Pengaruh Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI)

(1)

The Influence Of Return On Equity And

Earning Per Share To Share Price

(Case Study at the Telecomunication’s company listing in IDX)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Nurjanah

21207117

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

terhadap harga saham pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi.Universitas Komputer Indonesia.

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per share), harga saham, dan pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada periode 2006 sampai dengan 2010 yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, analisis regresi ganda, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan program aplikasi SPSS 15.0 for windows sebagai alat bantu analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE dan EPS secara simultan berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,90. Besar pengaruh ROE dan EPS secara simultan terhadap harga saham adalah 80,92% yang ditunjukkan dengan nilai R Square sebesar 0,8092, dan sisanya sebesar 19,08% dipengaruhi oleh faktor lain seperti ROI, DER, PER, dan juga rasio likuiditas dan solvabilitas. Secara parsial, ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan nilai signifikansi lebih kecil daripada nilai kritis (0,039 < 2,145). Sedangkan EPS berpengaruh positif terhadap harga saham dengan koefisien korelasi sebesar 0,726 dan memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,656 > 2,145). Dengan demikian, hanya variabel EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, namun para investor juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor fundamental lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(3)

Share Price at the Telecommunication’s Company listing in IDX. Majoring in Management. Economy Faculty. Universitas Komputer Indonesia.

The research was conducted on Telecommunication’s Companies listed on the Stock Exchange. The purpose of this study was to determine the development of ROE (Return On Equity), EPS (Earning per share), stock price, ROE and EPS and the effect on stock prices.

The method used in this study is qualitative and quantitative methods. The sample in this study are the three companies listed telecommunication sector on IDX in the period 2006 to 2010 in accordance with the criteria set by the researcher. The test statistic used is the calculation of Pearson correlation, multiple regression analysis, determination coefficient, hypothesis testing, and also using the program SPSS 15.0 for windows application as a tool of analysis.

The results showed that simultaneous ROE and EPS has a positive effect on stock prices by the value of the correlation coefficient of 0.90. Large influence of simultaneous ROE and EPS to the stock price is 80.92% as indicated by the value of R Square of 0.8092, and the balance of 19.08% influenced by other factors such as ROI, DER, PER, as well as liquidity and solvency ratios . Partially, the ROE does not significantly influence the stock price with a significance value smaller than the critical value (0.039 <2.145). While the EPS has a positive effect on stock prices with a correlation coefficient of 0.726 and has a significant influence with the t count value is greater than t table (3.656> 2.145). Thus, only the variable EPS influence on stock prices, but investors also need to consider other fundamental factors are not examined in this study.


(4)

vii

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan

Sektor Telekomunikasi Yang Terdatar Di Bursa Efek Indonesia)”.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Linna Ismawati, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

4. Lita Wulantika, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan saran serta kritik yang bermanfaat dalampenyusunan usulan penelitian ini.

5. Raeny Dwisanty, SE., M.Si, selaku dosen wali Mn-3 yang selalu memberikan support kepada anak-anak walinya.


(5)

viii

tiada henti, materi yang tak ternilai serta semangat untuk dapat terselesaikannya usulan penelitian ini.

9. Dini Rudianti yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini dan selalu memberikan semangat hingga terselesaikannya usulan penelitian ini. Thank you for your fully support.

10. Rasyid Setiansyah yang telah memberikan masukan begitu besar, sehingga terselesaikannya usulan penelitian ini.

11. Teman-teman seperjuangan Mn-3, terima kasih atas kerjasamanya.

penulis berharap semoga Allah membalas segala budi baik dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca serta pihak lain pada umumnya.

Bandung, Juni 2011

Nurjanah 21207117


(6)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang menganut sistem ekonomi pasar. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang bersangkutan (Fahmi, 2009: 41). Pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan pada sektor-sektor yang produktif dengan harapan sektor tersebut dapat berkembang dan menghasilkan lapangan perkerjaan yang baru bagi masyarakat.

Peran yang dilakukan oleh pasar modal adalah menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana, khususnya untuk pembiayaan jangka panjang, dari lender ke borrower. Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal bagi dana yang diinvestasikan. Dalam kegiatan analisis dan memilih saham, para investor memerlukan informasi-informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan.

Para investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan investasi, sesuai dengan kemampuan menganalisa dan keberanian mengambil risiko di mana para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan


(7)

resiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya. Keuntungan investasi sangat tergantung banyak hal, tapi hal yang utama adalah tergantung pada kemampuan atau strategi penanam modal atau investor dalam membaca keadaan dan situasi pasar yang tidak menentu. Bila harga saham naik maka keuntungan yang dimiliki investor akan meningkat.

Bertambahnya jumlah perusahaan manufaktur yang go public akan dapat menguatkan atau melemahkan harga saham. Menurut Sartono (2001: 40) pada dasarnya harga saham ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi baik yang dicapai perusahan dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten).

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana informasi perusahaan yang go public tersebut mempengaruhi harga saham dipasar modal dan variabel apa saja yang menjadikan indikator, sehingga perusahaan dapat mengendalikan peningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat dicapai.


(8)

Dari sudut pandang calon investor, untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dari pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Menurut Fahmi (2006: 60) rasio profitabilitas dapat dinyatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dilihat dari laba terhadap penjualan dan investasi. Indikator yang paling banyak dipakai adalah Return On Equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan pengembalian keuntungan atas investasi pemegang saham. Menurut Natarsyah (2000) faktor fundamental seperti Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin tinggi laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selain ROE indikator yang sering digunakan oleh investor adalah EPS.

Pada umumnya para investor akan mengharapkan hasil dari investasinya dalam bentuk labar per saham, karena EPS merupakan rasio yang menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Menurut Margaretha dan Isni (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa EPS mempengaruhi kestabilan harga saham secara signifikan. EPS yang tinggi akan menandakan perusahaan memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi pemegang saham.

Penelitian mengenai pengaruh faktor fundamental kuantitatif terhadap harga saham perusahaan industri diantaranya dilakukan Hadi (2004) menyatakan bahwa ROE, ROA, NIM, DER, dan PER secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan industri. Sedangkan penelitian Annissa (2009) menghasilkan bahwa ROA, ROE, DPR, dan DER secara simultan


(9)

dan parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaan industri sektor barang konsumsi.

