Perancangan Even Untuk Kampanye Pelestarian Keraton Kasepuhan Cirebon

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN EVEN UNTUK KAMPANYE

PELESTARIAN KERATON KASEPUHAN CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Ragil Ananda 51906041

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir berjudul “Perancangan Even untuk Kampanye Pelestarian Keraton Kasepuhan Cirebon” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana I pada Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penyusunan laporan pengantar proyek tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan sosialisasi yang ada pada penulis. Banyak rintangan, hambatan dan kesulitan-kesulitan yang harus dilalui dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan menyumbangkan pemikiran, doa, serta bantuannya baik secara moral maupun materil.

Bandung, Agustus 2011


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keraton berasal dari bahasa Jawa. Dalam pengertian sehari-hari, keraton sering disebut sebagai istana yang artinya suatu lambang kekuasaan dari seorang penguasa daerah (Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 188). Keraton juga mempunyai arti kediaman ratu/raja, negara atau kerajaan (Soeratman, 1989: 1). Dalam bahasa Jawa, kata “keraton” berasal dari kata dasar “ratu” yang berarti penguasa. Masyarakat Keraton pada umumnya memiliki gelar Bangsawan.

Keraton Kasepuhan merupakan salah satu keraton yang terdapat di Kota Cirebon, terletak di jalan Kasepuhan Nomor 43, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Keraton ini didirikan pada tahun 1452 Masehi oleh Pangeran Walangsungsang yaitu Putra Mahkota dari Raja Sunda Pakuan yang bernama Prabu Jaya Dewata (Prabu Siliwangi). Pangeran Walangsungsang bergelar Ki Cakra Bumi atau Cakra Buana (Sunardjo, 1983: 43). Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati diambil berdasarkan nama putrinya yaitu Nyi Mas Pakungwati.


(4)

2 Sekarang, Keraton Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat, putra dari Sultan Sepuh XIII yang bernama Sultan Maulana Pakuningrat yang telah meninggal dunia pada 30 April 2010 (www.mediaindonesia.com, 30/04/2010). Keraton Kasepuhan menjadi keraton yang paling terkenal di Kota Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur ini pun terkenal paling bersejarah dibandingkan dengan keraton-keraton lainnya yang ada di Kota Cirebon bahkan di Jawa Barat. Keberadaan Keraton Kasepuhan menjelaskan juga bahwa di Kota Cirebon pernah terjadi akulturasi budaya. Akulturasi yang terjadi tidak saja hanya kebudayaan Jawa dan Sunda, tetapi juga dengan berbagai kebudayaan di Dunia, seperti Cina, India, Mesir, dan Eropa.

Gambar 1.1 Keraton Kasepuhan Cirebon Sumber: Pribadi


(5)

3 Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan salah satu objek pariwisata budaya yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan objek pariwisata budaya lainnya yang ada di Jawa Barat, bahkan di Indonesia, karena memiliki nilai lebih sejarah dan budaya yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Banyak wisatawan yang datang dengan tujuan untuk melihat nilai sejarah dan budaya dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Tetapi sayang, keberadaan keraton tersebut terlihat seakan tidak terawat dengan baik karena meredupnya sektor pariwisata yang ada di Kota Cirebon. Keadaan ini menyebabkan wisatawan yang berkunjung menjadi tidak nyaman atas keadaan lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon. Hal ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat Kota Cirebon untuk melestarikan Keraton Kasepuhan. Maka dari itu solusi yang seharusnya dilakukan adalah dilakukannya kampanye dalam hal pelestarian Keraton Kasepuhan. Hal ini dilakukan agar kedepannya Keraton Kasepuhan menjadi objek pariwisata budaya yang layak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar Kota Cirebon.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(6)

4 1. Kondisi lingkungan sekitar Keraton Kasepuhan yang tidak terawat

dengan baik.

2. Semakin berkurangnya rasa hormat yang dilakukan masyarakat Kota Cirebon terhadap citra Kesultanan Cirebon sehingga menimbulkan sikap acuh dan kesewenang-wenangan kepada Keraton Kasepuhan.

1.3 Fokus Masalah

Keraton Kasepuhan Cirebon mempunyai potensi untuk berkembang sebagai wisata budaya apabila dilestarikan dan dirawat dengan baik. Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah, maka permasalahan akan difokuskan pada:

“Pelestarian objek pariwisata Keraton Kasepuhan Cirebon”.

1.4 Tujuan Perancangan

Perancangan kampanye ini bertujuan dengan maksud untuk :

- Mengajak masyarakat Kota Cirebon agar ikut berpatisipasi dan peduli terhadap pelestarian objek pariwisata Keraton Kasepuhan Cirebon.


(7)

5 - Meningkatkan loyalitas dan kebanggaan masyarakat Kota Cirebon

atas keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon.

- Melestarikan Keraton Kasepuhan Cirebon agar pantas dikatakan sebagai objek pariwisata budaya.


(8)

6 BAB II

PELESTARIAN OBJEK PARIWISATA KERATON KASEPUHAN CIREBON

2.1 Keraton Kasepuhan Cirebon

Awalnya Keraton Kasepuhan bernama Keraton Pakungwati. Berdiri karena Cirebon ingin melepaskan diri dari Kerajaan Rajagaluh dan Kerajaan Padjajaran. Pembangunan istana atau keraton tidak mungkin terjadi apabila Cirebon masih dibawah pengaruh dari kedua kerajaan ini, karena istana adalah suatu lambang kekuasaan dari sesorang penguasa daerah. (Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 188)

Istana Pakungwati didirikan oleh Raden Walangsungsang diambil dari nama putrinya yang bernama Ratu Dewi Pakungwati. Pembangunan istana ini didukung oleh Ki Jumantan Jati atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati (kakek dari Raden Walangsungsang). Kerelaan berkorban seorang Kakek (Ki Jumantan Jati) bagi keberhasilan cucunya (Raden Walangsungsang) sangatlah besar peranannya dalam percepatan pembangunan Cirebon. Ini terlihat ketika Ki Jumantan Jati meninggal, semua harta kekayaannya diwarisi oleh Raden Walangsungsang. Harta kekayaan warisan kakeknya tersebut digunakan oleh Raden Walangsungsang untuk membangun Istana ini. Pada tahun 1452 Masehi rumah besar tersebut akhirnya menjadi istana bernama Dalem Agung Pakungwati


(9)

7 yang merupakan istana Pertama Kasultanan Cirebon serta cikal bakal Keraton Kasepuhan sekarang. Dukungan sang kakek juga menyebabkan Raden Walangsungsang mewarisi pula cacah jiwa yang menjadi salah satu kebesaran seorang bangsawan. (Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 183)

Didirikannya Istana Pakungwati bertujuan untuk bisa menahan serangan musuh dan mempertahankan diri manakala dikepung musuh. Konon pada saat itu Raden Walangsungsang dapat memperhatikan hilir mudik perahu dagang di laut utara Jawa, serta deburan ombaknya dapat terdengar dari keraton. Hal itu menyiratkan pembangunan keraton sebuah kerajaan maritim yang bisa memantau kehidupan perekonomian rakyatnya. (Iskandar, 2000: 80)

