22
Tabel. 2 Data siswasiswi per kelas, guru, dan karyawan YAPIDH tahun 2013-2014.
13
TKIT YAPIDH Kepala sekolah: Nur Endah Sari
Pengajar : 14 Karyawan : 1
TK A TK B
Jumlah 60
55 115
SDIT YAPIDH Kepala sekoala : Elok Alamah, M.Pd
Pengajar : 69 Karyawan : 10
Kls I Kls II
Kls III Kls IV Kls V Kls VI
Jumlah L
P L
P L
P L
P L
P L
P 55
78 73 75 67
58 90 80 89
64 70 68
867
SMPIT YAPIDH Kepala sekoala : Sari Amelia, S.Pd
Pengajar : 42 Karyawan : 4
13
Data yang diperoleh berdasarkan dari sekertaris disetiap unit TKIT, SDIT, SMPIT, SMAIT dan STIU, data yang diperoleh baik wawancara maupun data arsip di setiap masing-masing unit, di
YAPIDH, Bekasi 07-10 April 2014
23
Kls VII Kls VIII
Kls IX Jumlah
L P
L P
L P
74 70
70 80
70 79
444
SMAIT YAPIDH Kepala sekoala : Nurmiyati, M.Pd
Pengajar : 24 Karyawan : 3
Kls X Kls XI
Kls XII Jumlah
L P
L P
L P
35 29
24 27
27 34
176
STIU YAPIDH Direktur STIU : Dr. H. Heri Koswara, MA
Pengajar : 29 Karyawan : 7
Semester 2 Semester 4
Semester 6 Smester 8
Jumlah 90
72 94
85 341
24
BAB III PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH
Pendidikan Islam muncul dan berkembang di Nusantara sejak Islam masuk di kepulauan ini, dibawa para sufi pengembara atau pedagang dari Timur
Tengah yang kemudian hidup membaur dengan penduduk lokal.
1
Meskipun demikian perkembangan Islam di Nusantara ditandai oleh lahirnya berbagai
kerajaan Islam, mulai dari Samudera Pasai sampai ke luar pulau Jawa, hal tersebut
menandakan bahwa Islam adalah agama yang paling kuat.
Islam merupakan komponen penting dalam mempengaruhi bentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat, Indonesia sebagai salah satu agama yang
paling banyak dianut. Jika dilihat dari letak geografis Zajirah Arab yang merupakan pusat penduduk Islam dengan Indonesia sangatlah jauh, tetapi
persebaran Islam di Indonesia sangat luas.
2
Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan Islam yang berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pesantren
merupakan salah satu pendidikan yang sudah ada sejak kedatangan Islam ke Nusantara dibawa oleh para pedagang. Meskipun demikian perkembangan
pesantren mampu memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi
1
Ada beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Nusantara yang dikembangkan oleh para sejarawan. Di antaranya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Nusantara dibawa oleh para pedagang Gujarat dan Malabar. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam dibawa langsung dari Arab dan kaum sufi yang berperan sebagai para
pendakwah Islam di Nusantara. Uraian yang lebih rinci tentang masalah ini dapat dilihat dalam buku Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad ke-XVII
XVIII Jakarta: Kencana 2007 Edisi Revisi, Cet ke-3 hal. 1-46.
2
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: LSIK, 1996, hal. 1.
25 perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat saat ini.
Pesantren merupakan wujud dari perkembangan belajar mengajar yang dulu dikenal dengan pengajian non-formal dan kemudian dikenal sebagai lembaga
pendidikan tradisonal. Pondok pesantren di Indonesia mempunyai sejarah mengenai asal-usul dan
perkembangannya, ada beberapa pendapat yang mengatakan sebagai berikut Pertama: pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi
Islam, yaitu tradisi tarekat.
3
Kedua: pendapat yang menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan
“Kuttab” dan Ketiga: mulanya merupakan pengambil-alihan dari sistem pesantren orang-orang Hindu di
Nusantara pada masa pra-Islam.
4
Jika dikaitkan sebagai lembaga pendidikan, pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, dan memiliki akar sejarah yang jelas.
Orang yang pertama kali mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit perbedaan dari berbagai pemahaman. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
pendiri pondok pesantren pertama di pulau Jawa adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan nama Syaikh Maghribi dari Gujarat India.
5
Perkataan “Pondok” dalam penggunaan kata pondok pesantren diambil dari bahasa Arab yaitu funduk yang artinya penginapan atau hotel, sedangkan
3
Istilah Tarekat diambil dari bahasa Arab Thariq, yang berarti “ Jalan: Jalan Kontemplatif
Islam”. Lihat, Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Cirebon Jakarta: Lp gos, 2001, hal. 337, dan Istilah
“Kuttab” adalah lembaga pendidikan dasar yang telah muncul sejak zaman Nabi. Lihat Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam.
4
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam “Ensklopedi Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1999, hal. 100-104.
5
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Hidakarya Agung, 1957, hal. 231. Lihat juga Mujamil Qomar, Dari Transformasi Menuju Demokrasi Institusi Jakarta:
Erlangga, hal. 8-9, buku ini juga menjelaskan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Syaikh Maghribi adalah pendiri pondok pesantren di pulau Jawa.
26 “Pesantren” berasal dari kata santri, yang berarti tempat tinggal para santri.
6
Menurut WJS. Poerwadarmita dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Pondok mengandung empat makna; 1 rumah untuk sementara, 2
rumah, 3 rumah yang agak kurang baik biasanya berdinding bilik beratap rumbia, dibuat berpetak-petak untuk tempat tinggal beberapa keluarga,
4 madrasah dan asrama tempat mengaji belajar agama Islam.
7
Perlu kita ketahui bahwa lembaga-lembaga pendidikan Indonesia tidak terlepas dari lembaga-lembaga pendidikan Islam. Sebelum timbulnya sekolah-
sekolah dan universitas-universitas yang dikenal dengan lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan yang
sifatnya non-formal, kegiatan mengaji Al- Qur’an dan tata cara beribadah yang
biasanya di dalam mengajar terjadi interaksi aktif antara kyai sebagai guru dan santri sebagai murid, kegiatan belajar tersebut biasanya dilaksanakan di masjid,
surau atau tempat lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan Islam mengalami berbagai perubahan mulai dari perubahan
kelembagaan, kurikulum, para pendidik, dan modifikasi metode. Tentunya perubahan tersebut mengalami perkembangannya sebagai pola
penyelenggaraan pendidikan Islam secara umum. Hal tersebut menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat diklasifikasikan menjadi
6
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahalan Sosial Jakarta : P3M, 1986, hal. 99.
7
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1984, hal. 955