Bervariasinya hasil penelitian terdahulu dan fenomena naik turunnya harga saham perusahaan memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi. Pemilihan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI sebagai objek pada penelitian ini, karena pesatnya perkembangan akan konsumsi masyarakat terhadap telekomunikasi, khususnya seluler yang tumbuh pesar beberapa tahun kebelakang.

Perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada umumnya menyediakan produk berupa jasa-jasa telekomunikasi, baik domestik maupun internasional. PT. Telkom merupakan pemegang hak monopoli telekomunikasi domestik di Indonesia, untuk sambungan lokal sampai dengan tahun 2001 dan sambungan jarak jauh sampai dengan tahun 2006 (Shirot & Amin, 1998). Menurut Heru (2009) Telkom masih akan menjadi leader (pemimpin) operator di Indonesia. Sementara, posisi kedua dan ketiga masih diperebutkan Indosat dan XL.

Berkembangnya pengguna teknologi komunikasi di Indonesia mengakibatkan pasar yang ada sekarang lebih mengarah kepada pasar yang kompetitif, berbeda dengan pasar paradigma lama yang menganut pasar monopolistik dimana PT. Telkom menjadi menguasai pasar.


(10)

Tabel 1.1

Data ROE, EPS, dan Harga Saham pada

Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI periode 2006-2010

KODE PT. Telekomunikasi PT. XL Axiata PT. Indosat

TAHUN ROE (%) EPS (Rp) HRG SHM (Rp) ROE (%) EPS (Rp) HRG SHM (Rp) ROE (%) EPS (Rp) HRG SHM (Rp) 2006 39.21 545,9 10.339,2 15.21 91,9 2.210,6 9.28 259,5 7.114,7 2007 38.10 637,8 7.918,0 5.60 35,4 1.873,5 12.34 375,8 6.163,6 2008 30.95 526,8 7.880,6 -0.35 -2,1 1.386,3 10.79 345,7 5.232,3 2009 29.06 562,1 8.412,6 19.41 200,9 4.216,0 8.34 275,7 5.353,8 2010 25.97 586,5 7.424,1 24.68 340,6 5.636,7 3.62 119,1 5.145,6

Sumber: www.idx.co.id – diolah penulis

Berdasarkan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia mengalami masa-masa yang sulit terutama pada tahun 2010. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan adanya penurunan ROE dan EPS tahun 2010 pada perusahaan-perusahaan sektor telekomunikasi.

Secara teori menurut Arifin (2004: 116) semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Kinerja keuangan dalam hubungannya dengan pemegang saham dapat diukur dengan menganalisis rasio keuangan, yaitu rasio profitabilitas. Jika ROE dan EPS yang merupakan bagian dari rasio profitabilitas meningkat, maka harga saham juga akan meningkat.

Hal ini tidak sejalan dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan pada sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI, yaitu pada tahun 2007 EPS PT. Telekomunikasi mengalami kenaikan tetapi harga saham perusahaan tersebut turun, selain itu pada tahun 2009 mengalami penurunan ROE tapi harga saham


(11)

PT. Telekomunikasi mengalami kenaikan. Hal ini juga dialami oleh kedua pesaing lainnya, yaitu PT. XL Axiata yang mengalami penurunan ROE pada tahun 2010 tapi harga sahamnya meningkat dan PT. Indosat yang mengalami penurunan ROE dan EPS tetapi harga sahamnya meningkat pada tahun 2009.

Kondisi yang terjadi pada perusahaan sektor telekomunikasi berlawanan dengan teori yang telah dijelaskan di atas. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan

Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi Yang Terdatar Di Bursa Efek Indonesia)”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Terjadinya perpindahan dari pasar yang bersifat monopolistik menjadi pasar yang kompetitif membuat perusahaan yang awalnya memonopoli suatu pasar tertentu harus meningkatkan kinerja perusahaannya untuk bersaing dengan perusahaan saingannya. Persaingan tersebut membuat perusahaan pada sektor telekomunikasi mengalami fluktuasi kinerja keuangan perusahaan, ini akan mempengaruhi tingkat harga saham perusahaan. Hal tersebut terjadi pada PT. Telkom dan PT. Indosat tahun 2009-2010 yang mengalami penurunan kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh ROE dan EPS tetapi harga sahamnya meningkat. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Arifin (2004: 116)


(12)

semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang timbul adalah :

1. Bagaimana perkembangan Return On Equity (ROE) pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Bagaimana perkembangan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Bagaimana perkembangan harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Seberapa besar pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun secara parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(13)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Didasarkan kepada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan Return On Equity (ROE) pada

perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Untuk mengetahui perkembangan Earning Per Share (EPS) pada

perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Untuk mengetahui perkembangan harga saham pada perusahaan

sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun secara parsial.

1.4 Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah adalah diarahkan untuk dapat memiliki kegunaan baik secara ilmiah maupun praktis. Begitu juga dengan penelitian ini yang mempunyai dua kegunaan yaitu kegunaan praktis dan kegunaan akademis.

1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Perusahaan

Dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang bekaitan dengan perubahan harga saham, agar kondisi perusahaan dan kemakmuran investor dapat terjaga dengan baik.


(14)

Dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis yang berkaitan dengan pasar modal khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Penulis

dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk mencoba dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dan meningkatkan kompetensi keilmuan serta menambah wawasan di bidang bursa efek. 2. Bidang ilmu

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian lebih lanjut terutama terhadap ilmu pengetahuan khususnya manajemen keuangan yang berkaitan suku bunga, inflasi dan harga saham.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian ini terhitung sejak bulan April 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011.


(15)

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No

Jadwal Kegiatan

April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul

2 Pencarian Data

3 Pengolahan Data

4 Penulisan laporan

5 Sidang UP 6 Revisi 7 Melanjutan

Penulisan Laporan 8 Sidang Akhir


(16)

11

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Brigham & Houston (2010: 84) laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada dibalik angka tersebut.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.


