The design of investment decision support system on palm oil biodiesel industry using dynamic system models

(1)

INVESTASI PADA INDUSTRI BIODISEL KELAPA SAWIT

MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIS

ANNA MARIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi

saya yang berjudul :

RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

INVESTASI PADA INDUSTRI BIODISEL KELAPA SAWIT

MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIS

Merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan

pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada

program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2005

Anna Mariana


(3)

ANNA MARIANA. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Investasi Pada Industri Biodisel Kelapa Sawit Menggunakan Model Sistem Dinamis. Dibimbing

oleh: IRAWADI JAMARAN sebagai ketua, M. SYAMSUL MA’ARIF, TUN

TEDJA IRAWADI, AMRIL AMAN, dan DARNOKO masing-masing sebagai anggota.

Pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak yang terus meningkat dengan produksi relatif tetap, telah menempatkan Indonesia saat ini sebagai salah satu negara pengimpor bahan bakar minyak. Kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 60 USD per barel telah memperbesar subsidi BBM menjadi lebih dari 100 triliun pada tahun 2005 berjalan. Untuk mengantisipasi kelangkaan BBM di masa mendatang perlu dikaji potensi sumber enerji lain terutama enerji yang dapat diperbaharui, antara lain yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengganti BBM solar adalah Biodisel Kelapa Sawit (BDS) yang bersifat ramah lingkungan .

Dalam rangka mendukung salah satu pengembangan investasi enerji terbarukan di Indonesia perlu disusun suatu rancang bangun sistem penunjang keputusan investasi pada industri biodisel kelapa sawit menggunakan model sistem dinamis. Secara garis besar model ini terdiri dari lima submodel yaitu : (1) sumberdaya, (2) teknis produksi, (3) analisis finansial, (4) pasar, (5) lingkungan. Rancang bangun sistem penunjang keputusan didesain dengan menggunakan metodologi analisis deskriptif dari data sekunder pada masing-masing sub model. Keterkaitan sub model diagregasikan dengan hubungan fungsi logika dan teori yang dibangun melalui kaidah sistem dinamis.

Hasil analisis dan validasi faktor-faktor yang berpengaruh pada investasi, menunjukkan ketersediaan bahan baku CPO, jika diolah menjadi biodisel kelapa sawit cukup untuk mensubstitusi 5-10% kebutuhan BBM solar di dalam negeri. Peluang pasar ekspor dan pendanaan investasi dapat dikaitkan dengan program “carbon trade” yang telah diratifikasi melalui Protokol Kyoto, karena sifat BDS yang ramah lingkungan. Ketersediaan teknologi proses cukup banyak dan dapat dirancang sesuai keinginan pengguna. Perhitungan nilai investasi pabrik BDS kapasitas produksi 100.000 ton/tahun memerlukan dana 17.82 juta USD dengan komponen biaya bahan baku CPO mencapai 79.23% dari biaya produksi, dengan asumsi harga CPO 360 USD/ton. Jika margin keuntungan 15% maka harga jual di tingkat konsumen Rp 5603/liter. Biaya produksi biodisel di luar negeri mencapai 600 USD/ton sedang dari hasil penelitian ini diperoleh biaya produksi sebesar 629.5 USD/ton. Hasil analisis penghitungan nilai beban lingkungan dari hujan asam, panas global dan efek fotokimia yang ditimbulkan oleh emisi gas buang yang menggunakan bahan bakar biodisel lebih rendah dibandingkan dengan emisi gas buang yang menggunakan bahan bakar solar.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi pada industri biodisel kelapa sawit oleh pengambil keputusan. Hasil validasi menunjukkan industri BDS saat ini layak untuk dikembangkan jika didukung dengan kebijakan pemerintah yang tepat antara lain kebijakan penggunaan enerji terbarukan, kemudahan perijinan, beban pajak dan bunga bank yang terjangkau , dan adanya insentif bagi industri.

Kata kunci : Biodisel, CPO, Sistem Penunjang Keputusan, Investasi, Model Sistem Dinamis


(4)

ABSTRACT

ANNA MARIANA. The Design Of Investment Decision Support System On Palm Oil Biodiesel Industry Using Dynamic System Models. Under the Guidance by IRAWADI JAMARAN as a chairman, M. SYAMSUL MA’ARIF, TUN TEDJA IRAWADI, AMRIL AMAN, and DARNOKO as members of advisory committee.

The gap between oil compsumption and production in the last few years has put indonesia into the oil net importer country. The increased of world oil’s price up to $60 US per barrel has increased the goverment subsidies more than 100 trillions rupiah in 2005. In order to anticipate the scarcity of oil in the future, the government has to search other energy resources especially renewable energy such as palm biodiesel that can be used as an alternative fuel of petroleum diesel and also known as ecolabelling product.

In the frame work to support the development of palm biodiesel investment in Indonesia, this research is aimed to formulate the decision support system (dss) for

palm biodiesel investment using dynamic models. The system consist of 5 submodels ie : The assesment of (1) Raw material resources, (2) production

technology, (3) financial planning, (4) marketing, (5) environmental impact assesment. The correlation and interaction between submodel are based on logical function and theoritical framework by using system dynamic approach.

The result of model validation shows that the availability of CPO as a raw material for oil palm biodiesel is still adequate to subtitute 5 – 10% of domestic petroleum diesel’s demand. The potential export market and foreign investment can be related to the Protocol Kyoto scheme due to the ecolabelling product. The various processing technologies are easily available and could be designed according to the owner’s or user’s need. The financial analysis shows the investment cost to produce biodiesel with the capacity 100.000/ton per year is $ 17,82 million US. The raw material cost reach about 79.93%, of the cost structure, with the the asumption of CPO price $360 US/ton. Under the assumption of profit margin 15 %, the selling price of palm biodiesel about Rp.5603/litres, meanwhile the product cost is $ 629.5 US/ton. The validation of environmental sub model which assess the environmental burden value of acidity, global warming and photochemical ozone (smog) creation impact caused by the emission of biodiesel is smaller compare to the emission of petroleum diesel.

The result of this reseach concluded that the decision support system model can be utilize by decision maker in assessing the invesment on biodiesel industry. However, the decession should also be followed by the appropriate government regulations and policies i.e, in the use of renewable energy, tax, interest rate, insentive for industry .

Key words : biodiesel,crude palm oil, decision support system, investment, Dynamic System Models


(5)

© Hak cipta milik Anna Mariana, tahun 2005

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(6)

RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

INVESTASI PADA INDUSTRI BIODISEL KELAPA SAWIT

MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIS

ANNA MARIANA

DISERTASI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005


(7)

Biodisel Kelapa Sawit Menggunakan Model Sistem Dinamis

Nama : Anna Mariana

NRP : 995148

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Ketua

Prof. Dr. Ir. Syamsul Ma’arif, M.Eng. Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS

Anggota Anggota

Dr. Ir. Amril Aman, MSc. Dr. Ir. Darnoko, MSc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Irawadi Jamaran Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya, disertasi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Investasi Pada Industri Biodisel Kelapa Sawit Menggunakan Model Sistem Dinamis”dapat diselesaikan dengan baik. Dari lubuk hati yang dalam dan tulus, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr.Ir Irawadi Jamaran sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberi dukungan perhatian dan bimbingan dengan penuh dedikasi selama penulis menempuh studi sampai dengan penyelesaian disertasi ini;

2. Ibu Prof.Dr.Ir.Tun Tedja Irawadi MS yang telah memberi inspirasi dalam pemilihan judul disertasi, membimbing, dan memberi dukungan dengan penuh kearifan dan bijaksana setiap saat diperlukan;

3. Bapak Prof Dr.Ir.Syamsul Maarif`M.Eng yang telah membimbing dan

memberi dorongan semangat untuk menyelesaikan penulisan disertasi ini serta selalu meluangkan waktunya untuk konsultasi walaupun ditengah kesibukannya;

4. Bpk Dr.Ir.Amril Aman MSc, yang telah mengajarkan kepada penulis filosofi ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan membimbing serta mengarahkan penyusunan disertasi dengan penuh kesabaran dan pengertian;

5. Bpk Dr.Ir.Darnoko MSc, yang telah membimbing dan memberi referensi yang bermanfaat bagi penulisan disertasi ini dan selalu berusaha hadir pada sidang komisi dan sidang lainnya walau jauh dari Medan ke Bogor;

6. Bpk Dr.Ir.Anas Miftah Fauzi M.Eng yang telah bersedia menjadi penguji luar pada sidang tertutup serta banyak memberikan inspirasi kepada penulis dalam melakukan pengkajian terhadap aspek teknoekonomi;

7. Dr.Ir.Tirto Prakoso M.Eng, staf pengajar pada jurusan Teknik Kimia ITB yang telah bersedia menjadi penguji luar dan memberi referensi yang bermanfaat dalam penulisan disertasi;

8. Ir. Achmad Manggabarani MM (Sekdit Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian) yang telah mengijinkan penulis untuk meyelesaikan studi ini; 9. Ayahanda alm Yacob Ali dan Ibunda almh Fatimah Ibrahim tercinta, yang

telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan teladan yang sangat berharga bagi kehidupan penulis;

10.Suami tercinta dr M.Jusuf Syammaun SpOG dan anak-anakku tercinta

M.Rikky Jusuf, M.Irsan Jusuf,dan M.Adriansyah Jusuf yang selalu memberi semangat dan pengertiannya;

11.Adinda dra.Rosmery MA. dan Ir.Sabri Basyah, dra Erlindawati dan suami serta Ir.Mirza Pahlevi MSc beserta istri ,abang dan adik penulis semua yang telah banyak memberi dukungan dalam menyelesaikan disertasi ini;

12.Sahabat / Rekan peserta program S-3 TIP,IPB, Ir. A. Basith MSc,

Dr.Ir.Hermawan, Ir Tyas MM danYulia Nurendah SE. MM, yang selalu memberi dorongan untuk menyelesaikan disertasi ini;

13.Rekan-rekan di Deptan terutama Ir.Sri Dewi Yudawi MM yang selalu penuh pengertian dan memberi dukungan untuk menyelesaikan disertasi ini;

Semoga semua kebaikan tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah swt.

Bogor. September 2005 A N N A M A R I A N A


(9)

PRAKATA

Sejalan dengan perkembangan kemajuan zaman dan teknologi pada berbagai

bidang di dunia, kebutuhan enerji telah menjadi universal bagi manusia. Enerji juga

telah mengubah tatanan ekonomi suatu negara maupun tatanan ekonomi dunia.

Setiap negara perlu mengelola sumber enerjinya dengan benar dan bijaksana agar

tidak mengalami kemunduran ekonomi.