Keberhasilan Raden Walangsungsang dalam membangun Keraton Pakungwati, didukung oleh beberapa faktor diantaranya adalah, semakin kuatnya perekonomian Cirebon akibat semakin tingginya intensitas perdagang internasional yang terjadi di Cirebon, adanya warisan dari sang kakek (Ki Jumantan Jati) baik harta benda maupun cacah jiwa kebesaran seorang bangsawan, dan semakin kuatnya persaudaraan antara Demak dan Cirebon (ini terbukti ketika Cirebon diserang oleh Padjajaran, mereka dapat dikalahkan oleh gabungan tentara Demak dan Cirebon). (Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 189)


(10)

8 2.1.1 Akulturasi Budaya Keraton Kasepuhan

Keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon menjelaskan bahwa di Kota Cirebon pernah terjadi akulturasi budaya. Akulturasi yang terjadi tidak hanya antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda, tetapi juga dengan berbagai kebudayaan di dunia, seperti Cina, India, Mesir, dan Eropa.

Hal ini tercemin dalam salah satu benda pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon berupa kendaraan yang diberi julukan Paksi Naga Liman (Kereta Singa Barong) yang mengandung filosofi perpaduan antara burung sebagai lambang dari agama Islam, naga sebagai lambang dari agama Kong Hu Cu, dan liman atau gajah sebagai lambang dari agama Hindu-Budha. (Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 171)

Gambar 2.1 Kereta Singa Barong Sumber: Pribadi


(11)

9 Filosofi yang ada pada Paksi Naga Liman atau Kereta Singa Barong yang membuktikan bahwa di Keraton Kasepuhan Cirebon terdapat akulturasi budaya adalah sebagai berikut:

 Dalam hal ini simbol Kereta Paksi Naga Liman atau Kereta Singa Barong dengan mengambil metafora tiga format kebudayaan, yakni Mesir, Cina, dan India, yang diabadikan juga pada kereta kencana di lingkungan dalam Keraton Kasepuhan Cirebon, setidaknya menegaskan bahwa adanya akulkturasi budaya.

 Kereta Singa Barong atau Paksi Naga Liman merupakan gabungan dari hewan naga, gajah, dan garuda. Naga adalah produk budaya Cina. Sedangkan gajah (liman) dan garuda adalah produk budaya India dan Arab. Belalai gajah memegang sebuah senjata trisula. Trisula mempunyai arti filosofi cipta, rasa dan karsa.

 Gajah bermakna kekuatan. Garuda bermakna kecepatan dan ketepatan. Naga bermakna kelincahan, kecerdikan, dan kreativitas. Simbol-simbol ini mengandung arti, seyogianya seorang pemimpin harus memiliki kecerdikan, kelincahan, dan kreativitas seperti naga, kekuatan seperti gajah, dan kecepatan laksana garuda.


(12)

10 2.1.2 Bangunan Keraton Kasepuhan

Dibawah ini merupakan kriteria fisik yang ada di lingkungan Keraton Kasepuhan, yaitu:

- Terdapat alun-alun yang berfungsi untuk berlangsungnya upacara akbar dan tempat latihan baris-berbaris prajurit di masa lalu.

- Dari segi arsitektur, bangunan Keraton Kasepuhan mempunyai gaya yang unik sebagai simbol adanya akulturasi budaya.

- Elemen fisik (design) bersifat khusus.

Keraton Kasepuhan juga mempunyai bagian-bagian bangunan yang biasa dikunjungi oleh wisatawan, tetapi keberadaannya seakan tidak terawat dengan baik. Dibawah ini merupakan penjelasan bagian-bagian bangunan Keraton Kasepuhan yang didapatkan dari hasil wawancara dari seorang Abdi Dalem Keraton Kasepuhan, diantaranya adalah:

1. Alun-alun

Terletak di depan keraton dan dinamai Sangka Buwana. Pada zaman dulu berfungsi untuk rapat akbar, latihan prajurit, dan tempat perayaan kerajaan. Acara Muludan (pasar tahunan) yang diselenggarakan setiap tahunnya pun diadakan disini.


(13)

11 2. Masjid Agung

Terletak di sebelah barat alun-alun, dibangun oleh Walisanga. Masjid ini dinamai “Sang Cipta Rasa” yang artinya bangunan besar untuk ibadah dan kegiatan keagamaan.

3. Panca Ratna

Terletak di bagian selatan alun-alun atau sebelah barat jalan menuju keraton. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat seba atau menghadap bagi para pemangku desa atau kampung.

4. Panca Niti

Terletak di timur jalan menuju keraton. Berfungsi sebagai tempat perwira berlatih perang, tempat istirahat setelah latihan dan tempat petugas yang mengatur acara yang dilaksanakan oleh kerajaan.

5. Lapangan Giyanti

Terletak disebelah barat bagian depan area keraton. Lapangan ini dahulu merupakan taman yang dibangun oleh Pangeran Arya Carbon.

6. Siti Inggil

Terletak di sebelah timur Lapangan Giyanti, merupakan area yang lebih tinggi daripada area disekitarnya dengan pembatas berupa tembok keliling dari bata merah. Di bagian depan dan belakang Siti Inggil berdiri gapura. Gapura


(14)

12 bagian depan dinamai Gapura Adi dan bagian belakang dinamai Gapura Banteng.

7. Pengada

Terletak disebelah selatan Siti Inggil. Merupakan bangunan yang menghadap ke barat. Fungsinya sebagai tempat tugas dari aparat kerajaan.

8. Langgar Agung

Berfungsi sebagai tempat shalat orang-orang yang berada di lingkungan Keraton Kasepuhan

9. Taman Bunderan Dewandaru

Taman ini memiliki arti “jadilah orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam rasa kegelapan”. Terdapat dua patung macan putih yang melambangkan bahwa Keraton Kasepuhan merupakan penerus dari Keraton Padjajaran. Dan terdapat pohon soka yang berarti “bersuka hati dengan ikhlas”.

10. Lunjuk

Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pegawai yang tugasnya melayani tamu yang akan menghadap Raja.

11. Sri Manganti

Berfungsi sebagai tempat menunggu raja setelah orang melapor di Lunjuk.


(15)

13 12. Jinem Pangrawit

Merupakan ruangan sebagai serambi keraton dan berfungsi sebagai tempat tugas Pangeran Patih atau wakil Sultan menerima tamu.

13. Gajah Guling

Bangunan ini tanpa dinding dan terletak di sebelah dalam Jinem Pangrawit. Bangunan ini didirikan oleh Sultan Sepuh IX pada tahun 1845. Berfungsi sebagai penghubung Jinem Pangrawit dengan Bangsal Pringgadani.

14. Bangsal Pringgadani

Berada di sebelah dalam Gajah Guling dan berfungsi sebagai tempat menghadap para Bupati dan sewaktu-waktu dipakai juga sebagai tempat sidang warga keraton.

