KESIMPULAN DAN SARAN 62 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURANNYA DI KELAS VII SEMESTER I SMP SWASTA TAMAN HARAPAN MEDAN T.P. 2013/2014.

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif 16 Tabel 2.2. Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif 17 Tabel 2.3. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dan Pembelajaran Konvensional 21 Tabel 2.4. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe TPS 24 Tabel 2.5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Pembelajaran Konvensional 26 Tabel 2.6. Perhitungan Skor Individu 27 Tabel 2.7. Perhitungan Skor Kelompok 28 Tabel 2.8. Perbandingan skala suhu 33 Tabel 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu 34 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 41 Tabel 3.2. SpesifikasiTes Hasil Belajar pada Materi Pokok Suhu 44 Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51 Tabel 4.2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Tabel 4.3.Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata , Standar Deviasi 53 dan Varians Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54 Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 55 Tabel 4.6. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 56 Tabel 4.7. Rekapuitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa 56 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Diagram Lingkaran 3 Gambar 2.1. Jari-Jari dimasukkan kedalam Air Es 29 Gambar 2.2. Contoh Termoter Platina 30 Gambar 2.3. Termometer Gas Pada Volume Gas Tetap 30 Gambar 2.4. Termometer Laboratorium 31 Gambar 2.5. Termometer Suhu Badan 31 Gambar 2.6. Perbandingn Skala Termometer 32 Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 43 Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Gambar 4.2. Diagram Batang Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 57 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran RPP 66 Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa LKS 92 Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 96 Lampiran 4. Soal Instrumen 103 Lampiran 5. Observasi Aktivitas Siswa 106 Lampiran 6. Lembar Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 107 Lampiran 7. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen 108 Lampiran 8. Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol 109 Lampiran 9. Tabulasi Hasil Belajar Pretes Kelas Eksperimen 111 Lampiran 10. Tabulasi Hasil Belajar Postes Kelas Eksperimen 113 Lampiran 11. Tabulasi Hasil Belajar Pretes Kelas Kontrol 115 Lampiran 12. Tabulasi Hasil Belajar Postes Kelas Kontrol 117 Lampiran 13. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi ` 119 Lampiran 14. Uji Normalitas 121 Lampiran 15. Uji Homogenitas 124 Lampiran 16. Uji Hipotesis 127 Lampiran 17. Lembar Distribusi Data Observasi Aktivitas Siswa 132 Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian 136 Lampiran 19. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 141 Lampiran 20.Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 142 Lampiran 21. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 143 Lampiran 22. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 144

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi mutu pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal belum mampu mengikuti dan menanggapi perubahan cepat yang terjadi di masyarakat. Keluhan tentang masih rendahnya mutu sekolah sudah sering didengar, hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran fisika. Berkaitan dengan hal tersebut Duniacare Ft Suramcoder dalam artikelnya menjelaskan beberapa keluhan mengenai masalah pendidikan di Indonesia. “........ Fisika bukanlah pelajaran menakutkan bagi sebagian besar siswa SMP. Alasannya, karena nilai mata pelajaran Fisika tidak berdiri sendiri melainkan tergabung dalam mata pelajaran IPA. Biasanya untuk siswa SMP, tidak bisa mengerjakan Fisika tidak berarti dunia kiamat. Pelajaran Biologi yang akan mengatrol nilai IPA sehingga nilai IPA siswa SMP jarang anjlok. Tapi, bagaimana dengan Fisika SMA? Ketika seorang siswa menaiki kelas 2 SMA dan mengambil jurusan IPA, pelajaran Fisika akan berdiri sendiri. Nilai Fisika SMA bisa saja “hancur” karena tidak ada sumbangan nilai dari Biologi dan Kimia masing-masing berdiri sendiri. Padahal, di antara ketiga materi di atas Fisika, Biologi, Kimia, kebanyakan siswa menganggap Fisika adalah yang tersulit. Jadi, tak heran jika kemudian banyak yang mengeluh tidak bisa menguasai materi. ” Melihat permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka seharusnya dalam pembelajaran guru dituntut agar mampu menyampaikan materi-materi yang diajarkan dengan baik sehingga dapat dimengerti peserta didik. Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah dengan penguasan teknik-teknik penyajian yang biasanya disebut dengan metode mengajar. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru adalah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Dengan metode mengajar yang baik diharapkan akan tercapai suatu interaksi maksimal antara siswa dengan guru yang tidak hanya berorientasi terhadap hasil, tetapi yang lebih penting adalah proses itu sendiri. Keberhasilan siswa dalam dunia pendidikan tidak dapat diraih dengan sendirinya. Keberhasilan siswa dapat diraih dengan pembelajaran yang terprogram, terencana dan sistematis. Dalam hal ini seorang guru memegang peranan penting dalam keberhasilan dunia pendidikan. Dimana seorang guru dapat membuat siswa belajar secara efektif dan efisien serta mengerti dalam menerapkan hasil pembelajaran tersebut. Untuk itu sudah sepantasnya seorang guru selalu membuat persiapan yang matang sebelum memulai suatu proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 25 Januari 2013, siswa SMP Taman Harapan berpendapat bahwa pelajaran fisika itu sulit dipahami dan banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran tersebut. Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran fisika SMP Taman Harapan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut, yaitu dari pihak pengajar dan siswa sendiri. Dari pihak pengajar, metode pembelajaran yang digunakan cenderung terbatas pada penyampaian ceramah, pemberian contoh soal, latihan dan diakhiri dengan pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah. Begitu juga dengan siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya kepada guru dalam proses pembelajaran, kemudian proses pembelajaran berlangsung secara individu. SMP Swasta Taman Harapan juga belum pernah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Prestasi yang mereka capai dalam fisika cukup rendah, yaitu dengan nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil adalah 68. Meskipun KKM sudah tercapai, namun nilai yang diperoleh siswa sudah ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas pribadikelompok dan disiplin siswa, masing- masing sebanyak 5 poin. Hal ini relevan dengan data yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada 60 siswa. Sebanyak 36 siswa atau 60 siswa menyatakan