Penelitian Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Investasi Pada

Industri Biodisel Kelapa Sawit Menggunakan Model Sistem Dinamis merupakan

salah satu alat bantu untuk menilai kelayakan investasi pada industri biodisel kelapa

sawit (BDS). BDS merupakan enerji alternatif dan bersifat ramah lingkungan serta

dapat diperbaharui (

renewable

), digunakan sebagai pengganti solar. Keluaran

penelitian ini berupa program perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk

menilai keputusan investasi dalam waktu yang relatif cepat (

Decision Support

System

)

Penelitian ini tersusun berkat bimbingan komisi pembimbing yang sangat

kompeten pada berbagi bidang/disiplin ilmu pengetahuan yaitu Dr. Ir. Irawadi

Jamaran (ketua komisi), Prof. Dr. Ir. Syamsul Ma’arif, M.Eng, Prof. Dr. Ir. Tun Tedja

Irawadi, MSc, Dr. Ir. Amril Aman, MSc, Dr. Ir. Darnoko, MSc masing-masing

sebagai anggota komisi pembimbing.

Penulis menyadari penelitian ini masih mempunyai banyak kekurangan dan

kelemahan namun bagi yang berminat memperdalam bidang ini, penulis dengan

senang hati mempersembahkan hasil karya ini. Semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat.

Bogor, September 2005


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 1 Maret 1957 dari ayah

Alm. Yacob Ali dan ibu Alm Fatimah Ibrahim, sebagai anak ke tiga dari tujuh

bersaudara. Menikah dengan DR H.M Jusuf Syammaun, SpOG. Penulis dikaruniai

tiga orang putra yaitu M. Rikky Jusuf, M. Irsan Jusuf dan M. Adriansyah Jusuf.

Pada tahun 1980 Penulis meraih gelar Sarjana dari Fakultas Pertanian, Jurusan

Proteksi Tanaman IPB. Pada tahun 1999 memperoleh gelar Magister Manajemen

Agribisnis IPB dengan bea siswa dari Asian Development Bank .

Sejak bulan April 1980 sampai 2000 penulis bekerja sebagai karyawati pada

Direktorat Jenderal Perkebunan. Sejak di Direktorat Jenderal Perkebunan penulis

telah ditempatkan sebagai karyawati di berbagai Direktorat yaitu Direktorat Bina

Produksi, Direktorat Perlindungan Tanaman, Direktorat Perluasan dan Rehabilitasi

Tanaman Perkebunan, dan Direktorat Kelembagaan. Penulis juga dipercaya untuk

mengelola proyek bantuan luar negeri yaitu proyek bantuan ADB National Estate

Crop Protection Project (± 7 tahun) dan proyek Suistainable Agriculture

Development Project in Irian Jaya (± 6 tahun). Penulis telah mengikuti berbagai

macam training, seminar nasional dan internasional pada bidang agribisnis dan

agroindustri. Dari tahun 2001 sampai sekarang bekerja pada Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Penulis

ditempatkan pada Sub Direktorat Pemasaran Internasional Tanaman Perkebunan

sampai tahun 2003. sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang penulis memperoleh

ijin untuk menyelesaikan desertasi pada program TIP IPB.


(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ...

iii

DAFTAR GAMBAR ...

v

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Tujuan Penelitian ...

4

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ...

4

1.4. Manfaat Penelitian ...

5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

6

2.1. Sistem Penunjang Keputusan (SPK) ...

6

2.2. Model Sistem Dinamis ...

9

2.3. Model Dinamik ...

10

2.4. Model Logistik ...

11

2.5. Analisis Finansial ...

13

2.6. Pengertian Dan Spesifikasi Biodisel ...

18

2.7. Sifat Fisiko-Kimia Biodisel ...

20

2.8. Standar/Spesifikasi Biodisel ...

21

2.9. Teknologi Pengolahan Biodisel ...

23

2.10. Investasi Biodisel ...

25

2.11. Perkembangan Penelitian Biodisel ...

26

2.12. Perkembangan Industri Biodisel ...

27

III. METODOLOGI PENELITIAN ...

30

3.1. Kerangka Pemikiran ...

30

3.1.1. Pendekatan Sistem ...

31

3.1.2. Identifikasi Sistem ...

31

3.1.3. Batasan Sistem ...

32

3.2. Permodelan Sistem ...

33

3.2.1. Tahap Seleksi Konsep ……….………. 34

3.2.1. Tahap Rekayasa Model ……… 34

3.2.3. Tahap Implementasi Komputer ……… 34

3.2.4. Tahap Validasi ………. 34

3.2.5. Tahap Analisis Sensitifitas ……….. 34

3.2.6. Tahap Analisis Stabilitas ………. 35

3.2.7. Aplikasi Model ……… 35


(12)

ii

3.3. Permodelan Subsistem ………. 37

3.3.1. Submodel Sumberdaya ...

37

3.3.2. Submodel Teknis Produksi ...

51

3.3.3. Submodel Pasar ...

51

3.3.4. Submodel Analisis Finansial ...

58

3.3.5. Submodel Lingkungan ... 99

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

102

4.1. Rekayasa Model SPK ...

102

4.2. Simulasi dan Validasi Model Sistem Dinamis Investasi Industri

Biodisel Kelapa Sawit ...

105

4.2.1. Simulasi Model Sistem Dinamis ……….. 105

4.2.1.1. Simulasi Submodel Sumberdaya...

105

4.2.1.2. Simulasi Submodel Teknis Produksi ...

107

4.2.1.3. Simulasi Submodel Pasar ...

110

4.2.1.4. Simulasi Submodel Analisis Finansial ...

112

4.2.1.5. Simulasi Submodel Lingkungan ...

113

4.2.2. Validasi Model Sitem ...

115

4.2.2.1. Submodel Sumberdaya ...

116

4.2.2.2. Submodel Teknis Produksi ...

122

4.2.2.3. Submodel Pasar ...

130

4.2.2.4. Submodel Analisis Finansial ...

137

4.2.2.5. Submodel Lingkungan ...

149

V. ANALISIS KEBIJAKAN ...

153

5.1. Submodel Sumberdaya ...

153

5.2. Submodel Teknis Produksi ...

153

5.3. Submodel Pasar ...

154

5.4. Submodel Analisis Finansial ...

155

5.5. Submodel Lingkungan ...

156

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...

157

6.1. Kesimpulan ...

157

6.2. Saran ...

159

DAFTAR PUSTAKA ...

160

LAMPIRAN ...

167

COMPACT DISC

DATA DAN PROGRAM APLIKASI


(13)

iii

Halaman

Tabel 1.

Perbandingan sifat biodisel dan solar ...

19

Tabel 2.

Perbandingan spesifikasi biodisel Malaysia dan Indonesia ...

22

Tabel 3.

Metoda analisis yang digunakan pada tiap sub model ...

34

Tabel 4.

Hasil analisis model dinamik untuk perkebunan rakyat ...

117

Tabel 5.

Hasil analisis model dinamik untuk perkebunan besar negara

(data mulai tahun ke-5) ...

118

Tabel 6.

Hasil analisis model dinamik untuk perkebunan besar swasta ...

120

Tabel 7.

Ringkasan teknologi transformasi kimia pada pembuatan metil

ester CPO ...

129

Tabel 8.

Proyeksi proporsi ekspor dengan impor minyak bumi Indonesia .

132

Tabel 9.

Proyeksi proporsi produksi dengan pemakaian BBM solar

Indonesia ………..……….. 135-136

Tabel

10. Proyeksi kebutuhan biaya investasi pembangunan pabrik

pengolahan biodisel kapasitas 100.000 ton per tahun (dalam

Dolar AS) ... 138-140

Tabel 11.

Rata-rata biaya pokok produksi pengolahan biodisel ...

142

Tabel 12. Volume produksi dan nilai penjualan pabrik pengolahan

biodisel ...

144

Tabel 13.

Proyeksi laba setelah pajak pabrik pengolahan biodisel (dalam

Dolar AS) ...

145

Tabel 14.

Hasil perhitungan IRR, NPV,

Pay Back Period

dan saldo kas

bersih pabrik biodisel kapasitas 100.000 ton per tahun ...

147

Tabel 15.

Analisis sensitivitas pabrik biodisel kapasitas 100.000 ton per

tahun pada berbagai harga CPO ...

148


(14)

iv

Halaman

Tabel 16.

Analisis sensitivitas pabrik biodisel kapasitas 100.000 ton per

tahun pada berbagai harga jual biodisel ...

148

Tabel 17. Data emisi sisa pembakaran kendaraan yang menggunakan

disel dan campuran disel dan biodisel ...

150

tabel 18.

Analisa beban lingkungan dari emisi sisa pembakaran bahan


(15)

Halaman

Gambar 1.

Kurva logistik ...

12

Gambar 2.

Persamaan reaksi kimia pembentukan biodisel dari CPO

dan Metanol ...

24

Gambar 3.

Diagram input output SPK investasi industri biodisel ...

31

Gambar 4 .

Diagram alir sistem penunjang keputusan investasi ...

32

Gambar 5.

Diagram alir permodelan...

36

Gambar 6.

Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari

perkebunan kelapa sawit rakyat ... 38

Gambar 7.

Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari

perkebunan swasta ... 41

Gambar 8.

Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO dari

perkebunan negara ...

44

Gambar 9.

Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO

nasional ...

45

Gambar 10. Diagram alir deskriptif sub-submodel produksi CPO sebagai

bahan baku biodisel ...

46

Gambar 11. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi kebutuhan

CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng ... 49

Gambar 12. Diagram alir deskriptif sub-submodel kebutuhan CPO

sebagai bahan baku industri oleokimia ...

50

Gambar 13. Diagram alir deskriptif untuk menentukan kelayakan teknis

produksi biodisel ...

51

Gambar 14. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi ekspor dan

impor minyak bumi Indonesia ...

54


(16)

vi

Halaman

Gambar 15. Diagram alir deskriptif sub-submodel proyeksi produksi dan

pemakaian BBM solar ...

55

Gambar 16. Diagram alir deskriptif sub-submodel pasar biodisel...

57

Gambar 17. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya variabel pabrik

biodisel………. 63

Gambar 18. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya produksi

pabrik biodisel ... 65

Gambar 19. Diagram alir deskriptif untuk menentukan investasi

pembangunan pabrik biodisel ...

67

Gambar 20. Diagram alir deskriptif untuk menghitung biaya penyusutan ....

73

Gambar 21. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya

pemeliharaan peralatan/mesin pada pabrik biodisel ...

78

Gambar 22. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya asuransi

peralatan/mesin pada pabrik biodisel ...

83

Gambar 23. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya pemasaran

dan biaya administrasi pabrik biodisel ...

84

Gambar

24. Diagram alir deskriptif untuk menentukan biaya gaji

karyawan pabrik biodisel ...

