PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa masih rendah. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran TPS dalam

meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan maateri oleh siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretest posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIG dan VIID yang

dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai Pretest, Posttest, dan N-gain. Hasil Pretest dan Posttest dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U ( uji-U), sedangkan nilai N-gain dianalisis menggunakan uji homogenitas dan dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t). Data


(2)

iii

kualitatif berupa skor aktivitas belajar yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa melalui model TPS serta tanggapan siswa yang diperoleh dari angket, kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa dalam aspek mengemukakan pendapat/ide, bertanya, bekerjasama dalam teman, bertukar informasi dan mempresentasikan hasil diskusi yang diamati pada kelas eksperimen yakni 79,85 yang berkriteria baik dengan standar deviasi 0,49. Aspek aktivitas yang diamati tertinggi pada kelas eksperimen yaitu pada aspek mengemukakan pendapat atau ide dan mempresentasikan hasil diskusi yaitu 81,61 berkriteria baik. Sedangkan rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa dalam aspek yang diamati pada kelas kontrol lebih rendah

dibandingkan kelas eksperimen yakni 34,25 yang berkriteria kurang dengan standar deviasi 0,46. Aspek aktivitas yang diamati untuk kelas kontrol tertinggi pada mempresentasikan hasil diskusi dengan kreteria kurang. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model

pembelajaran kooperatif TPS. Hasil penelitian pada penguasaan materi oleh siswa menunjukkan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 56 dan kelas kontrol sebesar 23. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Kata kunci : Model Pembelajaran TPS, Aktivitas Belajar Siswa, Penguasaan Materi, Ciri-Ciri Makhluk Hidup


(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

Oleh

ARYANI DWI KESUMAWARDANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 9 2. Desain Perbandingan Kelompok Non Ekuivalen ... 28 3. Grafik Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran

TPS ... 53 4. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 1 untuk Indikator Kognitif C1

pada Kelas Eksperimen. ... 58 5. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 1 untuk Indikator Kognitif C2

pada Kelas Eksperimen ... 59 6. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 3 untuk Indikator Kognitif C3

pada Kelas Eksperimen ... 60 7. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 3 untuk Indikator Kognitif C3

pada Kelas Kontrol ... 61 8. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 2 untuk Indikator Kognitif C4

pada Kelas Eksperimen ... 62 9. Jawaban Siswa pada LKS Pertemuan 2 untuk Indikator Kognitif C4


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penskoran nilai pretes, posttest, dan N-gain ... 37

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 38

3. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 40

4. Membuat Pernyataan Angket Tanggapan Siswa... 41

5. Skor Perjawaban Angket ... 42

6. Rumus Persentase Skor Angket ... 43

7. Tabulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model TPS ... 43

8. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa ... 43

9. Lembar Penilaian Penguasaan Materi ... 47

10.Kriteria Penguasaan Materi ... 48

11.Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

12.Hasil Uji Statistik Nilai Pretest, Posttest, Dan N-Gain Penguasaan Materi Oleh Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51

13.Hasil Statistik Rata-Rata N-Gain, Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Mann-Whitney U Setiap Indikator Kognitif Oleh Siswa Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……… ... 52

14.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 166

15.Hasil Uji Mann-Whitney U Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 168

16.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 169

17.Hasil Uji Mann-Whitney U Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 171

18.Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 172

19.Hasil Uji Homogenitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

20.Hasil Uji t1 N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

21.Hasil Uji t2 N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 176

22.Hasil Uji Normalitas N-gain C1 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 177

23.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C1 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 178


(7)

24.Hasil Uji Normalitas N-gain C2 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 179 25.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C2 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 180 26.Hasil Uji Normalitas N-gain C3 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 181 27.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C3 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 182 28.Hasil Uji Normalitas N-gain C4 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 183 29.Hasil Uji Mann-Whitney U N-gain C2 Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 184 30.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 185 31.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 186 32.Analisis Aspek Kognitif pada Soal Pretest dan Postest Kelas

Eksperimen ... 187 33.Analisis Aspek Kognitif pada Soal Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol ... 188 34.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen... 194 35.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 195 36.Analisis Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan


(8)

ix

Moto

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya

kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri”

(Al Ankabut [29] : 6)

“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, secara

tidak langsung maka anda telah berbuat baik terhadap diri

sendiri.”.

( Benyamin Franklin )

Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan –

kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk

masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi

.

