METODE PENELITIAN EVALUASI PENGUJIAN DINDING GESER PANEL CROSS LAMINATED TIMBER (CLT) DARI TIGA JENIS KAYU RAKYAT | . | ForestSains 6662 22163 1 SM

J. ForestSains 11 2 : Juni 2014 99 -109 ISSN : 1693 - 5179 100 lebih merata sehingga dapat dipergunakan untuk produk konstruksi struktural. Produk CLT dapat diaplikasikan untuk elemen lantai, dinding atap,dan juga dapat dibentuk untuk penggunaan jendela, pintu, bahkan panel CLT dapat dibuat melengkung dengan radius yang cukup lebar Wood Naturally Better 2010. Di Austria dan Jerman, produk CLT digunakan sebagai dinding pada bangunan bertingkat seperti sekolah dan perumahan. CLT juga diaplikasikan sebagai dek pada jembatan. Salah satu contohnya adalah jembatan di Jalan Wandritsch Kota Murau Styria Austria Mendegarian dan Milev 2010. Dinding geser Shearwal sebagai komponen dinding merupakan elemen vertikal pada sistem tahanan gaya lateral lateral force resisting yang berfungsi menopang diagfragma dan memindahkan gaya-gaya lateral ke arah pondasi APA, 2004. Penelitian mengenai dinding geser CLT telah dilakukan Dujic et.al 2007 pada bangunan yang terletak di daerah rawan gempa, hasilnya menunjukkan bahwa dinding CLT memiliki kekakuan dan kapasitas dukung beban yang relatif tinggi. Dinding geser dari CLT dapat dibuat menggunakan kayu dari hutan tanaman rakyat, diharapkan menghasilkan nilai kekuatan dan kekakuan yang tinggi sebagai komponen bangunan rumah kayu. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui karakteristik fisis dan mekanis panel CLT sebagai elemen dinding geser dari tiga jenis kayu rakyat.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 – Maret 2014 di laboratorium pengerjaan kayu bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, laboratorium keteknikan kayu bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan IPB serta laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu sengon Paraserianthes falcataria, kayu nangka Artocarpus heterophyllus Lamk dan kayu Mindi Melia azedarach L. Perekat yang dipakai adalah perekat Isosianat jenis Koyo Bond KR-560 Aqueous Polymer-Isocyanate Adhesive dengan hardener : Koyo Bond crosslinker AP. Komponen dinding geser dibuat menjadi tiga contoh uji panel CLT dengan orientasi sudut 90 ⁰ yang menggunakan tiga jenis kayu. Pembuatan panel dinding geser diawali dengan penyusunan dan perekatan lamina-lamina berukuran tebal 3 cm, lebar 14 cm dan panjang 168 cm dalam 5 lapisan lamina yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Lapisan sejajar ditempatkan pada bagian permukaan atas, tengah dan bawah. Sedangkan lapisan bersilang terletak diantara ketiga lapisan tersebut. Lapisan sejajar dan lapisan bersilang kemudian direkatkan per lapisan dengan menggunakan perekat isosianat dengan berat labur 280 g m -2 pada dua permukaan double spread dengan orientasi sudut 90 ⁰ pada masing-masing jenis kayu. Panel CLT kemudian dirakit menjadi dinding panel CLT dengan ukuran akhir 15 cm x 84 cm x 168 cm pada dimensi tebal, lebar dan panjang. Panel-panel dinding geser kemudian dikempa menggunakan mesin kempa dingin dengan tekanan pengempaan berkisar 15 MPa dan dikondisikan selama 1 minggu. Tahapan selanjutnya dilakukan pengujian dinding geser panel CLT meliputi pengujian sifat fisis kadar air, kerapatan, kembang susut volume dan delaminasi, sifat mekanis keteguhan geser rekat dan pengujian dinding geser panel CLT. Pengujian sifat mekanis dinding geser panel CLT menggunakan uji racking, berdasarkan draf Standar Internasional ISODIS 2009 No 22452 tentang ”Timber Structure-Structural Insulated Panel Wall-test method. Gambar 1 menunjukkan grafik tahapan pengujian uji racking dinding geser CLT yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu yaitu : 1. Siklus beban stabil stabilizing load cycle berupa penambahan beban seberat 0,1 F max, est yang berfungsi sebagai stabilisasi contoh uji, 2. Siklus J. ForestSains 11 2 : Juni 2014 99 -109 ISSN : 1693 - 5179 101 beban kekakuan stiffness load cycle berupa penambahan beban sampai berat 0,4 F max,est yang dilakukan secara bertahap berupa beban 0,1 F max,est untuk mendapatkan nilai kekakuan benda uji