Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH

EARNING PER SHARE

(EPS),

RETURN ON EQUITY

(ROE) DAN

DEBT TO EQUITY RATIO

(DER) TERHADAP

RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

TAUFIK RAHZEN SITEPU

090503313

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on

Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 29 Mei 2014 Yang Membuat Pernyataan

NIM. 090503313 Taufik Rahzen Sitepu


(3)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share

(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan

debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

Kata Kunci: Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio, Return Saham.


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE

COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.

The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.

The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.

Keywords: Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio, Return of Stock.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat yang telah diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya dengan judul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan

Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepa6da:

1. Prof.Dr. Azhar Maksum, S.E, M.EC., Ak. selaku pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Wakil Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan

Ibu Dra Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Wakil Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

4. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan waktu, perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, Mei 2014

NIM. 090503313 Taufik Rahzen Sitepu


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Return Saham ... 9

2.2. Earning Per Share (EPS) ... 9

2.3. Return on Equity (ROE) ... 11

2.4. Debt to Equity Ratio (DER) ... 13

2.5. Penelitian Terdahulu ... 15

2.6. Kerangka Konseptual ... 18

2.7. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Batasan Operasional ... 23

3.4. Definisi Operasional ... 24

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 26

3.6. Populasi dan Sampel ... 26

3.7. Jenis Data ... 28

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 28


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33

4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 33

4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ... 33

4.1.3. Earning Per Share (EPS) ... 36

4.1.4. Return On Equity (ROE) ... 38

4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER) ... 40

4.1.6. Return Saham ... 42

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 44

4.2.2. Uji Hipotesis ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 52

5.3. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1. Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan ... 27

Tabel 4.1. Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 37

Tabel 4.2. Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 39 Tabel 4.3. Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 41 Tabel 4.4. Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) ... 43

Tabel 4.5. Hasil Uji t ... 47

Tabel 4.6. Anova ... 49


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 19 Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal... 35


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1. Regression

Lampiran 2. Tabel t Lampiran 3. Tabel F


(12)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share

(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan

debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

Kata Kunci: Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio, Return Saham.


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE

COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.

The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.

The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.

Keywords: Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio, Return of Stock.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Salah satu kelebihan pasar modal adalah kemampuannya menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa batas. Dengan demikian, untuk membiayai investasi pada proyek-proyek jangka panjang dan memerlukan modal yang besar, sudah selayaknya para pengusaha menggunakan dana-dana dari pasar modal. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Dalam melakukan investasi saham pada pasar modal, investor mengharapkan adanya return yang akan diperolehnya di masa yang akan datang dari investasi saham yang ditanamkan. Menurut Thian (2001) bahwa return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Tanpa adanya harapan akan mendapatkan return atau keuntungan maka investor tidak akan bersedia menanamkan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan membeli sahamnya. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya. Semakin besar harapan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari suatu


(15)

perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut akan semakin kuat.

Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai indikator. Investor memerlukan informasi yang memadai mengenai keadaan perusahaan pada saat sekarang, dimana informasi tersebut digunakan untuk memproyeksi keuntungan (return) perusahaan di masa mendatang dengan tingkat probabilitas yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan lain sebagainya. Kedua faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi, misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi

(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan


(16)

di masa yang akan datang. Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return realisasi (realized return) yang telah dilakukan.

Para investor yang ingin mempertahankan investasinya harus memiliki perencanaan investasi yang efektif. Perencanaan investasi yang efektif dimulai dari perhatian terhadap tingkat resiko dan return saham yang seimbang dalam setiap transaksi. Secara teori, semakin tinggi tingkat return yang diharapkan para investor, semakin tinggi pula resiko yang dihadapinya, demikian pula sebaliknya.

Salah satu informasi yang sangat penting informasi keuangan dari perusahaan, yang secara ringkas disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui atau dianalisis mengenai kinerja keuangan perusahaan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai penanaman modal oleh investor.

Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental, sehingga bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham antara lain Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini digunakan bagi investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Suad, 2003). EPS yang menurun dapat menyebabkan keputusan investor untuk mengambil keputusan menanamkan modalnya semakin kecil karena menganggap tidak ada prospek yang


(17)

cerah di masa mendatang. ROE juga mempengaruhi perubahan harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. DER yang diharapkan para investor adalah dengan nilai yang rendah karena semakin tinggi DER maka kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutangnya semakin rendah sehingga menurunkan tingkat kepercayaan investor.

Menurut Ang (2003) bahwa Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS) digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan.

Return on Equity (ROE) juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 2003). Return on Equity (ROE) ini sering disamakan dengan Return on Assets (ROA). Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan Return on Equity (ROE). Return on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri.


(18)

Rasio lain yang diperkirakan juga dapat mempengaruhi return suatu saham adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya (Ang, 2003). Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005).

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian terdahulu. oleh Sudarto et al. (1999). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan signifikan. Perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu adalah variabel yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah hanya DER dan beta, sedangkan variabel yang diteliti penulis adalah menggunakan EPS, ROE dan DER, yang ketiga variabel ini menggambarkan kinerja perusahaan pada jangka pendek. Dengan demikian penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui pengaruh EPS, ROE dan DER secara bersamaan terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(19)

Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungannya dengan return saham, tetapi penelitian Lestari (2007) dan Sudarto (1999) tidak mengikutsertakan rasio earning per share (EPS), sehingga penulis


(20)

tertarik untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap return saham, dan penulis membatasinya pada rasio EPS, ROE dan DER untuk melihat pengaruhnya terhadap return saham.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:

”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan penelitian:

1. Apakah earning per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

2. Apakah return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

2. Untuk mengetahui return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return

saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return

saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.

2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. 3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Return Saham

Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua faktor eksternal seperti


(23)

pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Thian, 2001). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.

2.2 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim


(24)

(2004), Earning Per Share (EPS) biasa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, Earning Per Share (EPS) digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang, 2003).

Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share (EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Earning Per Share (EPS) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Earning Per Share (EPS) akan membuat pasar


(25)

bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Earning Per Share (EPS) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Earning Per Share (EPS), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.

2.3. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham dan Hosuton, 2004).

Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan


(26)

harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Weston dan Bringham, 2005).

Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.

Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa


(27)

mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini

sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan membeli saham tersebut.

2.4. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio Levarage. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara total utang dengan total modal. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 2003).

Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham


(28)

yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Djarwanto, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%). Sinyal perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) akan membuat


(29)

pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER)) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio (DER), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang dihubungkan dengan prediksi return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pada umumnya penelitian tersebut meneliti mengenai karakteristik perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan return saham dalam laporan tahunan yang merupakan sumber informasi penting bagi stakeholder dalam menilai kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy JSP (2003) memiliki pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earnings per Share (EPS), Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham. Sampel yang digunakan adalah LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang diperoleh menunjukkan hanya variabel Asset Turnover, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Rasio Leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit Margin, dan Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan


(30)

return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Sedangkan Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti tentang analisis karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Karakteristik perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan cyclicality), industri (jenis industri dan ukuran industri) dan makro ekonomi (kurs rupiah terhadap dollar dan PDB). Metode analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel karakteristik perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan cyclicality) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008) melakukan penelitian dalam jangka waktu 1994-1997 dengan tiga puluh (30) perusahaan manufaktur berkapitalisasi terbesar. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) adalah “Pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap saham, kasus industri barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia”. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria perusahaan industri barang konsumsi yang sahamnya selalu terdaftar dan aktif diperdagangkan sejak 1990 sampai dengan 1997 dengan data tahunan. Variabel independen yang


(31)

digunakan terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value) dan indeks beta. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham yang diukur dari harga saham pada saat penutupan (closing price) pada periode 31 Desember. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan model loglinier. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, DER dan book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan risiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham.