15. Bangsal Prabayaksa

Berada di sebelah dalam Bangsal Pringgadani. Prabayaksa artinya Sultan melindungi rakyat dengan kedua tangannya seperti induk ayam melindungi anaknya dengan kedua sayapnya. Berfungsi sebagai tempat sidang para menteri Keraton Kasepuhan.

16. Bangsal Agung Panembahan

Berada di sebelah selatan Bangsal Prabayaksa. Fungsinya sebagai tempat Singgasana Gusti Raja atau Sultan.


(16)

14 2.1.3 Arsitektur dan Interior Keraton Kasepuhan

Di dalam ruangan Keraton Kasepuhan tedapat banyak perpaduan gaya dan arsitektur model Eropa. Seperti contohnya model dan ukiran di ruang pertemuan Sultan dengan para Menteri (Bangsal Prabayaksa) yang dibuat dengan model yang hampir sama dengan gaya interior Kerajaan Prancis (Eropa), seperti model kursi, meja dan lampu gantung.

Perpaduan gaya interior antara Jawa dan Eropa juga terdapat pada sembilan kain berwarna di bagian belakang Singgasana Raja yang melambangkan sosok Wali Songo (para penyebar agama Islam di Jawa), di sini tradisi Jawa bercampur dengan Eropa yang telah 'dilokalkan'. Ukiran dinding yang terdapat di dalam Istana Keraton Kasepuhan beserta piring dan guci juga merupakan perpaduan gaya interior model Cina.

Terdapat juga lukisan-lukisan dari negara Jerman dan Belanda yang menghiasi dinding Istana Keraton. Di ruang luar Keraton Kasepuhan juga terdapat perpaduan unsur-unsur Eropa seperti meriam yang terdapat di halaman Istana.

Berikut beberapa foto yang penulis ambil di bagian luar dan dalam istana sebagai suatu perpaduan gaya dan arsitektur negara-negara luar seperti Eropa dan Cina:


(17)

15

Gambar 2.2 Kursi Bangsal Prabayaksa Sumber: Pribadi

Gambar 2.3 Kursi Singgasana Raja dan Dinding Istana Sumber: Pribadi


(18)

16

Gambar 2.4 Meriam Portugis Sumber: Pribadi

2.1.4 Koleksi Museum

Dibawah ini merupakan beberapa gambar dan penjelasan dari koleksi benda pusaka dan peninggalan-peninggalan kerajaan, serta alat-alat musik degung milik Keraton Kasepuhan Cirebon yang Penulis dapatkan dari hasil kunjungan dan wawancara dengan salah satu Abdi Dalem Keraton Kasepuhan Cirebon:


(19)

17

Gambar 2.5 Koleksi Museum Keraton Kasepuhan Sumber: Pribadi

Gambar diatas menunjukkan beberapa koleksi alat-alat musik degung milik Keraton Kasepuhan yang merupakan hadiah dari sultan Banten yang menunjukkan hubungan penguasa Cirebon dengan penguasa Banten pada saat itu yang sama-sama didirikan pada masa kejayaan penguasa-penguasa Islam di Jawa. Di dalam deretan perlengkapan alat musik tersebut, terdapat alat musik rebana peninggalan Sunan Kalijaga. Di sini kita bisa melihat percampuran antara tradisi Arab dan Jawa berpadu dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa pada masa itu.


(20)

18 Meriam Portugis yang menjadi bagian koleksi museum Keraton Kasepuhan juga menunjukkan bagaimana hubungan Sultan Cirebon tersebut dengan kekuatan maritim Eropa yang mulai merambah jalur perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad 16.

Koleksi penting lainnya dalam museum Keraton Kasepuhan adalah apa yang dikenal sekarang sebagai topeng Cirebon. Topeng ini adalah koleksi yang berasal dari periode Sunan Gunung Jati ini mewakili sebuah cerita tentang bagaimana seni lokal digunakan sebagai alat penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Barat, yang dapat dibandingkan dengan penggunaan medium wayang oleh Sunan Kalijaga di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sayangnya koleksi museum dan kondisi lingkungan di sekitar Keraton Kasepuhan ini tidak terawat, memprihatinkan, kotor, dan berdebu.

2.2 Sekilas Tentang Cirebon

Cirebon sebagai “Kota Wali” patut dikatakan sebagai Kota Budaya. Banyak hasil kebudayaan dan peninggalan-peninggalan sejarah yang berkaitan dengan Syiar Islam yang dilakukan oleh


(21)

tokoh-19 tokoh Wali Songo. Dari peninggalan-peninggalan sejarahpun bahkan sampai saat ini masih banyak yang belum terungkap.

Terbentuknya budaya Cirebon yang menjadi ciri khas masyarakatnya hingga dewasa ini lebih disebabkan oleh faktor geografis dan historis. Dalam konteks ini, sebagai daerah pesisir Cirebon sejak sebelum dan sesudah masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir Utara Jawa. Oleh karena itu, dalam posisinya yang demikian itu, Cirebon menjadi sangat terbuka bagi interaksi budaya yang meluas dan mendalam. Cirebon menjadi daerah melting pot, tempat bertemunya berbagai suku, agama, dan bahkan antarbangsa.

Fenomena lain yang turut mempertegas hibriditas budaya Cirebon adalah, di mana dalam sistem komunikasi masyarakatnya, bahasa Cirebon merupakan campur aduk antara bahasa Sunda dan Jawa. Tentu saja hal ini terjadi lebih merupakan sebagai akibat logis dari posisi Cirebon yang secara geografis berada pada wilayah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dalam posisi yang demikian, tidak mengherankan apabila masyarakat dan kebudayaan Cirebon kemudian menempatkan diri dalam posisi ambivalen. Seperti diungkapkan oleh Ketua Pusat Studi Kebudayaan UGM, Dr. Faruk. (syamalifasa.wordpress.com).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Cirebon merupakan salah satu kota yang banyak sekali akan nilai


(22)

20 kebudayaan, sekaligus bisa dijadikan objek wisata budaya. Hal ini dikarenakan banyak objek wisata yang menyangkut nilai budaya seperti salah satunya adalah Keraton Kasepuhan Cirebon.

2.3 Objek Pariwisata

Objek pariwisata merupakan sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan, dan nilai tinggi, serta menjadi tujuan wisatawan untuk datang dan berkunjung ke daerah tersebut. (Drs. H. Oka A, Yoeti MBA, 2006:13)

Daya tarik yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan adalah mempunyai nilai sejarah dan budaya yang kuat, banyak benda-benda pusaka dan bangunan-bangunan sejarah yang bisa dilihat oleh wisatawan dan bisa dijadikan sumber penelitian untuk para budayawan.