dan 3. Uji kekuatan strength test berupa penambahan beban sebesar 0,1 F max,est secara bertahap sampai tercapai F max dari benda uji Gambar 1 Grafik tahapan pengujian Racking Shear wall CLT sumber ISODIS 22452 Analisis Data Hasil pengujian komponen dinding geser panel CLT berupa : 1 Kekakuan racking racking stiffness dihitung dengan menggunakan rumus [ ] N mm -1 , 2 Kekuatan racking racking strength, yaitu berupa nilai maksimum beban racking F max yang diperoleh pada uji kekuatan dan 3 Rekaman displacement. Sebaran data rataan sifat fisis dinding panel CLT ditampilkan dalam bentuk histogram. Analisis data pengamatan dilakukan dengan menggunakan metoda deskripsi kuantitatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Rataan nilai kadar air dinding geser panel CLT dari ketiga jenis kayu berkisar antara 13.00 sampai 14.60 . Besarnya persentase kadar air tergantung dari jenis kayunya. Hasil penelitian Apriliana 2012 memperlihatkan bahwa nilai rata- rata kadar air CLT sengon menurut kombinasi ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina sebesar 12,66 . Sedangkan penelitian Riztian 2013 nilai rata-rata kadar air CLT yang dihasilkan dari kayu nangka sebesar 14.97 . Hasil penelitian tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian ini. Perbedaan ketebalan J. ForestSains 11 2 : Juni 2014 99 -109 ISSN : 1693 - 5179 102 tidak banyak berpengaruh terhadap kadar air CLT yang dihasilkan. Rataan kadar air dinding geser panel CLT kayu nangka 14.60 lebih tinggi dibanding dengan kadar air panel CLT sengon 13 dan mindi 14.02 . Perbedaan kadar air ini disebabkan, karena kayu nangka tersusun dari lamina yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi sehingga dinding selnya lebih tebal dan memiliki air terikat pada dinding sel yang lebih besar. Disamping itu, perbedaan kadar air CLT juga dapat disebabkan oleh perbedaan kadar air lamina sebelum direkat. Menurut Moody et.al. 1999, perbedaan maksimum kadar air tiap lamina adalah sebesar 5. Hasil penelitan menunjukkan bahwa perbedaan kadar air tiap lamina untuk ketiga jenis kayu masih dibawah 5 . Gambar 2. Kerapatan rata-rata dinding geser panel CLT dari kayu sengon, mindi dan nangka Rataan kerapatan dinding geser panel CLT Gambar 2 dari ketiga panel CLT sengon, mindi dan nangka masing-masing 0.32 g cm -3 , 0.47 g cm -3 dan 0.64 g cm -3 . Terjadi peningkatan kerapatan CLT relative berbeda bila dibandingkan dengan kerapatan kayunya. Peningkatan ini disebabkan adanya lapisan campuran perekat dan pemadatan akibat pengempaan dingin. Hasil penelitian Apriliana 2012 menunjukkan nilai rata- rata kerapatan CLT sengon tebal 5 cm sebesar 0.33 g cm -3 , sedangkan Riztian 2013 nilai rata- rata kerapatan CLT yang dihasilkan dari kayu nangka tebal 5 cm sebesar 0.59 gr cm -3 . Kerapatan panel CLT nangka yang dihasilkan penelitian ini berbeda dengan kerapatan yang dihasilkan oleh Riztian 2013. Kerapatan akhir panel dapat dipengarui oleh beberapa faktor, seperti jumlah lapisan penyusun panel, kadar perekat dan besarnya tekanan kempa. Panel CLT nangka memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan panel CLT sengon dan mindi. Hal ini dikarenakan perbedaan ketebalan dinding sel tiap lamina. Kecenderungan sel yang memiliki dinding tebal dan lumen kecil memiliki kerapatan tinggi, sebaliknya sel yang memiliki dinding tipis dan lumen besar memiliki kerapatan yang rendah Ruhendi et al. 2007. Rataan pengembangan dan penyusutan volume dinding geser panel CLT dari ketiga jenis jenis kayu disajikan pada Gambar 3. 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Sengon Mindi Nangka K e ra p a ta n g c m -3 Jenis kayu ISSN : 1693 - 5179 103 Gambar 3 Persentase kembang-susut volume rata-rata dinding ges er panel CLT dari kayu sengon, mindi dan nangka Rataan pengembangan volume panel CLT berkisar antara 2.35 sampai dengan 5.26 dan penyusutan volume berkisar antara 3.30 sampai dengan 4.5 . Nilai pengembangan dan penyusutan volume pada katiga panel CLT tidak jauh berbeda. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan yang begitu besar antara kembang dan susut kayu. Panel CLT nangka memiliki nilai kembang-susut volume rata-rata tertinggi dibanding panel CLT sengon dan mindi. Hal ini dikarenakan panel CLT nangka disusun dari lamina yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi dari kayu sengon dan mindi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Haygreen dan Bowyer 1986, bahwa variasi dalam penyusutan disebabkan beberapa faktor, salah satu diantaranya kerapatan kayu. Semakin tinggi kerapatan kayu maka semakin besar kecenderungannya untuk menyusut. Nilai penyusutan yang tinggi menunjukkan bahwa panel CLT nangka mempunyai sifat yang dimensinya tidak stabil dibanding dari panel CLT sengon dan mindi. Panel CLT sengon dengan nilai penyusutan yang rendah mengindikasikan bahwa panel CLT ini lebih stabil dibanding dengan panel CLT nangka dan mindi. Rataan delaminasi air dingin dan air panas dinding geser panel CLT dari ketiga jenis kayu disajikan pada Gambar 4. 1 2 3 4 5 6 7 Sengon Mindi Nangka ke m b a n g -s u su t v o lu m e Jenis kayu kembang volume susut volume 104 Gambar 4. Persentase delaminasi air dingin dan delaminasi air panas dinding geser panel CLT dari kayu sengon,mindi dan nangka Rataan delaminasi perendaman air dingin panel CLT sengon, mindi dan nangka masing- masing sebesar 3.87 , 7.65 dan 14.80 . Panel CLT sengon dan mindi telah memenuhi standar Japanes Agricultural Standard for Glued Laminated Timber Notification No 234 tahun 2003 JPIC 2003 yang mensyaratkan nilai delaminasi air dingin maksimal sebesar 10. Sementara panel CLT nangka belum memenuhi persyaratan standar JAS 234:2003. Rataan delaminasi perendaman air panas panel CLT sengon,mindi dan nangka masing-masing sebesar 5.53 , 21.40 dan 36.88 . Panel CLT dari ketiga jenis kayu belum memenuhi standar JAS 234:2003 yang mensyaratkan nilai delaminasi air mendidih maksimal sebesar 5. Perekat isosianat yang digunakan dalam penelitian ini belum mampu bertahan dalam kondisi panas, sehingga perekat ini kurang cocok digunakan pada struktur bangunan eksterior dengan kondisi yang ekstrim. Hasil pengujian sifat fisis dari Panel CLT pada penelitian ini dapat digolongkan berdasarkan peraturan kayu yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI 1961, kelas kuat kayu dapat digolongkan berdasarkan berat jenis pada kondisi kering udara. Dari pengujian yang telah dilakukan, panel CLT sengon dapat digolongkan sebagai kelas kuat IV, panel CLT mindi digolongkan sebagai kelas kuat III dan panel CLT nangka digolongkan ke dalam kelas kuat II. Karakteristik Mekanis Pengujian keteguhan rekat dilakukan untuk mengetahui kinerja perekat pada panel CLT yang dihasilkan. Rataan keteguhan geser rekat panel CLT dari tiga jenis kayu disajikan pada Gambar 5 . 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sengon Mindi Nangka D e la m in a si Jenis kayu Delaminasi air dingin Delaminasi air panas J. ForestSains 11 2 : Juni 2014 99 -109 ISSN : 1693 - 5179 105 Gambar 5. Keteguhan geser rekat rata-rata panel CLT dari kayu sengon, mindi dan nangka Rataan keteguhan rekat geser panel CLT sengon, mindi dan nangka masing-masing sebesar 18.95 kg cm -2 , 31.36 kg cm -2 dan 29.09 kg cm -2 . Keteguhan rekat panel CLT mindi lebih besar dibanding panel CLT sengon dan nangka. Walaupun CLT nangka memiliki kerapatan yang lebih besar dari CLT mindi, namun keteguhan gesernya lebih rendah, hal ini diduga disebabkan adanya zat ekstraktif yang bersifat menghalangi proses penetrasi dan pematangan perekat. Sugiarti 2010 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan rekat antara lain kadar zat ekstraktif kayu, keadaan permukaan yang direkat, kadar air kayu, tekanan dan waktu kempa. Karakteristik Struktur Dinding Geser Pengujian racking pada struktur dinding geser panel CLT menggunkan alat ukur tranduser yang terhubung dengan data logger lewat kabel data. Tranduser merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengetahui besarnya defleksi yang terjadi pada setiap beban yang diberikan pada strujtur panel dinding geser. Tranduser dipasang secara vertikal dan horizontal pada sampel uji dinding geser. Ketika sampel panel dinding geser CLT diberi beban lateralhorizontal, tranduser tersebut akan bergerak menunjukkan nilai dari peralihan displacement. Hubungan antara peralihan vertikal dan horizontal ditunjukan pada Gambar 6. 