalah  material-material  yang  ditambahkan  untuk  merawat lumpur agar sesuai sifat-sifatnya dengan yang dibutuhkan.
  Material Pemberat Lumpur, Material yang ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur atau  disebut  juga  dengan  weight  material.  Seperti  :  Barite  atau  Barium  Sulfate,  Calcium
Carbonate untuk oil base mud dan Galena.   Material  Pengental  Lumpur,  Zat  kimia  pengental  lumpur  merupakan  bahan  untuk
menaikkan viskositas dari lumpur bor. Material ini termasuk viscosifier. Seperti : Wyoming bentonite,  High  Yielding  Clay,  Attapulgite  clay  untuk  salt  water  mud  dan  Extra  high  yield
bentonite.   Material Pengencer Lumpur, Zat kimia pengencer lumpur ini makdusnya adalah zat kimia
yang digunakan untuk menurunkan viskositas lumpur bor atau disebut juga Thinner. Seperti : Chrome lignosulfonate, Alkaline lignite, Sodium Acid Pyrophospate, dll.
  Filtration  Loss  Control  Agent,  Filtration  Loss  Control  Agent  maksudnya  adalah  bahan- bahan  untuk  mengurangi  filtration  loss  dan  menipiskan  mud  cake.  Seperti  :  Pregelatinized
Starch, Sodium Carboxymethylcellulose, dll.   Loss Circulation Material LCM, Bahan ini untuk menyumbat bagian yang menimbulkan
lost  circulation.  Jadi  bahan  untuk  menghentikan  lost  circulation.  Seperti  :  Blended  Fiber, Graded Mica, Ground walnut hulls.
Tabel 4. Contoh dan Spesifikasi Loss Circulation Material
Bahan Tipe
Deskripsi
Kulit kacang Butiran
50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes Plastik
Butiran 50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes
Batu kapur Butiran
50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes Belerang
Butiran 50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes
Kulit kacang Butiran
50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes Percite
Butiran 50 - 316 + 10 Mesh; 50 - 10+ 100 Mes
Cellophane Lembaran
¾” Serpihan Serbuk gergaji
Serat ¼” Partikel
Rumput ilalang Serat
½” Partikel Jerami
Serat 38” Partikel
Kulit biji kapas Butiran
Halus Ilalang rawa
Serat 38” Partikel
Kertas kaca Lembaran
½” Serpihan Hancuran kayu
Serat ¼” serat
Dalam  penelitian  ini,  serbuk  sawit  dihasilkan  sebagai  salah  satu  bahan  alternatif  dalam menyumbat  bagian  yang  menimbulkan  loss  circulation.  Serbuk  sawit  nantinya  akan  digunakan
sebagai  loss  circulation  material  di  zona-zona  yang  menghasilkan  loss  dengan  cara menginjeksikan  secara  bersamaan  dengan  lumpur.  Dalam  proses  pengeboran,  bila  terdapat  zona
porous dan lumpur pengeboran masuk ke dalam zona tersebut maka tidak ada lagi sirkulasi keatas, akibat  yang  ditimbulkan  yaitu  kolam  lumpur  berkurang  sehingga  timbul  blow  out.  Bila  kondisi
tersebut  terjadi  dan  lumpur  secara  terus  menerus  dimasukkan  akan  percuma,  oleh  karna  itu  zona porous harus disumbat dengan serbuk sawit yang nantinya akan dibuat.
F. Perencanaan Industri