Penelitian mengenai faktor yang mempenngaruhi return saham juga dilakukan oleh Bhandari (1998). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hubungan debt to equity ratio dengan return positif dan signifikan, akan tetapi temuan variabel beta berpengaruh positif dan signifikan terhadap return. Sedangkan berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarto et al. (1999). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan signifikan.


(32)

2.6. Kerangaka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

H1 H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan pemegang saham. Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share (EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk

Earning Per Share (EPS) (X1)

Return Saham (Y) Return On Equity (ROE)

(X2)

Debt To Equity (DER) (X3)


(33)

mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.6.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham

Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (dalam Wira, 2008), terdapat keterkaitan antara return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang


(34)

memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.

2.6.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Ang, 2003).


(35)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%).

2.7. Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh positif earning per share (EPS) terhadap return saham

pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

H2. Ada pengaruh positif return on equity (ROE) terhadap return saham

pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.

H3. Ada pengaruh positif debt to equity (DER) terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel earning per share, return on equity

dan debt to equity (X) berpengaruh terhadap variabel dependen return saham (Y).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs

Waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013.

3.3. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya membatasi pembahasan pada menguji apakah earning per share berpengaruh terhadap return saham, return on equity, dan debt to equity berpengaruh terhadap


(37)

return saham. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

3.4. Definisi Operasional

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah:

a) Earning per share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh

untuk setiap lembar saham. EPS Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. EPS dapat dihitung dengan rumus:

beredar yang saham jumlah T A I N EPS= Dimana:

NIAT = Net Income After Tax.

b) Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki.

Return on equity dapat dihitung dengan rumus:

equity rs shareholde Average DP T A I N

ROE= −( )


(38)

DP = Dividen saham preferen

c) Debt to equity ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap

total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio

dapat dihitung dengan rumus:

equity rs shareholde Total Debts Total DER= Dimana:

2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu hasil yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham Manufaktur pada periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah

return yang terkait dengan capital gain, yaitu selisih antara harga saham

peroode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya. Perhitungan

return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang digunakan untuk

mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung dengan rumus: 1 1 1 − − − = t t t P P P R Keterangan:

R1 = return saham i pada periode t.

Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir)


(39)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio sebagai alat mengukur nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan skala rasio, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan..

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, yang berjumlah 432 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang ditentukan adalah:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012. 2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2010 – 2012. 3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2010 - 2012.


(40)

Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan sebanyak 30 perusahaan selama 3 tahun sehingga jumlah data 30 x 3 = 90, seperti tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan

Kriteria Nomor

No. Kode Nama Perusahaan 1 2 3 Sampel

1 APLN PT. Agung Podomoroland Tbk √ - -

2 BKDP PT. Bukit Darmo Property Tbk √ √ √ 1

3 CTRP PT. Ciputra Property Tbk √ - -

4 ELTY PT. Bakrei Development Tbk √ √ -

5 JIHD PT. Jakarta International Hotel Tbk √ √ √ 2

6 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk √ √ √ 3

7 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk √ √ √ 4

8 SMDM PT. Surya Mas Duta Makmur Tbk √ √ -

9 ASRI PT. Alam Sutra Reality Tbk √ √ √ 5

10 BKSL PT. Sentul City Tbk √ √ √ 6

11 CTRS PT. Ciputra Surya Tbk √ √ √ 7

12

EMDE PT. Mega Politan Developments

Tbk √ √ √ 8

13 KPIG PT. Global Land Development Tbk √ √ √ 9

14 MDLN PT. Moderlan Reality Tbk √ √ √ 10

15 PWSI PT. Panca Wiratama Sakri Tbk √ √ √ 11

16 SMRA PT. Summarecon Tbk √ √ √ 12

17

BAPA PT. Beksi Asri Pemula Dan Entitas

Anak Tbk √ - -

18 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk √ √ √ 13

19 DART PT. Duta Angganda Reality Tbk √ √ √ 14

20 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Tbk √ √ √ 15

21 LAMI PT. Lamicitra Nusantara Tbk √ √ √ 16

22 MKPI PT. Metropolitan Kentjana Tbk √ √ √ 17

23

RBMS PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati

Tbk √ √ √ 18


(41)