5 10 15 20 25 30 35 40 Sengon Mindi nangka K e te g u h a n g e se r re ka t kg c m -2 Jenis kayu ISSN : 1693 - 5179 106 Gambar 6. Hubungan antara peralihan horizontal mm dan peralihan vertikal mm pada dinding geser panel CLT sengon, mindi dan nangka Gambar 6 menunjukkan bahwa peralihan horizontal menghasilkan nilai yang lebih besar dibanding dengan peralihan vertikal. Oleh sebab itu dalam perhitungan nilai racking test yang digunakan adalah peralihan dari tranduser horisontal. Nilai peralihan vertikal sangat kecil sehingga dapat diabaikan pengaruhnya terhadap pergerakanperalihan struktur dinding geser. Dinding geser panel CLT sengon memiliki nilai peralihan dari kedua tranduser yang lebih besar dibanding dengan panel CLT nangka dan mindi. Uji racking yang dilakukan pada dinding geser panel CLT menghasilkan data berupa beban dan peralihan Gambar 7. Gambar 7. Hubungan antara beban N dan peralihan mm pada dinding geser panel CLT sengon, mindi dan nangka -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 40 10 20 30 40 50 P e ra li h a n v e rt ika l m m Peralihan horisontal mm sengon mindi nangka 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 -10 10 20 30 40 50 B e a b a n N Peralihan mm Sengon mindi nangka J. ForestSains 11 2 : Juni 2014 99 -109 ISSN : 1693 - 5179 107 Gambar 7 menujukkan hubungan antara beban N dan peralihan mm dinding geser panel CLT dari tiga jenis kayu. Semakin besar beban yang diberikan, nilai peralihannya juga semakin besar. Beban yang dimaksud disini adalah nilai racking strength kekuatan yakni beban maksimal yang dapat ditahan oleh dinding geser sebelum dinding geser tersebut mengalami kehancuran. Sementara itu, peralihan merupakan perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu titik dalam skala waktu dan ruang. Hasil pengujian menunjukkan, dinding geser panel CLT kayu nangka dapat menahan beban terbesar dibandingkan dengan dinding geser panel CLT mindi dan sengon. Hal ini disebabkan karena dinding geser panel CLT nangka tersusun dari lamina yang memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan kerapatan CLT sengon dan mindi. Dinding geser panel CLT nangka, mindi dan sengon masing- masing mencapai beban maksimal sebesar 146020 N pada peralihan 37.46 mm, 117600 N pada peralihan 22.22 mm dan 129360 N pada peralihan 46.99 mm. Nilai racking stiffness kekakuan pada dinding geser dimaksudkan besarnya beban yang diperlukan untuk menggeser dinding geser panel CLT sejauh 1 satu mm. Nilai kekakuan dinding geser panel CLT sengon, mindi dan nangka masing-masing sebesar 7388 N mm -1 , 12521 N mm -1 , dan 9402 N mm -1 . Nilai kekakuan dinding geser panel CLT tertinggi terdapat pada dinding geser mindi. Sifat kekauan dinding geser tergantung dari mutu lamina-lamina penyusun dinding CLT, semakin tinggi mutu kayu lamina, penyusun dinding geser panel CLT, maka semakin tinggi pula kekuatan dinding geser panel CLT yang dihasilkan. Disamping itu, proses perekatan dan pengempaan juga memiliki pengaruh terhadap kekakuan dinding geser panel CLT. Beban maksimal yang dihasilkan dinding panel CLT pada kayu spruce sekitar 60000 N pada peralihan 15 mm Dujic, et.al 2007. Tjondro et.al 2011 mengemukakan nilai kekuatan dan kekakuan dinding geser panel CNLT Cross Nail Laminated Timber dari kayu sengon masing- masing sebesar 13260 N sampai1 7700 N dan 900 N mm -1 sampai 1137 N mm -1 . Nilai kekuatan dan kekauan dari penelitian ini dengan menggunakan kayu sengon, mindi dan nangka masih lebih besar, hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan ukuran sampel uji,jenis kayu dan jenis perekat yang digunakan. Dujic et.al 2007 menyatakan dinding kayu utuh memiliki kapasitas beban dan kekakuan yang tinggi dibanding dengan dinding kayu dengan bukaan. Panel dinding dengan bukaan memiliki kekakuan geser yang lebih rendah namun kapasitas dukung yang tidak berkurang banyak, karena kegagalan sebagian besar terkonsentrasi didaerah-daerah penahan dan disudut-sudut sekitar bukaan.

IV. KESIMPULAN