Sedangkan pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah atau daerahnya sendiri maupun wilayah lain dengan menggunakan beberapa faktor jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan pemerintah atau masyarakat guna untuk mewujudkan keinginan wisatawan. (Komarudin, 1999:164)

Sebagai objek pariwisata yang baik harus mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan wisatawan dalam waktu


(23)

21 yang cukup lama, dan memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Hal itulah yang menjadi permasalahan dari objek pariwisata Keraton Kasepuhan Cirebon. Banyak wisatawan yang datang berkunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar Kota Cirebon mengeluh akan kondisi lingkungan keraton dan tidak memberikan kepuasan selain dilihat dari segi sejarah dan budaya. Hal tersebut juga mengakibatkan Keraton Kasepuhan tidak bisa menahan wisatawan dalam waktu yang cukup lama walaupun terdapat beberapa fasilitas penginapan di dekat Keraton Kasepuhan Cirebon.

Objek pariwisata harus mempunyai prasarana dan sarana yang mendukung. Berikut ini menjelaskan tentang prasarana dan sarana pariwisata:

1. Prasarana pariwisata

Yang dimaksud dengan prasarana pariwisata adalah: a. Prasarana umum (General Infrastruktur)

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran dunia kepariwisataan, contohnya sistem penyedian air bersih, pembangkit listrik, jaringan jalan raya dan jembatan, telekomunikasi, airport, pelabuhan laut, terminal, stasiun, dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak (Basic Needs of Civilized Life) Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah rumah


(24)

22 sakit, apotik, Bank dan ATM, pom bensin, kantor polisi, dan lain-lain.

2. Sarana Pariwisata

Sedangkan yang dimaksud dengan sarana kepariwisataan adalah sebagai berikut:

a. Sarana Pokok Kepariwisataan

Fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Sarana semacam ini harus diadakan, pembangunannya harus diarahkan, apalagi dalam rangka menarik lebih banyak wisatawan. Contohnya adalah Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation, tempat penginapan, Catering Establishments, dan kantor-kantor pemerintahan yang bergerak di bidang pariwisata.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan

Yang dimaksudkan dengan sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya bisa membuat wisatawan lebih lama tinggal atau berkunjung di daerah yang dikunjunginya. Jadi harus ada sesuatu yang dapat dilakukan (something to do) di tempat yang dikunjunginya, sehingga ada perintang yang tidak membuat wisatawan cepat bosan di daerah tersebut. Salah satu contoh yang termasuk dalam fasilitas ini adalah adalah fasilitas olahraga.


(25)

23 c. Sarana Penunjang Kepariwisataan

Yang termasuk dalam sarana ini adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya bussines tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya tersebut. Contohnya antara lain adalah Night Club, Souvenir Shop, bioskop, opera.

(Drs. H. Oka A, Yoeti MBA, 2006: 8-12)

Dilihat dari sarana dan prasarana kepariwisataan, Keraton Kasepuhan Cirebon sudah cukup terpenuhi. Seperti diantaranya terdapat fasilitas penginapan walaupun letaknya tidak terlalu dekat dengan lokasi objek pariwisata, adanya pom bensin di dekat Keraton Kasepuhan, adanya fasilitas umum lainnya seperti stasion, terminal, pelabuhan, pembangkit listrik, apotek, rumah sakit, ATM, Souvenir Shop di dalam lingkungan keraton, dan masih banyak lagi beberapa sarana dan prasarana yang mendukung keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai objek wisata.

2.4 Pengertian Umum Wisatawan

Menurut I Gede Pitana dan I Ketut Surya Diarta dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Pariwisata”, secara umum terdapat


(26)

24 banyak arti dari wisatawan. Banyak kamus mencoba menstandarisasi pengertian wisatawan tetapi tidak ada yang komprehensif (global, lengkap, dan menyeluruh) karena terlalu banyak variasi arti.

Pengertian wisatawan dapat dilihat dari konsep heuristic yaitu konsep yang dipergunakan dalam membantu proses belajar. Konsep heuristic mengenai wisatawan dilihat dalam konteks prilaku yang secara luas diterima mengandung tiga kriteria seseorang dapat disebut sebagai wisatawan, yaitu:

1. Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal normalnya sehari-hari.

2. Perjalanan tersebut dilakukan paling sedikit semalam tetapi tidak secara permanen.

3. Dilakukan pada saat tidak bekerja atau tidak mengerjakan tugas rutin lain, tetapi dalam rangka mencari pengalaman mengesankan dari interaksinya dengan beberapa karakteristik tempat yang dipilih untuk dikunjungi.

(Prof. Dr. I Gde Pitana, M. Sc. dan I Ketut Surya Diarta, SP. MA, 2009: 39)

2.5 Pariwisata Sebagai Sumber Daya Budaya

Budaya sangat penting peranannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan wisatawan melakukan perjalanan wisata


(27)

25 adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan mempelajari budaya di daerah atau tempat yang dikunjunginya. Sumber daya budaya dimungkinkan menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya. Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya, hal inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Keraton Kasepuhan.

Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang luas menyangkut budaya, mulai dari seni pertunjukan, seni rupa, festival, makanan tradisional, sejarah, dan cara hidup yang lain. (Prof. Dr. I Gde Pitana, M. Sc. dan I Ketut Surya Diarta, SP. MA, 2009: 74-76).

2.6 Kondisi Lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon

Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap berkembangnya pariwisata di Keraton Kasepuhan Cirebon. Pentingnya pelestarian lingkungan untuk mendukung suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan atau objek wisata tidak terbantahkan lagi. Meskipun bukan faktor utama dan satu-satunya yang menarik


(28)

26 wisatawan untuk berkunjung, tetapi faktor kelestarian lingkungan dan alam mempunyai pengaruh yang besar bagi calon wisatawan untuk memilih apakah pantas daerah tersebut menjadi tujuan wisata. Hal inilah yang menjadi perhatian besar agar objek parawisata Keraton Kasepuhan Cirebon harus segera dilestarikan karena lingkungannya yang tidak terawat dengan baik.

Berikut permasalahan yang terjadi atas kondisi lingkungan di Keraton Kasepuhan Cirebon:

- Sampah-sampah yang berserakan, baik sampah organik maupun anorganik di sekitar lingkungan keraton, terutama di lapangan Alun-alun Keraton Kasepuhan dan di wilayah di bagian belakang Keraton Kasepuhan.

- Keadaan museum yang berdebu, penempatan barang-barang peninggalan sejarah yang masih tidak tertata rapih.

- Banyak coret-coretan di sekitar dinding gapura keraton yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab atas kelestarian Keraton Kasepuhan

- Banyak bangunan-bangunan keraton yang rusak, atapnya bocor dan cat dinding yang pudar.

- Banyak terdapat lumut dan rumput yang panjang-panjang.

- Keberadaan pedagang kaki lima yang tidak tertata dengan rapih. - Unsur preman yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Keraton


(29)

27 - Banyak anak-anak yang bermain bola di depan lingkungan keraton (bukan di lapangan Alun-alun Keraton Kasepuhan) yang membuat tidak nyaman wisatawan.