25 COWL PT. Cowell Development Tbk √ √ √ 19

26 DILD PT. Inti Land Development Tbk √ √ √ 20

27

GMTD PT. Gowa Makassar Tourims

Development Tbk √ √ √ 21

28 PICO PT. Pelangi Indah Candino Tbk √ - -

29 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Tbk √ √ √ 22

30 MILA PT. Metropolitan Land Tbk √ √ √ 23

31 SCBD PT. Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 24

32 BIPP PT. Bhuantala Indah Permai Tbk √ √ √ 25

33 DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 26

34 AISA PT. Tiga Pilar Sejatera Food Tbk √ √ √ 27

35 AKRA PT. Akr Corporindo Tbk √ √ √ 28

36 AQUA PT. Aqua Golden Mississipi Tbk √ - -

37 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ 29

38 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk √ √ √ 30

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode


(42)

dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012.

3.9. Teknik Analisis Data 3.9.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi dalam memprediksi variabel terikat, terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dasar pengambilan keputusan yaitu :

- Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata lain tidak terjadi heterokedastisitas.


(43)

c. Autokorelasi

Serial korelasi atau autokorelasi apabila galat dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa galat berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila: Var(ei,ej) = 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah serial correlation/autocorrelation.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat

tidak lagi minim sehingga penduga parameter tidak lagi efisien. d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel bebas tidak menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji VIF menunjukkan nilai kurang dari 5 (VIF < 5).

3.9.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, terdiri dari:

a. Persamaan Regresi

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh earning per

share, return on equity dan debt to equity terhadap return saham adalah metode


(44)

^

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana: Y = Return saham bo = Intersep

X1 = earning per share

X2 = return on equity

X2 = debt to equity

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

b. Uji t

Untuk melihat pengaruh dari X terhadap Y dilakukan Uji-t sebagai berikut, dengan kriteria pengujian:

(1) Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak, H1diterima, artinya variabel X berpengaruh

nyata terhadap variabel Y.

(2) Jika t-hitung ≤ t -tabel Ho diterima, H1ditolak, artinya variabel X tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel Y. c. Uji F

Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: ßi = 0, i = 1, 2, 3 H1: tidak semua ßi = 0 Dengan statistik uji sebagai berikut:


(45)

Jk ( reg ) / k F-hitung =

Jk (res ) / n-k-1

Dimana Jk(reg) = jumlah kuadrat regresi Jk(res) = jumlah kuadrat sisa k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel Kriteria pengujian:

(1) H0 ditolak: jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on

equity dan debt to equity secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat return saham.

(2) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on

equity dan debt to equity secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat return saham. d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi) variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel tidak bebas.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.


(47)

Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 2 Maret 2010 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG


(48)

4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal

Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek dipegang oleh otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan, dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal

Menteri Keuangan Republik Indonesia

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

LPP Bursa Efek (BEJ/BES) LKP

Perusahaan Efek Penjamin Emisi (under writer) Perantara/Pedagang (broker/dealer) Manajer Investasi (Investment Manager) Profesi Penunjang Akuntan Notaris Penilai Konsultan Hukum Penasihat Investasi Lembaga Penunjang Kustodian

Badan Administrasi Efek Penanggung Penanggung Pemeringkat Efek Wali Amanat Emiten Perusahaan Reksadana Investor Individu/Institusi Domestik/Asing


(49)

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa perusahaan yang sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau berbadan hukum; atau perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI dan atau badan hukum Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.