(17)

2.1.1.2Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan tahunan merupakan laporan yang sangat penting. Menurut Brigham & Houston (2010: 86) informasi yang terkandung dalam laporan tahunan dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen di masa depan. Oleh karena itu, para investor biasanya sangat tertarik dengan laporan keuangan, karena dapat membantu memprediksikan return yang akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang.

Menurut Brigham & Houston (2010: 86) laporan keuangan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar – neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Semua laporan ini memberikan gambaran operasional dan posisi keuangan perusahaan.

1. Neraca

Menurut Brigham & Houston (2010: 87) neraca menggambarkan posisi suatu perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. Neraca di bagi menjadi dua bagian, yaitu sebelah kiri untuk menyajikan aset yang dimiliki perusahaan. Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban dan ekuitas perusahaan yang mencerminkan klaim terhadap aset.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Brigham & Houston (2010: 93) laporan laba rugi merupakan laporan yang merangkum pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun.


(18)

Penjualan bersih disajikan pada bagian atas laporan, sedangkan laba bersih tersedia bagi pemegang saham biasa. Laba dan deviden per saham disajikan pada bagian bawah laporan. Laba per saham disebut “garis

bawah”, dan menunjukkan seluruh pos dalam laporan laba rugi, EPS biasanya merupakan pos terpenting bagi pemegang saham.

3. Laporan Laba Ditahan

Menurut Brigham & Houston (2010: 100) laporan laba ditahan adalah laporan yang menyajikan seberapa besar jumlah laba perusahaan yang ditahan di dalam usaha dan tidak dibayarkan sebagai deviden. Angka laba ditahan dalam neraca merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun sepanjang riwayat perusahaan.

4. Laporan Arus Kas

Menurut Brigham & Houston (2010:98) laporan yang melaporkan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan pada arus kas sepanjang periode akuntansi.

2.1.2 Kinerja Keuangan

Menurut Indra Bastian dalam Fahmi (2006: 63) :

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan suatu informasi yang penting bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi para calon investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam


(19)

pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Hal ini digunakan karena kinerja perusahaan biasanya mencerminkan kemampuan perusahaan dalam rangka mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui perbandingan internal dan eksternal. Perbandingan internal yaitu dengan membandingkan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Perbandingan eksternal yaitu dengan membandingkan rasio satu perusahaan dengan perusahaan yang sejenis atau dengan rata–rata industri pada titik waktu yang sama.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006: 297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Van Horne ( 2005 : 234) menjelaskan bahwa:

“Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri.”

Sementara itu, menurut Brigham & Houston (2010: 133) analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian mengenai analisis rasio keuangan adalah kegiatan


(20)

membandingkan angka yang berada di dalam laporan keuangan sehingga menghasilkan suatu informasi yang lebih detil mengenai kinerja suatu perusahaan. Menurut Syamsudin (2007: 37) ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi dan menganalisis laporan keuangan dan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi yang membutuhkan kehati-hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan tersebut.

2.1.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Brigham & Houston (2010:134) analisis rasio keuangan terbagi menjadi lima bagian, yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Dapat diartikan dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo. Aset likuid merupakan aset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversikan dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku.


(21)

2. Rasio Manajemen Aset

Rasio yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengelola asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset, maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan akan hilang.

3. Rasio Manajemen Utang

Rasio sovabilitas atau financial leverage ratio menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. 5. Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar merupakan rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor adalah perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.


(22)

2.1.4 Rasio Profitabilitas

2.1.4.1Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2006: 301) rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada.

Sedangkan menurut Sutrisno (2007: 215) rasio profitabilitas adalah rasio keuntungan atau profitability ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Brigham & Houston (2010: 149) berpendapat bahwa rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa suatu rasio yang memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam perusahaan tersebut. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.


(23)

2.1.4.2Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk pengukuran tingkat profitabilitas menurut (Syamsuddin, 2007: 72) yaitu sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. 2. Operating Profit Margin

Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volumen penjualan. 3. Net Profit Margin

Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan penjualan. 4. Total Assets Turnover

Mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan.

5. Return on Assets

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.

6. Return on Equity

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang.

7. Return on Common Stock

Mengukur tingkat penghasilan bagi pemegang saham. 8. Earning Per Share


(24)

9. Dividen Per Share

Menghitung jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar saham biasa.

10.Book Value Per Share

Menghitung nilai atau harga buku saham biasa yang beredar.

2.1.5 Return On Equity (ROE) 2.1.5.1Pengertian Return On Equity

Menurut Brigham & Houston (2010: 133) :

”rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka

investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh.”

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat diambil pemahaman bahwa rasio return on equity merupakan rasio yang berperan penting bagi para pemegang saham (investor) untuk mengambil keputusan dalam menentukan penanaman investasinya, karena rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan atas modal yang mereka investasikan.

Menurut Sawir (2003: 20) berpendapat bahwa:

”ROE merupakan analisis profitabilitas yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, dan mengukur keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal atau pemegang saham”.

Menurut Syamsuddin (2007: 64) pengertian ROE adalah:

Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan


(25)

Pengertian Return On Equity menurut Brigham & Houston (2010: 149) adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham.

Menurut Brigham & Houston (2010: 149) ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.1.5.2Kekurangan Return On Equity

Kegunaan return on equity dalam menggambarkan tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan investor memiliki sisi negatif lain, menurut Brigham & Houston (2010: 163) return on equity memiliki beberapa kekurangan dalam menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu:

1. Return on equity tidak mempertimbangkan risiko;

Setiap investasi dalam saham pasti memiliki risiko, semakin besar investasi yang ditanamkan maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi oleh para investor. Hal ini tidak tergambarkan dalam perhitungan rasio ROE. Leverage keuangan dapat meningkatkan perkiraan ROE, tetapi


(26)

dengan pengorbanan risiko yang lebih tinggi sehingga meningkatkan ROE melalui penggunaan leverage yang lebih besar.

Terdapat dua alasan di balik dampak leverage: (1) Karena bunga dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan utang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih besar bagi investor perusahaan. (2) Jika laba operasi sebagai persentase terhadap aset melebihi tingkat bunga atas utang seperti yang umumnya diharapkan, maka perusahaan dapat menggunakan utang untuk membeli aset, membayar bunga atas utang, dan mendapatkan sisanya bagi pemegang saham sehingga mendorong tingkat pengembalian atas ekuitas.