Hal tersebut harusnya segera diperhatikan sekaligus dilestarikan. Diperparah juga dengan keberadaan wisatawan lokal dan masyarakat sekitar yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan bila berkunjung ke Keraton Kasepuhan serta ketidakpedulian masyarakat Kota Cirebon sendiri akan keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon. Berikut beberapa foto yang penulis ambil di lingkungan Keraton Kasepuhan yang seharusnya lebih diperhatikan dan dilestarikan :

Gambar 2.6 Foto Kondisi Lingkungan Keraton Kasepuhan Sumber: Pribadi


(30)

28 Objek pariwisata Keraton Kasepuhan bila didukung dengan kondisi lingkungan yang baik, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan dan mempunyai kenangan yang positif merupakan kebanggaan bagi semua masyarakat Kota Cirebon, karena objek pariwisata Keraton Kasepuhan mempunyai nilai lebih atas sejarah dan budayanya yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan objek wisata budaya yang ada di Indonesia.

2.7 Dampak Pelestarian Lingkungan Terhadap Objek Pariwisata Keraton Kasepuhan Cirebon

Berikut beberapa dampak yang terjadi akibat kurangnya pelestarian lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon:

- Wisatawan yang berkunjung semakin berkurang.

- Membuat wisatawan menjadi tidak betah atau tidak nyaman bila berada di lingkungan Keraton Kasepuhan.

- Keraton Kasepuhan seakan tidak layak untuk dijadikan sebagai objek pariwisata budaya.

Sistem pariwisata mempunyai konsekuensi atau dampak terhadap lingkungan dimana sistem pariwisata tesebut berada. Sebuah tempat yang dikunjungi oleh begitu banyak wisatawan akan menjadi terkenal dan cenderung mengalami perubahan yang cukup besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik. Hal ini bisa


(31)

29 berdampak positif maupun negatif bagi daerah tersebut. (Prof. Dr. I Gde Pitana, M. Sc. dan I Ketut Surya Diarta, SP. MA, 2009: 66)

2.8 Kampanye Pelestarian Keraton Kasepuhan Dengan Cara Diadakannya Even Seni dan Budaya Cirebon

Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Melihat pada definisi ini, maka setiap aktifitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal, yakni tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya terpusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. (Drs. Antar Venus, M.A.,2009: 7)

Kampanye yang dilakukan dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik atau target audience. Yaitu dengan cara diselenggarakannya suatu even seni dan budaya Cirebon yang diadakan di sekitar alun-alun Keraton Kasepuhan. Even ini diadakan dengan tujuan:

- Setidaknya untuk membangun rasa hormat kepada citra Kasultanan Cirebon.


(32)

30 - Membangun rasa kepedulian terhadap pelestarian lingkungan

Keraton Kasepuhan Cirebon.

- Masyarakat menjadi tahu akan seni dan budaya Cirebon yang perlu dilestarikan.

Apapun ragam dan tujuannya, menurut Ostergaard (2002) upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek “3A” yaitu:

1. Awareness

Menggugah kesadaran, menarik perhatian, dan memberikan informasi tentang gagasan yang dikampanyekan.

2. Attitude

Perubahan sikap. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

3. Action

Mengubah prilaku khalayak sasaran secara konkret dan terukur.

(Drs. Antar Venus, M.A.,2009: 10)


(33)

31 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Komunikasi

Pendekatan yang digunakan dalam perancangan kampanye ini dilandasi oleh prinsip persuasi, yakni berfungsi untuk mengajak dan mendorong masyarakat Kota Cirebon untuk peduli terhadap pelestarian Keraton Kasepuhan Cirebon. Dirancang sedemikian rupa agar pesan yang dibuat dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat Kota Cirebon khususnya pelajar.

Pada perancangan kampanye ini menggunakan metode 5W+1H sebagai strategi komunikasi untuk menentukan bagaimana pesan dapat tersampaikan dengan baik dan lancar. Berikut merupakan metode 5W+1H:

- What

Sebuah program kampanye dalam rangka melestarikan lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon.

- Why

Rasa hormat masyarakat kepada citra Kasultanan Cirebon yang sudah mulai redup serta masih kurangnya sosialisasi dan kesadaran masyarakat Kota Cirebon untuk ikut campur dalam hal kepentingan pelestarian Keraton Kasepuhan.


(34)

32 - Who

Pelajar Kota Cirebon. Dipilihnya pelajar karena merupakan generasi penerus dan mempunyai semangat yang kuat untuk bersosialisasi. Sebagai generasi penerus harus dapat juga melestarikan seni dan budaya kota sendiri termasuk Keraton Kasepuhan Cirebon.

- When

Pada tanggal 10 dan 11 Desember 2011, bertepatan dengan HUT Kota Cirebon ke-642.

- Where

Alun-alun Keraton Kasepuhan Kota Cirebon. - How

Diadakannya suatu even tentang seni dan budaya Cirebon.

3.1.1 Segmentasi

Agar pendekatan terhadap khalayak sasaran lebih terfokus dan efektif dalam penyampaian pesan, maka segmentasi khalayak sasaran yang dipilih dalam perancangan ini adalah:


(35)

33 a. Demografis

- Primer

Ditujukan kepada pelajar SD, SMP, dan SMA. Berkisar usia antara 6-19 tahun.

- Sekunder

Masyarakat usia dewasa antara 19-45 tahun dan anak-anak usia 4-6 tahun

b. Geografis

Pusat Kota Cirebon dan sekolah-sekolah. c. Psikografis

Pelajar yang peduli akan seni dan budaya Cirebon serta peduli terhadap keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai objek wisata budaya yang ada di Kota Cirebon yang perlu dilestarikan.

3.1.2 Pendekatan Bahasa

Walaupun Kota Cirebon mempunyai bahasa daerah sendiri tetapi dalam pendekatan bahasa yang digunakan dalam strategi komunikasi ini menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan. Hal ini bukan semata-mata tidak peduli terhadap bahasa daerah Cirebon sebagai suatu ciri khas Kota Cirebon, tetapi karena bahasa Indonesia merupakan bahasa yang pasti dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Kota


(36)

34 Cirebon masyarakatnya tidak hanya asli dari Kota Cirebon, tetapi ada juga yang pendatang yang belum tentu mengerti akan bahasa daerah Cirebon.

3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan melalui pendekatan yang rasional yaitu dengan cara diadakannya suatu even dan perlombaan tentang seni dan budaya Kota Cirebon dengan khalayak sasaran adalah pelajar yang diadakan di Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon.

Tujuan yang ingin disampaikan dalam diselenggarakan even dan perlombaan ini adalah:

- Setidaknya untuk membangun rasa hormat kepada citra Kasultanan Cirebon karena even tersebut diselenggarakan di Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon.

- Membangun rasa kepedulian terhadap pelestarian lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon.

- Memperkenalkan kesenian dan kebudayaan Cirebon kepada masyarakat khususnya pelajar.