4.1.3. Earning Per Share (EPS)

Earning per share (EPS) atau disebut juga laba per lembar saham adalah

tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada setiap tahun buku. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham atau laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Data laba per lembar saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(50)

Tabel 4.1

Earning Per Share (EPS)

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012

(Rp per lembar saham) No. Kode

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun

2012 Rataan

1 BKDP 0.05 0.16 0.34 0.18 2 JIHD (0.03) (0.01) (0.02) (0.02) 3 LPKR (0.01) (0.02) (0.03) (0.02) 4 PWON 0.01 0.02 0.03 0.02 5 ASRI 0.18 0.11 0.44 0.24 6 BKSL 0.04 0.10 0.13 0.09 7 CTRS 0.05 0.11 0.11 0.09 8 EMDE 0.12 0.19 0.40 0.24 9 KPIG 0.02 0.02 0.05 0.03 10 MDLN 0.02 0.14 0.07 0.08 11 PWSI 0.23 0.36 0.46 0.35 12 SMRA 0.05 (0.08) (0.01) (0.01) 13 BSDE 0.06 (0.02) (0.01) 0.01 14 DART 0.26 0.54 0.97 0.59 15 FMII 0.10 0.14 0.10 0.11 16 LAMI 0.33 0.22 0.06 0.20 17 MKPI 0.70 0.96 1.26 0.97 18 RBMS 0.07 0.09 0.03 0.06 19 COWL 0.01 (0.01) (0.01) (0.00) 20 DILD 0.07 0.19 0.74 0.33 21 GMTD 0.22 0.26 0.25 0.24 22 LCGP 0.01 0.02 0.06 0.03 23 MILA 2.49 2.77 3.40 2.89 24 SCBD 0.11 0.14 0.12 0.12 25 BIPP 0.15 0.31 0.31 0.26 26 DUTI (0.33) (0.08) (0.04) (0.15) 27 AISA 0.01 (0.02) 0.11 0.03 28 AKRA 0.16 0.13 0.04 0.11 29 ARNA 1.18 (0.01) 0.02 0.40 30 BRAM 0.26 0.34 0.56 0.39


(51)

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata perolehan laba per lembar saham perusahaan Manufaktur berkisar -Rp. 0,02 per lembar sampai Rp. 2,89 per lembar saham. Tidak semua saham memperoleh laba karena terdapat perusahaan yang justru merugi selama tahun 2010 – 2012.

4.1.4. Return on Equity (ROE)

Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan return on rquity (ROE). Return

on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan investor

untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas keseluruhan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin besar angka ROE menunjukkan bahwa pengelolaan modal oleh manajemen perusahaan semakin baik. Data ROE perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(52)

Tabel 4.2

Return on Equity (ROE)

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012

(Persen) No. Kode

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun

2012 Rataan

1 BKDP 6,11 14,95 18,34 13,13 2 JIHD (20,40) (3,62) (4,28) (9,43) 3 LPKR (1,01) (1,76) (1,22) (1,33) 4 PWON 0,42 2,52 2,91 1,95 5 ASRI 14,20 10,29 26,97 17,15 6 BKSL 6,43 9,83 6,26 7,51 7 CTRS 3,47 5,80 4,23 4,50 8 EMDE 5,45 8,05 11,70 8,40 9 KPIG 8,57 7,59 10,38 8,85 10 MDLN 5,08 11,99 3,92 7,00 11 PWSI 13,11 14,25 8,84 12,07 12 SMRA 4,38 2,81 1,78 2,99 13 BSDE 4,64 (2,86) (0,59) 0,40 14 DART 17,69 25,67 21,24 21,53 15 FMII 6,05 6,72 5,64 6,14 16 LAMI 60,40 18,23 3,48 27,37 17 MKPI 17,05 20,11 14,38 17,18 18 RBMS 6,98 8,67 1,91 5,85 19 COWL (0,48) (0,17) (0,22) (0,29) 20 DILD 8,26 15,12 25,09 16,16 21 GMTD 10,78 9,33 7,13 9,08 22 LCGP 4,25 1,47 0,21 1,98 23 MILA 29,13 27,22 13,88 23,41 24 SCBD 33,56 31,96 4,93 23,48 25 BIPP 3,39 4,13 15,95 7,82 26 DUTI 4,17 (1,03) (0,52) 0,87 27 AISA 0,62 1,09 0,59 0,77 28 AKRA 50,06 17,41 3,95 23,81 29 ARNA 0,71 0,85 2,25 1,27 30 BRAM 14,15 11,59 21,43 15,72


(53)

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata ROE perusahaan Manufaktur yang terdafar di BEI berkisar -9,43 % - 27,37 %. Dengan demikian kerugian setiap seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp. 9,43, sedangkan keuntungan atas setiap seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp, 27,37.