(Aryani Dwi Kesumawardani)


(9)

(10)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Teriring doa , rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini

untuk orang-orang tercinta sepanjang hidupku:

Yang tercinta ibuku Suswati dan bapakku Sukristianto, S.Sos yang telah mendidik dan

membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, memberikan limpahan cinta dan kasih

sayang yang tak terbatas, selalu menguatkanku, mengingatkanku ketika alpa, dan

senantiasa mendukung segala langkahku menuju kebahagian dunia dan akhirat.

Kakakku dan Adikku tercinta Putri Kesumawaty, Amd. Kep dan Mohammad Dimas

Saputra , yang selalu memberikan kekuatan, keceriaan, motivasi, senantiasa menyayangiku

dan membantuku ketika banyak kesulitan yang aku hadapi.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan

Para Pendidik dan Dosen tercinta

Almamater tercinta Universitas Lampung.


(11)

(12)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada 28 Juni 1990, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Sukristianto, S.Sos dengan Suswati. Penulis beralamat di Jln. Nusantara Gg. Nusantara V No.24 RT/RW 002/01 kel. Labuhan ratu, Kec. Kedaton, Bandar Lampung, 35142. No HP 089617754244.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK R.A Daya Kedaton (1995-1996), SD Negeri 2 Labuhan Ratu (1996-2002), SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung (2002-2005), SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Kedondong, Kab. Pesawaran dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Pesawaran Kecamatan Kedondong (Tahun 2012), dan penelitian pendidikan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.


(13)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP” (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

dan Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;


(14)

xii

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

6. Hj. Yuliati, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 21 Bandar Lampung dan Hj. Wirdati, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIG dan VIID SMP Negeri

21 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. Orang tuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta

kakak dan adikku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan; 9. Sahabatku tercinta di Biologi dan seseorang yang selalu memberikanku

semangat, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, Harry Haryono, S.Pd., Hendro Hermansyah, S.Pd., Heni Yuli Puspita, M. Rakhman Azizi, S.Pd., Novi Yolanda, S.Pd., Nurmala Sari, S.Pd., Rika Permatasari, S.Pd., Riya Mariga Sari, S.Pd., Rohmaniar, S.Pd.

10.Rekan-rekan Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008), kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, Amin

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(15)

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pembelajaran Koperatif ... 10

B. Model Pembelajaran Kooperatif TPS ... 12

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 17

D. Penguasaan Materi ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan waktu Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Desain Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38

a. Data Kualitatif ... 1. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 38

2. Angket Tanggapan Siswa ... 41

b. Data Kuantatif ... 44

1. Uji Normalitas ... 44

2. Homogenitas ... 45


(17)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 66

B.Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA………. 68

LAMPIRAN 1. Silabus ... ....73

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ....77

3. Lembar Kerja Siswa... 10311 4. Rubrik ... ..137

5. Kunci Jawaban LKS ... 143

6. Soal Pretest dan Postest ... 156

7. Kisi-kisi Soal Pretest/Postest ... 159

8. Data-data Hasil Penelitian ... 134

9. Analisis Uji Statistik dan Hasil Penelitian ... 103

10. Foto-foto Penelitian ... 116


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu bangsa (Sudrajat, 2010: 1). Usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus menerus dilaksanakan. Hal tersebut dilaksanakan antara lain melalui penyempurnaan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP memiliki kelebihan, yakni guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa. Salah satunya adalah menentukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami konsep-konsep yang dipelajari secara utuh dan benar (Mulyasa, 2008: 222).

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, bahwa mata pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (BSNP, 2006: iv).


(19)

Salah satu hal yang terpenting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Melihat kenyataan yang terjadi, saat ini proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah belum maksimal. Proses pembelajaran yang belum maksimal bila guru belum dapat menciptakan suasana kelas yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar oleh siswa. Kemungkinan siswa dalam

pembelajaran kurang aktif, serta cenderung pasif saat mengikuti kegiatan belajar. Siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dengan membangkitkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, maka penguasaan materi oleh siswa pun dapat meningkat (Anonim, 2011: 2).

Meningkatkan mutu pendidikan yaitu menekankan pada pembelajaran siswa aktif. Tidak akan memperoleh hasil belajar yang bermutu jika siswa dalam proses pembelajaran tidak ikut aktif karena siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan menunjang prestasi belajar. Prestasi belajar siswa yang bermutu akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia (Hanafiah dan Suhana, 2009: 93).