85

Gambar 25.

Diagram alir deskriptif sub-submodel laba rugi...

88

Gambar 26.

Diagram alir deskriptif sub-submodel aliran dana ...

89

Gambar 27.

Diagram alir deskriptif sub-submodel neraca ...

91

Gambar 28.

Diagram alir deskriptif sub-submodel kelayakan ...

95

Gambar 29.

Diagram alir deskriptif sub-submodel analisis finansial ...

96

Gambar 30.

Diagram alir deskriptif submodel lingkungan... 101

Gambar 31. Hubungan antara sub model dari SPK investasi pada

Indonesia Biodisel Kelapa Sawit (

influence diagram

)... 103


(17)

vii

Gambar 32.

Alur hubungan variabel pada Sistem Penunjang Keputusan

Investasi ...

104

Gambar 33.

Tampilan awal program “I Think” SPK investasi Industri

biodisel di Indonesia ...

105

Gambar 34.

Hasil simulasi produksi CPO pada submodel sumberdaya ...

106

Gambar 35.

Hasil simulasi proyeksi perkembangan permintaan CPO

pada submodel sumberdaya ...

107

Gambar 36. Hasil simulasi produksi industri biodisel pada submodel

teknis produksi ...

108

Gambar 37. Kebutuhan bahan baku industri biodisel kapasitas 100.000

ton/th ...

109

Gambar 38. Kebutuhan bahan baku industri biodisel kapasitas 30.000

ton/th ...

109

Gambar 39. Kebutuhan enerji pada industri biodisel berkapasitas

100.000 ton/th ...

110

Gambar 40. Kebutuhan enerji pada industri biodisel berkapasitas 30.000

ton/th ...

110

Gambar 41. Proyeksi produksi dan konsumsi solar pada submodel pasar ....

111

Gambar 42. Proyeksi ekspor dan impor minyak bumi pada submodel

pasar ...

111

Gambar 43. Penghematan subsidi solar dengan adanya substitusi biodisel ..

112

Gambar 44. Hasil simulasi analisis NPV dan BCR industri biodisel pada

submodel analisis finansial ...

113

Gambar 45. Nilai indek EB (

Environmental

Burden

) asiditas submodel

lingkungan ...

114

Gambar 46. Nilai indek EB (

Environmental

Burden

)

global warming


(18)

viii

Halaman

Gambar 47

Nilai indek EB (

Environmental

Burden

)

smog fotokimia

submodel lingkungan ...

115

Gambar 48.

Validasi model proyeksi luas perkebunan kelapa sawit dari

perkebunan rakyat dengan menggunakan model dinamis ...

117

Gambar 49.

Validasi model proyeksi luas perkebunan kelapa sawit dari

perkebunan negara dengan menggunakan model dinamis ...

118

Gambar 50.

Validasi model proyeksi luas perkebunan kelapa sawit dari

perkebunan besar swasta dengan menggunakan model

dinamis ...

119

Gambar 51.

Proyeksi ketersediaan CPO sebagai bahan baku biodisel ...

122

Gambar 52. Diagram balok neraca bahan proses produksi biodisel dari

Crude Palm Oil

...

124

Gambar 53. Diagram balok neraca enerji proses produksi biodisel dari

Crude Palm Oil

...

125

Gambar 54.

Validasi model proyeksi ekspor minyak bumi Indonesia

dengan menggunakan model dinamis ...

131

Gambar 55.

Validasi model proyeksi impor minyak bumi Indonesia

dengan menggunakan model dinamis ...

131

Gambar 56.

Proyeksi ekspor dan impor minyak bumi Indonesia dengan

menggunakan model kecenderungan kuadratik ...

133

Gambar 57.

Validasi model proyeksi produksi BBM solar Indonesia

dengan menggunakan model dinamis ...

134

Gambar 58. Validasi model proyeksi konsumsi BBM solar Indonesia

dengan menggunakan model dinamis ...

134

Gambar 59. Proyeksi produksi dan pemakaian BBM solar Indonesia

tahun 2003-2032 ...

135

Gambar 60. Grafik proyeksi perkembangan biaya modal rata-rata ...

141

Gambar 61. Grafik proyeksi biaya pokok produksi dan harga biodisel...

143


(19)

ix

Gambar 62. Proyeksi penjualan, biaya usaha dan laba setelah pajak

pabrik biodisel dengan kapasitas 100.000 ton per tahun...

144

Gambar 63. Proyeksi aliran kas pabrik biodisel dengan kapasitas

100.000 ton per tahun ...

146

Gambar 64. Perbandingan Indeks EB (

Environmental Burden

) Emisi


(20)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perbandingan standar biodisel di beberapa negara ...

167

Lampiran 2. Produsen dan total produksi biodisel di Eropa tahun 2000 ...

169

Lampiran 3. Skenario pembangunan pabrik biodisel ...

171

Lampiran 4. Perhitungan rencana biaya produksi pabrik biodisel kapasitas

100.000 ton per tahun (US $) ...

174

Lampiran 5. Diagram alir unit proses persiapan umpan ...

178

Lampiran 6. Diagram alir unit proses transesterifikasi ...

179

Lampiran 7. Diagram alir unit proses separasi ...

180


(21)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi tatanan ekonomi global, regional, maupun ekonomi suatu negara. Penggunaan enerji yang berasal dari minyak mineral di dunia diperkirakan mencapai 140 miliar ton dalam 5 tahun terakhir. Kebutuhan enerji dimasa mendatang akan semakin meningkat, sedang faktor penyediaannya relatif tetap bahkan cenderung menurun dengan faktor harga berfluktuasi atau sulit diprediksi (Kurtubi 2005).

Menurut Departemen Enerji dan Sumberdaya Mineral (2002), kebutuhan enerji yang berasal dari minyak mineral nasional semakin meningkat yaitu 1,35 juta barel per hari (bph), sedang rata-rata produksi hanya sekitar 1,1 juta bph minyak mentah. Oleh karena itu, pemerintah harus mengimpor minyak mentah sejumlah 250.000 bph serta mengimpor BBM sejumlah 300.000 bph. Soerawidjaja dan Tahar (2003) memperkirakan konsumsi minyak solar dalam negeri akan semakin meningkat yaitu mencapai 30 miliar liter pada tahun 2006, dimana ketergantungan akan produk solar impor tidak dapat dihindari disebabkan pertambahan kapasitas pengilangan minyak tidak dapat mengimbangi volume pertumbuhan konsumsi yang besar.

Sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai sekarang, relatif belum ada investasi baru di bidang eksplorasi minyak mineral. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan semakin memberatkan beban anggaran pemerintah yang dikeluarkan untuk mensubsidi harga BBM nasional (Kurtubi 2005).

Subsidi BBM pada tahun 2004 mencapai 75 triliun rupiah, dan sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini mencapai $ 60 juga akan menyebabkan penambahan jumlah subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah mencapai lebih dari 100 triliun rupiah sampai dengan kwartal ketiga tahun 2005 (Kurtubi 2005).

Dalam rangka mengantisipasi kelangkaan enerji dimasa mendatang, perlu dikaji potensi sumber enerji lain terutama enerji yang dapat diperbaharui.


(22)

2 Indonesia diketahui memiliki berbagai macam sumber enerji yang dapat diperbaharui seperti enerji air, angin, matahari, panas bumi dan enerji biomas. Salah satu sumber enerji biomas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah enerji biomas yang berasal dari minyak kelapa sawit atau disebut Biodisel Kelapa Sawit (BDS).

BDS dapat dijadikan alternatif pengganti minyak solar yang banyak digunakan sebagai bahan bakar terutama pada sektor transportasi dan industri. BDS merupakan salah satu produk yang mempunyai prospek dan peluang yang cukup baik untuk dikembangkan terutama ditinjau dari aspek kontinuitas penyediaan bahan baku, sifat produk yang ramah lingkungan, dan merupakan sumber enerji yang dapat diperbaharui (renewable).

Potensi bahan baku BDS ditunjukkan oleh besarnya luas areal perkebunan kelapa sawit yaitu mencapai 5,2 juta hektar lahan dengan produksi mencapai 10 juta ton pada tahun 2004. Pengembangan tanaman kelapa sawit secara besar-besaran dilakukan sejak tahun 1980 melalui berbagai macam program perluasan areal atau ekstensifikasi terutama di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Sejak tahun 1994 mulai dikembangkan berbagai macam produk agroindustri sawit (Direktorat Jenderal Tanaman Perkebunan 2002).

Minyak kelapa sawit dapat dijadikan berbagai macam produk industri antara (produk oleokimia dasar) atau produk industri hilir seperti minyak goreng, produk kosmetik, sabun/detergen dan lain-lain. Konsumsi minyak sawit dalam negeri berkisar 3,5-4 juta ton per tahun terutama digunakan oleh industri minyak goreng dan makanan serta industri oleokimia, selebihnya minyak sawit tersebut diekspor ke berbagai negara industri, terutama ke negara-negara Eropa, India dan Cina. Umumnya produk tersebut di negara tujuan diolah lebih lanjut menjadi produk-produk oleokimia akhir yang bernilai tambah tinggi ( Biro Data Indonesia 2000 ).

Mencermati masalah kelangkaan enerji fosil dan dampak lingkungan akibat emisi yang ditimbulkan oleh kendaraan yang berbahan bakar minyak fosil yang terus meningkat, serta meningkatnya harga minyak mentah, maupun BBM selama ini maka pengembangan enerji alternatif yang ramah lingkungan dan dapat


(23)

diperbaharui perlu mendapat perhatian yang cukup besar, terutama oleh pemerintah.

Selain hal tersebut, konvensi internasional di Rio de Jeneiro tahun 1992, Kyoto tahun 1997, dan Birma tahun 2001 telah menetapkan bahwa strategi pengembangan bioenerji harus diarahkan pada penghematan enerji melalui peningkatan efisiensi teknologi, diversifikasi sumber enerji, dan penambahan enerji yang dapat diperbaharui (Murdiyarso 2003).

Pengembangan BDS di Indonesia baru dilakukan oleh beberapa perusahaan dan Lembaga Penelitian dalam skala “Pilot plant”. Biaya investasi pada industri biodisel terutama industri yang berskala besar, relatif mahal (Korbitz 1997). Sejak tahun 1997, pengembangan investasi dalam bidang enerji mengalami pertumbuhan yang negatif, hal ini terutama ditunjukan oleh meningkatnya jumlah impor BBM nasional akibat adanya perubahan kebijakan struktur industri yang semula vertikal menjadi horizontal, serta kendala lainnya (LIPI 2005).

