berpengaruh seperti diet, kebiasaan merokok, stres emosi dan lain-lain Nafrialdi, 2007
2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder meliputi 5-10 kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal hipertensi renal,
hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, hipertensi akibat obat-obatan dan lain- lain Viera Neutze, 2010.
b. Gejala Hipertensi
Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala dan tanda. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tekanan darah, melalui pemeriksaan
laboratorium dan tambahan seperti ginjal dan pembuluh Tjay Rahardja, 2002.
c. Tujuan Terapi Hipertensi
Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian
utama, karena pada umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya tekanan darah sistolik. Target tekanan darah bila tanpa kelainan
penyerta adalah 14090 mmHg, sedangkan pada pasien dengan kelainan diabetes mellitus atau kelainan ginjal, tekanan darah harus diturunkan dibawah 13080
mmHg Nafrialdi, 2007.
d. Tatalaksana Terapi Hipertensi
1 Terapi Farmakologi
Pengobatan hipertensi secara farmakologi pada tahap pertama ditujukan untuk menurunkan tekanan darah. tujuan akhir dari terapi ini adalah untuk
menghindarkan pasien hipertensi dari komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup Tjay Rahardja, 2002. Pengobatan hipertensi tanpa penyakit penyerta untuk
tipe 1 dengan TDS 140-159 atau TDD 90-99 mmHg lini pertama yaitu dengan diuretik golongan tiazid dan dapat dipertimbangkan dengan menggunakan ACE-I,
ARB, BB, CCB atau kombinasi. Sedangkan untuk tipe 2 dengan TDS ≥160 atau
TDD ≥100 mmHg menggunakan antihipertensi kombinasi dua obat, biasanya
diuretik golongan tiazid dan ACE-I atau ARB atau BB, CCB Gambar 1. Chobanian et al., 2003.
Gambar 1. Algoritma Terapi Hipertensi Chobanian et al., 2003
2 Terapi Non-farmakologi
Pasien hipertensi maupun prehipertensi disarankan untuk memperbaiki gaya hidup Chobanian et al., 2003. Seperti penurunan berat badan, membatasi
asupan garam, memperbanyak aktivitas fisik, melakukan diet rendah kolesterol tinggi serat dan mengurangi asupan alkohol Dipiro et al., 2008.
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup pada Pasien Hipertensi
Modifikasi Rekomendasi
Rata-rata penurunan tekanan darah
Penurunan berat badan Menjaga berat badan normal indeks massa tubuh
18,5-24,9 kg m2. 5-20 mmHg
Dietary Sodium Reduction
Mengkonsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran,susu rendah lemak dan makanan dengan
kandungan minyak jenuh rendah. 8-14 mmHg
Diet rendah garam Mengurangi asupan garam tidak lebih dari 100
mmol per hari 2,4 g natrium atau 6 gram natrium klorida.
2-8 mmHg Aktivitas fisik
Rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan cepat Setidaknya 30 menit per hari.
4-9 mmHg Membatasi konsumsi
alkohol Batasi konsumsi tidak lebih dari 2 gelas pada pria,
dan tidak lebih dari 1 gelas per hari pada wanita. 2-4 mmHg
Chobanian et al., 2003
e. Pemilihan Obat Antihipertensi
Golongan obat yang bekerja sebagai obat penurun tekanan darah, yaitu Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ACEI, Angiotensin Receptor Blocker ARB, Beta Blocker BB, Calcium Channel Blocker CCB, dan diuretik tipe
tiazid Chobanian et al., 2003. 1
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ACEI Obat-obat golongan ini mengurangi tekanan darah dengan cara menurunkan
tahanan pembuluh darah tepi. Secara umum ACEI dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a Bekerja langsung menghambat pembentukan angiotensin I menjadi
angiotensin II, contohnya Captopril dan Lisinopril. b
Prodrug contohnya Enalapril, Kuinapril, Perindopril, Ramipril, Silazapril, Benazepril, dan Fosinopril. Obat tersebut dalam tubuh diubah menjadi bentuk
aktif yaitu berturut-turut Enalaprilat, Kuinaprilat, Perindoprilat, Ramiprilat, Silazaprilat, Benazeprilat, dan Fosinoprilat Nafrialdi, 2007.
ACEI biasanya dapat menyebabkan batuk kering Gray et al., 2006. Angiotensin II selain berperan membantu produksi aldosteron yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah, juga berperan dalam penghancuran bradikinin didalam tubuh.
Penghambatan pembentukan angiotensin II dari angiotensin I oleh ACEI menyebabkan produksi aldosteron terhambat sehingga tekanan darah turun. Selain
itu proses penghancuran bradikinin juga terhambat Peter, 2006. Akibat dari proses penghancuran bradikinin ini akan menyebabkan jumlah bradikinin didalam
tubuh meningkat. Bradikinin merupakan suatu mediator penyebab batuk kering. Peningkatan jumlah bradikinin didalam tubuh akan menyebabkan batuk kering
Kabo, 2011. 2
Calcium Channel Blocker CCB Obat-obat yang termasuk dalam golongan CCB memiliki mekanisme kerja
memblokade kanal kalsium pada membran sehingga menghambat kalsium untuk masuk ke dalam membran Kabo, 2011. Dengan menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh, maka berefek pada vasodilatasi dan
relaksasi pada pembuluh darah Rahardja Tjay, 2002. Contoh dari obat-obatan CCB yaitu; Nifedipin, Verapamil, Diltiazem, Amlodipin, Nikardipin, dan lain-lain
Nafrialdi, 2007
2. Evaluasi Farmakoekonomi