(37)

35 3.3 Konsep dan Pelaksanaan Even

Konsep dari even ini diambil berdasarkan nama bunga yang ada di dalam lingkungan Keraton Kasepuhan yaitu bunga Soka yang sekaligus dijadikan sebagai nama even. Soka dalam bahasa Kecerbonan mempunyai arti “bersuka hati dengan ikhlas”. Even ini mempunyai keyword “Kreasikan Keraton Kita” dan tagline “Ajang Kreasi Seni dan Budaya Pelajar Cirebon”.

Dalam even ini setiap sekolah yang ada di Kota Cirebon dari SD, SMP, sampai SMA harus mengirimkan perwakilan dari beberapa siswa/siswinya untuk berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan dan perlombaan dengan kategori yang sudah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk membangun rasa kepedulian yang ditujukan kepada pelajar agar ikut serta melestarikan Keraton Kasepuhan Cirebon sekaligus untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan Cirebon. Kegiatan-kegiatan even yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut:

- Pertunjukan tari topeng Cirebon.

- Pameran replika barang-barang museum Keraton Kasepuhan. - Pameran Batik Trusmi Cirebon (dipasarkan ke audience).

Dan perlombaan adalah sebagai berikut:

- Festival band kontemporer, kategori SMP dan SMA.


(38)

36 - Lomba mewarnai media kaos bertema pelestarian Keraton

Kasepuhan, kategori SD.

- Lomba teater bertema pelestarian Keraton Kasepuhan, kategori SD, SMP, SMA.

Even ini akan diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 11 dan 12 Desember 2011 yaitu hari Sabtu dan Minggu, sekaligus untuk memeriahkan HUT Kota Cirebon yang ke-642 yang jatuh pada tanggal 7 Desember 2011.

3.4 Tahapan Kampanye Untuk Even

Dalam perencanaan penyampaian pesan untuk khalayak sasaran agar datang ke even dan perlombaan ini dibuat suatu tahapan, dimana tahapan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses kampanye, tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengenalan

Sebagai tahap awal dimana akan munculnya perasaan keingintahuan dan rasa penasaran tentang apa isi dari pesan yang ingin disampaikan. Teknis pelaksanaanya yaitu dengan menyebarkan media-media even di tempat yang strategis untuk ditargetkan ke khalayak sasaran yaitu di sekolah-sekolah, sekitar lingkungan Keraton Kasepuhan dan pusat kota.


(39)

37 2. Tahap Mengajak

Dengan diadakannya even dan perlombaan di Alun-alun Keraton Kasepuhan.

3. Tahap Pengingatan

Tahap selanjutnya yaitu dengan cara membagikan media-media gimmik kepada khalayak sasaran yang datang ke even tersebut yang sifatnya sebagai pengingat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar khalayak sasaran baik target primer maupun sekunder untuk selalu mengingat akan even tersebut sebagai jalur untuk melestarikan Keraton Kasepuhan Cirebon.

3.5 Logo Pelestarian Keraton Kasepuhan Cirebon

Suatu logo dibuat karena ingin membangun sebuah citra tentang pentingnya kelestarian Keraton Kasepuhan sebagai objek wisata budaya yang selama ini diabaikan oleh masyarakat Kota Cirebonnya itu sendiri. Berikut ini merupakan gambar penjelasan dari logo pelestarian Keraton Kasepuhan:


(40)

38

Gambar 3.1 Logo Pelestarian Keraton Kasepuhan Sumber: Pribadi

1. Merupakan stilasi (penyederhanaan bentuk) dari gerbang atau tembok di alun-alun Keraton Kasepuhan.

- Menandakan atau mempunyai citra unsur bangunan keraton. - Konsep warna yang gradasi dari warna tua ke warna cerah

mempunyai makna perubahan. Maksudnya perubahan kondisi lingkungan keraton untuk menjadi lebih lestari.

2. Stilasi bunga soka

- Mempunyai citra sesuatu yang indah dan lestari.

- Pohon dan bunga soka terdapat di bagian bangunan Keraton Kasepuhan yaitu Taman Bunderan Dewandaru yang banyak dikunjungi oleh wisatawan.

- 5 buah daun bunga melambangkan filosofi islam yang biasanya berjumlah ganjil.


(41)

39 3.6 Logo Even

Logo even Soka dibuat penuh warna agar sesuai dengan konsep even Soka yaitu bersuka ria. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan gambar dan penjelasan dari logo even Soka:

Gambar 3.2 Logo Even Soka Sumber: Pribadi

Penjelasan logo:

1. Nama logo diambil berdasarkan nama bunga Soka yang ada di sekitar lingkungan Keraton Kasepuhan.

2. Didalam huruf “Soka” terdapat unsur “mega mendung” yang menandakan Visual Culture nya Kota Cirebon.


(42)

40 3. Dibuat penuh warna agar lebih terlihat lebih ceria sesuai dengan

konsep even yaitu “bersuka ria”.

4. Ditampilkan ilustrasi dari bunga soka yang menandakan bahwa itu merupakan gambar dari bunga Soka.

5. Dibawah tulisan Soka terdapat angka 2011 dimana tahun berlangsungnya even Soka.

3.7 Strategi Media

Agar penyampaian pesan kepada khalayak sasaran mencapai tujuan yang diharapkan, maka dipilihlah media-media yang sesuai dengan sistem strategi komunikasi yang dibuat.

Spesifikasi Media

1. Media Utama - Poster

Poster dijadikan media utama karena poster merupakan media informatif yang efisien yang bisa diletakkan dimana saja dan memiliki kelebihan karena bisa menahan orang lebih lama untuk melihat dan membacanya.

2. Media Pendukung - Leaflet

Merupakan media pendukung yang isinya memberikan berbagai informasi tentang even dan perlombaan yang akan


(43)

41 diadakan. Media ini akan dibagikan di sekolah-sekolah dan dibuat semenarik mungkin untuk menarik khalayak sasaran agar datang ke even ini.

- Social Networking (Facebook dan Twitter)

Merupakan media internet yang digunakan untuk berbagi informasi tentang even yang akan berlangsung kepada khalayak sasaran ksususnya pelajar. Media ini sangat murah karena tidak memerlukan biaya dan sangat efisien untuk ditargetkan ke pelajar Kota Cirebon.

- Spanduk

Spanduk merupakan media yang digunakan dalam menyampaikan pesan informatif dan persuasif yang sifatnya mendukung dan menguatkan pesan kampanye. Dalam kampanye ini pemilihan media spanduk sebagai pesan persuasif akan adanya pesan yang dimunculkan dan sebagai media informasi event yang akan dilaksanakan. Media ini akan ditempatkan dibeberapa tempat yang menjadi pusat Kota Cirebon.

- Umbul-umbul

Penempatan umbul-umbul akan ditempatkan di kawasan yang banyak dilalui oleh kendaraan dan di sekitar jalan menuju Alun-alun Keraton Kasepuhan sebagai informasi tentang even.