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di SMP Negeri 21 Bandar Lampung di dapatkan bahwa di dalam pembelajaran biologi guru masih kurang memperhatikan aktivitas siswa.Hal tersebut dapat terjadi karena dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru. Metode pembelajaran yang

digunakan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung juga menggunakan metode ceramah dan hanya sesekali melakukan diskusi, guru tidak mengajak siswa berlatih untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argument, sehingga aktivitas siswa menjadi rendah.Hal ini tampak dari


(20)

3

siswa yang mengantuk, menopang dagu, bersandar di kursi, berbicara dengan temannya, dan bersikap pasif, tidak berani mengemukakan pendapat maupun mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang belum dimengerti, siswa yang pemalu dan penakut cenderung untuk lebih banyak diam dan berperan sebagai pendengar. Seharusnya menurut Sardiman (2003: 95) aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi pendidikan sekarang lebih menitikberatkan pada aktivitas dalam pembelajaran, misalnya menyatakan pendapat, bertanya, menggambar, memecahkan masalah, dapat mengambil keputusan dan lain-lain.

Kurang optimalnya aktivitas siswa inilah yang di duga menyebabkan hasil belajar belum sepenuhnya berhasil.Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai mata pelajaran IPA khususnya biologi, siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan di sekolah yaitu 70. Rendahnya nilai mata pelajaran biologi dapat dilihat pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup dari hasil belajar siswa kelas VII pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah yaitu 55, sedangkan persentase rata-rata ketuntasan belajarnya adalah 58,7%.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, semangat belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan


(21)

siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan

mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk., 2000: 26).

Hasil penelitian Windawati (2010: 1) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS ini meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ariansyah (2009: 37) bahwa pembelajaran TPS memberikan pengaruh signifikan terhadap penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS dapat meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Menurut Nurhadi dan Senduk ( 2004 : 67) bahwa TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS

mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas.

Berdasarkan pemikiran di atas, akan di lakukan penelitian dengan judul pengaruh penenrapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok ciri-ciri

makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(22)

5

1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS terhadap aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016?

2. Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran TPS terhadap penguasaan materi siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016.

2. Peningkatan penguasaan materi siswa kelas VII pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru/calon guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam proses pembelajaran untuk menggali aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa.


(23)

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang dapat membangkitkan aktivitas dan penguasaan mereka terhadap materi. 3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran TPS untuk mengetahui aktivitas dan penguasaan materi siswa.

4. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui pemilihan model pembelajaran biologi yang tepat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka dikemukakan beberapa batasan, yaitu :

1. Model pembelajaran TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi. Adapun langkah model TPS yaitu, (1) Thinking (berpikir) siswa memikirkan jawabannya secara mandiri terhadap permasalahan yang diberikan guru, (2) Pair (berpasangan) jawaban yang telah dipikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya), (3) Share (berbagi) guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian (Siti, 2010: 15).

2. Aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa yaitu: (1) Mengemukakan pendapat/ide, (2) Bertanya, (3) Bekerjasama dengan


(24)

7

teman, (4) Bertukar informasi, (5) Mempresentasikan hasil diskusi (Arikunto, 2009: 183).

3. Penguasaan materi yang di ukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif yang di peroleh dari hasil pretest, postest, dan skor N-gain pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

4. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII D sebagai kelas kontrol semester ganjil SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

5. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah ciri-ciri makhluk hidup dengan kompetensi dasar “mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup”.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran biologi merupakan kegiatan atau proses menggunakan pikiran dalam memahami gejala-gejala alam. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran disekolah. Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penerapan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi penguasaan materi yang terlihat dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penerapan model TPS yang tepat akan menciptakan penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa serta dapat menciptakan proses

pembelajaran yang kondusif, artinya siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.


(25)

Model pembelajaran TPS yg merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan meningkatkan aktivitas siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui tahap berpikir (thinking), berpasangan (pairing) dan berbagi

(sharing). Pada saat think, guru menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa dan siswi menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep pada mata pelajaran. Saat pair, siswa dapat belajar dari siswa lain dan lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi. Saat share, setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya dan kemungkinan masing-masing siswa terlibat dengan setiap pertanyaan. Ketiga tahapan kegiatan tersebut masing-masing memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri agar dapat menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dengan pasanganya untuk memecahkan suatu permasalahan, dan melatih siswa berkomunikasi terutama pada saat berbagi informasi, bertanya, mengungkapkan pendapat di depan kelas. Sehingga pada akhirnya, pembelajaran kooperatif tipe TPS ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang relevan dengan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif TPS dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu peguasaan materi siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini :


(26)

9

Keterangan:

X = model pembelajaran kooperatif TPS, Y1 = Aktivitas belajar siswa

Y2 = penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup

Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak

berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan penguasaan materi ciri-ciri makhluk hidup.

