Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

TATA PENGHA

A CARA PE ASILAN PA

Meny

FAKU

ENGURAN ASAL 25 D

NA NIM Guna M elesaikan St Ad ULTAS ILM UNIVERS LAPOR TUGAS A NGAN PEM DI KANTO LUBUK P OLEH AMA M Memenuhi Sa tudi Pada Pr dministrasi P MU SOSIAL SITAS SUM MEDA 2012 RAN AKHIR MBAYARA R PELAYA AKAM H :

: RINI HAR : 09260003

alah Satu Sy rogram Stud Perpajakan

L DAN ILM MATERA U AN 2 AN ANGSU ANAN PAJ RDIANTI 32 yarat di Diploma MU POLIT UTARA URAN PAJA JAK PRAT III TIK AK TAMA


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma – III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas akhir yang penulis ajukan adalah “ TATA CARA PENGURANGAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM ”.

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada Bapak Effendi dan Ibu Elliriana yang tercinta dan tersayang yang telah merawat, mendidik, membimbing, menyekolahkan hingga sekarang, memberikan kasih sayang dan cinta yang tak terhingga serta do’a restu, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan studi ini tepat pada waktunya.

Tugas akhir ini dibuat dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang telah penulis dapat selama menjalani studi di Program Studi Administrasi perpajakan. Sehingga, bilamana tugas akhir ini terdapat ketidaksempurnaan, penulis siap untuk di beri saran maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulis juga berharap laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa adminstrasi perpajakan yang selanjutnya untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.


(3)

Dengan selesainya tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dan membimbing penulis, maka secara khusus penulis mengucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, Msi selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH,M. Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Adi Gampo Yahya, M.AP selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan demi menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu pengetahuan mengenai perpajakan selama perkuliahan.

6. Seluruh Staff Karyawan Jurusan Program Studi administarsi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

7. Bapak Ridho Syarifuddin kepala seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON II), selaku supervisor penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(4)

8. Seluruh Staff Karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, khususnya buat abang M. zaky. Abang harnanto, dan abang saiful, atas saran – saran dan pengarahan yang diberikan demi kesempurnaan Tugas Akhir Penulis.

9. Bapak Ir. Effendi Julianto dan ibu Elliriana tercinta yang telah membimbing, mengarahkan serta mendukung saya dalam segala hal demi tercapainya cita – cita dan kesuksesan untuk kedepannya. Terkhusus dan terutama sekali kepada ibu saya yang telah menemani saya hingga larut malam dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

10.Dan kepada teman – teman yang mendukung dan memberikan saran kepada saya dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini, khususnya buat teman – teman Tax A 09, dan terutama buat Azmul Fauzi, Max Hendratmo, dan Nurida Khairuna, Irwan Dana yang sudah banyak membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Akhir Kata, demikanlah Tugas Akhir ini saya buat. Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

 

Medan, Juli 2012

Penulis Rini hardianti


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULAUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………. 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapanagn Mandiri ……….. 4

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………. 4

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………... 4

2.1 Bagi Mahasiswa ……….. 4

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ……….. 5

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan ….. 5

C. Uraian Teoritis ……… 6

1. Pengertian Pajak Secara Umum ……….. 6

2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25 ……… 7

3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 …………. 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………. 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ……….. 8

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………. 10


(6)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama ……….. 13 B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam ……… 15 C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama ……….. 15 1. Tugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama ……….. 15 2. Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama ………. 16 D. Pihak yang Terkait Dalam Proses Penyelesaian Pajak Penghasilan

Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam …………. 17

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pajak Penghasilan Pasal 25 ………. 19 1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25 ……… 19 2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25 ………….……… 19 3. Sebab dikeluarkannya Peraturan Pengurangan

Pajak Penghasilan Pasal 25 ………. 20 4. Subjek dan Objek ………. 21 5. Batas Waktu Pelaporan dan Pembayaran

Pajak Penghasilan Pasal 25 ………. 25 B. Syarat – syarat Permohonan Pengurangan Angsuran

Bulanan Pajak Penghasilan Pasal ………... 26 C. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 ……… 29


(7)

1. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 ………. 29 2. Perhitunagan Pajak Penghasilan Pasal 25 ……… 31 3. Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan

Bagi Wajib Pajak Tertentu ……….. 34

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan

Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ………. 35 B. Hambatan – hambatan yang Dihadapi ……… 38

C. Evaluasi ……… 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………. 41

B. Saran ……… 42


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil dalam menyelesaikan proses perkuliahan di Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU. Manfaat dari diadakannya mata kuliah praktik kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya di Kantor ataupun di tempat praktik, khususnya bidang Perpajakan. Memperkenalkan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU kepada masyarakat ataupun instansi tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul mengenai Pajak Penghasilan dalam menyelesaikan praktik kerja lapangan ini.