2. Return on equity tidak mempertimbangkan jumlah modal yang diinvestasikan;

Tingkat ROE suatu perusahaan belum tentu memberikan nilai tambah yang besar pula terhadap investor, karena nilai pengembalian investasi tergantung pada besar modal yang diinvestasikan oleh para investor

2.1.6 Earning Per Share (EPS) 2.1.6.1Pengertian Earning Per Share

Menurut Fahmi & Hadi (2009: 77) earning per share adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang dimiliki.

Abdul Halim (2003: 12) mendefinisikan laba per lembar saham sebagai perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh emiten


(27)

dengan jumlah saham yang beredar. Menurut Sutrisno (2001: 267) earning per share adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.

maka dapat disimpulkan bahwa rasio earning per share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait.

Jika rasio yang didapat rendah berarti perusahaan tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan. Pendapatan yang rendah karena penjualan yang tidak lancar atau berbiaya tinggi.

Rasio ini dapat dirumuskan menurut Arifin (2004: 87) sebagai berikut:

2.1.6.2Faktor Yang Mempengaruhi Earning Per Share

Perusahaan dapat melakukan tindakan antisipasi dalam meningkatkan nilai per lembar sahamnya. Pertama, perusahaan dapat melakukan penahanan laba. Dengan cara ini nilai ekuitas pemilik akan meningkat, dengan kondisi tidak terjadi perubahan dalam jumlah lembar saham yang beredar. Hal ini mengasumsikan laba yang ditahan dapat digunakan seefektif ekuitas pemilik sebelumnya, dengan kata lain pengembalian atas ekuitas pemilik dapat dipertahankan. Kedua, untuk memperoleh pertumbuhan nilai buku per lembar saham adalah dengan cara


(28)

membeli kembali saham perusahaan pada harga yang lebih rendah dari pada nilai buku per lembar saham.

Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar nilai earning per share meningkat tanpa merubah jumlah saham yang beredar. Dengan cara tersebut maka kinerja perusahaan dimata para calon investor menjadi baik dan sehat, sehingga investor berminat untuk membeli saham perusahaan tersebut.

Menurut Weston dan Eugene (1993 : 23-25) faktor penyebab kenaikan dan penurunan laba per saham:

1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase

kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.

Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :

1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase


(29)

5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.

Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

2.1.7 Saham

2.1.7.1Pengertian Saham

Sutrisno (2003: 111) berpendapat bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan yang memberikan penghasilan tidak tetap. Menurut Riyanto (2001: 240) mendefinisikan saham sebagai berikut :

“Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu

PT (Perseroan Terbatas). Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang

saham dapat menjual sahamnya.“

Menurut Fakhruddin (2008: 175) saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti tanda kepemilikan modal pada suatu perusahaan, dimana pemilik tersebut akan


(30)

mendapatkan keuntungan dari saham yang dimilikinya sesuai dengan proporsi saham yang dimilikinya dalam perusahaan atau biasa disebut dengan deviden.

2.1.7.2Jenis-jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001: 6) mengemukakan beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu :

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (common stock)

Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.


(31)

2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue – Chip Stocks

Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income Stocks

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Growth Stocks 1. (Well – Known)

Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.


(32)

2. (Lesser – Known)

Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock.

d. Speculative Stock

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

2.1.7.3Harga Saham

Menurut Sutrisno (2001: 355) mengenai definisi harga saham adalah nilai saham yang terjadi akibat diperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder. Sedangkan menurut Jogiyanto (2000: 8) pengertian harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.


(33)

Menurut Widoatmojo (2005: 239) pengertian harga saham adalah harga saham adalah harga di bursa yang ditentukan oleh kekuatan pasar, dalam artian tergantung kekuatan permintaan (penawar beli) dan penawaran (penawar jual).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Ketika terdapat banyak pemintaan, maka harga yang ditawarkan akan naik, dan ketika permintaan berkurang atau sedikit maka harga yang ditawarkan akan turun.

Menurut Robert Ang (1997: 617) makna surat berharga adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjualbelikan. Nilai suatu saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Harga Nominal (Par Value)

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana (Base Price)

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.


(34)

c. Harga pasar (Marcket Price)

Harga pasar adalah harga yang terbentuk berdasarkan harga yang terjadi di pasar. Jika pasar bursa efek sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.

2.1.7.4Analisis Harga Saham

Menurut Husnan (2005: 282) analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Analisis ini digunakan untuk menentukan kelayakan suatu harga saham dibandingkan dengan nilai arus kas pada saat itu, sehingga para calon investor dapat mengetahui apakah harga saham suatu perusahaan terlalu rendah, terlalu mahal atau wajar.

Menurut Husnan (2005: 307) untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Menurut Komaruddin (2004 :81) analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Sedangkan Husnan (2005:307) berpendapat bahwa:

“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan


(35)

menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.”

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai faktor-fator fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran saham.

Menurut Komaruddin (2004: 81) ada dua pendekaan yang biasa digunakan di dalam melakukan penilaian terhadap nilai intrinsik saham, yaitu :

1. Pendekatan nilai sekarang (present value).

Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi laba (capitalization of income method), melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai-nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai perusahaan bergantung pada prospek perusahaan di masa datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa depan, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.

2. Pendekatan Price Earnings Ratio (PER).

Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang popular adalah dengan menggunakan nilai pendapatan untuk memperkirakan nilai intrinsik adalah dengan pendekatan PER (Price Earnings Ratio), atau disebut juga dengan earnings multiplier.


(36)

Menurut Husnan (2005: 337) analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.

Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi ekonomi dan industri).

2. Analisis Teknikal

Menurut Suad Husnan (2003: 349) pengertian analisis teknikal adalah analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) di waktu yang lalu.

Sedangkan Komaruddin (2004: 79) mengatakan bahwa analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal.

Dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal adalah analisis yang berdasarkan pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Pengguna analisis teknikal ini disebut sebagai analis teknikal. Para analis teknikal percaya bahwa mereka dapat mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di masa yang akan datang dengan berdasarkan kepada observasi pergerakan harga saham di masa lalu.


(37)

2.1.8 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.1.8.1Hubungan Return On Equity dengan Harga Saham

Rasio return on equity menggambarkan tingkat pengembalian yang akan diterima investor atas investasi yang mereka tanamkan, sehingga para penanam modal dapat melihat besar return yang akan mereka dapatkan dari perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010: 133) jika ROE tinggi, maka harga saham juga cenderung akan tinggi dan tindakan yang meningkatkan ROE kemungkinan juga akan meningkatkan harga saham.

Hal ini sejalan dengan studi dari Dzajuli (2006) yang mengemukakan bahwa return on equity memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap harga saham. Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Subiyantoro (2003) dalam penelitiannya bahwa berdasarkan pendekatan constant growth of dividend discount model maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on asset, return on equity, earning per share, book value equity per share, debt to equity ratio, return saham, return bebas risiko, beta saham dan return market. Pengkajian secara parsial yang berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham adalah book value equity per share dan return on equity.

Perusahaan yang memiliki return on equity yang tinggi akan menunjukkan tingkat keuntungan atas modal yang dimiliki tinggi pula. Para investor cenderung menyukai ROE yang tinggi, karena semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula return yang akan mereka peroleh. Hal ini akan membuat permintaan terhadap saham perusahaan tersebut meningkat. Permintaan yang tinggi terhadap saham


(38)

suatu perusahaan, akan membuat harga saham tersebut akan meningkat sesuai dengan hukum permintaan pasar.

2.1.8.2Hubungan Earning Per Share dengan Harga Saham

Hubungan harga saham dengan laba per lembar saham berkaitan dengan analisis PER. Analisis PER merupakan rasio perbandingan antara harga saham dengan EPS. Sutrisno (2001: 268) berpendapat bahwa rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bukunya.

Menurut Husnan (2005: 294)menjelaskan bahwa:

“Suatu saham nampak agak "mengherangkan" karena hanya menghasilkan EPS yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan harga sahamnya. Semakin tinggi PER semakin nampak rendah EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya.”

Dari pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memiliki EPS yang besar maka rasio PER akan menurun sehingga memberi indikasi bahwa harga saham lebih murah dibanding nilai bukunya dan semakin layak untuk dibeli. Hal tersebut dapat meningkatkan permintaan terhadap saham tersebut, dan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.

Menurut Chang dkk. (2008: 1) berpendapat bahwa:

“To analysis equity fundamentals, what is important is to verify whether

the stock price moves with its firm’s fundamental. Proxies for firm’s

fundamental values used in previous studies include earnings-per-share (EPS), earnings, dividends and net asset values (NAV).”

Dapat dijelaskan bahwa untuk analisis fundamental ekuitas, hal yang penting adalah untuk memverifikasi apakah harga saham bergerak sejalan dengan


(39)

fundamental perusahaan. Nilai-nilai fundamental perusahan yang digunakan termasuk earning per share, pertumbuhan pendapatan, dan NAV.

Penelitian Faridl (2007) bertujuan untuk mengetahui: 1) EPS, PER, dan ROE terhadap harga saham, secara simultan maupun secara parsial; 2) variabel bebas yang dominan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS, PER, dan ROE berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Secara parsial, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Temuan lain penelitian adalah EPS merupakan variabel bebas yang dominan diantara variabel-variabel bebas yang lain.

Pendapatan perlembar saham merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh perlembar saham oleh investor atas modal yang mereka tanamkan, sehingga investor mampu menganalisis melalui rasio ini untuk mengetahui keuntungan yang akan mereka peroleh dari suatu perusahaan.

Tingkat EPS yang tinggi akan menunjukkan pembagian deviden suatu perusahaan kepada investor akan tinggi pula, hal ini tentu akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Para investor akan tertarik melakukan penawaran terhadap saham perusahaan tersebut. Permintaan yang tinggi, akan membuat meningkatkan harga saham dan membuat citra perusahaan menjadi baik.


(40)

2.1.8.3Hubungan Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) dengan Harga Saham

Laporan keuangan suatu perusahaan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan tersebut, dimana untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut dapat dilakukan dengan menghitung dan menganalisis rasio keuangan. Menurut Syamsudin (2007: 37) ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Perhitungan rasio ini membantu para investor untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai saham.

Salah satu rasio untuk menganalisis kinerja keuangan adalah rasio profitabilitas. Menurut Fahmi (2006: 60) rasio profitabilitas dapat dinyatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dilihat dari laba terhadap penjualan dan investasi. ROE dan EPS merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang biasa digunakan para investor untuk menganalisis kinerja perusahaan, karena rasio tersebut menggambarkan kemungkinan tingkat pendapatan yang dapat diperoleh para pemegang saham.

Menurut Arifin (2004: 116) semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai


(41)

kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pasar modal menjadi sumber alternatif pendanaan bagi perusahaan, salah satunya adalah dengan cara menerbitkan saham. Dana yang berasal dari para investor yang membeli saham, sangat dibutuhkan bagi perusahaan agar dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan profit.

Peningkatan profit perusahaan mampu meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik, hal ini membuat para calon investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Para investor dapat menganalisis kinerja keuangan melalui laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan perhitungan analisis rasio keuangan.

Profitabilitas merupakan salah satu cara dalam analisis rasio keuangan dimana profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Salah satu cara pengukuran profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio return on equity dan earning per share.

Pengertian return on equity menurut Brigham & Houston (2010: 149) adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.


(42)

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Brigham & Houston, 2010: 149)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. Selain ROE, rasio profitabilitas lainnya yang sering digunakan oleh para investor dalam mengambil keputusan pembelian adalah Earning Per Share (EPS).

Fahmi & Hadi (2009: 77) berpendapat laba per lembar saham atau EPS adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

Rasio ini dapat dirumuskan menurut Arifin (2004: 87) sebagai berikut:

Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait. Nilai EPS yang baik atau tinggi akan menunjukkan tingkat pembagian yang disediakan perusahaan untuk para pemegang saham juga besar. Hal ini akan meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya,


(43)

sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut meningkat. Permintaan yang meningkat akan meningkatkan pula harga saham perusahaan tersebut.

