8
2 Penegakan
Peraturan Daerah
tentang Kebersihan
dan Ketertiban
Umum terhadap pedagang kaki
lima di Kota Denpasar. Tahun 2009
Ida Bagus Gede Oka
Sidhimantra 1.
Bagaimanakah pelaksanaan penegakkan
peraturan daerah tentang kebersihan
dan ketertiban
umum terhadap pedagang kaki
lima di Kota Denpasar? 2.
Hambatan-hambatan apa yang
terjadi dalam
pelaksanaan penegakkan peraturan daerah tentang
kebersihan dan
ketertiban umum
terhadap pedagang kaki lima di Kota Denpasar?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum 1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah
secara tertulis. 2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam
bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. 3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan di
bidang ilmu hukum. 4. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa ke dalam kehidupan
sebelum terjun ke masyarakat. 1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaturan dan penataan bagi pedagang kaki lima di Kota Denpasar
2. Untuk mengetahui penegakan hukum dan kewenangan penertiban pedagang kaki lima di Kota Denpasar.
9
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan hukum khususnya
untuk mengetahui upaya hukum dalam pengaturan pedagang kaki lima di kota denpasar. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pengembangan
dalam penerapan ilmu hukum khususnya hukum pemerintahan serta meningkatkan pengetahuan di bidang hukum yang mengatur pedagang
kaki lima, kebersihan dan ketertiban umum. 1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini ditulis untuk dapat memberikan ide-ide atau tindakan guna membangun lingkungan yang tertib sesuai peraturan
yang ada, serta memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kota Denpasar agar memberikan ruang usaha kepada pedagang
kaki lima agar nyaman melakukan usahanya dan penerapan kebijakan dalam melaksanakan usaha kebersihan dan ketertiban umum tetap
terlaksana.
1.7 Landasan Teoritis
Landasan teoritis yang nantinya digunakan dalam penelitian hukum merupakan sebuah pijakan dasar dalam membahas permasalahan-permasalahan
hukum yang terkait dengan permasalahan tersebut. Adapun landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berupa Teori Negara Hukum, Teori Peraturan
10
Perundang-undangan, Teori Otonomi, Teori Kewenangan, dan Teori Perlindungan Hukum.
1.7.1 Teori Negara Hukum Prinsip
negara hukum
senantiasa berkembang
sesuai dengan
perkembangan jaman, Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kompleksnya kehidupan masyarakat di era global. menurut pengembangan
prinsip-prinsip negara
hukum. Negara
hukum adalah
negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum . secara konstitusional Negara Indonesia adalah negara hukum, yang diketahui dalam
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Untuk dapat
disebut sebagai negara hukum maka harus memiliki dua unsur pokok yakni adanya perlindungan Hak Asasi Manusia serta adanya pemisahan dalam negara.
3
Dalam perkembangannya timbul dua teori negara hukum. Unsur-unsur rechtstaat dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa barat
kontinental sebagai berikut: 1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pembagian kekuasaan berdasarkan trias politika. 3. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang.
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
4
3
Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal.132
4
Ridwan, HR. 2011, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 3.
11
Lain halnya dengan AV Dicey dari kalangan hukum Anglo Saxon memberikan pengertian the rule of law sebagai berikut:
1. Supremasi aturan-aturan hukum supremacy of the law; tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang absence of arbitrary power, dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum equality before the law.
Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat; dan 3.
Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang di negara lain oleh undang-undang dasar serta keputusan-keputusan pengadilan.
Konsep Rechtstaat lahir karena menentang absolutisme sehingga Sifatnya revolusioner sedangkan Rule Of Law berkembang secara evolusioner yang
bertumpu atas sistem hukum Common Law.
5
1.7.2 Teori Peraturan Perundang-undangan Dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan dikenal dengan teori jenjang hukum stufentheorie yang dikemukakan oleh Hans Kelsen, dalam teori
tersebut Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang dan berlapis dalam suatu hierarki dalam arti suatu norma yang lebih rendah berlaku
bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan
fiktif yaitu norma dasar.
6
Dimana dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang
dimaksud Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang membuat
5
Ibid.
6
Maria Farida Indrati Soeprapto, 2010, Ilmu Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta, hal.41.
