Prayitno,2013 KAJIAN BENTUK, MOTIF HIAS, DAN MAKNA SIMBOLIK PADA KERETA KENCANA SINGA BARONG
KERATON KASEPUHAN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa
peninggalan kerajaan atau kesultanan yang berdampak pada karya seni rupa di berbagai daerah. Hal ini dibuktikan dengan adanya karya seni bersejarah yang
masih ada wujudnya sampai saat ini, terutama karya seni rupa para leluhur yang memiliki nilai tinggi.
Yudoseputro mengungkapkan “adanya pengaruh kebudayaan yang berasal
dari Negara Eropa Barat membuat corak kebudayaan di Indonesia saat ini bervariasi. Ditunjang dengan kebudayaan nenek moyang Bangsa Indonesia itu
sendiri, semakin menambah kekayaan khazanah kebudayaan Indonesia ” 1986: 1.
Dalam perkembangan masuknya kebudayaan asing, yang paling pesat adalah daerah pesisir pantai. Banyak pedagang dari negara-negara lain yang berlabuh.
Pada zaman kerajaan Majapahit, kebudayaan Islam berkembang berdampingan dengan kebudayaan Hindu-Budha. Hal ini terbukti dengan adanya peninggalan
berupa makam dari Samudra Pasai dengan gaya Gujarat. Kebudayaan asing yang
masuk di Indonesia tidak sampai mengubah atau mematikan kebudayaan lama, akan tetapi ada sebagian yang dipadukan antara kebudayaan tersebut.
Cirebon adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Barat yang masih memiliki dan melestarikan warisan-warisan leluhur. Kota ini terkenal pula sebagai
kota Wali, karena terdapatnya makam salah satu Wali Songo yaitu Syekh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Membuat bukti bahwa
dahulu Cirebon adalah kota yang pesat akan penyebaran agama Islam di daerah Jawa bagian barat, serta keberadaan kompleks pondok pesantren yang sudah ada
pada zaman dahulu. Cirebon juga memiliki bukti kejayaannya pada masa lalu, dibuktikan
dengan masih berdirinya empat keraton sampai saat ini yang ada di Cirebon. Keempat keraton tersebut adalah keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan dan
Kaprabonan. Keempatnya masih memiliki dan menyimpan barang-barang pusaka serta adat istiadat leluhurnya. Arsitektur keraton tersebut memiliki ciri khas
masing-masing yang membedakan keraton yang satu dengan yang lainnya. Menurut Yudoseputro 1986: 4:
...pada gapura keraton Kasepuhan Cirebon terdapat pengaruh kebudayaan asing non-Islam, yaitu pengaruh kebudayaan dari Cina. Masuknya
kebudayaan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya hubungan melalui jalur politik, perdagangan dan perkawinan. Di samping pengaruh dari
tradisi seni kerajaan Majapahit, pengaruh kebudayaan dari Cina sangat mempengaruhi perkembangan kebudayaan Islam di Cirebon.
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling tepelihara di Cirebon. Karya seni rupa yang ada di keraton ini masih terpelihara dengan baik.
Beberapa karya seni rupa yang masih ada dan disimpan di antaranya, lampu untuk pementasan wayang kulit yang terbuat dari kayu yang diukir, mebel kayu bergaya
Eropa, mebel kayu bergaya Cina, keris, tandu Garudamina, kereta pusaka sekaligus sebagai kereta kebesaran Keraton Kasepuhan Cirebon, yaitu Kereta
Kencana Singa Barong, dan masih banyak lagi karya seni rupa yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Kereta Kencana Singa Barong adalah kereta pusaka yang
dimiliki Keraton Kasepuhan Cirebon. Terdapat pula kereta kencana yang sejenis yaitu Kereta Kencana Paksinagaliman yang terdapat di keraton Kanoman Cirebon.
Kereta Kencana Singa Barong disimpan di dalam bangunan yang terletak di sebelah timur Taman Bunderan Dewan Daru komplek Keraton Kasepuhan
Cirebon. M enurut Argadikusuma 1998: 7 “Singa Barong berasal dari bahasa
Cirebon. Singa merupakan akronim dari kata Sing Ngarani dan Barong arti dari kata Bareng-bareng
”. Jadi Singa Barong itu artinya Sing Ngarani Bareng-bareng, arti bahasa Indonesianya adalah yang memberi nama bersama-sama. Pada tahun
1549 Kereta ini dibuat dengan mengambil pola makhluk Prabangsa. Perancang pembuatan kereta kencana ini adalah Panembahan Losari, kemudian dipahat oleh
Ki Nataguna dari Kaliwulu dan dibantu oleh Ki Gebang Sepuh. Kereta Singa Barong merupakan perlambangan dari 3 binatang yang
menjadi satu yaitu, belalai gajah melambangkan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan
dengan Cina yang beragama Budha, sayap dan badan mengambil dari buraq
melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam. Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam digambarkan dengan Tri Sula di
belalai. Tri = Tiga, Sula = Tajam yang maksudnya tajamnya Alam Pikiran Manusia yaitu Cipta, Rasa, Karsa Argadikusuma, 1998:7.
Penulis tertarik pada keunikan serta bentuk yang khas yang ada pada kereta kencana Singa Barong. Maka penulis mencoba untuk mencari tahu dan
sebagai bahan untuk penelitian. Penulis akan mencoba meneliti tentang bentuk, motif hias dan makna simbolik yang ada pada kereta kencana Singa Barong
Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebelumnya terdapat penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan oleh Wawan Gunawan yaitu, Kereta Kencana Paksinagaliman
Sebagai Benda Pusaka Keraton Kanoman Cirebon. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI tahun 2006.
Penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan penelitian dimaksudkan untuk mengenalkan karya-karya leluhur, khususnya di Cirebon.
Penulis merasa bangga dan tergerak hatinya untuk mengenal dan melestarikan koleksi kerajaan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Sebagai generasi muda
semestinya mengetahui karya-karya seni yang masih ada wujud bendanya sampai saat ini.
B. PERUMUSAN MASALAH