Pajak merupakan suatu iuran wajib ke Negara dan pengabdian serta berperan aktif warga Negara dan para anggota masyarakat untuk membiayai semua keperluan Negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur oleh Undang – Undang dengan tujuan untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara, dimana pajak sudah memberikan prestasi yang bisa dirasakan bagi masyarakat. Dalam menjalankan program Pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana target penerimaan tersebut dapat tercapai. Jika dana yang digunakan minim atau tidak mencukupi, maka pembangunan Nasional tidak akan tercapai. Jika hal ini terjadi maka Pemerintah harus berupaya keras bagaimana cara meningkatkan penerimaan Negara tersebut


(9)

sehingga dapat membiayai program Pemerintah seperti yang ditargetkan dalam APBN.

Agar penerimaan pajak dapat dioptimalkan maka diperlukan sistem perpajakan yang baik. Dalam upaya tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan dibidang Perpajakan, diantaranya adalah perubahan peraturan Undang – Undang Perpajakan hingga sistem perpajakan sesuai. Dalam hal ini dimaksudkan agar peraturan – peraturan tersebut sesuai dengan perkembangan ekonomi pada masa sekarang ini. Sistem perpajakan yang di terapkan sekarang adalah sistem Self Assesment. Sistem tersebut memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk menghitung. Memperhitungkan, menyetor serta melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri. Oleh karena itu, untuk mengurangi beban pajak bagi Wajib Pajak di akhir tahun, Direktorat Jenderal Pajak membuat sistem pembayaran pajak secara bulanan yang di atur dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung pajaknya secara bulanan dan menyetornya secara bulanan. Dengan pembayaran bulanan seperti ini secara tidak langsung memberikan keringanan bagi Wajib Pajak di akhir tahun.

Bagi Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari Bendaharawan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, pemberi kerja berupa Badan atau Orang Pribadi, Penyelenggara Kegiatan yang termasuk dalam pengertian Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat dengan mudah memperhitungkan Pajak Penghasilan Pasal 25. Tetapi bagi para Pengusaha, Badan Usaha, maupun para Pegawai yang menerima


(10)

Penghasilan Tidak Tetap sulit menentukan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut, dikarenakan penghasilan mereka setiap tahunnya jumlah penghasilannya belum tentu sama dengan tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, banyak para Pengusaha, Badan Usaha, maupun para Pegawai yang menerima Penghasilan Tidak Tetap tersebut terkadang sulit untuk membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 pada saat mereka mengalami kebangkrutan atau failed

ataupun yang sedang mengalami kerugian pada bulan – bulan tertentu. Oleh karena itu, para Wajib Pajak tersebut sering melakukan permohonan pengurangan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25. Bila Wajib Pajak yang kesulitan keuangan tersebut tidak membuat permohonan pengurangan pembayaraan, maka mereka akan telat membayar dan akan dikenakan sanksi sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar.

Mengingat pentingnya melakukan permohonan yang memudahkan para Wajib Pajak yang berpenghasilan tidak tetap tersebut, atas dasar – dasar pemikiran inilah maka saya sebagai penulis mengangkat judul penelitian : “ TATA CARA PENGURANGAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. ”


(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :

1.1 Untuk mengetahui syarat – syarat yang diajukan dalam mengajukan permohonan pengurangan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Untuk mengetahui tata cara penyelesaian permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat dijadikan sebagai wadah dalam pengembangan ilmu dan memperluas wawasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 25.

b. Agar dapat menerapkan teori – teori yang di dapat selama perkuliahan khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 khususnya mengenai administrasi perpajakannya.

c. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasiswa yang siap memasuki lingkungan kerja dengan tingkat persaingan yang sangat ketat.