Pengembangan investasi industri biodisel sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah dalam mengimplementasikan program diversifikasi enerji terbarukan. Kendala pengembangan investasi yang dihadapi oleh negara produsen di dunia saat ini adalah mahalnya biaya produksi biodisel terutama disebabkan oleh harga bahan baku yang relatif tinggi (Soerawidjaja dan Tahar 2003 ).

Dalam rangka mendukung program pengembangan BDS nasional secara komersial diperlukan suatu pengkajian terhadap keputusan investasi. Diketahui faktor yang mempengaruhi suatu keputusan investasi banyak dan kompleks serta dapat berubah baik besaran maupun nilai menurut waktu dan kondisi yang terjadi. Untuk membantu pengambil keputusan mengetahui keputusan investasi yang tepat dan relatif cepat, maka penelitian ini menyusun model sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS menggunakan model sistem dinamis. Pendekatan model sistem dinamis dinilai tepat untuk digunakan dalam menganalisis keputusan investasi BDS karena faktor yang berpengaruh pada investasi dinilai cukup kompleks dan dapat berubah-ubah menurut waktu dan kondisi. Sistem dinamis telah banyak diterapkan dalam memecahkan persoalan


(24)

4 dinamika industri, bisnis, sosial, formulasi kebijakan, enerji, dan lingkungan (Muhamadi et al. 2001).

Penelitian di bidang investasi biodisel diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku usaha, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat pengguna yang merupakan motor penggerak bagi pengembangan investasi pada industri BDS. Penggunaan produk tersebut diharapkan dapat mengurangi masalah polusi yang terjadi dan dapat mengatasi masalah kelangkaan sumber enerji mineral dimasa yang akan datang.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancang bangun sistem penunjang keputusan investasi pada industri biodisel kelapa sawit menggunakan model sistem dinamis.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Biodisel kelapa sawit merupakan sumber energi baru di Indonesia yang belum banyak dikembangkan secara komersial. Mengingat biodisel kelapa sawit merupakan salah satu sumber energi yang dapat terbarukan dan bahan bakunya tersedia didalam negeri maka perlu dikaji potensi dan manfaat serta masalah yang akan dihadapi apabila investasi BDS dilakukan. Untuk menilai kelayakan investasi tersebut perlu disusun suatu model sistem penunjang keputusan investasi biodisel kelapa sawit. Dalam merepresentasikan model digunakan model sistem dinamis, karena model sistem ini dapat merepresentasikan berbagai skenario permasalahan yang bersifat kompleks, stokastik dan bersifat dinamis atau berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Secara garis besar ruang lingkup pada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Biodisel kelapa sawit yang dikaji pada penelitian ini adalah biodisel yang berasal dari minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil)

2. Biodisel yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar cair pada alat transportasi.

3. Analisis faktor yang berpengaruh pada pengembangan investasi biodisel kelapa sawit didasarkan atas faktor yang terkait secara langsung atau


(25)

faktor intrinsik. Faktor tidak langsung seperti kondisi suatu negara atau country risk dan keadaan moneter diasumsikan dalam keadaan tetap. 4. Perhitungan simulasi proses pengolahan biodisel kelapa sawit didasarkan

pada proses pengolahan berskala besar dengan kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun, dengan hasil biodisel dan gliserin murni.

5. Implementasi Sistem Penunjang Keputusan didesain menggunakan

software I Think.

6. Pengolahan data pada sub model dilakukan dengan software Lotus

Smartsuite, Microsoft Excel dan Minitab.

7. Validasi model dilakukan dengan landasan teori atau data empiris yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian

Industri biodisel di Indonesia relatif baru dan belum berkembang secara luas, untuk itu diperlukan sosialisasi dan masukan berupa kajian dan penelitian di bidang biodisel kelapa sawit kepada para pihak yang terkait dalam pengembangannya yaitu pemerintah (sebagai regulator dan fasilitator), pelaku usaha dan masyarakat sebagai pengguna. Pada dasarnya manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Secara ilmiah menghasilkan suatu model sistem berupa perangkat lunak atau program komputer yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pengambil keputusan dalam melakukan penilaian terhadap kelayakan investasi pada industri biodisel kelapa sawit.

2. Membantu pelaku usaha atau calon investor dalam menyusun perencanaan investasi dibidang biodisel kelapa sawit.

3. Memberi masukan kepada pemerintah dalam memformulasikan kebijakan


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Penunjang Keputusan

Setiap hari manusia selalu membuat keputusan baik keputusan individu maupun keputusan organisasi atau manajemen yang dibuat oleh para manajer. Manajemen adalah suatu usaha pemanfaatan sumberdaya manusia, uang, enerji, material, ruang dan waktu yang semuanya disebut masukan atau input, untuk selanjutnya diproses menjadi keluaran atau output untuk mencapai tujuan organisasi (Turban et al. 2004).

Keberhasilan suatu manajemen sangat ditentukan oleh kemampuan para pimpinan dan manajer untuk mengambil suatu keputusan. Para manajer atau pengambil keputusan dari suatu organisasi sering dihadapkan pada tantangan internal dan eksternal sehingga memerlukan perubahan dan penyempurnaan pada fungsi manajerialnya (Mintzberg dan Quim 1996).

Analisis sistem merupakan suatu studi yang mempelajari masalah yang ada pada dunia bisnis dalam rangka mencari rekomendasi yang tepat untuk penyelesaian masalah (Whitten dan Bentley 1998). Sedang menurut Eriyatno (1998), ilmu sistem adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku dari elemen yang berhubungan dan terorganisir untuk mencapai tujuan. Hubungan antar sub sistem atau elemen dapat berupa transaksi, interaksi, transisi, koneksi atau relasi. Menurut Marimin (2005), sistem adalah sekelompok metode, prosedur, teknik atau objek yang berhubungan dan teroganisir saling keterkaitan satu sama lain untuk membentuk kesatuan keseluruhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Perkembangan ilmu sistem saat ini banyak diarahkan pada soft system yaitu ilmu sistem yang mempelajari sistem penalaran sesuai dengan sistem kerja syaraf manusia (Marimin 2005). Ilmu sistem dapat dijadikan dasar untuk merancang Sistem Penunjang Keputusan (SPK), yang digunakan untuk membantu para pimpinan atau manajer membuat keputusan terutama keputusan yang bersifat kompleks dan tidak terstruktur serta tidak dapat atau sulit diprediksi. SPK juga merupakan aplikasi dari sistem informasi yang dirancang untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan (Whitten et al. 2001).


(27)

Perkembangan dan penerapan SPK telah dimulai sejak 35 tahun yang lalu yaitu dimulai dengan pengembangan SPK yang berorientasi model pada akhir tahun 1960. Pada tahun 1970 dilakukan pengembangan teori dan implementasi sistem perencanaan finansial. Pada pertengahan dan akhir 1980, diperkenalkan sistem informasi eksekutif (Executive Information System/EIS), SPK kelompok (Group Decision Support System/GDSS) dan SPK organisasional (Organizational Decision Support System/ODSS) tersusun dari pengguna tunggal dan SPK berorientasi model. Sekitar awal tahun 1990, data warehousing dan on-line analytical processing (OLAP) memulai perluasan bidang SPK dengan pendekatan milenium atau aplikasi analisis berbasis web juga mulai diperkenalkan (Power 2002).

Pada tatanan konseptual SPK terbagi menjadi 5 bagian yaitu (Power 2002):

(1) SPK yang berbasis komunikasi (communication-driven DSS) (2) SPK yang berbasis data (data-driven DSS)

(3) SPK yang berbasis dokumen (document-driven DSS)

(4) SPK yang berbasis pengetahuan (knowledge-driven DSS) dan (5) SPK yang berbasis model (model-driven DSS).

SPK yang berbasis model menekankan akses dan manipulasi model-model statistik, finansial, optimasi dan simulasi. SPK yang berbasis model menggunakan data dan parameter yang diberikan oleh pemakai SPK untuk membantu para pengambil keputusan dalam menganalisis suatu situasi, tetapi mereka tidak memerlukan data yang intensif.

Pada tatanan sistem, Power (2000), membagi SPK menjadi 2 bagian :

(1) Enterprise-wide DSS, berhubungan dengan penyimpanan data yang besar dan

melayani banyak manajer dalam suatu perusahaan

(2) Desktop atau single-user DSS adalah sistem kecil yang diperuntukkan pada PC manajer individual

Sprague dan Carlson (1982) mengidentifikasi 3 komponen dasar SPK yaitu :


(28)

8 (2) Sistem manajemen basis model (Model-Base Management Model/MBMS)

dan

(3) Generasi dialog dan sistem manajemen (Dialog Generation and Management System/DGMS)

Menurut Marakas (1999), struktur SPK terdiri dari 5 komponen berbeda yaitu :

(1) Sistem manajemen data, (2) Sistem manajemen model, (3) Mesin pengetahuan, (4) Antarmuka pemakai dan (5) Pemakai.

Sprague dan Watson (1980) membagi SPK ke dalam 3 sub-sistem utama yaitu :

(1) User-system interface, yaitu dimana para pembuat keputusan dapat

berinteraksi langsung dengan sistem.

(2) Sub-sistem yang menyimpan, mengelola, mengambil, menampilkan dan menganalisis data yang relevan dan dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Basis Data (Data Base Management System = DBMS).

(3) Sub-sistem yang menggunakan model atau kumpulan model untuk melakukan sejumlah tugas analisis, dan dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Basis Model (Model Base Management System = MBMS).

Menurut Sarma (1994) dan Dyer (1993), pendekatan sistematik (normatif) dalam pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

(1) Mengenali problem-problem dalam mengambil keputusan (2) Mengerti dan memodelkan sistem dan lingkungannnya (3) Mengenali para pembuat keputusan

(4) Mengenali tujuan-tujuan para pengambil keputusan dan preferensinya (5) Menganalisis pembatas-pembatas

(6) Mengembangkan alternatif-alternatif, dan (7) Memilih alternatif-alternatif tersebut.

Menurut Bidgoli et al. (1987), SPK memberikan kemampuan untuk melakukan sejumlah fungsi-fungsi yang berbeda. Fungsi-fungsi tersebut meliputi


(29)

analisis what-if, goal seeking, analisis sensitivitas, analisis laporan pengecualian, peramalan, simulasi, analisis grafik, analisis statistik dan permodelan.

Aplikasinya, SPK baru dapat dikatakan bermanfaat apabila terdapat kondisi sebagai berikut :

(1) Eksistensi dari basis data yang sangat besar sehingga sulit mendayagunakannya.

(2) Kepentingan adanya transformasi dan komputasi pada proses mencapai keputusan.

(3) Adanya keterbatasan waktu, baik dalam penentuan hasil maupun dalam prosesnya.

(4) Kepentingan akan penilaian atas pertimbangan akal sehat untuk menentukan dan mengetahui pokok permasalahan serta mengembangkan alternatif dan pemilihan solusi.