12
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan. 1.7.3 Teori Otonomi
Dalam Negara Kesatuan, otonomi merupakan hak kewenangan Pemerintah Pusat yang sebagian didelegasikan dilimpahkan atau diberikan kepada daerah
yang kemudian disebut desentralisasi. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7
Dalam pengertian otonomi daerah bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam pemberian otonomi daerah adalah terwujudnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab. Dimana suatu wilayah Negara dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang diberi otonomi yaitu wewenang
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku, dalam hal ini sebagai urusan pusat diserahkan kepada
daerah untuk menjadi urusannya sendiri. Dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah memiliki tanggung jawab
dan wewenang dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang. Dengan kewenangan yang ada atas dasar adanya pemberian otonomi dari pusat kepada
daerah mengakibatkan pemda berwenang membuat Peraturan Daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang yang berlaku. Adanya Peraturan Daerah mengakibatkan
7
Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal.42
13
Pemerintah Daerah berwenang melakukan tindakan atau perbuatan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan dan ketertiban di daerahnya sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan daerah tersebut. Tindakan yang di ambil oleh pemerintah daerah dalam mengatasi setiap masalah yang timbul di daerahnya
biasanya bersifat memaksa, dan pemerintah daerah berwenang untuk mengambil suatu tindakan atau upaya yang dianggap perlu, baik sebagai upaya perlindungan
dan penegakan hukum terhadap akan terjadinya suatu peristiwa yang bertentangan dengan peraturan maupun tindakan yang bersifat menanggulangi bila peristiwa
yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku. 1.7.4 Teori Kewenangan
Dalam teori kewenangan, yang dimaksud dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari yang diberikan oleh
Undang-Undang, yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif atau administratif. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan
hukum publik, misalnya wewenang menandatanganimenerbitkan surat izin dari seorang pejabat atas nama Menteri atau Gubernur Kepala Daerah, sedangkan
kewenangan tetap berada di tangan MenteriGubernur Kepala Daerah, dalam hal ini terdapat pendelegasian wewenang. Jadi, di dalam kewenangan terdapat
wewenang-wewenang.
8
8
Juanda, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah, P.T Alumni, Bandung, hal.271
14
Kewenangan secara teoritis dapat diperoleh melalui 3 tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintahan.
9
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintahan kepada pemerintahan lainnya.
10
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan telah mengijinkan kewenangannya
dijalankan organ lain atas namanya.
11
1.7.5 Teori Perlindungan Hukum Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.
12
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a.
Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang diberikan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk
mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batas- batasan dalam melakukan suatu kewajiban.
9
Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hal.102
10
Ibid, hal.102
11
Ibid, hal.102
12
Setiono, 2004, Rule of Law Supremasi Hukum, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hal.3
15
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
13
Setiap pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk menegakkan hukum. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini belum ada Undang-Undang
yang khusus mengatur mengenai pedagang kaki lima. Padahal fenomena pedagang kaki lima sudah merupakan permasalahan nasional karena setiap kota
pasti ada pedagang kaki limanya. Pengaturan mengenai pedagang kaki lima ini hanya terdapat dalam peraturan daerah Perda. Perda ini hanya mengatur tentang
pelanggaran untuk kebersihan dan ketertiban umum khususnya pedagang kaki lima di daerah yang sudah ditentukan. Mengenai tempat-tempat yang dilarang
untuk berjualan bagi pedagang kaki lima diatur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar No 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Denpasar No 15 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Denpasar, yaitu pada pasal 35 ayat 2 dan ayat 5 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: 2 Dilarang menjajakan barang dagangan seperti kosmetik, alat-alat
dapur dan keperluan lainnya dengan masuk rumah tangga, kantor- kantor baik pemerintah maupun swasta kecuali sudah melapor dan
mendapat rekomendasi dari aparat kelurahan desa banjar lingkungan kelompok instansi setempat.
5 Dilarang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang kaki lima K5 menggunakan mobil, gerobak dorong, gerobak dorong pemulung,
becak, dan kendaraan roda tiga lainnya di jalan, emperan toko, pekarangan rumah, jalur hijau, taman, dan tempat-tempat umum
lainnya.
13
Ibid, hal.20
16
Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan daerah tersebut dalam penegakkan hukumnya dapat dikenakan berupa sanksi, sanksi itu berupa pidana
kurungan atau denda. Setiap pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk menegakkan hukum, dalam menegakkan peraturan daerah tersebut dibentuk
Satuan Polisi Pamong Praja, dimana diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat dalam pasal 255 ayat 1 menyatakan
“Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan perda dan perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman, serta menyelenggarakan
perlindungan masyarakat”. Jadi dengan ketentuan tersebut Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok yaitu membantu kepala daerah menegakkan perda
dan peraturan kepala daerah menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
1.8 Metode Penelitian