Menurut Sutrisno (2001: 355) mengenai definisi harga saham adalah nilai saham yang terjadi akibat diperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder. Harga saham terbentuk dari permintaan dan penawaran pasar. Ketika terdapat banyak pemintaan, maka harga yang ditawarkan akan naik, dan ketika permintaan berkurang atau sedikit maka harga yang ditawarkan akan turun.

Menurut Jogiyanto (2003: 201) harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata harga tahunan. Harga saham per tahun dapat diperoleh dengan merata-ratakan harga saham penutupan per hari menjadi rata-rata harga per bulan. Nilai tersebut kemudian dirata-ratakan menjadi rata-rata harga per tahun.

Harga saham dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003: 201) sebagai berikut:

Menurut Arifin (2004: 116) Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Kinerja perusahaan dapat diukur melalui


(44)

perhitungan rasio keuangan. Salah satu rasio keuangan yang sering digunakan adalah rasio profitabilitas.

Salah satu jenis rasio profitabilitas yang sering digunakan para investor untuk menentukan keputusan pembelian saham adalah return on equity dan earning per share. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan pengukuruan ROE karena secara eksplisit, ROE memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham, terutama bagi investor jangka panjang yang mengharapkan return dari dividen.

Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan, maka semakin tinggi minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Semakin banyak investor yang berminat untuk membeli saham tersebut, maka sesuai hukum permintaan dan penawaran, maka semakin tinggi juga harga saham tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai ROE suatu perusahaan, maka minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut juga semakin rendah. Semakin rendah minat investor untuk membeli saham tersebut, maka semakin sedikit para investor yang ingin membeli saham tersebut, jadi harga saham tersebut akan semakin turun. Begitu halnya dengan EPS yang berhubungan positif dengan harga saham.

Pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham


(45)

biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Nama Djazuli (2006) Raja Lambas J. Panggabean

(2005)

Judul

“Pengaruh EPS, ROI, dan ROE

Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Manufakturing Pada Bursa Efek

Jakar (BEJ)”

“Analisis Perbandingan

Korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ45 di

Bursa Efek Jakarta”

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan EPS, ROI, dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham secara simultan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan EVA mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham, sementara ROE tidak mempunyai korelasi yang signifikan.

Perbedaan

1. Tempat penelitian pada sektor manufakturing, penulis pada sektor telekomunikasi.

2. Penelitian pada tahun 2000-2004, penulis pada tahun 2006-2010

1. Variabel independen yaitu EVA dan ROE, penulis menggunakan ROE dan EPS.

2. Penelitian pada saham LQ45. Peneliti pada

perusahaan sektor

telekomunikasi yang terdaftar di BEI.


(46)

Persamaan

Harga saham menggunakan metode yang sama.

Variabel independen yang diteliti sama yaitu ROE dan EPS.

Variabel dependen yang diteliti sama yaitu harga saham.

Dari uraian diatas, tampak jelas pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham, maka peneliti juga mengadakan penelitian mengenai pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Berikut ini gambaran dari kerangka pemikiran yang telah penulis jelaskan diatas adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran

Pengaruh Return On Equity dan Earning Per Share terhadap harga saham

2.3 Hipotesis

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 93) bahwa :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru Return on Equity (X1) :

(Brigham & Houston 2010:149)

Earning per Share (X2) :

(Arifin, 2004:87)

Harga saham (Y) :

ℎ ℎ

ℎ ℎ

(Jogiyanto, 2003:201) Brigham & Houston

(2010:133)

Husnan (2005:294)


(47)

didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data ”.

Hipotesis merupakan dugaan yang masih bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya melalui penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh antara Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun secara parsial.”


(48)

43

3.1 Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini sebagai variabel bebas (independent variabel) pertama (X1) adalah return on equity perusahaan dan variabel bebas kedua adalah earning per share (X2). Sedangkan objek yang merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah harga saham yang di lihat pada harga rata-rata per tahun.

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak tiga perusahaan. Berdasarkan objek penelitian ini maka dapat dianalisis mengenai pertama, gambaran perkembangan return on equity, earning per share, dan harga saham perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Kedua, seberapa besar hubungan return on equity dan earning per share dengan harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari, mendapatkan, mengumpulkan, mencatat dan menganalisis data yang digunakan untuk menentukan suatu kebenaran dari data-data yang diperoleh.


(49)

Menurut Narimawati (2008: 9) pengertian metodologi penelitian adalah:

“Metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan

sistematis.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 2) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara-cara yang masuk akal, dapat diamati, dan menggunakan langkah-langkah yang bersifat logis untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif (kualitatif) dan metode verifikatif (kuantitatif). Menurut Sugiyono (2010: 14) :

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi subyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan ROE, EPS, dan harga saham sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan return on equity, earning per share, dan harga saham perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010.

Metode penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2010: 13) adalah:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dan analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah


(50)

Dalam penelitian ini metode verifikatif bertujuan untuk menguji pengaruh antara retun on equity dan earning per share terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan.

3.2.1 Desain Penelitian

Narimawati (2008: 26) menyatakan bahwa proses penelitian harus disajikan dalam suatu rancangan penelitian. Rancangan tersebut berupa rencana, struktur dan strategi.

Desain penelitian juga dapat diartikan sebagai rencana struktur, dan strategi. Sebagai rencana dan struktur, desain penelitian merupakan perencanaan penelitian, yaitu penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai rancangan analisis data, yang dituangkan secara tertulis ke dalam bentuk usulan atau proposal penelitian. Sebagai strategi, desain penelitian merupakan penjelasan rinci tentang apa yang akan dilakukan peneliti dalam rangka pelaksanaan penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

Pada penelitian ini, permasalahan yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara teori dengan fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang diperoleh. Sehingga penulis menetapkan judul penelitian yaitu “Pengaruh


(51)

Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi Yang Terdatar Di Bursa Efek Indonesia)”.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi;

Menjelaskan permasalahan dari fenomena yang terjadi berdasarkan data yang diperoleh. Pada Penelitian ini fenomena yang diambil oleh penulis adalah ketidaksesuaian antara perkembangan ROE, EPS, dan harga saham dengan teori yang menjelaskan hubungan tersebut.