2.2 Model Sistem Dinamis

Menurut Forester (1961 diacu dalam Coyle 1996), sistem dinamis adalah sistem yang dikembangkan untuk menyelidiki suatu umpan balik dari suatu informasi tertentu menggunakan suatu model yang didesain untuk memperbaiki struktur dan kebijakan suatu organisasi. Sistem dinamis merupakan suatu pengembangan dari sistem kontrol atau sistem manajemen pengendalian suatu permasalahan yang kompleks dan berubah-ubah baik parameter maupun waktu.

Pemodelan merupakan suatu abstraksi dari sebuah situasi nyata atau aktual. Dewasa ini dalam membantu para eksekutif, manager perusahaan industri banyak menggunakan pemodelan sistem dinamis, karena sistem ini dinilai dapat melakukan pemecahan masalah yang dinamis atau berubah menurut waktu dan dapat mengintegrasikan pemecahan masalah berbagai disiplin, seperti bidang sosial, ekonomi, administrasi, manajemen, politik dan lain-lain (Ford 1999).

Secara substansi terdapat 3 alasan yang mendasari penggunaan sistem dinamis yaitu: 1) pendekatan sistem dengan metode sistem dinamis adalah merupakan proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama yang menjadi objek dari perhatian; 2) metode sistem dinamis sesuai digunakan untuk


(30)

10 menganalisa mekanisme interaksi atau melihat pola keterkaitan antar unsur atau elemen suatu sistem yang rumit, berubah menurut waktu dan mengandung ketidakpastian; 3) dapat merepresentasikan alternatif-alternatif keputusan dengan cepat melalui simulasi dari model yang dibangun ( Coyle 1996).

Dalam membangun model perlu dilakukan beberapa proses berikut (Muhamadi et al. 2001) :

(1) Identifikasi proses yang menghasilkan kejadian nyata. (2) Identifikasi kejadian yang diinginkan.

(3) Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dan keinginan. (4) Identifikasi dinamika untuk mengatasi kesenjangan. (5) Analisis kebijakan yang diperlukan

Secara garis besar, tahapan analisis sistem dinamis menurut masyarakat pemerhati sistem dinamis meliputi: 1) identifikasi masalah; 2) merumuskan hipotesis sistem dinamis; 3) menyusun kausal sebab-akibat atau Influence Diagram; 4) membangun model simulasi pada komputer; 5) melakukan pengujian model apakah dapat diterapkan pada dunia nyata, dengan menilai model ini apakah dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan memformulasikan kebijakan yang diperlukan (System Dynamics society, http://www.albany.edu/cpr/sds/, 20 Januari 2003).

Dalam khasanah ilmu sistem, metode sistem dinamis dimasukan dalam kategori white box atau proses pengolahan input menjadi output dapat dijelaskan dengan lebih akurat. Beberapa alat perangkat lunak yang digunakan dalam peramalan sistem dinamis adalah program komputer Powersim, Vensim, Stella, I think analist dan Mathematica (Muhamadi et al. 2001).

2.3. Model Dinamik

Secara umum model dinamik kontinu yang melibatkan m state variable x1, x2, ..., xm dapat dinyatakan dengan m buah persamaan diferensial biasa yang bergantung pada waktu t dan k buah parameter yaitu pˆ ={ ,p p1 2,...,pk} dapat


(31)

1 1 1 2

2 2 1 2

1 2 ( ( ), ( ),..., ( ); ; ) ( ( ), ( ),..., ( ); ; ) ( ( ), ( ),..., ( ); ; ) m m

m m m

x f x t x t x t t

x f x t x t x t t

x f x t x t x t t

= = = p p p & &

M M M

&

... (1)

dengan i

i

dx x

dt

=

& . Dengan notasi vektor, sistem persamaan diferensial (1) dapat dinyatakan sebagai:

( , , ), m, [0, ], p

f t t T

= ∈ ∈ ∈

x& x p x& R p R ... (2)

Bila diketahui nilai pengamatan yi yang merupakan fungsi dari t dan peubah xi maka parameter p dapat diduga melalui tahapan sbb.:

i. Misalkan nilai pengamatan yi dinyatakan sebagai ( ( , ))

i i i

y =g x t p

... (3) dimana εi merupakan sisaan (residual) model.

ii. Misalkan xˆ ( , )t p adalah solusi (1). Penduga parameter p dapat diperoleh dengan metode kuadrat terkecil (least square method) dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat sisaan ˆεi:

2 1

ˆ

min{ ( ) ( ( ( , ))) }

n

i i

i

S y g t

=

=

p x p ... (4)

Dari (4) akan diperoleh penduga parameter p, yaitu pˆ ={ ,p pˆ1 ˆ2,...,pˆk}

(Luenberger, 1979) 2.4. Model Logistik

Model logistik adalah suatu bentuk khusus model dinamik yang dapat dinyatakan dengan persamaan diferensial:

( ) (1 )

dY Y

Y t r Y

dt = = −K


(32)

12 Suku r(1−Y K/ )dapat diinterpretasikan sebagai laju pertumbuhan. Laju ini menurun ketika pertumbuhan Y(t) meningkat sampai batas atasnya K yang sering disebut ”daya dukung lingkungan”.

Solusi dari persamaan tersebut adalah ( )

1 exp( )

K Y t

b a t

=

+ − ... (Luenberger, 1979) (6)

Dimana b > 0 ditentukan dengan kondisi awal Y(0) < 0. Bentuk kurvanya dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan bentuknya kurva logistik juga sering disebut sebagai “kurva S” (Luenberger 1979). Terlihat bahwa diawal, laju pertumbuhannya meningkat pesat menyerupai pertumbuhan eksponensial sampai pada suatu titik, lalu perlahan-lahan menurun hingga lajunya mendekati 0 saat mendekati daya dukung lingkungan K. Titik di mana terjadi laju pertumbuhan maksimum disebut “titik belok”.

Gambar 1. Kurva Logistik

Model logistik banyak digunakan untuk menduga pertambahan populasi yang awalnya bertambah tetapi pada suatu saat laju pertambahan menurun karena adanya faktor pembatas misalnya digunakan untuk menduga pertambahan penduduk di negara yang baru berkembang dan perkembangan pertumbuhan tanaman dan lain lain.

Y0

Y

K

t


(33)

2.5. Analisis Finansial

Dalam menilai tingkat keberhasilan suatu perusahaan, pengambil keputusan memerlukan informasi tentang kinerja keuangan, yang tersusun dalam bentuk akuntansi keuangan. Pengambil keputusan terdiri dari pihak internal (seperti dewan direksi, manajemen dan karyawan) dan pihak eksternal seperti kreditor dan investor. Perusahaan bersaing untuk mendapatkan pendanaan eksternal karena pemakai eksternal memiliki beragam alternatif investasi. Kualitas informasi akuntansi yang disediakan bagi pemakai eksternal akan membantu untuk menentukan (1) apakah pendanaan akan diterima, dan (2) biaya yang berkenaan dengan pendanaan tersebut. Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan secara umum terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas (Stice dan Skousen 2004).

Beberapa dasar perhitungan kriteria investasi adalah sebagai berikut (Haming dan Basalamah 2003):

a. Penghitungan Net Present Value (NPV)

Future Value (nilai akan datang) ialah nilai dari uang atau arus kas yang akan diterima pada akhir periode tertentu di masa yang akan datang yang bertumbuh sebesar tingkat bunga yang diperhitungkan.

FVn = Ao (1 + i)n ... (7) Dimana: FVn = nilai akan datang pada akhir periode n

Ao = nominal arus kas pada periode dasar, atau periode ke-0 i = tingkat bunga yang diperhitungkan

n = periode waktu, 0, 1, 2, 3,…,n

Present Value (nilai sekarang) adalah jumlah uang yang harus diinvestasikan pada waktu sekarang dengan tingkat bunga tertentu guna mendapatkan penerimaan arus kas tertentu pada akhir periode tertentu di masa datang.

PVo = n n

i) + (1

FV

... (8) Dimana: PVo = nilai sekarang pada periode 0

FVn = nilai akan datang pada akhir periode ke-n i = tingkat bunga


(34)

14 Metode nilai sekarang (present value method) adalah metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai yang akan datang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurang (diskon) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan.

PVt = At (1 + i)t ... (9) Dimana: PVt = nilai sekarang dari arus kas periode ke-t

At = arus kas nominal pada periode ke-t i = tingkat bunga yang diperhitungkan t = periode 1, 2, 3,…, n

TPV =

==

n

i 1 i t

At ) + 1

( ... (10) Dimana: TPV = nilai sekarang total

t t

i A

) + 1

( = nilai sekarang arus kas A setiap periode ke-t NPV = -Io + TPV ... (11) Dimana: NPV = Nilai Sekarang NICF – Nilai Sekarang

TPV = nilai sekarang total Io = investasi awal

Net Income Cash Flow (NICF) yaitu arus kas bersih sesudah pajak NICF = laba bersih + Depresiasi + (1 – t) Bunga ... (12)

Jika pendanaan proyek dilakukan oleh investor dengan dananya sendiri (self financing) maka beban bunga tidak ada sehingga arus kas sesudah pajak

menjadi:

NICF = laba sesudah pajak (EAT) + Depresiasi ... (13)

Jika nilai sekarang NICF lebih besar nilai sekarang Io; maka proyek dipandang layak karena mampu memikul beban yang ada, sekaligus membentuk laba untuk investor atau pemilik perusahaan. Jika kedua besaran arus kas dikurangkan, maka akan diperoleh nilai sekarang bersih (Net Present Value atau NPV) dari proyek.

Kriteria nilai sekarang neto (Net Present Value – NPV) didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai


(35)

sekarang, kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini. Hal tersebut berarti sekaligus dua hal telah diperhatikan, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan (selisih) besar aliran kas masuk dan keluar. Dengan demikian, amat membantu pengambil keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan jumlah lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu memberikan angka berapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini.

NPV =

= = + + n t t n t t i t Co i t C 0

0 (1 )

) ( ) 1 ( ) (

... (14) Dimana: NPV = nilai sekarang neto

(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t (C0)t = aliran kas keluar tahun ke-t n = umur unit usaha hasil investasi i = arus pengembalian (rate of return) t = waktu

Jika NPV lebih besar 0 atau positif, berarti proyek layak dan jika NPV < 0 atau negatif berarti proyek tidak layak.

b. Penghitungan Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat kemampulabaan internal (Internal Rate of Return) adalah metode analisis kelayakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat balikan internal sewaktu nilai sekarang arus kas masuk (TPV) sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi (Io), atau sewaktu NPV sama dengan 0. Jika IRR lebih besar dari tingkat bunga, maka proyek tersebut layak diterima.

