DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif 16
Tabel 2.2. Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
17 Tabel 2.3. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dan
Pembelajaran Konvensional 21
Tabel 2.4. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe TPS
24 Tabel 2.5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Dan Pembelajaran Konvensional 26
Tabel 2.6. Perhitungan Skor Individu 27
Tabel 2.7. Perhitungan Skor Kelompok 28
Tabel 2.8. Perbandingan skala suhu 33
Tabel 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu 34
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 41
Tabel 3.2. SpesifikasiTes Hasil Belajar pada Materi Pokok Suhu 44
Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51
Tabel 4.2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52
Tabel 4.3.Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata , Standar Deviasi 53
dan Varians Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 55
Tabel 4.6. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 56
Tabel 4.7. Rekapuitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa 56
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Diagram Lingkaran
3
Gambar 2.1. Jari-Jari dimasukkan kedalam Air Es 29
Gambar 2.2. Contoh Termoter Platina 30
Gambar 2.3. Termometer Gas Pada Volume Gas Tetap 30
Gambar 2.4. Termometer Laboratorium 31
Gambar 2.5. Termometer Suhu Badan 31
Gambar 2.6. Perbandingn Skala Termometer 32
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 43
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
52 Gambar 4.2. Diagram Batang Observasi Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran RPP 66
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa LKS 92
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 96
Lampiran 4. Soal Instrumen 103
Lampiran 5. Observasi Aktivitas Siswa 106
Lampiran 6. Lembar Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 107
Lampiran 7. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen 108
Lampiran 8. Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol 109
Lampiran 9. Tabulasi Hasil Belajar Pretes Kelas Eksperimen 111
Lampiran 10. Tabulasi Hasil Belajar Postes Kelas Eksperimen 113
Lampiran 11. Tabulasi Hasil Belajar Pretes Kelas Kontrol 115
Lampiran 12. Tabulasi Hasil Belajar Postes Kelas Kontrol 117
Lampiran 13. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi ` 119 Lampiran 14. Uji Normalitas
121 Lampiran 15. Uji Homogenitas
124 Lampiran 16. Uji Hipotesis
127 Lampiran 17. Lembar Distribusi Data Observasi Aktivitas Siswa
132 Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian
136 Lampiran 19. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors
141 Lampiran 20.Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
142 Lampiran 21. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t
143 Lampiran 22. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F
144
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan
kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi mutu pendidikan di
Indonesia masih memprihatinkan, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal belum mampu mengikuti dan menanggapi perubahan cepat yang terjadi di
masyarakat. Keluhan tentang masih rendahnya mutu sekolah sudah sering didengar, hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata
pelajaran fisika. Berkaitan dengan hal tersebut Duniacare Ft Suramcoder dalam artikelnya menjelaskan beberapa keluhan mengenai masalah pendidikan di
Indonesia.
“........
Fisika bukanlah pelajaran menakutkan bagi sebagian besar siswa SMP. Alasannya, karena nilai mata pelajaran Fisika tidak berdiri sendiri
melainkan tergabung dalam mata pelajaran IPA. Biasanya untuk siswa SMP, tidak bisa mengerjakan Fisika tidak berarti dunia kiamat. Pelajaran
Biologi yang akan mengatrol nilai IPA sehingga nilai IPA siswa SMP jarang anjlok. Tapi, bagaimana dengan Fisika SMA? Ketika seorang siswa
menaiki kelas 2 SMA dan mengambil jurusan IPA, pelajaran Fisika akan
berdiri sendiri. Nilai Fisika SMA bisa saja “hancur” karena tidak ada sumbangan nilai dari Biologi dan Kimia masing-masing berdiri sendiri.
Padahal, di antara ketiga materi di atas Fisika, Biologi, Kimia, kebanyakan siswa menganggap Fisika adalah yang tersulit. Jadi, tak heran
jika kemudian banyak yang mengeluh tidak bisa menguasai materi.
” Melihat permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka seharusnya
dalam pembelajaran guru dituntut agar mampu menyampaikan materi-materi yang diajarkan dengan baik sehingga dapat dimengerti peserta didik. Salah satu upaya
yang dilakukan guru adalah dengan penguasan teknik-teknik penyajian yang biasanya disebut dengan metode mengajar. Metode mengajar yang baik adalah
metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru adalah memilih metode yang tepat
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Dengan metode mengajar yang baik diharapkan akan tercapai suatu interaksi maksimal antara siswa dengan
guru yang tidak hanya berorientasi terhadap hasil, tetapi yang lebih penting adalah proses itu sendiri.
Keberhasilan siswa dalam dunia pendidikan tidak dapat diraih dengan sendirinya. Keberhasilan siswa dapat diraih dengan pembelajaran yang
terprogram, terencana dan sistematis. Dalam hal ini seorang guru memegang peranan penting dalam keberhasilan dunia pendidikan. Dimana seorang guru
dapat membuat siswa belajar secara efektif dan efisien serta mengerti dalam menerapkan hasil pembelajaran tersebut. Untuk itu sudah sepantasnya seorang
guru selalu membuat persiapan yang matang sebelum memulai suatu proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 25 Januari 2013, siswa SMP Taman Harapan berpendapat bahwa pelajaran fisika itu sulit dipahami dan
banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran tersebut. Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran fisika SMP Taman Harapan, ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut, yaitu dari pihak pengajar dan siswa sendiri. Dari pihak pengajar, metode pembelajaran yang digunakan
cenderung terbatas pada penyampaian ceramah, pemberian contoh soal, latihan dan diakhiri dengan pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah. Begitu juga
dengan siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya kepada guru dalam proses pembelajaran, kemudian proses pembelajaran berlangsung
secara individu. SMP Swasta Taman Harapan juga belum pernah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Prestasi yang mereka capai dalam fisika cukup rendah, yaitu dengan nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil adalah 68. Meskipun KKM sudah tercapai,
namun nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas pribadikelompok dan disiplin siswa, masing-
masing sebanyak 5 poin. Hal ini relevan dengan data yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada 60 siswa. Sebanyak 36 siswa atau 60 siswa menyatakan