3. Menetapkan rumusan masalah;

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan penemuan yang relevan. Rumusan masalah tersebut diantaranya adalah bagaimana perkembangan ROE, EPS, dan harga saham. Dan seberapa besar pengaruh ROE, EPS terhadap harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI baik secara parsial maupun simultan. 4. Menetapkan tujuan penelitian;

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ROE, EPS, dan harga saham. Dan untuk mengetahui pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI.


(52)

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori; Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah return on equity dan earning per share memiliki dampak terhadap harga saham.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROE (X1) dan EPS (X2) sebagai variabel bebas, dan harga saham sebagai variabel terikat. Sementara itu, skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah ratio.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan, rasio keuangan, data harga saham, dan profil perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public di BEI, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sehingga ditentukan sampel penelitian ini adalah tiga perusahaan dengan kriteria kekontinuitasan usahanya dalam menerbitkan laporan keuangan tahunan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dengan dokumen, peneliti menyelidiki benda tertulis seperti laporan


(53)

keuangan, rasio keuangan, data harga saham, serta dokumen lain yang relevan dengan kepentingan penelitian.

8. Melakukan analisis data;

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif dilakukan untuk menggambarkan perkembangan ROE, EPS, dan harga saham. Sedangkan, metode verifikatif bertujuan untuk menguji pengaruh antara retun on equity dan earning per share terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan. Untuk menguji adanya hubungan dari Return On Equity (Variabel Independen “X1”) dan Earning Per Share (Variabel Independen

“X2”) terhadap Harga Saham (Variabel dependen “Y”) digunakan korelasi analisis regresi berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Return On Equity

(Variabel Independen “X1”) dan Earning Per Share (Variabel Independen

“X2”) terhadap harga saham (Variabel dependen “Y”) digunakan koefisien determinasi.

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian;

Hasil dari penelitian kemudian disusun kedalam draft skripsi yang digunakan untuk pelaporan dalam sidang skripsi dan penyempurnaan laporan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Return On Equity dan Earning Per Share terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi Yang Terdatar Di Bursa Efek Indonesia)”, dapat diketahui bahwa


(54)

variabel-variabel penelitian yang dapat dioperasionalisasikan untuk diteliti sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Suatu variabel digolongkan sebagai variabel bebas apabila dalam hubungannya dengan variabel lain berfungsi menerangkan atau mempengaruhi keadaan variabel terikat tersebut. Dalam hal ini yang merupakan variabel bebas pertama adalah Return On Equity (X1) dan Earning Per Share (X2) sebagai variable bebas kedua.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Suatu variabel digolongkan variabel terikat atau tidak bebas apabila dalam hubungannya dengan variabel lain, keadaan variabel tersebut diterangkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini yang merupakan variabel terikat adalah harga saham (Y).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel Konsep Indikator Skala

Return On Equity ( Variabel X1)

Return on equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa. Mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa

(Brigham & Houston 2010: 149)

Return on Equity

(Brigham & Houston 2010: 149)

Ratio

Earning Per Share (Variabel X2)

Earning Per Share adalah bentuk pemberian keuntungan yang

Eaning Per Share


(55)

diberikan kepada para pemegang saham dari setiap kembar saham yang dimiliki.

(Fahmi & Hadi, 2009: 77)

(Arifin, 2004: 87)

Harga Saham (Variabel Y)

harga saham adalah nilai saham yang terjadi akibat diperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder. (Sutrisno, 2001 : 355)

Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap

akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi

rata-rata harga bulanan hingga rata-rata harga tahunan

(Jogiyanto, 2003:201)

Harga Saham Bulanan =

Harga Saham Tahunan =

Ratio

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis data : 1. Data Primer

Menurut Narimawati (2007: 76) data primer merupakan data yang diambil dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan tertentu yang dibuat untuk itu.


(56)

2. Data Sekunder

Menurut Narimawati (2007: 76) data sekunder merupakan data penunjang yang digunakan untuk mendukung penelitian, dalam penelitian ini meliputi informasi mengenai karakteristik organisasi, jumlah karyawan, data hasil evaluasi karyawan, penelitian terdahulu, serta materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu profil perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI, laporan keuangan, rasio-rasio keuangan, dan data harga saham perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2006-2010. Data sekunder didapatkan dari berbagai sumber yaitu literatur, artikel, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010: 115) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka populasi pada penelitian ini adalah perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2006-2010 yaitu sebanyak enam perusahaan.


(57)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009: 116) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penggunaan sampel ini bertujuan untuk mempermudah penelitian yaitu dengan mengambil sebagian objek populasi yang mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel, sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang diteliti.

Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2010: 120) nonprobability sampling adalah teknik teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan cara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010: 122) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan teknik tersebut tiga perusahaan diambil sebagai sampel dari enam perusahaan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2006-2010.

Ketiga perusahaan ini dipilih dengan melihat kontinuitas usahanya selama tahun 2006-2010 dan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode tersebut.


(1)

96 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh return on equity dan earning per share terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2006 sampai dengan 2010, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa:

1) Return on equity pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai dengan 2010 secara keseluruhan mengalami penurunan, ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas biasa. Penurunan ini diakibatkan oleh presetase kenaikan laba bersih lebih kecil dibandingkan presentase kenaikan ekuitas biasa. Kenaikan tajam dialami oleh PT. XL Axiata pada tahun 2009 dengan asupan modal baru dari PT. Axiata sehingga meraup pendapat yang tinggi dan mampu menyaingi pesaingnya.

2) Kondisi earning per share pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami fluktuasi. Hal ini diakibatkan laba bersih yang diperoleh perusahaan tidak stabil sementara jumlah lembar saham yang beredar tetap. Nilai EPS terendah terjadi pada tahun 2008 yang diderita oleh PT. XL Axiata karena perusahaan mengalami kerugian, dan nilai EPS tertinggi pada tahun 2007 oleh PT.


(2)

97

Telkom karena perusahaan mendapat laba bersih yang tinggi sementara jumlah saham beredar tetap.

3) Perkembangan harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang tedaftar di BEI pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami trend yang menurun. Hal ini dikarenakan laba bersih sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan cenderung mengalami penurunan, sehingga reputasi perusahaan telekomunikasi di mata investor turun. Hal tersebut berdampak pada menurunnya minat membeli dari para calon investor, dan mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan telekomunikasi di pasar saham.

4) Hasil analisis pengaruh return on equity dan earning per share terhadap harga saham secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan searah. Besarnya kontribusi pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham sebesar 80,92% yang berarti bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh ROE dan EPS sebesar 80,92%, sedangkan sisanya sebesar 19,08% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Berdasarkan uji hipotesis, bahwa ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

Analisis pengaruh ROE terhadap harga saham secara parsial dengan EPS sebagai variabel kontrol, menunjukkan hubungan yang sangat lemah dan terbalik (negatif) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,011. Berdasarkan pengujian hipotesis, ROE tidak memiliki pengaruh yang


(3)

signifikan terhadap harga saham. Sementara untuk pengaruh EPS terhadap harga saham dengan ROE sebagai variabel kontrol, menunjukkan hubungan yang kuat dan searah dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,726. Berdasarkan pengujian hipotesis, EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

5.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dibahas di atas, maka penulis mencoba menyampaikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan, diantaranya sebagai berikut:

1) Perusahaan sebaiknya meningkatkan ROE dengan melakukan beberapa cara yaitu dengan penggunaan hutang untuk membeli aset. Bunga dapat menjadi pengurang pajak sehingga penggunaan hutang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih besar, sehingga meningkatkan nilai ROE.

2) Nilai EPS dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba bersih perusahaan. Ataupun bila laba bersih tetap, dapat disiasati dengan menurunkan jumlah saham yang beredar. Nilai EPS akan meningkat apabila presentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada presentase perubahan jumlah lembar saham.

3) Untuk meningkatkan harga saham, perusahaan diharapkan menjaga kinerja perusahaan, meningkatkan profesionalisme manejemen dalam mengelola


(4)

99

perusahaan sehingga investor akan cenderung meningkatkan kepercayaannya kepada perusahaan jika kinerja manajemennya baik. 4) Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ROE

dan EPS, sementara untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan tidak hanya ROE dan EPS tapi masih ada rasio profitabilitas lainnya seperti Return On Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Asset (ROA). Maka dari itu penulis menyarankan agar kinerja keuangan tidak hanya diukur menggunakan ROE dan EPS, tetapi dengan rasio profitabilitas lainnya agar menghasilkan hasil penelitian yang lebih akurat.


(5)

100

Saham pada Perusahaan Sektor Manufacturing Pada Bursa Efek Jakarta. Fordema, 6(1), 51-62.

Agus Sartono. (2001). Manajemen Keuangan :Teori & Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

Ahmad Komaruddin. (2004). Dasar-dasar Investasi dan Portofolio (Edisi Revisi). Jakarta: Rhineka Cipta.

Ali Arifin. (2004). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi.

Aliya, Angga. (2011). Laba Indosat Tergerus 56,8% ke Rp 647,2 Miliar. Di akses

pada 2 April, 2011 dari World Wide Web:

http://www.detikfinance.com/read/2011/03/02/101724/1582734/6/laba-indosat-tergerus-568-ke-rp-6472-miliar.htm

Annissa, Yunita U. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bei, Gunadarma Univesity, 14(1).

Brigham, Eugene F. (2001). Manajemen Keuangan. Jakarta :Erlangga.

Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. (2010). Manajemen Keuangan (Edisi Kedua belas). Buku Satu. Jakarta: Erlangga.

Chang, H.L., Chen Y.S., Su, C.W., Chang, Y.W. (2008). The Relationship between Stock Price and EPS: Evidence Based on Taiwan Panel Data. Economics Bulletin, 3(30), 1-12

Darmadji, M., & Fakhrudin,M.. (2001). Perangkatdan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Heru, (2010). Pelanggan Seluler Naik 9%. Diakses pada 2 April, 2010 dari World Wide Web: http://economy.okezone.com/read/2009/12/27/320/288455/ 320/2010-pelanggan-seluler-naik-9.htm

Irham Fahmi. (2006). Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Irham Fahmi & Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.


(6)

101

Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi Ketiga). Yogyakarta: BPPE.

Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Lukman Syamsuddin. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru.

Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Margaretha, F. & Isni. (2007). Pengaruh Indikator Keuangan Terhadap Harga Saham. Jurnal Ilmiah Manejemen Bisnis, 7(1).

Pojok Pulsa. (2007). Perkembangan Telekomunikasi Seluler di Indonesia. Diakses

pada 4 Juli , 2011 dari World Wide Web:

http://www.pojokpulsa.org/perkembangan-telekomunikasi-seluler-di-indonesia/

Prayogi, W.E. (2010). XL Axiata Bidik Pendapatan Rp 15,9 Triliun di 2010. Diakses pada 2 April, 2010 dari World Wide Web: http://www.detikfinance.com/read/2010/03/19/130829/1321141/6/xl-axiata-bidik-pendapatan-rp-159-triliun-di-2010.htm

Sofyan S. Harahap. (2004). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Suad Husnan. (2005). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Suad Husnan & Enny Pudjiastuti. (2002). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta: YKPN.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2003). Manajemen Keuangan, Teori, Konsep, dan Aplikasi (Edisi Pertama, Cetakan Kedua). E. Kanisia: Yogjakarta.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. (1999). Manajemen Keuangan. Edisi 8. Bina Rupa Aksara :Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS), Financial Leverage, dan Proceed Terhadap Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 57 118

Analisis Pengaruh Rasio leverage, Profitabilitas, Earning per share dan Ukuran perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

5 68 100

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

12 156 59

Analisis Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI

7 54 86

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Burs

0 1 15

Pengaruh Earning Per Share, Divident Per Share dan Return On Equity terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014.

0 0 22

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar di BEI ( Periode Tahun 2005-2009 ).

0 0 6