(12)

d. Mengetahui masalah yang terjadi dalam pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Suatu sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan lembaga pendidikan program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritik yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja instansi.

c. Sarana untuk mencari/menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat kemampuan mahasiswa dengan tanggung jawab dan kerjasama yang baik.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU kepada masyarakat.

b. Membuka Interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(13)

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yng berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak Secara Umum

1.1 Menurut Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

1.2 Menurut Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang – Undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik ( Kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

( Mardiasmo, 2006 : 1 )

1.3 Menurut Soeparman Soemahamidjadja Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. ( Suandyy, 2008 : 9 ).


(14)

2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini juga dapat dijadikan sebagai kredit pajak atau pengurang dalam menghitung pajak yang terhutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalan Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa Tahunan.

Tujuan dari diberlakukannya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagai kredit pajak atau pengurang pajak dalam penghitungan pajak setahun adalah agar Wajib Pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajak secara sekaligus pada akhir tahun pajak, karena sifat pelunasan pajak untuk mencicil hutang pajaknya.

3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang harus disetor/dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Perundang – Undangan perpajakan yang berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang untuk setiap masa pajak harus dibayar selambat – lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhir masa pajak. Apabila Wajib Pajak tidak/kurang dibayar, atau terlambat membayar maka Waji Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar, atau terlambat dibayar dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal dilakukan pembayaran atas pajak yang tidak/kurang dibayar.


(15)

Sedangkan penyetorannya dilakukan melalui Kantor Pos atau Bank – bank Persepsi yang ditunjuk Pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran pajak (SSP). Surat Setoran pajak ini nantinya sebagai bukti bahwa Wajib Pajak sudah membayar dan sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran pajaknya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam khususnya di bagian Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) dan Pelayanan. Dalam Praktik Kerja Lapangan mandiri ini penulis ingin memfokuskan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentang Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 khususnya bagi Orang Pribadi. Data yang digunakan adalah data – data tahun terbaru pada saat ini serta masalah – masalah lain yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam Pengajuan Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pasal 25.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam Tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mulai dari pengajuan


(16)

judul, penentuan judul, mencari bahan untuk membuat proposal, pengajuan proposal, seminar proposal, penentuan dosen pembimbing dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang kan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang – Undang Perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek, tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

4. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan dipersentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.


(17)

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Daftar wawancara

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan – pertanyaan langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Pengumpulan data dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak – pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dalam praktik kerja lapangan mandiri.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang mendukung laporan penyajian praktik kerja lapangan mandiri.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen – dokumen atau data – data pendukung mengenai tata cara pengurangan pembayaran angsuran pajak penghasilan pasal 25.


(18)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan mandiri adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian teoritis mengenai Pajak Penghasilan Pasal 25, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dan Sistematiaka Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, Uraian Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini menguraikan tentang data – data yang berhubungan dengan Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak


(19)

Penghasilan Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membahas Tata Cara Proses Penyelesaian Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan mengevaluasi permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh para pegawai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan kantor inspeksi pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sektor pajak.

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan keputusan menteri keuangan republik Indonesia nomor 257/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama manjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus di bentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Kemdian pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :


(21)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasa Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama untuk memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak yang ada, yaitu : Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumut I. Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan melayani Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, selain itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga melakukan Pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ/2008 tangal 27 mei 2008 tentang saat mulai operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan


(22)

Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumut I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama ditetapkan mulai beroperasi tangal 27 mei 2008.

B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 8 seksi, 1 kelompok jabatan Fungsional I dan II, Sub Bagian Umum, yaitu :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Kelompok Jabatan Fungsional I dan II

C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama 1. Tugas di kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas barang Mewah, serta Pajak


(23)

Tidak langsung Lainnya, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

2. Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyelenggarakan fungsi :

2.1 Pengumpulan, Pencarian, dan Pengolahan data, Pengamatan Potensi Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.

2.2 Penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan.

2.3 Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. 2.4 Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

2.5 Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 2.6 Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2.7 Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 2.8 Pelaksanaan ekstensifikasi.

2.9 Pelaksanaan konsultasi perpajakan. 2.10 Pelaksanaan intensifikasi.


(24)

D. Deskripsi Kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Adapun deskripsi kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1.1 Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggrakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaraan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. 1.2 Bagian Keuangan

Tugasnya dalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.3 Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar dapat menunjang kelancaraan jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(25)

2. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi pelayanan yang tugasnya mengkoordinasikan pelayanan pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penatausahaan pendataan, pemindahan dan pencabutan identitas Wajib Pajak lainnya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan, dan surat Wajib Pajak lainnya, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kepala seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah :

a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan, surat Wajib Pajak lainnya, melakukan peñatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan, dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultsi (WASKON) I, II, III

