Pengadilan Negeri ialah bahwa pemeriksaan perkara dalam sidang diadakan secara lisan,artinya kedua belah pihak memajukan segala sesuatu kepada
hakim secara lisan yang oleh panitera dicatat dalam suatu catatan sidang Projodikoro, 1982:76.
Sistem lain adalah sistem secara tulisan, yaitu kedua belah pihak ditentukan harus memuatkan segala sesuatu yang mereka ajukan di muka
hakim, dalam suatu surat, yang mereka serahkan kepada hakim, dan pihak lawan mendapatkan turunan dari surat tersebut, begitu seterusnya mereka
ganti berganti saling menyerang dan membela diri secara surat menyurat dengan perantaraan hakim. Pada akhirnya kedua belah pihak memajukan
kesimpulan masing-masing dan hakim mengambil keputusan Projodikoro, 1982:77 .
2.2 Tinjuan Tentang Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri 2.2.1. Gugatan
Dasar hukum gugatan Perdata adalah Pasal 1365 KUH Perdata
“Setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum dan
menimbulkan kerugian pada pihak lain wajib baginya mengganti kerugian
itu”. Sistem gugatan disebut juga stelsel gugatan. Maksudnya bagaimana cara memasukkan permintaan pemeriksaan perkara kepada Pengadilan agar
permintaan dapat diterima pihak pengadilan. Mengenai persyaratan dan pokok-pokok yang harus ada dalam gugatan yang meliputi Sukresno,
2011:82.
1. Identitas dari pada para pihak Identitas adalah ciri-ciri daripada penggugat dan tergugat ialah nama,
tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, agama, usia, status Sukresno, 2011:83 .
2. Fundamentum petendi Fundamentum petendi adalah dalil-dalil posita konkret tentang adanya
hubungan yang merupakan dasar serta ulasan daripada tuntutan Sukresno, 2011:83 . Fundamentum petendi ini terdiri dari dua bagian :
1 Bagian yang menguraikan tentang kejadian atau peristiwa. 2 Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya.
Uraian tentang kejadian merupakan penjelasan duduknya perkara tetang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yurudis daripada
tuntutan. Mengenai uraian yuridis tersebut tidak berarti harus menyebutkan peraturan-peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan
melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan di dalam persidangan nanti sebagai dasar dari tuntutan, yang member gambaran
tentang kejadian materiil yang merupakan dasar tuntutan itu. 3. Petitum Tuntutan
Petitum atau Tuntutan adalah apa yang dimintakan atau diharapkan penggugat agar diputuskan oleh hakim, jadi tuntutan itu akan terjawab
didalam amar atau diktum putusan, maka petitum harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Tuntutan yang tidak jelas atau tidak sempurna
dapat barakibat tidak diterimanya tuntutan tersebut. Demikian pula gugatan yang berisi pernyataan-pernyataan yang bertentangan satu
sama lain disebut abscuur libel gugatan yang tidak jelas dan tidak dapat dijawab dengan mudah oleh pihak tergugat sehingga
menyebabkan ditolaknya gugatan berakibat tidak diterimanya gugatan tersebut. Sebuah tuntutan dapat dibagi 3 tiga ialah :
1 Tuntutan primer atau tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara.
2 Tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok tetapi masih ada hubungannya dengan pokok perkara.
3 Tuntutan subsidiair atau pengganti. Sukresno, 2011: 84
2.2.2 Upaya Perdamaian
Pengertian perdamaian dalam acara perdata yaitu penyelesaian sengketa gugatan dengan perantarakesepakatan para pihak untuk secara
ikhlas dengan mengorbankan sebagian kepentingannya dengan tujuan untuk mengakhiri sengketa Mertokusumo, 1988:82 . Dalam persidangan,
dikenal dengan adanya upaya penyelesaian sengketa secara damai yang diatur dalam Pasal 130 HIR154 RBG. Upaya perdamaian di persidangan
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh Hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 131 ayat 1 HIR
yang berbunyi “jika pada hari yang ditentukan kedua belah pihak datang, maka ketua pengadilan negeri akan mencoba