H1 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

berpengaruh secara signifikan terhadap aktifitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh

dalam aktivitas belajar siswa. Y1

X


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Aryawan, 2009:10). Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antara satu dengan yang lainnya.

Holubec (dalam Nurhadi dan Senduk, 2004 : 60) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin


(28)

11

dan ras. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan akuntabilitas individu, keterampilan antarpersonal, peningkatan interaksi tatap muka dan pemrosesan.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk

menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan. Menurut Dzaqi (2009: 5) pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Siswa tidak tergantung pada guru, sehingga menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menenemukan berbagai informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dan menerima ide orang lain, serta menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

3. Membantu siswa untuk menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.

5. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif. 6. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

7. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Untuk siswa yang memiliki kelebihan, siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

2. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kelompok. Namun guru perlu menyadari bahwa hasil yang diharapkan adalah prestasi setiap siswa.


(29)

3. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai dengan sekali-sekali menerapan strategi ini.

4. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga belajar

membangun kepercayaan diri.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS)

Tehnik belajar mengajar TPS merupakan salah satu tehnik belajar mengajar yang dikembangkan pertama kali oleh professor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 sebagai struktur kegiatan pembelajaran

Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik think pair share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2008: 14).

Ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif.

Empat prinsip kerja itu adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.


(30)

13

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan

mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya satu atau dua siwa saja yang aktif (Anonim, 2001: 1).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004: 67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban


(31)

yang dikemukakan juga telah difikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002: 2).

Menurut Siti (2010: 15), ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share adalah tiga tahapan utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah think (berpikir secara individu), pair (berpasangan dengan teman), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

1. Tahap Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Tahap Pairing (berpasangan dengan teman)


(32)

15

mengenai apa yang telah dipikirkan sehingga dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk melakukan diskusi dengan pasangannya. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3. Tahap Sharing (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok

menyampaikan pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus

bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

Menurut (Hartina, 2008: 12), Model pembelajaran TPS memiliki kelebihan, diantaranya yaitu:

1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak

langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.


(33)

2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. 4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. 5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam

proses pembelajaran

Adapun kelemahan dari model pembelajaran TPS menurut (Hartina, 2008: 12) adalah sebagai berikut:

1. Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih. 2. Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda

sehingga akan dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang benar.

3. Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi karena jumlah pasangan yang sangat besar.

Pembatasan waktu pada masing-masing tahapan dapat memotivasi siswa untuk lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahannya dan menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, serta memungkinkan


(34)

17

siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran (Trianto, 2007: 61).

Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan

berkomunikasi. Model TPS menyebabkan siswa aktif dalam pembelajarannya, karena siswa belajar berkomunikasi dengan baik, memiliki tanggung jawab, berinteraksi dengan siswa lain, serta turut berpartisipasi dalam pembelajaran.

C. Aktivitas Belajar Siswa

Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok menurut

Sukmadinata (dalam Parlina, 2010: 26).

Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2007: 95), bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik


(35)

jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan

demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis Holt (dalam Wardani, 2007: 9).

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya (Rohani, 2004: 6-7).

Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004: 9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas fisik dan psikis sebagai berikut:

1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.


(36)

19

mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani

tenang, gugup dan sebagainya.

Menurut Hamalik (dalam Parlina, 2010: 28) upaya untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran dapat dilakukan guru dengan tiga alternatif pemberdayaan, yaitu:

1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilakukan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survey, kerja

pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, dan berproyek. Cara lain adalah mengundang narasumber dari luar.


(37)

siswa aktif).

Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 24) aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambahan (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3. Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara kogkret sehingga menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat sekitarnya.

Dierich yang dikutip oleh Hamalik (dalam Hanafiah dan Suhana, 2009: 24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi dalam kelompok, yaitu sebagai berikut:


(38)

21

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat strategi, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 260) adalah sebagai berikut:


(39)

1. Faktor Internal meliputi hal-hal seperti: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.

2. Faktor eksternal meliputi hal-hal seperti: guru sebagai pembina belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah, dan kurikulum sekolah.

