BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir
satu milyar orang menderita hipertensi di dunia. Tiga juta orang meninggal tiap tahun karena hipertensi Chobanian et al., 2003. Hipertensi menyumbang 4,4
beban penyakit secara global dan prevalensinya sama antar negara maju dan negara berkembang Wisløff et al., 2012. Di Amerika, diperkirakan 30
penduduknya ± 50 juta jiwa menderita tekanan darah tinggi ≥14090 mmHg
dengan persentase biaya yang cukup besar tiap tahunnya. Menurut National Health and Nutrition Examination Survey
NHNES, insiden hipertensi yang ada
di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31, yang berarti bahwa terdapat
58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991 DEPKES,2006.
Seseorang dikatakan hipertensi ditandai dengan tekanan darah ≥14090
mmHg. Pengobatan hipertensi bertujuan mendapatkan target tekanan darah dalam rentang yang normal, yaitu
≤14090 mmHg pada berbagai kondisi pasien. Khusus pasien hipertensi dengan diabetes mellitus dan penyakit ginjal, tekanan yang
dicapai adalah ≤13080 mmHg Chobanian et al., 2003. Harga dari obat
antihipertensi sangat bervariasi, sehingga harga obat menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk mempertimbangkan penggunaan
obat bagi pasien. Analisis efektivitas biaya perlu dilakukan agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan
biaya Wisloff et al., 2012 Pengobatan hipertensi yang cukup menarik perhatian adalah banyaknya
penggunaan ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker sebagai pilihan terapi hipertensi. Sejak JNC 1997 dan WHO 1989 ACE-Inhibitor telah menjadi suatu
golongan antihipertensi alternatif pertama setelah diuretik. ACE-Inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang sampai berat. Sebagai monoterapi, ACE-Inhibitor
1
sama efektivitasnya dengan golongan antihipertensi lainnya. ACE-Inhibitor efektif sebagai antihipertensi pada 70 penderita Setiawati dan Bustami,1995.
Calcium Channel Blocker digunakan sebagai alternatif pilihan dan atau sebagai
tambahan pada pasien hipertensi. Dibandingkan dengan antihipertensi lainnya, Calcium Channel Blocker
lebih sering digunakan untuk mengontrol tekanan darah sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut Jackson,2007.
Angka kejadian penyakit hipertensi di RSUD Karanganyar pada tahun 2013 adalah 520 pasien. Melihat banyak serta besarnya biaya penggunaan ACE-
Inhibitor dan Calcium Channel Blocker, maka diperlukan suatu penelitian untuk
mengetahui efektivitas dari ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker dalam mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi tanpa penyulit.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pola penggunaan obat antihipertensi ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker untuk mengetahui
efektifitas penggunaan ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker dari sisi efek farmakologi dan sisiekonomi sehingga dapat diketahui antihipertensi yang lebih
cost effectiveness diantara ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker.
B. Rumusan Masalah