mendamaikan mereka” Koosmargono dan Dja‟is, 2010:56 dan jika hakim tidak berhasil mendamaikan, maka harus disebutkan dalam Berita Acara
Persidangan. Untuk saat ini, pengaturan teknis dari Pasal 130 HIR154 RBG diatur dalam Perma No 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Perdamaian itu sendiri pada dasarnya harus mengakhiri perkara, harus dinyatakan dalam bentuk tertulis, perdamaian harus dilakukan oleh
seluruh pihak yang terlibat dalam perkara dan oleh orang yang mempunyai
kuasa untuk itu, dan ditetapkan dengan akta perdamaian. Dalam sebuah upaya perdamaian, harus dipenuhi juga syarat-syarat formalnya. Syarat
formal dalam upaya perdamaian adalah adanya persetujuan kedua belah pihak, mengakhiri sengketa, mengenai sengketa yang telah ada, bentuk
perdamaian harus tertulis, nilai kekuatan perdamaian
2.2.3 Jawaban Gugatan
Jawaban adalah tanggapan tergugat atas surat gugatan penggugat. Dalam surat jawaban tergugat bisa mengajukan 3 hal sebagai berikut :
1. Eksepsi Eksepsi adalah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat
terhadap gugatan yang diajukan oleh penggugat yang tidak langsung menyentuh pokok perkara, biasanya hanya berisi tuntutan untuk batalnya
gugatan Sukresno, 2011:124. Eksepsi atas alasan diluar pokok perkara meliputi formalitas perkara baik pada kompetensi absolute maupun
relative serta kecacatan surat gugutan dan lain sebagainya. 2. Jawaban pokok perkara
Jawaban tergugattermohon dalam pokok perkara harus mengacu
pada posita
atau dalil-dalil
yang dikemukakan
penggugatpemohon dalam surat gugatannya. Jawaban hendaknya diberikan secara detail, jangan global, jelas, kronologisurut, sistematis
dan relevan Sukresno, 2011:126 . Misalnya menjawab tidak benar, maka harus disertai fakta yang benar. Pokok persoalan atau dalil-dalil
penggugatpemohon dijawab terlebih dahulu, dan jika ada keterangan
tambahan diuraikan pada bagian tersendiri. Apabila eksepsi diterima maka gugatan tidak diterima. Dan penggugat dapat mengajukan gugatan
baru. 3. Rekonvensi
Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat dalam gugatan konvensi dalam suatu sengketa diantara
mereka Sukresno, 2011:127. Gugatan rekonvensi yang dibenarkan adalah :
1 Bila pengadilan yang memeriksa gugatan rekonvensi berwenang mengadili materi rekonvensi.
2 Diajukan selama masih dalam tahap jawab jinawab, sebelum masuk pembuktian.
3 Rekonvensi tidak boleh ada dalam memori banding. Di dalam rekonvensi, para pihak disebut sebagai penggugat
rekonvensi semula tergugat, tergugatturut tergugat rekonvensi semula penggugat. Dalam perkara permohonan ijin ikrar talak, jika
ada rekonvensi tetap disebut gugatan rekonvensi, bukan permohonan rekonvensi.
2.2.4 Pembuktian
Membuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis. Membuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberikan dasar-dasar
yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan Sudikno, 1998:108.
Hukum tentang yang berlaku saat ini di RI terserak dalam HIR dan Rbg
baik yang materiil maupun yang formil. Serta dalam BW buku IV yang isinya hanya hukum pembuktian materiil.
1. Prinsip – prinsip Pembuktian
Tidak semua dalil yang menjadi dasar gugatan harus dibuktikan kebenarannya, untuk dalil-dalil yang tidak disangkal, apabila diakui
sepenuhnya oleh pihak lawan, maka tidak perlu dibuktikan lagi Sudikno, 1998:111. Beberapa hal keadaan yang tidak harus
dibuktikan antara lain:Hal -hal keadaan yang telah diakui, hal-hal keadaan yang tidak, hal disangkal, hal-halkeadaan-keadaan yang telah
diketahui oleh khalayak ramai. 2. Teori
– teori Tentang Penilaian Pembuktian Sekalipun untuk peristiwa yang disengketakan itu telah diajukan
pembuktian, namun pembuktian itu masih harus dinilai. Terdapat 3 tiga teori yang menjelaskan tentang sampai berapa jauhkah hukum
positif dapat mengikat hakim atau para pihak dalam pembuktian peristiwa didalam sidang, yaitu :
1 Teori Pembuktian Bebas Teori ini tidak menghendaki adanya ketentuan-ketentuan yang
mengikat hakim, sehingga penilaian pembuktian dapat diserahkan kepada hakim Sudikno, 1998:113.