(44)

42 - Iklan TV lokal Cirebon

Media ini akan ditayangkan selama sebulan sebelum berlangsungnya even. Dipilihnya TV lokal Cirebon sebagai media pendukung karena biaya yang relatif murah.

- Backdrop

Media ini berfungsi sebagai media informasi yang ditempatkan pada saat even berlangsung sehingga lebih tepat dan efektif mengarah ke khalayak sasaran.

- Tiket masuk even

Setiap khalayak sasaran yang berpatisipasi dalam even dan perlombaan ini terlebih dahulu harus membeli tiket yang dipersiapkan panitia. Tiket ini diperjualkan disekolah-sekolah agar target utama yaitu pelajar lebih mudah untuk membelinya. Tiket ini juga diperjualkan di Keraton Kasepuhan Cirebon. - Piala

Dibagikan pada pemenang perlombaan diakhir acara.

3. Gimmick

- Name Tag dan T-shirt

Media ini akan dibagikan kepada panitia dan peserta pada saat even berlangsung.


(45)

43 - Merchandise (gantungan kunci, stiker, notes)

Sebagai media pelengkap yang mengingatkan tentang kampanye tersebut dan dibagikan pada saat even berlangsung, karena bersifat aplikatif.

3.8 Strategi Distribusi

Berikut merupakan tabel dari lokasi-lokasi strategis yang menjadi target penyebaran dan penempatan media beserta waktu penyebarannya:

Tabel 3.1 Tabel Strategi Distribusi Media Sumber: Pribadi


(46)

44 3.9 Konsep Visual

Konsep visual dalam perancangan kampanye ini secara garis besar memunculkan kesan ceria, penuh warna, menggambarkan ciri khas dari visualisasi Keraton Kasepuhan serta munculnya kesan kebudayaan dan kesenian Kota Cirebon. Konsep visual yang dibuat meliputi lima hal, yaitu:

1. Format desain

2. Tata letak atau layout 3. Tipografi

4. Warna 5. Ilustrasi

3.9.1 Format Desain

Format desain yang dibuat diolah sedemikian rupa dan disesuaikan dengan media yang akan digunakan sehingga tidak terlihat monoton. Peletakan gambar, teks, keyword, dan juga tagline akan disesuaikan dengan media yang akan digunakan.


(47)

45

Poster 1 Poster 2

Poster 3

Gambar 3.3 Format Desain Sumber: Pribadi


(48)

46 3.9.2 Tata Letak atau Layout

Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif sehingga memudahkan pembaca untuk menerima informasi yang disajikan. Dalam setiap media layout, penempatan unsur-unsur grafis disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan kesan yang menarik dan informatif.

Layout pada media utama yaitu poster terfokus dibagian tengah media dan didukung dengan penempatan logo diatasnya, serta penempatan keyword dan tagline untuk lebih memahami isi dari pesan yang akan disampaikan.


(49)

47 Varian 3

Gambar 3.4 Tata Letak atau Layout Sumber: Pribadi

3.9.3 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan dalam perancangan kampanye untu even ini mempunyai beberapa kriteria yaitu:

- Persuasif, bersifat mengajak.

- Memperhatikan kenyamanan dan kemudahan saat membaca.

- Pemilihan huruf menggunakan bentuk huruf yang bulat dan melengkung seperti tembok yang ada di beberapa bagian


(50)

48 bangunan keraton dan bentuk huruf yang biasa dipakai pelajar untuk menulis.

1. Saltire

2. Eager Naturalist

2.9.4 Warna

Warna merupakan unsur penting yang dapat memperkuat gagasan visual dalam penyampaian sebuah pesan agar pesan dapat diterima dengan baik. Warna yang diambil mempunyai kesan ceria seperti warna pelangi (mejikuhibiniu) dan tidak melupakan unsur warna budaya.


(51)

49

Gambar 3.5 Konsep Warna 1 Sumber: Pribadi

- Merah: Melambangkan perayaan, sosialisme, dan perwujudan suatu penghormatan.

- Jingga: Melambangkan kebahagiaan dan kesenangan. - Kuning: Melambangkan suatu perubahan dan pergaulan. - Hijau: Melambangkan masa muda dan pelestarian.

- Biru: Melambangkan manusia yang produktif, kebersihan, dan ketenangan.


(52)

50 - Nila: Melambangkan keikhlasan dalam melakukan sesuatu. - Ungu: Melambangkan kreatif, kerajaan, dan pencerahan.

Gambar 3.6 Konsep Warna 2 Sumber: Pribadi

- Cokelat bata dan cokelat tua: Mempunyai kesan alam, tanah, subur, tradisi, dan erat hubungannya dengan warna budaya. - Putih: Mempunyai kesan bersih dan suci serta melambangkan

penghormatan kepada Kasultanan Cirebon.

2.9.5 Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan dalam perancangan kampanye untuk even ini menggunakan gaya vector yang


(53)

51 menggambar berbagai alat kesenian khas Cirebon sebagai suatu kegiatan yang ada di event ini yang diadakan di lingkungan Keraton Kasepuhan dengan konsep yang ceria. Terdapat juga gambar “mega mendung” sebagai visual culture dari Kota Cirebon.


(54)

52 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Pra Produksi

Dalam pra produksi ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu :

- Data gambar diolah pada software Adobe Ilustrator dan Adobe Photoshop.

- Kemudian mencari jenis huruf yang sesuai dengan konsep yang telah dibuat.

- Mencari warna yang sesuai dengan konsep. - Membuat identitas visual.

- Menentukan keyword dan tagline visual.

- Mulai membuat unsur-unsur grafis yang dibutuhkan sesuai konsep kemudian melakukan proses visualisasi vektor di program Adobe Ilustrator dan diolah kembali visualisasi vektor tersebut pada program Adobe Photoshop.

- Melakukan pengolahan gambar (ilustrasi), keyword, tagline, dan layout.

- Menentukan ukuran-ukuran media yang akan dibuat dengan perbandingan skala yang disesuaikan.


(55)

53 4.2 Produksi

Pada tahap ini semua media yang sudah dibuat dan dilayout kemudian dicetak atau diproduksi.