IRR = I1 + [ ] ( 2 1) 1 2 2 I I NPV NPV NPV

... (15)

Dimana: IRR = Internal Rate of Return I1 = tingkat bunga yang kecil I2 = tingkat bunga yang besar

NPV1 = nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor I2 (negatif)


(36)

16 NPV2 = nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor I1

(positif)

c. Penghitungan Benefit-Cost Ratio

Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut Benefit-Cost Ratio (BCR). Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

BCR = biaya sekarang Nilai benefit sekarang Nilai = C PV B PV ) ( ) (

... (16) Biaya C pada rumus di atas dapat dianggap sebagai biaya pertama (Cf) sehingga rumusnya menjadi:

BCR = Cf

B PV) (

... (17) Dimana: BCR = perbandingan manfaat terhadap biaya (Benefit-Cost Ratio)

(PV)B = nilai sekarang benefit (PV)C = nilai sekarang biaya

Kriteria BCR akan memberikan petunjuk sebagai berikut: BCR > 1 usulan proyek diterima

BCR < 1 usulan proyek ditolak BCR = 1 netral

d. Penghitungan Titik Impas (Break Even Point)

Titik impas adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat mengungkapkan hubungan antara volume produksi, harga satuan dan laba, analisis titik impas bagi manajemen akan memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas dihitung sebagai berikut :


(37)

Pendapatan = biaya produksi

= biaya tetap + biaya tidak tetap = FC + Qi x VC

Qi x P = FC + Qi x VC Qi =

VC P

FC

….. ... (18)

Dimana: Qi = jumlah unit (volume) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas

FC = biaya tetap

P = harga penjualan per unit VC = biaya tetap per unit

e. Penghitungan Payback Period

Jangka waktu pemulihan modal (payback period) adalah jangka waktu yang diperlukan, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun, untuk mengembalikan seluruh modal yang diinvestasikan. Masa pemulihan modal ini dihitung dengan menggunakan dua macam acuan, yaitu:

1. Metode arus kumulatif, dan 2. Metode arus rata-rata

Metode arus kas kumulatif dipakai sebagai alat penilai kelayakan jika arus kas proyek tidak seragam, atau berbeda dari tahun ke tahun selama usia ekonomis proyek. Sedang metode arus kas rata-rata dipakai jika arus kas proyek seragam, atau sama besarnya dari tahun ke tahun selama usia ekonomis proyek ini.

Informasi masa pemulihan modal dapat dipakai sebagai alat prediksi ketidakpastian dimasa datang, dimana proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang lebih singkat diidentifikasi sebagai proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang relatif lama akan memiliki pula resiko di masa mendatang yang lebih besar.

T = A Io

x 1 tahun ... (19) Dimana: T = periode pemulihan modal

Io = investasi inisial


(38)

18 Pengertian Dan Spesifikasi Biodisel

Biodisel merupakan salah satu bahan bakar cair yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti solar. Biodisel dapat diolah dari minyak nabati, minyak hewani maupun dari minyak goreng bekas (used frying oil). Secara kimia biodisel merupakan suatu alkil ester asam lemak rantai panjang. Secara teknis biodisel yang langsung diolah dari minyak nabati dikenal sebagai VOME (Vegetable Oil Methyl Ester) dan FAME atau Fatty Acid Methyl Ester (Germany dan Bruna 2001).

Hasil produk pertanian yang dapat dijadikan biodesel diantaranya adalah minyak kedele, minyak kanola, minyak bunga matahari, minyak jarak, minyak kelapa, minyak sawit, minyak goreng bekas dan lain-lain. Perkiraan jumlah biodisel di dunia yang berasal dari minyak kanola (rapeseed oil ) mencapai 84%; minyak bunga matahari (sun flower oil) 13%; minyak kacang kedelai 1%; minyak sawit dan minyak kelapa 1% dan lainnya 1% ( Ralf 2001 ).

Selain sebagai produk subsitusi dari solar yang digunakan pada sektor transportasi, biodisel dapat juga digunakan sebagai minyak bakar atau minyak pemanas (heating oil) pada wilayah sensitif seperti wilayah perairan/ laut, dan di area pertambangan. Penggunaan biodisel di wilayah ini bertujuan untuk mengurangi polusi karena emisinya tidak membahayakan lingkungan (Biodiesel Development Corporation 1999).

Beberapa perusahaan otomotif di dunia telah menggunakan biodisel tanpa memodifikasi mesin. Biodisel dapat digunakan secara murni atau disebut B100 dan penggunaannya dapat juga dicampur dengan solar pada berbagai komposisi campuran, misalnya B20 merupakan campuran biodisel 20% dan solar 80%. Pada saat ini biodisel yang tersedia secara komersial di Amerika dan Eropa adalah B20, Perancis B05, dan berbagai komposisi campuran lainnya (Korbitz 1997).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Colorado Institute terhadap perbandingan emisi kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar dan biodisel menunjukkan bahwa emisi kendaraan yang menggunakan biodisel (B20) lebih rendah dibandingkan emisi kendaraan yang menggunakan solar. Komponen emisi yang lebih rendah adalah total partikulat 14%, hidrokarbon 13% dan karbon monoksida 7% pada biodisel dibandingkan dengan solar, serta emisi biodisel juga


(39)

tidak mengandung logam sulfur (Biodiesel Development Corporation 1999). Perbandingan sifat fisiko kimia solar dan biodisel tertera pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Perbandingan sifat biodisel dan solar

No. Sifat Fisik/Kimia Biodisel Solar

1 Komposisi Metil ester dari asam lemak

Hidrokarbon

2 Massa jenis, mg/ml 0.8624 0.8750

3 Viskositas kinem pd

40º C, mm2/s ( cSt) 5.55 4.0

4 Titik kilat, 0C 172 98

5 Angka setana 62.4 53

6 Kelembaban, % 0.1 0.3

7 Tenaga Mesin Tenaga yang dihasilkan 128.000 BTU

Tenaga yang dihasilkan 130.000 BTU

8 Putaran mesin Sama Sama

9 Modifikasi mesin Tidak perlu 10 Konsumsi bahan

bakar Sama

11 Pelumasan Lebih tinggi Lebih rendah

12 Emisi

Lebih rendah karbon monoksida, jumlah hidrokarbon, sulfur dioksida, nitro oksida

Lebih tinggi karbon monoksida, jumlah hidrokarbon, sulfur dioksida

13 Handling Kurang mudah terbakar Lebih mudah terbakar 14 Lingkungan Toksisitas rendah Toksisitas 10 kali

lebih tinggi

15 Provisi Terbarukan Tak terbarukan

Sumber : Penelitian Lemigas (Gafar 2001) dan US Department of Energy, National Renewable Energy Laboratory ( 2000 ), diolah.

Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan negara produsen untuk

mengembangkan biodisel adalah: 1) ketersediaan bahan baku di negaranya; 2) minyak nabati yang akan diolah menjadi biodisel merupakan tanaman asli atau

budidaya asli negeri tersebut sehingga pasokan bahan baku dapat terjamin; 3) kapasitas produksi disesuaikan dengan besarnya permintaan produk di negara tersebut; 4) kesadaran terhadap kelangkaan sumber enerji dimasa yang akan datang (Soerawidjaja dan Tahar 2003).


(40)

20 2.7. Sifat Fisiko-Kimia Biodisel

Sifat fisiko kimia dari biodisel dan solar relatif sama. Beberapa spesifikasi atau parameter penting adalah ukuran, massa jenis Viskositas, angka setana, titik kilat, titik awan/mendung (Germani dan Bruna, 2001). Ditinjau dari sumbernya biodisel merupakan bioenerji yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan sedangkan solar tidak dapat diperbaharui dan penggunaannya tidak ramah lingkungan akibat kandungan CO, CO2, dan logam berat yang relatif tinggi (Schafer 1998).

Enerji yang dihasilkan biodisel relatif sama dengan yang dihasilkan oleh solar. Biodisel yang diaplikasikan pada motor bakar menghasilkan suara mesin yang lebih halus karena memiliki angka setana yang lebih tinggi dari solar (Gafar et al. 2001).

Minyak sawit atau CPO merupakan senyawa yang tersusun dari unsur C, H, dan O. Minyak sawit juga terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan

perbandingan yang hampir sama. Minyak sawit mengandung beberapa jenis asam lemak yang berikatan dengan gliserol membentuk trigliserida. Jumlah asam lemak mencapai 95% dari berat total molekul trigliserida sehingga hal ini mempengaruhi sifat fisika/kimia dari minyak tersebut (Ketaren 1986).

Parameter mutu biodisel dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) parameter untuk menguji minyak disel; 2) parameter yang berhubungan dengan

komposisi kimia dan kemurnian metil ester. Parameter seperti densitas, angka setana, dan kandungan sulfur dipengaruhi oleh jenis minyak nabati yang digunakan dalam pemurniannya (Mittelbach 2001).

Biodisel relatif tidak memproduksi asap dan emisinya lebih mudah diuraikan karena mempunyai sifat toksisitas yang lebih rendah dibandingkan dengan solar karena biodisel tidak mengandung senyawa hidrokarbon aromatik (Pacific Biodisel 2003). Penyimpanan dan penangganan biodisel cukup aman dibandingkan dengan solar karena tidak menghasilkan uap yang berbahaya pada suhu kamar. Biodisel tidak menghasilkan efek rumah kaca karena karbon yang dihasilkan masih dalam siklus karbon yang tertutup sehingga bersifat ramah lingkungan (Biodiesel Development Corporation 1999).


(41)

2.8. Standar/Spesifikasi Biodisel

Standarisasi biodisel selama ini dilakukan oleh masing-masing negara pengguna atau produsen. Standarisasi biodisel yang digunakan di Amerika umumnya biodisel yang berasal dari minyak kedelai dan minyak goreng bekas (used frying oil) distandarisasi oleh ASTM (American Standard for Testing and Material). Biodisel yang biasanya digunakan di Jerman umumnya menggunakan standar DIN series, misalnya DIN51606 banyak digunakan di negara Eropa, sedang Jepang, Canada, Australia dan negara lainnya mempunyai standar sendiri. Pada saat ini Uni Eropa sedang merumuskan acuan standar penggunaan biodisel untuk Uni Eropa tetapi belum diberlakukan (Korbitz 1997).

Pada dasarnya standar atau spesifikasi biodisel ditentukan sesuai dengan penggunaannya. Ada dua kegunaan biodisel yaitu, untuk bahan bakar otomotif dan untuk enerji minyak bakar ( heating oil). Namun parameter penting untuk kedua jenis penggunaan tersebut adalah kemurnian ester metil, viskositas, titik kilat, bebas gliserol, kadar monogliserida, digliserida, trigliserida serta kadar CCR atau Conradson Carbon Residu (Germany dan Bruna 2001) .