2 Teori Pembuktian Negatif. Dasar hukum teori pembuktian negatif terdapat dalam pasal 169
HIR. Teori ini menghendaki ketentuan-ketentuan yang mengatur larangan-larangan kepada hakim untuk melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan pembuktian Sudikno, 1998:114
3 Teori Pembuktian Positif. Disamping adanya larangan, teori ini menghendaki adanya perintah
kepada hakim. Disini hakim diwajibkan, tetapi dengan syarat Sudikno,1998:114
2.2.5 Kesimpulan
Kesimpulan adalah konklusi yang diberikan oleh penggugat dan tergugat. Setelah itu hakim akan membuat kesimpulan yang dinamakan
putusan. Disini kedua belah pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidang tersebut. Dari adanya surat gugatan, jawaban, replik, duplik,
keterangan para saksi dan kesimpulan diambil intisari-nya saja untuk dijadikan suatu kesimpulan. Kesimpulan harus dibuat poin-poin yang
sistematis, jelas, dan harus relevan dengan dalil-dalil yang pernah
dikemukakan http:muhammad-darwis.blogspot.com 2.2.6 Putusan
1. Dari segi fungsinya, putusan Pengadilan dalam mengakhiri perkara adalah sebagai berikut:
1 Putusan Akhir Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan
dipersidangan, baik telah melalui semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidakbelum menempuh semua tahapan pemeriksaan Sudikno,
1998:192. 2 Putusan Sela
Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan masih dalam proses pemeriksaan perkara dengan tujuan untuk memperlancar jalannya
pemeriksaan. Putusan sela selalu tunduk pada putusan akhir karena tidak berdiri sendiri dan akhirnya dipertimbangkan pula pada putusan
Sukresno, 2011:169. 2. Dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan
dijatuhkan,maka putusan Pengadilan dibagi beberapa jenis : 1 Putusan Verstek
Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan karena tergugattermohon tidak pernah hadir meskipun telah dipanggil
secara resmi, sedang penggugat hadir dan mohon putusan. Putusan verstek dapat dijatuhkan dalam sidang pertama atau sesudahnya,
sesudah tahapan pembacaan gugatan sebelum tahapan jawaban tergugat Sukresno, 2011:171.
Hakim dapat mengadili dan memutuskan suatu perkara tanpa hadirnya tergugat, dalam hal tergugat telah dipanggil dengan
sepatutnya tetapi tidak hadir tanpa suatu alasan yang sah. Putusan ini biasanya merugikan, tergugat dapat mengajukan keberatan yang
disebut verzet, yang diajukan kepada hakim yang memeriksa perkara tingkat pertama Sudikno, 1998:171
2 Putusan kontradiktoir Putusan kontradiktoir adalah putusan akhir yang pada saat
dijatuhkan diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah satu atau para pihak. Dalam pemeriksaanputusan kontradiktoir disyaratkan bahwa
baik penggugat maupun tergugat pernah hadir dalam sidang. Terhadap putusan kontradiktoir dapat dimintakan banding Sukresno, 2011:171
3. Dilihat dari isinya terhadap gugatanperkara, putusan hakim dibagi sebagai berikut:
1 Putusan tidak menerima. Putusan tidak menerima adalah putusan yang menyatakan
bahwa hakim tidak menerima gugatan penggugatpemohonan pemohon karena gugatanpermohonan tidak memenuhi syarat hukum
baik secara formail maupun materiil. Apabila syarat gugat tidak terpenuhi maka gugatan pokok dalil gugat tidak dapat diperiksa.
Putusan ini
berlaku sebagai
putusan akhir
http:advokatku.blogspot.com 2 Putusan menolak gugatan penggugat
Putusan ini adalah putusan akhir yang dijatuhkan setelah menempuh semua tahap pemeriksaan dimana ternyata dalil-dalil gugat
tidak terbukti. Dalam memeriksa pokok gugatan dalil gugat maka hakim harus terlebih dahulu memeriksa apakah syarat-syarat gugat
telah terpenuhi, agar pokok gugatan dapat diperiksa dan diadili http:advokatku.blogspot.com .
3 Putusan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dan menolaktidak menerima selebihnya.
Putusan ini merupakan putusan akhir. Dalam kasus ini, dalil gugat ada yang terbukti dan ada pula yang tidak terbukti atau tidak
memenuhi syarat. Putusan ini dijatuhkan apabila syarat-syarat gugat telah terpenuhi dan seluruh dalil-dalil tergugat yang mendukung
petitum ternyata terbukti http:advokatku.blogspot.com
4. Dilihat dari segi sifatnya terhadap akibat hukum yang ditimbulkan, maka putusan dibagi sebagai berikut :
1 Putusan Diklatoir Putusan diklatoir yaitu putusan yang hanya menyatakan suatu keadaan
yang resmi menurut hukum. Putusan diklatoir tidak merubah atau menciptakan suatu hukum baru, melainkan hanya memberikan
kepastian hukum semata terhadap keadaan yang telah ada Sudikno, 1998:193.
2 Putusan Konstitutif Putusan
konstitutif yaitu
suatu putusan
yang menciptakanmenimbulkan keadaan hukum baru. Putusan konstitutif
selalu berkenaan dengan status hukum seseorang atau hubungan keperdataan satu sama lain. Putusan konstitutif biasanya berbunyi
menetapkan atau memakai kalimat lain bersifat aktif dan bertalian langsug dengan pokok perkara Sudikno, 1998:193
3 Putusan Kondemnatoir Putusan kondemnatoir yaitu putusan yang bersifat menghukum
kepada salah satu pihak untuk melakukan sesuatu, atau menyerahkan sesuatu kepada pihak lawan, untuk memenuhi prestasi. Putusan
kondemnatoir selal u berbunyi “menghukum” dan memerlukan
eksekusi Sudikno, 1998:192.
2.3 Tinjauan Tentang Prodeo