4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan suatu hutang. Jika struktur permodalan didominasi oleh utang maka risiko kegagalan pembayaran utang jangka panjang semakin besar. Data DER perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(54)

Tabel 4.3

Debt to Equity Ratio (DER)

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012

(Persen) No. Kode

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun

2012 Rataan

1 BKDP 84.00 107.00 113.00 101.33

2 JIHD 96.00 104.00 109.00 103.00

3 LPKR 36.00 40.00 35.00 37.00

4 PWON 22.00 17.00 16.00 18.33

5 ASRI 58.00 105.00 93.00 85.33

6 BKSL 34.00 43.00 39.00 38.67

7 CTRS 7.00 8.00 10.00 8.33

8 EMDE 46.00 60.00 66.00 57.33

9 KPIG 383.00 247.00 250.00 293.33

10 MDLN 83.00 27.00 42.00 50.67

11 PWSI 62.00 55.00 50.00 55.67

12 SMRA 125.00 82.00 60.00 89.00

13 BSDE 9.00 29.00 35.00 24.33

14 DART 192.00 180.00 185.00 185.67

15 FMII 133.00 97.00 103.00 111.00

16 LAMI 175.00 131.00 29.00 111.67

17 MKPI 87.00 110.00 122.00 106.33

18 RBMS 14.00 7.00 7.00 9.33

19 COWL 15.00 8.00 7.00 10.00

20 DILD 211.00 196.00 148.00 185.00

21 GMTD 140.00 103.00 89.00 110.67

22 LCGP 77.00 70.00 98.00 81.67

23 MILA 79.00 48.00 51.00 59.33

24 SCBD 147.00 88.00 79.00 104.67

25 BIPP 246.00 194.00 166.00 202.00

26 DUTI 186.00 182.00 180.00 182.67

27 AISA 10.00 5.00 8.00 7.67

28 AKRA 96.00 58.00 31.00 61.67

29 ARNA 50.00 52.00 50.00 50.67

30 BRAM 131.00 159.00 178.00 156.00


(55)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata DER perusahaan Manufaktur yang terdafar di BEI berkisar 7,67 % - 293,33 %. Terdapat banyak perusahaan yang struktur permodalannya lebih besar dari utang jangka panjang dibanding modal sendiri, sehingga risiko tidak terpenuhinya pengembalian pinjaman menjadi cukup besar.

4.1.6. Return Saham

Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh para pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan pada suatu perusahaan. Tanpa adanya harapan akan mendapatkan keuntungan maka investor tidak akan bersedia menanamkan modal. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya. Semakin besar harapan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut akan semakin kuat. Data return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(56)