Memes (dalam Andra, 2007: 39) menyatakan bahwa, untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan sebagai berikut: Bila rata-rata nilai 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ rata-rata nilai < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila rata-rata nilai < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004: 12).


(40)

23

D. Penguasaan Materi

Materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003: 23).

Sedangkan Awaluddin (2008: 1) menyatakan materi pelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumusskan dalam kurikulum. Dengan materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi

pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Penguasaaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang

dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115). Menurut Piaget (Oktarina, 2008: 18) pertumbuhan intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan equilibrium dan

disequilibrium, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penguasaan materi adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima bahan pelajaran. Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.


(41)

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif memiliki hirarki atau bertingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informai fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam krestivitas (Slameto, 2001: 131).

Sudijono (2008: 50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.


(42)

25

3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. 6. Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Percival (dalam Hamalik, 2008: 146) bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2010: 244). Sasaran evaluasi belajar adalah


(43)

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2003: 55).

Selain itu, menurut Thoha (1994: 1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2008: 53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen pembelajaran dicapai setelah satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan pertimbangan dalam

memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999: 195-196).


(44)

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 21 Bandar Lampung yaitu pada bulan Oktober 2015.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII D sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas berjumlah 29 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini menurut (Budiyono, 2003: 35) bahwa purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran TPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil pretes, postes dan N-gain pada kedua kelompok subyek dibandingkan.


(45)

Struktur desainnya sebagai berikut:

Keterangan :

I = Kelompok eksperimen, II = Kelompok kontrol, O1 = Pretes

O2 = Postes ; X1 = model pembelajaran TPS ; X2 = menggunakan metode diskusi

(dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43) Gambar 2. Desain penelitian tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke SMPN 21 Bandar Lampung tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke SMPN 21 Bandar Lampung, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) e. Membuat instrument evaluasi yaitu soal pretest/postes untuk mengukur

penguasaan materi oleh siswa.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X1 O2


(46)

29

f. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

g. Pembuatan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk kelas eksperimen dan dengan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pretes diberikan diawal pembelajaran pada pertemuan pertama dan posttes diberikan setelah pembelajaran berlangsung di pertemuan ke tiga.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model TPS sebagai berikut:


(47)

1) Kelas Eksperimen (Menggunakan Model Tipe TPS)

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Sintak Think Pair Share Kegiatan Pendahuluan

a. Mengadakan pretes tentang materi ciri-ciri makhluk hidup (Pertemuan 1) b. Menyajikan tujuan pembelajaran c. Guru memberikan apersepsi kepada

siswa agar tertarik pada pelajaran, Pertemuan 1: dengan cara guru memerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada siswa yang lainnya, ”Proses apakah yang terlihat, kemudian sebutkan ciri-ciri makhluk hidup lain yang kalian ketahui?”

Pertemuan 2: dengan cara guru bertanya kepada siswa, ”apakah tumbuhan termasuk makhluk hidup? Jika ya, Apakah tumbuhan juga bergerak?”

Pertemuan 3: dengan cara guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa makhluk hidup harus berkembangbiak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan keturunan untuk mempertahankan kepunahan)”.

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa:

Pertemuan 1: “Dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup, maka kita akan bisa lebih memahami ciri-ciri makhluk hidup yang ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari seperti bernapas, bergerak, memerlukan makan (nutrisi).” Pertemuan 2: “Dengan cara guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari

a. Menjawab soal pretes

b. M endengarkan penjelasan guru c. Menjawab

pertanyaan yang diberikan guru

d. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru.


(48)

31

identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi,

morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.” Pertemuan 3:“Dengan caraguru memberikan motivasi kepada siswa ”hari ini kita akan mempelajari ciri hidup lainnya yaitu: adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”

Kegiatan Inti eksplorasi

a. Guru menjelaskan tahapan model pembelajaran TPS kepada siswa.

b. Guru menjelaskan materi secara singkat sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi dan permasalahan yang akan dibahas.

Elaborasi

a. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta siswa untuk berfikir (thinking)

b. Mempersilahkan siswa berpasangan (pairing) dengan teman untuk mendiskusikan masalah yang ada di LKS

a. Siswa

mendengarkan penjelasan guru b. Siswa bertanya

kepada guru

a. Siswa mengerjakan secara mandiri.

b. Siswa berpasangan dengan teman dan berdiskusi

Siswa diberi kesempatan berpikir 4 menit untuk satu nomor pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa secara individu, karena 1 LKS ada 5 pertanyaan maka membutuhkan waktu berpikir selama 20 menit (thinking). Diharapkan siswa memiliki kejujuran dan kemandirian dalam mengerjakan tugasnya.