Di Indonesia telah terbentuk Forum Biodisel Indonesia yang beranggotakan Departemen ESDM, Pertanian, Kementrian LH, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi dan praktisi. Forum Biodisel Indonesia mengeluarkan acuan standar biodisel dengan mempertimbangkan beberapa alternatif bahan baku yang tersedia di dalam negeri dan memiliki sifat yang sama atau mendekati sifat fisiko kimia dari minyak solar yang digunakan di Indonesia.Standar biodisel yang ada di Malaysia saat ini mengacu pada standar minyak disel yang digunakan pada angkutan umum bus di sana. Parameter penting adalah kandungan monogliserida 0,8%, digliserida dan trigliserida masing-masing 0,1%. Perbandingan standar biodisel di Malaysia dan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 .

Perbedaan standar biodisel Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh adanya perbedaan jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat biodisel. Bahan baku yang digunakan untuk membuat biodisel di Indonesia adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, minyak jarak, dan minyak goreng. Sedangkan bahan baku yang digunakan di Malaysia hanya minyak sawit dan


(42)

22 turunannya saja. Spesifikasi minyak biodisel di Indonesia telah mempertimbangkan kisaran nilai atau angka parameter yang dapat memenuhi standar biodisel diantaranya angka setana, angka asam dan bilangan iodium (Soerawidjaja dan Tahar 2003).

Tabel 2. Perbandingan Spesifikasi Biodisel Malaysia dan Indonesia

Parameter Satuan Malaysia Indonesia

Nilai Nilai

Kadar Ester Alkali % m/m ≥ 96,5 ≥ 96,5

Massa jenis pada 15 0C Kg/m3 860-900 -

Massa jenis pada 40 C 0.85 - 0.89

Viskositas @ 40 0C mm2/s 3,5 - 9 2.3 - 6.0

Titik kilat 0C 120 ≥ 100

Conradson (CCR) % m/m ≤ 0,3

-Angka setana ≥ 51 ≥ 48

Angka Asam Mg KOH/g 0,5 ≤ 0,8

Angka iodium Grams

Iodine/100 g 120 ≤ 115

Methyl ester dari linolenic acid % m/m 12

Kadar Ester berikatan rangkap >4 % m/m 1

-Metanol % m/m 0,02

-Kadar monogliserida % m/m 0,80

-Kadar digeliserida % m/m 0,20

-Kadar trigliserida % m/m 0,20

-Gliserol bebas % m/m 0,02 ≤ 0.02

Gliserin total % m/m 0,25 ≤ 0.25

Kadar (Na+K), ppm-b % m/m 5

-Fosfor, ppm-b % m/m 10,0 ≤ 10

Titik Awan 0C 5 ≤ 18

Cold Filter Plugging Point (CFPP) % b

-Korosi strip Tembaga(3jam/50ºC) ≤ 3

Residu Karbon - dalam contoh asli

- dalam 10% ampas distilasi

% b % b

≤ 0.05

≤ 0.3

Air dan sedimen % b ≤ 0.05

Air ppm b

-Kontaminasi total Ppm-b

-Temperatur distilasi 90 % ºC ≤ 360

Abu tersulfatkan, %-b %b ≤ 0.02

Belerang, ppm-b %b ≤ 50

Uji Halphen Negatif

Sumber : Malaysian Palm Oil dalam Shaz-Lan Group of Companies, Malaysia 2002; Budiman 2004. diolah.

Keterangan : 1. % m/m adalah persen massa per massa

2. indikator mutu yang masih kosong artinya belum ada informasi tetapi diperlukan 3. % b adalah persen terhadap berat


(43)

2.9. Teknologi Pengolahan Biodisel

Proses pengolahan biodisel telah dikembangkan sejak tahun 1895 oleh DR. Rudolf Disel dengan mengekstrak minyak bunga matahari, minyak kelapa, dan minyak kacang dan diuji cobakan penggunaannya sebagai bahan bakar mesin-mesin disel (Korbitz 1997). Pada saat ini berbagai macam proses teknologi tersedia di pasaran mulai dari kapasitas produksi skala kecil, yaitu lebih kecil dari 10.000 ton per tahun, dan kapasitas produksi dengan skala besar, yaitu kapasitas 30.000-100.000 ton per tahun. Proses pengolahan biodisel dapat dilakukan secara bertahap atau disebut batch process, dan dengan cara berkesinambungan atau disebut continous process. Produk yang ingin dihasilkan dapat dirancang sesuai dengan keinginan pengguna atau taylor made, misalnya biodisel dan gliserin (Lohrlein 2002).

Teknologi pengolahan biodisel berskala besar dan sedang banyak dihasilkan oleh perusahaan besar yang ada di Uni Eropa dan di Amerika. Sedangkan teknologi pengolahan yang berskala kecil banyak dihasilkan oleh bengkel kerja yang ada di Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian atau asosiasi petani terutama di negara Uni Eropa, Amerika dan Australia (Korbitz 1997).

Pengolahan minyak kelapa sawit atau CPO untuk menghasilkan biodisel dapat dilakukan dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Esterifikasi adalah proses pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam (H2SO4), reaksinya dapat dinyatakan dengan persamaan yang terlihat pada

persamaan berikut.

O O

R C + ROH R C + H2O

OH OR

H2SO4

Asam Karboksilat Alkohol Ester karboksilat Air

Ester adalah turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilatnya diganti dengan gugus –OR dari alkohol. Ester dapat berikatan hidrogen dengan air, sehingga dalam pengolahan biodisel air harus dihilangkan.


(44)

24 Ester yang berbobot molekul rendah sedikit larut dalam air tetapi ester yang terdiri dari empat atau lima karbon lebih tidak larut dalam air.

Transesterifikasi adalah proses pengubahan ester menjadi ester dalam bentuk lain, yang diperoleh dengan mereaksikan ester karboksilat dengan metanol dengan bantuan katalis basa (KOH). Dengan demikian, proses transesterifikasi pada pengolahan biodisel merupakan proses pengubahan trigliserida dari CPO atau RBDPO menjadi metil atau etil ester sebagai biodisel. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

Gambar 2. Persamaan reaksi kimia pembentukan biodisel dari trigliserida dan metanol

Reaksi berlangsung pada temperatur dan tekanan yang rendah (150º F dan 20 Psia) dengan katalis basa (NaOH atau KOH) dengan hasil rendemen biodisel mencapai 98 % dari bahan baku utamanya (Reksowardoyo et al. 2002). Sumber bahan baku yang digunakan untuk memproduksi biodisel dapat berasal dari minyak sawit kasar (CPO) atau produk turunanya RBD – Olein, RBD – Stearin serta dari CPO Parit (limbah minyak CPO yang ada di pabrik).Menurut penelitian yang dilakukan oleh BPPT (2002), kadar asam lemak bebas atau FFA yang terdapat pada minyak sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku CPO terdiri dari: 1) CPO dengan kadar FFA lebih kecil dari 5%; 2) CPO off grade atau dengan kadar FFA lebih besar 5 %; 3) CPO pond atau kadar FFA berkisar 40–70 %; dan 4) FFA distilat atau kadar FFA mencapai 75 % dan biasanya merupakan limbah dari pabrik pengolahan minyak goreng.

Secara garis besar, Lohrlein (2002) membagi proses pengolahan biodisel dalam tiga tahapan unit proses sebagai berikut:

1) Unit proses preparasi yang meliputi: O

Metanol Gliserin

3CH3OH HOCH

+

HOCH2

HOCH2

+

Trigliserida

R 1 C OCH2 R 1 C OCH

O

R 1 C OCH 2 O

OCH3 3R 1 C

O KOH


(45)

a) Unit operasi pembersihan bahan baku (Physical refining), sebelum direaksikan bahan baku dibersihkan untuk menghilangkan padatan/kotoran yang terdapat pada minyak sawit kasar. Kadar asam lemak bebas yang sangat besar dapat juga dihilangkan melalui penguapan dengan menggunakan alat destilasi volume pada tekanan 10 Torr dan temperatur 250 0C.

b) Unit operasi pencampuran metanol dan katalis. Kegiatan ini bertujuan untuk mencampurkan metanol dan katalis sehingga diperoleh suatu larutan yang homogen.

2) Unit proses transesterifikasi yaitu mereaksikan bahan baku dan metanol dengan bantuan katalis. Reaksi berlangsung pada kondisi atmosfir dan temperatur 60–70 0C. Hasil reaksi diperoleh campuran biodisel, gliserol, metanol, katalis dan senyawa lainnya (impuritas).

3) Unit proses pemurnian biodisel dan gliserin yang dihasilkan. Proses pemurnian dilaksanakan dengan melakukan pencucian terhadap metil ester dan pendestilasian terhadap gliserin, untuk memperoleh metil ester atau biodisel dan gliserin yang murni.

2.10. Investasi Biodisel

Investasi adalah penanaman modal jangka panjang untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Penanaman modal terbagi dalam dua kategori yaitu: 1) penanam modal dalam bentuk aset riil (real asset); dan 2) penanaman modal dalam bentuk aset keuangan (financial asset). Penanaman modal jangka panjang mengandung ketidakpastian dan resiko sehingga setiap pengambil keputusan investasi perlu pertimbangan yang matang sebelum melakukan investasi dengan menggunakan kriteria investasi yang terkait (Bodie et al. 2005).

Kelayakan suatu investasi adalah suatu pengkajian yang bersifat menyeluruh terhadap semua aspek yang mempengaruhi investasi tersebut misalnya potensi pasar, kelayakan teknis, finansial dan lain-lain. Sebelum dilakukan pengkajian suatu investasi baru sebaiknya dilakukan suatu analisa persaingan dari posisi industri tersebut atau analisa posisi industri serta faktor atau


(46)

26 elemen yang mempengaruhinya. Hasil analisa ini akan membantu pengambil keputusan dalam memformulasikan faktor atau elemen penting yang akan mempengaruhi investasi (Mintzberg dan Quin 1996).

Pada dasarnya pengembangan investasi dibidang agroindustri terdiri dari pengkajian tiga aspek dasar, yaitu pemasaran (marketing), proses pengolahan (processing), dan penyediaan bahan baku (raw material supply). Masing-masing aspek dasar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti lingkungan, kebijakan dan stakeholder yang saling berinteraksi dan memberikan umpan balik membentuk suatu rantai (chain). Pengembangan suatu investasi yang tepat selalu

diawali dengan analisis berorientasi pasar market oriented analysis (Brown et al. 1994).