Pada Seksi ini terdapat Account Representative yang masing – masing memiliki tugas. Tugas account representative sangat banyak, antara lainnya adalah :


(26)

a. Menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan. b. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan. c. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi

masalah perpajakan.

d. Melakukan pembaharuan data Wajib Pajak dan company profile. e. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.

f. Memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui pemanfaatan data.

g. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperoleh Wajib pajak.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari seorang kepala seksi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, serta ekstensifikasi Wajib Pajak, dan intensifikasi sesuai dengan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

Seksi pengolahan data dan informasi membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah :

a. Menerima dan memanfaatkan data intern dan data ekstern.

b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikategorikan menjadi data dikenal dn data tidak dikenal.


(27)

d. Mengirimkan back up data Kantor Pelayanan Pajak Patama Lubuk Pakam ke Kanwil DJP Sumut I secara periodik 2 minggu sekali.

 

5. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penelitian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

6. Seksi Penagihan

Seksi penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagiahan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen – dokumen penagihan.

Kepala Seksi Penagihan membawahi koordinator pelaksanaan yang tugasnya adalah:

a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah


(28)

7. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang tugasnya adalah :

a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan. b. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,

c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan yang selanjutnya akan ditindak lanjuti ke bagian Fungsional untuk diperiksa.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing – masing berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari supervisor, Ketua tim, dan anggota tim. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam memiliki 2 kelompok jabatan fungsional yang bertugas melakukan pemeriksaan lapangan maupun kantor yang data – datanya disiapkan oleh seksi pemeriksaan.


(29)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI

A. Pajak Penghasilan Pasal 25

1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini juga dapat dijadikan sebagai kredit pajak atau penguran dalam menghitung pajak yang terhutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalan Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa Tahunan.

Tujuan dari diberlakukannya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagai kredit pajak atau pengurang pajak dalam penghitungan pajak setahun adalah agar Wajib Pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajak secara sekaligus pada akhir tahun pajak, karena sifat pelunasan pajak untuk mencicil hutang pajaknya.

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25

Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25 dalah Undang – Undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang No. 36 tahun 2008.


(30)

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak Berjalan dalam Hal-Hal tertentu.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2009 tentang pengurangnya besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha.

3. Subjek dan Objek Pajak 3.1Subjek Pajak

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah :

a. Orang Pribadi.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggntikan yang berhak.

c. Badan, sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMNatau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun.

d. Badan Usaha Tetap (BUT). Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:


(31)

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. b. Subjek Pajak Luar Negeri adalah :

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

2. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indomesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

3.2Objek Pajak

Adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk


(32)

menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

a. Peggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiunan atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan. c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.


(33)

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintahan.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. s. Surplus Bank Indonesia.

4. Batas Waktu Pelaporan dan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang harus disetor/dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Perundang – Undanga perpajakan yang berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang untuk setiap masa pajak harus dibayar selambat – lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhir masa pajak. Apabila Wajib Pajak tidak/kurang dibayar, atau terlambat membayar maka Waji Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang


(34)

dibayar, atau terlamabat dibayar dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal dilakukan pembayaran atas pajak yang tidak/kurang dibayar.

Sedangkan penyetorannya dilakukan melalui Kantor Pos atau Bank – bank Persepsi yang ditunjuk Pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran pajak (SSP). Surat Setoran pajak ini nantinya sebagai bukti bahwa Wajib Pajak sudah membayar dan sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran pajaknya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.

Setelah Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tersebut dibayar di kantor pos ataupun di bank – bank persepsi, wajib pajak harus melaporkan pembayaran tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar. Pelaporan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 harus dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan selambat – lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Apabila Surat Pemberitahuan Masa tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) Undang – Undang Nomor 16 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda untuk SPT Masa Sebesar Rp 100.000.


(35)

B. Syarat – Syarat Permohonan Pengurangan Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25.

Dalam permohonan pengurangan angsuran bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 yang diajuakan oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan harus memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 7 Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000.

Adapun Syarat – syarat yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut adalah :

1. Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.

2. Wajib pajak menyampaikan surat permohonan secara tertulis menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

3. Dalam pengajuan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Wajib Pajak harus menyampaikan perhitungan besarnya pajak penghasilan yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya Pajak


(36)

Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.