Setiap pasangan diberi waktu 5 menit untuk


(49)

Konfirmasi

a. Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mempresentasikan di depan kelas tentang masalah yang telah mereka diskusikan

b. Memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi atau bertanya tentang hasil pekerjaan temannya kemudian mempersilahkan kepada siswa yang presentasi untuk menjawab pertanyaan dari temannya

c. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan

a. Siswa

mempresentasikan di depan kelas

b. Siswa bertanya dan memberikan jawaban kepada teman nya

c. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

mendiskusikan

permasalahan yang telah diberikan, karena jumlah soal ada 5 maka diberi waktu 25 menit (pairing). Dengan berpasangan dan berdiskusi, diharapkan siswa memiliki rasa toleransi, tanggung jawab dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan

Beberapa pasang siswa mempresentasikan di depan kelas tentang masalah yang telah mereka diskusikan (sharing). Tahap ini dapat membuat siswa lebih komunikasi, diharapkan siswa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas masing-masing dan saling bekerja sama


(50)

33

Kegiatan penutup

a. Guru Bersama siswa mengulas materi yang telah dipelajari

b. Guru mengadakan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir (Pertemuan ke 3)

c. Memberi informasi tentang materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya

d. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

a. Bersama guru mengulas materi yang telah dipelajari

b. Menjawab soal postes

c. Mendengarkan penjelasan guru

d. Menjawab salam guru

2) Kelas Kontrol (dengan menggunakan metode diskusi).

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam b. Mengadakan pretes (pertemuan ke 1) mengenai ciri-ciri

makhluk hidup bernapas, peka terhadap rangasang, dan memerlukan makan (Nutrisi)

c. Menyajikan tujuan pembelajaran.

d. Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar tertarik pada pelajaran:

Pertemuan 1: dengan cara guru memerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan

menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada siswa yang lainnya, ”Proses apakah yang terlihat, kemudian sebutkan ciri-ciri makhluk hidup lain yang kalian ketahui?”

Pertemuan 2: dengan cara guru bertanya kepada siswa, ”apakah tumbuhan termasuk makhluk hidup? Jika ya, Apakah tumbuhan juga bergerak?”

Pertemuan 3: dengan cara guru mengajukan

pertanyaan, “Mengapa makhluk hidup harus

berkembangbiak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan

a. Menjawab salam guru b. Menjawab soal pretest

c. Mendengarkan penjelasan guru d. Menjawab pertanyaan yang


(51)

keturunan untuk mempertahankan kepunahan)”. e. Guru memberikan motivasi kepada siswa:

Pertemuan 1: “Dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup, maka kita akan bisa lebih memahami ciri-ciri makhluk hidup yang ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari seperti bernapas, bergerak, memerlukan makan.”.

Pertemuan 2: “Dengan cara guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.” Pertemuan 3:“Dengan caraguru memberikan motivasi kepada siswa ”hari ini kita akan mempelajari ciri hidup lainnya yaitu: adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”.

e. Mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru

Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Guru menjelaskan materi secara singkat sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dibahas.

Elaborasi

a. Menempatkan siswa pada kelompoknya masing-masing berdasarkan pembagian kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya secara heterogen dengan anggota kelompok 5 orang

b. Membagikan LKS yang berisi permasalahan yang harus didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

c. Setelah selesai berdiskusi meminta setiap kelompok mengumpulkan LKS

a. Siswa mendengarkan

penjelasan yang diberikan oleh guru

a. Berkelompok sesuai

kelompoknya masing-masing

b. Menerima LKS dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada di dalam LKS

c. Setiap kelompok mengumpulkan LKS


(52)

35

Konfirmasi

a. Meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKS

b. Memberi penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.

a. Tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi LKS

b. Mendengarkan penjelasan guru

Kegiatan penutup

a. Guru mengadakan tes akhir (postes) tentang materi pokok ciri-ciri makhluk hidup (pertemuan ke 3)

b. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

c. Memberi informasi tentang materi yang akan dibahas pertemuan selanjutnya

d. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

a. Menjawab soal postes

b. Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

c. Mendengarkan penjelasan guru d. Menjawab salam guru

3)Pengamatan

Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Pada pelaksanaan pengamatan, peneliti dibantu oleh guru mitra dan observer.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berupa skor tingkat keaktifan siswa selama penerapan model TPS dan penguasaan materi oleh siswa. Penguasaan materi oleh siswa diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik.