Suatu investasi dikatakan sehat atau baik apabila ditopang oleh prinsip-prinsip ekonomi yang universal yang mendorong kegiatan disegala bidang seperti, tersedianya produk yang diminta oleh pasar, tersedianya lapangan kerja, meningkatnya tingkat penghasilan, tumbuhnya kegiatan ekonomi lainnya seperti usaha dan jasa. Untuk itu kelayakan investasi dapat dilakukan dengan mengkaji manfaat finansial dan non finansial yang akan diperoleh dan perkiraan faktor resiko yang akan dihadapi serta implikasi kebijakan yang diperlukan (Soeharto 1999).

2.11. Perkembangan Penelitian Biodisel

Penelitian biodisel telah banyak dilakukan terutama di Amerika, Uni

Eropa, Jepang dan Australia, terutama dalam bidang teknologi proses, uji emisi, uji penggunaan (Road test), pemasaran, dan kebijakan. Universitas Idaho di

Amerika banyak melakukan penelitian biodisel dalam bidang pemilihan bahan baku, pengujian spesifikasi produk dan pengujian emisi yang dikeluarkan oleh biodisel (Korbits 1997). Studi dan implementasi kebijakan penggunaan biodisel, antara lain ketentuan jumlah emisi yang diperbolehkan, kebijakan pajak dan kebijakan pemberian perijinan investasi pada industri biodisel dilakukan oleh organisasi biodisel Amerika dan pemerintah, yaitu Departemen Lingkungan Hidup dan Departemen Pertanian (Tapsavi et al. 2004). Penelitian biodisel di Uni Eropa umumnya dibidang pengujian bahan baku, teknologi proses, sifat


(47)

fisikokimia biodisel atau spesifikasi produk dan pengujian emisi (Anderson et al. 2003; Zhang et al. 2003).

Menurut Forum Biodisel Dunia (2004), motivasi penelitian biodisel di negara maju cukup besar disebabkan oleh adanya kesadaran terhadap kelangkaan sumber enerji mineral dimasa yang akan datang, kesadaran terhadap penggunaan produk yang ramah lingkungan dan keinginan untuk mendukung program diversifikasi enerji nasionalnya. Penelitian di bidang investasi umumnya dilakukan dalam bentuk studi kelayakan proyek oleh perusahaan yang akan mengembangkan biodisel dan dilakukan secara spesifik sesuai dengan visi dan misi perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa penelitian di bidang proses pengolahan biodisel antara lain dilaporkan oleh Tapasvi et al. (2004), yaitu pendekatan permodelan proses pengolahan biodisel dapat digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi dan produksi dari biodisel. Dengan memodelkan berbagai komposisi neraca bahan dan neraca enerji pada pengolahan biodisel maka akan diketahui komposisi mana yang memberikan keuntungan paling optimum atau proses yang paling layak untuk dikembangkan.

Zhang et al. (2003) melaporkan bahwa pengolahan biodisel yang berasal dari minyak goreng bekas menggunakan katalis asam lebih baik dibandingkan dengan menggunakan katalis basa. Hal ini disebabkan pengolahan biodisel yang berasal dari minyak goreng bekas yang menggunakan katalis basa memerlukan jumlah bahan baku yang lebih besar dibandingkan dengan proses yang menggunakan katalis asam.

Menurut penelitian oleh Hanif (2003), pemakaian biodisel 100% berbasis minyak sawit akan menghasilkan jumlah emisi hidrokarbon 42%, karbon monoksida 54% dan karbon dioksida 42% lebih rendah dibandingkan dengan minyak solar yang dijual bebas di Indonesia. Wuryaningsih et al. (2003) melaporkan pengujian terhadap penggunaan biodisel kelapa sawit dan minyak jarak pada kendaraan akan menurunkan emisi CO, HC, partikulat dan Nox.

2.12. Perkembangan Industri Biodisel

Terjadinya krisis minyak dunia pada tahun 1973 telah mendorong sejumlah negara maju untuk mengadakan serangkaian penelitian terhadap enerji


(48)

28 alternatif di antaranya enerji biomas. Hal lainnya yang mendorong perkembangan industri biodisel adalah semakin sadarnya masyarakat negara tersebut akan terjadinya sumber kelangkaan sumber enerji yang berasal dari minyak mineral yang tidak dapat diperbaharui serta kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk-produk yang ramah lingkungan. Sehubungan dengan kedua hal tersebut negara–negara maju seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan Australia telah lama mulai mengembangkan industri biodisel nasionalnya (Krause 2001).

Perkembangan biodisel di negara Eropa mengalami peningkatan yang pesat ditunjukkan dengan meningkatnya kapasitas produksi biodisel dari negara-negara yang ada di Uni Eropa dari 500.000 ton pada tahun 2000 menjadi hampir 2 juta ton pada tahun 2004. Peningkatan konsumsi biodisel ini terutama disebabkan oleh kekuatiran akan langkanya enerji fosil dimasa mendatang dan kesadaran akan keamanan lingkungan yang tinggi sehingga pemerintah di negara tersebut mendukung pengembangan investasi. Pelaku usaha yang menanamkan investasi pada industri tersebut umumnya mendapat berbagai macam kemudahan dan fasilitas dari pemerintah berupa kebijakan/regulasi yang mendukung berkembangnya investasi tersebut misalnya penerapan tax holiday dibidang perijinan dan pemasaran, persyaratan emisi bahan bakar yang diperbolehkan serta kebijakan lainnya ( European Commision-DG XVII 1996).

Dewasa ini produksi minyak biodisel dunia diperkirakan lebih dari lima juta ton dimana lebih dari 85% dari jumlah tersebut diproduksi di negara Eropa, terutama Jerman, Austria, Perancis, Belanda, Italia serta sisanya oleh negara lainnya seperti Amerika, Jepang, Australia, Malaysia, dan lain-lain (Korbitz 1997). Banyaknya produsen dan total produksi biodisel di Eropa pada tahun 2000 tertera pada Lampiran 2. Pemerintah di negara-negara Eropa, Amerika dan Australia memberikan insentif yang cukup besar bagi pengembangan industri biodisel misalnya berupa keringanan pajak mulai dari perijinan pabrik sampai dengan keringanan pajak bagi pengguna produk biodisel. Adanya aturan dari batasan emisi yang dapat ditolerir yang dikeluarkan oleh negara-negara produsen biodisel memberikan pengaruh yang sangat positif bagi perkembangan investasi industri tersebut (Germany dan Bruna 2001). Penggunaan biodisel di Amerika


(49)

tidak hanya digunakan bagi transportasi umum tetapi digunakan juga pada lokasi-lokasi yang sensitif terhadap kerusakan lingkungan seperti lokasi-lokasi perairan dan pertambangan (Forum Enerji Dunia, www. Worldenergy.net/article chemical maker htm, 17 Mei 2003). Jepang mengembangkan E-oil yang menggunakan proses daur ulang dari minyak goreng bekas rumah tangga atau disebut tempura Yu dan digunakan sebagai bahan bakar transpor umum (Yukawa 2001).


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh serta keterkaitan antar faktor dalam pengembangan investasi biodisel kelapa sawit di Indonesia. Tiap faktor dimodelkan sebagai suatu submodel dimana masing-masing submodel akan dianalisis sesuai dengan landasan teoritis maupun empiris yang sesuai dengan submodel tersebut.

Berdasarkan hasil analisis pada masing–masing submodel akan disusun suatu rancang bangun model sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS yang merupakan model agregasi dari submodel tersebut menggunakan model sistem dinamis. Rancang bangun yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pengambil keputusan untuk menilai kelayakan investasi pada industri biodisel kelapa sawit.

Dari hasil validasi rancang bangun sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS menggunakan sistem dinamis diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan terhadap penilaian kelayakan investasi dan stategi pengembangannya. Disamping hal tersebut, dapat pula ditetapkan sasaran investasi berupa penentuan struktur industri dan posisi produk sebagai pengganti produk substitusi solar di dalam negeri dan sebagai produk ekspor.

Strategi pengembangan investasi yang diinginkan adalah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Saran rekomendasi terhadap implikasi kebijakan yang diperlukan terutama kebijakan dibidang investasi dan dibidang penggunaan produk.

3.1.1. Pendekatan Sistem

Dalam pengembangan model sistem penunjang keputusan investasi pada industri BDS menggunakan model sistem dinamis maka dilakukan beberapa tahapan identifikasi sistem, batasan sistem dan penetapan metoda analisis.


(51)

3.1.2. Identifikasi Sistem

Hasil analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan menjadi landasan untuk identifikasi parameter yang berpengaruh. Hubungan antar parameter sistem tersebut digambarkan dalam bentuk diagram input-output (Gambar 3).

Input Lingkungan

1. Kebijakan Pemerintah di Bidang Enerji 2. Kebijakan Pemerintah di Bidang Lingkungan 3. Kebijakan Pemerintah di Bidang Investasi

Input Tak Terkendali

1. Fluktuasi Harga Bahan Baku 2. Tingkat Suku Bunga Bank 3. Iklim Investasi Belum Membaik 4. Perubahan Kurs

Output Dikehendaki

1. Terjadinya Investasi BDS secara bertahap dan terencana

2. Pasar Biodisel di DN & LN

3. Program Diversifikasi E nerji Terlaksana 4. Perbaikan Kualitas Lingkungan

SPK INVESTASI PADA INDUSTRI BDS MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIS

Input Terkendali

1. Potensi Sumber Bahan Baku, Teknolog i, Finansial, SDM

2.Skenario Pengembangan Investasi

Output Tidak Dikehendaki

1. Harga Produk BDS lebih mahal daripada Produk Subtitusi

2. Harga Pokok Produksi Tinggi 3. Resiko Investasi

Manajemen Pengendalian

Gambar 3. Diagram input output SPK investasi industri biodisel.

Secara garis besar diagram alir sistem penunjang keputusan investasi tertuang pada Gambar 4. Metode analisis yang digunakan pada tiap sub model disusun pada Tabel 4.


(52)

32

Gambar 4. Diagram alir sistem penunjang keputusan investasi

3.1.3. Batasan sistem

Batasan sistem dalam pemodelan yang dibangun adalah dibatasi pada pengkajian faktor internal yang dapat dimodelkan atau disimulasikan yaitu faktor sumber daya, faktor teknis produksi, faktor finansial, faktor lingkungan dan faktor pasar.

Start

-Analisis Sumberdaya -Analisis Produksi Biodisel -Analisis Finansial

-Analisis Lingkungan -Analisis Pasar

Layak

Formulasi Implementasi

Selesai

Agregasi penilaian Kelayakan Investasi berdasarkan model SPK yang diformulaskan

ya


(1)

180 Lampiran 7. Diagram alir unit proses separasi


(2)

181 Lampiran 8. Diagram alir unit proses purifikasi


(3)

(4)

(5)

(6)