4. Dalam mengajukan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, wajib pajak juga harus melampirkan foto copy SPT tahun sebelumnya, proyeksi neraca laba – rugi untuk tahun kedepannya. Apabila dia Badan usaha dapat juga melampirkan foto copy akta notaris penonaktifan perusahaan, atapun yang berhubungan dengan perusahaan.

5. Jangka waktu penyelesaian surat permohonan yang diajukan oleh wajib pajak adalah selama 1 bulan. Selama itu surat permohonan akan diproses dan diteliti oleh Account Repsentative Wajib Pajak. Bila telah selesai diteliti, Account Representative akan membuat uraian penelitian yang berisi surat permohonan itu dikabulkan ataupun ditolak.

6. Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya dengan lengkap surat permohonan pengurangan, kepala Kantor Pelayanan tidak memberikan keputusan, maka permohonan pengurangan tersebut dianggap diterima dan wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak penghasilan pasal 25 sesuai dengan perhitungannya.

7. Apabila dalam suatu tahun pajak wajib pajak mengalami peningkatan usaha yang diperkirakan pajak penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% dari pajak penghasilan yang terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan


(37)

yang tersisa sampai dengan akhir tahun pajak yang bersangkutan dihitung kembali berdasarkan pajak penghasilan yang diperkirakan terutang tersebut. 8. Selama belum ada tanggapan dari kantor pelayanan pajak, maka wajib pajak

harus tetap membayar angsuran seperti bulan – bulan yang lalu. Jangka waktu pemerosesan adalah 1 bulan sejak saat permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal 1 bulan tidak bisa dipenuhi oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan sesuai dengan perhitungan Wajib Pajak.

C. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 1. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Pajak Pengahasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun berjalan. Angsuran pajak penghasilan pasal 25 dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan pada SPT tahunan. Cara penghitung pajak penghasilan pasal 25 adalah :

Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dekurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong atau dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh di


(38)

kreditkan (PPh 21,22,23,dan 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

PPH Pasal 25 =

PPH terutang menurut SPT Tahun lalu – Kredit Pajak (21,22,23,24 tahun lalu) 12

Contoh:

Penghasilan Tuan Ali menurut SPT Tahun 2009 adalah sebesar Rp 50.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong atau dipungut:

PPh Pasal 21 Rp 10.000.000 PPh Pasal 22 Rp 10.000.000 PPh pasal 23 Rp 5.000.000 PPh pasal 24 Rp 8.000.000

Hitunglah besar PPh pasal 25 untuk tahun 2010?

Penghasilan Rp 50.000.000

Kredit Pajak

PPh Pasal 21 Rp 10.000.000 PPh Pasal 22 Rp 10.000.000 PPh Pasal 23 Rp 5.000.000 PPh Pasal 24 Rp 8.000.000 +


(39)

PPh Kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp 17.000.000 Besarnya angsuran PPH Pasal 25 =

Rp 17.000.000/12 = Rp 1.416.666

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Mengingat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi selambat – lambatnya bulan ke-3 setelah berakhirnya tahun pajak, untuk Wajib Pajak Badan bulan ke – 4 setelah berakhirnya tahun pajak, maka untuk angsuran tahun pajak berikutnya masa Januari sampai dengan Maret untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan masa Januari sampai dengan April untuk Wajib Pajak Badan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 maka besarnya angsuran yang harus di bayar sama jumlahnya dengan bulan Desember tahun pajak yang lalu.

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

Yang dimaksud penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal – hal tertentu adalah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal :

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian. Kompensasi kerugian adalah kompensasi kerugian fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, sesuai dengan ketentuan Pasal 31A Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983


(40)

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penghasilan tanpa kompensasi dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

2. Wajib Pajak memperoleh Penghasilan Tidak Teratur. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur adalah sebesar pajak peghasilan yang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan neto menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan memulai batas waktu


(41)

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak yang lalu dan bersifat sementara.

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan – bulan mulai batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada saat mengajukan permohonan ijin perpanjangan.

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan tersebut dengan memperhatikan ketentuan, apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan lebih besar dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 terutang bunga untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran


(42)

Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing – masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran atau besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan lebih kecil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat dipindahbukukan ke Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan – bulan berikut setelah penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan dan berlaku surut mulai batas waktu penyampian Surat Pemberitahuan Tahunan.

6. Terjadi Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Apabila perubahan tesebut terjadi setelah 3 bulan atau lebih berjalan dalan satu tahun pajak, Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.