Tabel 4.4 Return Saham

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012

(Persen) No. Kode

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun

2012 Rataan

1 BKDP 1.10 1.81 0.56 1.16 2 JIHD - - - - 3 LPKR 2.06 (0.24) (0.01) 0.60 4 PWON (0.47) 0.12 1.43 0.36 5 ASRI (0.15) (0.65) 0.93 0.04 6 BKSL 1.63 (0.28) 0.54 0.63 7 CTRS 0.90 0.79 0.11 0.60 8 EMDE 2.23 0.35 0.26 0.95 9 KPIG (0.22) (0.05) 1.34 0.36 10 MDLN 0.60 (0.33) (0.40) (0.04) 11 PWSI (0.32) 2.09 (0.14) 0.54 12 SMRA 1.66 (0.23) (0.24) 0.40 13 BSDE 0.20 - 0.14 0.11 14 DART - 0.12 3.00 1.04 15 FMII (0.59) (0.04) 0.16 (0.16) 16 LAMI 1.77 0.29 (0.21) 0.62 17 MKPI 0.60 0.62 0.69 0.64 18 RBMS (0.01) (0.25) 0.75 0.16 19 COWL - - 0.18 0.06 20 DILD 0.10 0.76 3.51 1.46 21 GMTD (0.36) 0.33 (0.03) (0.02) 22 LCGP 1.00 (0.90) 1.50 0.53 23 MILA 0.18 0.05 0.01 0.08 24 SCBD (0.16) (0.57) (0.56) (0.43) 25 BIPP - - 0.10 0.03 26 DUTI 3.29 (0.07) (0.61) 0.87 27 AISA 1.34 (0.36) 0.23 0.40 28 AKRA - (0.21) - (0.07) 29 ARNA 0.20 (0.58) (0.17) (0.18) 30 BRAM 2.61 (0.82) 0.14 0.64


(57)

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata return saham perusahaan Manufaktur yang terdafar di BEI berkisar -0,43 % sampai 1,46 %. Terdapat banyak harga saham yang justru mengalami penurunan dibanding harga saham pada periode sebelumnya, sehingga investor mengalami kerugian.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi dalam memprediksi variabel terikat.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(58)

0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expect

ed Cum Prob

Dependent Variable: Return Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.

2. Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu


(59)

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati diagram pancar (Scatter plot) residual.

-4Regression Standardized Residual-2024

-3

-2

-1

0

1

2

Regressi

on Standardi

zed Predicted Value

Dependent Variable: Return Saham (Y) Scatterplot

Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.


(60)

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1 menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan nilai kurang dari 5 (VIF < 5).

4.2.2. Uji Hipotesis 1. Uji t (Uji Parsial)

Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah EPS, ROE dan DER sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikat. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji t

Coefficientsa

.292 .140 2.086 .040

-.055 .186 -.034 -.296 .768

.017 .008 .208 2.16 .044

-.064 .121 -.060 -.531 .597

(Constant) EPS (X1) ROE (X2) DER (X3) Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Return Saham (Y) a.

Berdasarkan Tabel 4.5 maka persamaan umum antara pengaruh EPS, ROE dan DER terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut:


(61)

Y = 0,292 – 0,055 X1 + 0,017 X2 - 0,064 X3 ...1 a. Pengaruh EPS terhadap return saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Nilai hitung berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebesar 0,296, sedangkan nilai t-tabel 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 % (Lampiran Tabel t) dan derajat bebas 86 (jumlah sampel sebesar 90 – jumlah variabel sebanyak 4) adalah sebesar 1,980. Terlihat bahwa t-hitung lebih kecil dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh

nyata terhadap return saham harus ditolak pada tingkat kepercayaan 95 %. b. Pengaruh ROE terhadap return saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Nilai hitung berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebesar 2,160, sedangkan nilai t-tabel 5 % (Lampiran Tabel t) dengan derajat bebas 86 (90 – 4) adalah sebesar 1,980. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh

nyata terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. a. Pengaruh DER terhadap return saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Nilai hitung berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebesar 0,531, sedangkan nilai t-tabel 5 % (Lampiran t-tabel t) dengan derajat bebas 86 (90 – 4) adalah sebesar 1,980.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien regresi variabel EPS berdasarkan Tabel 4.5 adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Koefisien regresi variabel ROE berdasarkan Tabel 4.5 adalah 0,017. Secara

parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %.

3. Koefisien regresi variabel DER berdasarkan Tabel 4.5 adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata

terhadap return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.


(2)

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 tahun.