4.2.1 Media Utama

1. Poster

Gambar 4.1 Varian Poster Sumber: Pribadi


(56)

54 Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 29,7 cm x 42 cm Material : Art papper Teknik produksi : Cetak offset

4.2.2 Media Pendukung

1. Leaflet

Gambar 4.2 Foto Leaflet Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape (berbentuk gerbang keraton) Ukuran : 20 cm x 14 cm

Material : Art papper Teknik produksi : Cetak offset


(57)

55 2. Spanduk

Gambar 4.3 Foto Spanduk Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 400 cm x 100 cm Material : Flexi outdoor Teknik produksi : Digital printing


(58)

56 3. Umbul-umbul

Gambar 4.4 Foto Umbul-umbul Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 70 cm x 300 cm Material : Flexi outdoor Teknik produksi : Digital printing


(59)

57 4. Backdrop Panggung

Gambar 4.5 Foto Backdrop Panggung Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 800 cm x 600 cm Material : Flexi outdoor Teknik produksi : Digital printing


(60)

58 5. Tiket Masuk Event

Gambar 4.6 Foto Tiket Masuk Event Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 4 cm x 10 cm Material : Art paper Teknik produksi : Cetak offset


(61)

59 6. Piala

Gambar 4.7 Foto Piala Soka 2011 Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 18 cm x 21,5 cm Material : Akrilik


(62)

60 7. Social Networking (Facebook dan Twitter)

Gambar 4.8 Facebook dan Twitter Sumber: Pribadi

Facebook : soka2011 Twitter : @soka2011


(63)

61 8. Iklan Slide Show Photo

Gambar 4.9 Urutan Slide Show Photos Sumber: Pribadi

Durasi Slide Show Photo : 39 detik

Jam tayang : Antara pukul 18.00 – 22.00 WIB TV Lokal Cirebon TV


(64)

62 4.2.3 Gimmick

1. Name Tag

Gambar 4.10 Foto Name Tag Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 7,5 cm x 9,5 cm Material : Art paper


(65)

63 2. Kaos / T-shirt

Gambar 4.11 Kaos atau T-shirt Sumber: Pribadi

Ukuran : All size Material : Kardet


(66)

64 3. Gantungan Kunci

Gambar 4.12 Foto Gantungan Kunci Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 6 cm x 5 cm Material : Akrilik


(67)

65 4. Stiker

Gambar 4.13 Foto Stiker Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 10 cm x 8 cm Material : Vynil Stiker


(68)

66

5. Note Book

Gambar 4.14 Foto Note Book Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 15 cm x 20,5 cm Material : Cover (Art paper)

Isi (HVS 80 gr)

Teknik produksi : Cover (Digital printing)


(69)

67 DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Antar Venus, Drs, M.A. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Besta Besuki Kertawibawa. 2007. Dinasti Raja Petapa 1: Pangeran Cakrabuana Sang Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung : Penerbit PT Kiblat Buku Utama

I Gede Pitana, Prof. Dr. M.Sc dan I Ketut Surya Diarta, SP,MA. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : ANDI

Iskandar, Yoseph, dkk. 2000. Negara Gheng Islam Pakungwati Cirebon. Bandung : Padepokan Sapta Rangga

Komarudin. 1999. Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan

Oka A. Yoeti, Drs. H. MBA. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : ANGKASA

Rokhmin Dahuri, Prof. Dr. Ir. H. M.S. Drh. R. Bambang Irianto. B.A, dan Eva Nur Arovah. S.Ag.M.Hum. 2004. Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon. Jakarta : Perum Percetakan Negara RI

Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta : Penerbit Taman Siswa.

Sunardjo, Unang, RH. 1983. Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cirebon 1479-1809. Bandung : Tarsito

Internet :

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/04/30/139660/123/101/Sultan-Sepuh-Keraton-Kasepuhan-Cirebon-Meninggal (30/04/2010)

http://syamalifasa.wordpress.com/2007/03/01/sejarah-kota-cirebon/ (14/06/2010)


(70)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Ragil Ananda

Tempat/ Tanggal Lahir : Cirebon, 1 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain (Desain Komunikasi Visual) Alamat : Jalan Gunung Tangkuban Perahu 1 No.109

RT.02 RW.04 Perumnas, Kota Cirebon 45141

No. Telp/ Hp : Rumah (0231-486949) Hp (085722224345) Email : ragilananda@ymail.com

Pendidikan Formal

 1994-2000 : SDN Agung Cirebon  2000-2003 : SMPN 6 Cirebon  2003-2006 : SMAN 8 Cirebon

 2006-2011 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(71)

Pendidikan Non Formal

 Bengkel 8 (Kesenian dan Musik) SMA Negeri 8 Cirebon (2004-2005)  Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS) UNIKOM,

Bandung (2006)

 Pendekatan Ala Desain (PADI) Fakultas Desain UNIKOM, Bandung (2006)

 Seminar “1001 Inspiration Design Festival”, Bandung (2008)

 Kerja Praktek di CV Piji Multimedia Bandung sebagai Cover Designer (2010)


(1)

64 3. Gantungan Kunci

Gambar 4.12 Foto Gantungan Kunci Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 6 cm x 5 cm Material : Akrilik


(2)

65 4. Stiker

Gambar 4.13 Foto Stiker Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 10 cm x 8 cm Material : Vynil Stiker


(3)

66

5. Note Book

Gambar 4.14 Foto Note Book Sumber: Pribadi

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 15 cm x 20,5 cm Material : Cover (Art paper)

Isi (HVS 80 gr)

Teknik produksi : Cover (Digital printing)


(4)

67 DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Antar Venus, Drs, M.A. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Besta Besuki Kertawibawa. 2007. Dinasti Raja Petapa 1: Pangeran Cakrabuana Sang Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung : Penerbit PT Kiblat Buku Utama

I Gede Pitana, Prof. Dr. M.Sc dan I Ketut Surya Diarta, SP,MA. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : ANDI

Iskandar, Yoseph, dkk. 2000. Negara Gheng Islam Pakungwati Cirebon. Bandung : Padepokan Sapta Rangga

Komarudin. 1999. Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan

Oka A. Yoeti, Drs. H. MBA. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : ANGKASA

Rokhmin Dahuri, Prof. Dr. Ir. H. M.S. Drh. R. Bambang Irianto. B.A, dan Eva Nur Arovah. S.Ag.M.Hum. 2004. Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon. Jakarta : Perum Percetakan Negara RI

Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta : Penerbit Taman Siswa.

Sunardjo, Unang, RH. 1983. Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cirebon 1479-1809. Bandung : Tarsito

Internet :

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/04/30/139660/123/101/Sultan-Sepuh-Keraton-Kasepuhan-Cirebon-Meninggal (30/04/2010)

http://syamalifasa.wordpress.com/2007/03/01/sejarah-kota-cirebon/ (14/06/2010)


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Ragil Ananda

Tempat/ Tanggal Lahir : Cirebon, 1 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain (Desain Komunikasi Visual) Alamat : Jalan Gunung Tangkuban Perahu 1 No.109

RT.02 RW.04 Perumnas, Kota Cirebon 45141

No. Telp/ Hp : Rumah (0231-486949) Hp (085722224345)

Email : ragilananda@ymail.com

Pendidikan Formal

 1994-2000 : SDN Agung Cirebon  2000-2003 : SMPN 6 Cirebon  2003-2006 : SMAN 8 Cirebon

 2006-2011 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(6)

Pendidikan Non Formal

 Bengkel 8 (Kesenian dan Musik) SMA Negeri 8 Cirebon (2004-2005)  Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS) UNIKOM,

Bandung (2006)

 Pendekatan Ala Desain (PADI) Fakultas Desain UNIKOM, Bandung (2006)

 Seminar “1001 Inspiration Design Festival”, Bandung (2008)

 Kerja Praktek di CV Piji Multimedia Bandung sebagai Cover Designer (2010)