(43)

3. Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Tertentu

Menurut Peraturan Perundang – undangan Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) Menteri Keuangan berwenang menetapkan perhitungan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 bagi :

1. Wajib Pajak Baru 2. Wajib Pajak Bank

3. Badan Usaha Milik Negara 4. Badan Usaha Milik Daerah 5. Wajib Pajak Tertentu lainnya.

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dibagi 12 atau banyaknya bulan dalan bagian tahun pajak.


(44)

BAB IV

ANALISA LAPORAN

A. Pelaksanan Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan maupun Keputusan Direktorat Jendral Pajak banyak terdapat kemudahan maupun kesulitan dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25. Oleh karena itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama memberikan kemudahan ataupun fasilitas kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Maupun Badan dalam penyampaian surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, antara lain :

1. Mendapat Pengurangan penghasilan hingga 75% yang dengan dibuktikan adanya laporan keuangan bagi perusahaan dan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan norma.

2. Dapat mengajukan permohonan pengurangan lebih dari satu kali.

3. Jangka waktu proses permohonan paling lama 1 bulan sejak surat permohonan diterima dengan lengkap.

B. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

Dalam menyelesaikan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25, ada beberapa tata cara penyelesaiannya, sebagai berikut :


(45)

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 beserta kelengkapannya ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). Bukti Penerimaan Surat (BPS) diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative membuat dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor.


(46)

Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui laporan yang dibuat, Account Representative harus memperbaiki dokumen tersebut terlebih dahulu. 5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan

Penelitian Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui laporan yang telah dibuat, Account Representative harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 6. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan

Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan. Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 diterbitkan dalam rangkap dua :

a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak

b. Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak

7. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.


(47)

10.Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 11.Proses selesai.

Pada Tahun Pajak 2010 dan 2011 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tidak ada yang mengajukan permohonan pemgurangan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. (Dapat di lihat di tabel lampiran 4.1 dan 4.2)

 

C. Hambatan – Hambatan Yang Dihadapi

Dalam menyelesaikan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini, ada beberapa hambatan – hambatan yang dialami oleh para account representative dalam melakukan penelitian surat permohonan. Antara lain hambatan – hambatan yang dihadapi adalah :

1. Syarat – syarat yang dilampirkan didalam surat permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan syarat – syarat yang sudah ditentukan sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 pasal 7. Tetapi banyak Wajib pajak yang tidak melengkapi


(48)

syarat – syarat tersebut, yang menyebabkan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut ditolak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

2. Alamat Usaha Wajib Pajak tidak benar atau Wajib Pajak telah Pindah. Didalam surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan alamat Wajib Pajak. Tetapi kadang kala ada saja Wajib Pajak yang melampirkan alamat yang salah ataupun Wajib Pajak tersebut telah pindah sebelum surat permohonannya sampai ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

3. Laporan Laba Rugi atau pembukuan yang dilampirkan tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak melampirkan laporan raba rugi bagi Wajib Pajak Badan atau melampirkan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pembukuan dengan penghitungan norma.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dari bab – bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menutut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar/terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, 22, 23, dan 24 kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. 2. Batas waktu pembayaran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

Pasal 25 adalah tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir, sedangkan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

3. Walaupun angsuran Pajak Penghasilan 25 sudah ditetapkan sama seperti dalam penetapan Pajak Penghasilan terutang, tetapi masih bisa dilakukan pengurangan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan syarat apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan,


(50)

permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan. Permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan 25 ini juga harus memenuhi ketentuan syarat apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, ternyata Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

4. Penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh pasal 25 adalah penghasilan teratur

5. Untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sama dengan angsuran bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan yang dapat kiranya dijadikan bahan pertimbangan dalam Tugas Akhir ini antara lain :

1. Perlu dibuat peraturan yang bisa mengakomodasi segala kondisi ekonomi yang mungkin terjadi sehingga tidak perlu lagi membuat peraturan khusus yang bersifat temporer dan mencakup kondisi saja, misalnya dalam


(51)

Per-10/PJ/2009 yang hanya secara khusus mengatur pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha. Dan hanya dalam Per-10 ini baru ditentukan batas maksimal pengurangannya yaitu Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Jadi perlu diatur juga mengenai batas maksimal pengurangan angsuran PPh 25 pada aturan yang di atasnya.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pajak khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan dengan jalan memberikan penyuluhan, baik secara langsung maupun media – media yang ada agar Wajib Pajak dapat memahami kewajiban dan hak perpajakannya.