2. Terdapat banyak perusahaan yang tidak dimasukkan dalam analisis karena tidak memenuhi kriteria sampel, sehingga hasil penelitian kurang mewakili semua perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

3. Variabel bebas yang digunakan hanya mencakup EPS, ROE dan DER padahal perilaku harga saham banyak juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti ROA dan formasi-formasi lainnya yang menyangkut kinerja perusaaan.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran sebagai berikut: 1. Manajemen perusahaan Manufaktur perlu mengupayakan peningkatan ROE,

agar harga sahamnya mengalami peningkatan. ROE yang tinggi cenderung lebih diminati investor, yang berakibat pada pergerakan harga yang meningkat dengan tingkat pengembalian atau return saham yang cukup tinggi.

2. Para investor perlu lebih memperhatikan jumlah laba per lembar saham atau EPS, karena penurunan laba per saham perusahaan dapat berakibat pada kerugian bagi investor sebagai akibat dari penurunan harga saham.

3. Para investor juga perlu memperhatikan rasio utang dengan ekuitas atau DER, karena DER yang cukup tinggi mengandung risiko penanaman modal yang


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Andrew, G. Bekaret, Stock Return Predictability: Is it There ?, Columbia University and NBER, Juli 2003.

Bhandari, Debt/Equity Ratio and Expected Common Stock Return: Empirical Evidence, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 1998.

Brigham, Eugene dan J. Houston, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Alih Bahasa: Dodo Suharto dan Herman Wibowo, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2004.

Djarwanto, Ps, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Yogyakarta, BPFE, 2004.

Halim, Abdul dan Bambang Supomo, Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kesebelas: BPFE, Yogyakarta, 2002.

Hin, L. Thian, BursaSaham, Cetakan Pertama, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Husnan, Suad, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Buku Dua, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003.

Jogiyanto, Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta, BPFE, 2003.

Kennedy, Analisis Pengaruh dari ROA, ROE, EPS, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.

Lestari, A. I., M. Lufti, dan Syahyunan. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, 2 (2), pp. 91-97. 2007.

Natarsyah, Pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap saham, kasus industri barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.


(4)

Sitompul, Asril, Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya,

Cetakan Ketiga, Jakarta, Citra Aditya Bakti. 2004.

Sudarto, Analisis Return Saham dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2. No.1. 1999.

Widodo, D., Akuntansi Keuangan, Cetakan Kedelapan, Jakarta, Salemba Empat, 2007.

Wira, Sari, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI,

Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Bringham, Essential of Managerial Finance, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Alih Bahasa: A.Q. Khalid, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2005.


(5)

Pengaruh EPS, ROE, dan DER terhadap Return Saham

Regression

Variables Entered/Removedb

DER (X3), EPS (X1), ROE (X2)a

. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Return Saham (Y) b.

Model Summaryb

.185a .034 .001 .90435 1.884

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), DER (X3), EPS (X1), ROE (X2)

a.

Dependent Variable: Return Saham (Y) b.

ANOVAb

2.504 3 .835 1.020 .388a

70.334 86 .818

72.838 89 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), DER (X3), EPS (X1), ROE (X2) a.

Dependent Variable: Return Saham (Y) b.

Coefficientsa

.292 .140 2.086 .040

-.055 .186 -.034 -.296 .768 .851 1.176

.017 .008 .208 2.16 .044 .756 1.322

-.064 .121 -.060 -.531 .597 .877 1.141

(Constant) EPS (X1) ROE (X2) DER (X3) Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Return Saham (Y) a.


(6)

Casewise Diagnosticsa

3.086 3.29

3.250 3.51

Case Number 26

80

Std. Residual

Return Saham (Y)

Dependent Variable: Return Saham (Y) a.

Residuals Statisticsa

-.1049 1.1595 .3794 .16773 90

-1.32601 2.93906 .00000 .88897 90

-2.888 4.651 .000 1.000 90

-1.466 3.250 .000 .983 90

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Return Saham (Y) a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

8 121 96

Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio &amp; Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Kategori LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 88 104

Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 80 93

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 73 97

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia

2 71 93

Pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Return On Equity Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Kelompok Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 69 79

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137