(53)

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang relevan pada model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes dan lembar observasi serta angket tanggapan siswa.

a) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat keaktifan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS. Data diperoleh dengan cara mengamati aktivitas siswa dan

memberikan tanda checklist (√ ) pada setiap skor yang sesuai dari aspek aktivitas yang dilakukan siswa kemudian dilakukan perhitungan untuk setiap aktivitas yang dimunculkan oleh siswa.

b)Pretes dan Postes

Data penguasaan materi berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes diambil sebelum

pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pada

pertemuan ketiga pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol dengan bentuk soal pilihan jamak dan 20 jumlah soal yang sama.


(54)

37

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu : S = R x 100

N Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008 :112).

Selisih antara nilai pretes dan nilai postes kemudian dihitung. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan skor gain menggunakan formula Hake (Loranz, 2008:2) sebagai berikut:

X - Y

Z - Y

Keterangan: X = nilai postes Y = nilai pretes Z = Skor maksimun

c) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.

X 100 N-Gain =


(55)

F. Teknik Analisis Data a) Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Mengamati aktifitas yang dilakukan oleh siswa

2) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

̅= ∑ x 100

Ket: X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh

n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002: 67)

Tabel 1.Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009: 183)

No Nama

Aspek yang diamati

Xi

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 4


(56)

39

Keterangan penilaian aktivitas siswa: A. Mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja).

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

B. Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

C. Bekerjasama dengan teman:

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama dengan teman tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

3. Bekerjasama teman sesuai dengan permasalahan dalam LKS pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

D. Bertukar informasi

1.Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota teman (diam saja).

2.Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS.

3.Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan model pembelajaran Think Pair Share atau pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

E. Mempresentasikan hasil diskusi

1.Siswa kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2.Siswa kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3.Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.


(57)

3). Menafsirkan atau menentukan kategori Presentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati ( 2011:17)

2) Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif (Tabel 3).


(58)

41

1. Pernyataan

Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan Pilihan

S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok ciri-ciri makhluk hidup melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 Model pembelajaran yang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui model pembelajaran diberikan oleh guru.

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses

pembelajaran melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Keterangan: S : Setuju TS : Tidak Setuju


(59)

2. Skor angket

Tabel 4. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Keterangan : S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

3) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

 

maks in

S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana,

2005: 69).

4) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

No. Item Soal Sifat Pernyataan Skor

1 0

1. Positif S TS

2. Positif S TS

3. Negatif TS S

4. Positif S S

5. Negatif TS TS

6. Positif S TS

7. Positif S TS

8. Negatif TS S

9. Negatif TS S


(60)

43

Tabel 5. Tabulasi angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 4 5 dst

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

4 S

TS

5 S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu, (2010: 31)

5) Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Tabel 6. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Persentase

(%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75 50 26 – 49 1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(61)

b) Data Kuantitatif

Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum.

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa: 1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS versi 17.

a) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga

yang lainnya (Pratisto, 2004: 13). 2. Uji homogenitas data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.


(62)

45

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:71) 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. 1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan


(63)

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10).

3) Uji hipotesis dengan uji U

Uji hipotesis dengan uji U di gunakan apabila sampel berdistribusi tidak normal.

Ho : μ1 = μ2 H1 : μ1 ≠ μ2

1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama.

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05


(64)

47

Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan bebagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003:131). Penguasaan materi siswa dapat digambarkan melalui indikator C4

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberi skor sesuai rubrik pada lembar penilaian hasil belajar kemudian dimasukkan pada tabel berikut:

Tabel 7. Lembar penilaian penguasaan materi

No Nama Skor pada aspek penguasaan materi

C1, C2, C3, C4 No soal No soal 1

2 3 4 5 dts.

R N S Kriteria

Keterangan :C1= Pengetahuan, C2= Pemahaman, C3= Penerapan, C4 = Analisis sumber: modifikasi dari Anderson, (2000: 67-68)

2. Menjumlahkan skor (R) setiap siswa.

3. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator hasil belajar (penguasaan materi) dengan menggunakan rumus:


(65)

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai penguasaan materi yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor penguasaan materi yang diperoleh; N = Jumlah skor penguasaan materi maksimum (dimodifikasi dari Purwanto, 2007: 112).

4. Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka hasil belajar (penguasaan materi) siswa dapat dilihat pada kriteria sebagai berikut:

Tabel 8. Kriteria penguasaan materi

Taraf Nilai Rata-Rata Kualifikasi Nilai

≥ 66 Baik

≥ 55 dan ≤6,5 Cukup baik

< 55 Kurang baik

Sumber: Arikunto (2001: 245) R


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi ciri-ciri makhluk hidup.

2. Penggunaan model pembelajaran TPS berpengaruh signifikan terhadap meningkatan penguasaan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru atau peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran TPS hendaknya meminta siswa agar mengumpulkan lembar jawaban masing-masing siswa pada saat tahapan Thinking untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum siswa melakukan tahapan Pairing.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga guru hendaknya sebelum melaksanakan proses pembelajaran


(67)

sebaiknya terlebih dahulu merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. K., David. P., C. Kathleen, M. Ricard, P. Paul, R. James, dan W.

Merlin. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition).

Longman.NewYork.

Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning Community. http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.13 desember 2012.

Ariansyah, B. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Aryawan. 2009. Pembelajaran Kooperatif Untuk Membangun Pengetahuan

Siswa.http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran−kooperatif−cooperat ive. html. (24 feb.2010)

Awaludin, A. 2008. Materi Ajar http://andhyasastera.blogspot.com (30 desember 2010).

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.


(1)

67

sebaiknya terlebih dahulu merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. K., David. P., C. Kathleen, M. Ricard, P. Paul, R. James, dan W.

Merlin. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition).

Longman.NewYork.

Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung

Anonim. 2001. Think Pair Share. Google.Networked Learning Community. http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.13 desember 2012. Ariansyah, B. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh

Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Aryawan. 2009. Pembelajaran Kooperatif Untuk Membangun Pengetahuan

Siswa.http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran−kooperatif−cooperat ive. html. (24 feb.2010)

Awaludin, A. 2008. Materi Ajar http://andhyasastera.blogspot.com (30 desember 2010).

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.


(3)

69

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Daryanto, H. 1999. Evaluasai Pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.

Dasna, I.W dan Sutina. 2010. Permasalahan Dalam Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. 17 Oktober 2011;11.52 WIB. http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dzaqi, M.F. 2009. Tinjauan Umum tentang Model Pembelajaran Kooperatif.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/ri-pembelajaran-konstuktivis.html (10 Oktober 2010)

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A . 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung. Ibrahim, Muslim., Rahmadiarti, M. Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran

Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Lie, A. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta


(4)

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28 desember 2012)

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Oktarina, E. 2008. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Aktifitas dan Penguasaan Materi Biologi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Parlina, R. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akutansi Siswa Kelas X Jurusan Akutansi SMK Muhamaddiyah Cawas. SKRIPSI. UNIVERSITAS 11 Maret. Surakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2007. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rieneka Cipta. Jakarta.


(5)

71

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sari, I. M. 2015. Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom. (Online)

(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/IKA_MUSTIKA _SARI/EVALUASI_PENDIDIKAN/BAHAN_AJAR_(MINGGU_KE_3)_TA KSONOMI_BLOOM.pdf, diakses pada 22 Juni 2015; 14:30 WIB)

Siti, Y. F. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Tersedia: http://fisikasma−online.blogspot.com/20010/12/model−pembelajaran−kooper atif−tipe.html. (Online : 26 Maret 2012)

Slameto. 2001. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rieneka cipta. Jakarta

Slavin, R.E. 2008. Kooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 105 hlm. Sudrajat. 2010. Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003 .

Tentang Sisdiknas.

Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi−pendidika n−menurut−uu−no 20−tahun−2003−tentang−sisdiknas/. (onlone:27 Maret 2012)

Suhana dan Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Rafika Aditama. Bandung.

Suryosubroto. 2003. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Eka Cipta. Yogjakarta. Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


(6)

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivisme. Prestasi pustaka Publisher. Jakarta.

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Windawati. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi. Universitas Malang. Malang.

Wulandari, E. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 3 44

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

0 4 55

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA

1 15 49

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

2 41 56

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS MENCATAT SISWA MENGGUNAKAN MIND MAP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN GROUP INVESTIGATION TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP DI SMP PANCA BUDI MEDAN.

0 3 29

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 8 Surakarta

0 0 57

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

0 0 17