3. Bila dalam proses penelitian, Account Representative menemukan syarat – syarat maupun lampiran – lampiran yang di sampaikan oleh Wajib Pajak tidak lengkap, sebaiknya Wajib Pajak disuruh untuk melengkapi permohonan dengan cara disurati dari kepala Kantor Pelayanan Pajak yang namanya terdaftar dan surat permohonan yang telah disampaikan terlebih dahulu tetap di proses.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2006. Perpajakan. Andi: Yogyakarta.

Suandy, Early, 2008. Hukum Pajak, Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

http://www.google.com http://www.pajak.go.id

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak Berjalan dalam Hal-Hal tertentu.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2009 tentang pengurangnya besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha.


(1)

10.Surat Keputusan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 11.Proses selesai.

Pada Tahun Pajak 2010 dan 2011 dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tidak ada yang mengajukan permohonan pemgurangan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. (Dapat di lihat di tabel lampiran 4.1 dan 4.2)

 

C. Hambatan – Hambatan Yang Dihadapi

Dalam menyelesaikan permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini, ada beberapa hambatan – hambatan yang dialami oleh para account representative dalam melakukan penelitian surat permohonan. Antara lain hambatan – hambatan yang dihadapi adalah :

1. Syarat – syarat yang dilampirkan didalam surat permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan syarat – syarat yang sudah ditentukan sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 pasal 7. Tetapi banyak Wajib pajak yang tidak melengkapi


(2)

syarat – syarat tersebut, yang menyebabkan surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut ditolak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

2. Alamat Usaha Wajib Pajak tidak benar atau Wajib Pajak telah Pindah. Didalam surat permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak harus melampirkan alamat Wajib Pajak. Tetapi kadang kala ada saja Wajib Pajak yang melampirkan alamat yang salah ataupun Wajib Pajak tersebut telah pindah sebelum surat permohonannya sampai ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

3. Laporan Laba Rugi atau pembukuan yang dilampirkan tidak lengkap. Pada saat mengajukan surat permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak melampirkan laporan raba rugi bagi Wajib Pajak Badan atau melampirkan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pembukuan dengan penghitungan norma.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dari bab – bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menutut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar/terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, 22, 23, dan 24 kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. 2. Batas waktu pembayaran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

Pasal 25 adalah tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir, sedangkan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

3. Walaupun angsuran Pajak Penghasilan 25 sudah ditetapkan sama seperti dalam penetapan Pajak Penghasilan terutang, tetapi masih bisa dilakukan pengurangan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan syarat apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan,


(4)

permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan. Permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan 25 ini juga harus memenuhi ketentuan syarat apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, ternyata Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

4. Penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh pasal 25 adalah penghasilan teratur

5. Untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sama dengan angsuran bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan yang dapat kiranya dijadikan bahan pertimbangan dalam Tugas Akhir ini antara lain :

1. Perlu dibuat peraturan yang bisa mengakomodasi segala kondisi ekonomi yang mungkin terjadi sehingga tidak perlu lagi membuat peraturan khusus yang bersifat temporer dan mencakup kondisi saja, misalnya dalam


(5)

Per-10/PJ/2009 yang hanya secara khusus mengatur pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha. Dan hanya dalam Per-10 ini baru ditentukan batas maksimal pengurangannya yaitu Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Jadi perlu diatur juga mengenai batas maksimal pengurangan angsuran PPh 25 pada aturan yang di atasnya.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pajak khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan dengan jalan memberikan penyuluhan, baik secara langsung maupun media – media yang ada agar Wajib Pajak dapat memahami kewajiban dan hak perpajakannya.

3. Bila dalam proses penelitian, Account Representative menemukan syarat – syarat maupun lampiran – lampiran yang di sampaikan oleh Wajib Pajak tidak lengkap, sebaiknya Wajib Pajak disuruh untuk melengkapi permohonan dengan cara disurati dari kepala Kantor Pelayanan Pajak yang namanya terdaftar dan surat permohonan yang telah disampaikan terlebih dahulu tetap di proses.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2006. Perpajakan. Andi: Yogyakarta.

Suandy, Early, 2008. Hukum Pajak, Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta. http://www.google.com

http://www.pajak.go.id

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak Berjalan dalam Hal-Hal tertentu.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2009 tentang pengurangnya besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha.