2
Buletin E k onomi Moneter dan Perbank an, September 1999
I. Pendahuluan
B
eralihnya sistem nilai tukar Rupiah dari sistem mengambang terkendali menjadi sistem yang mengambang penuh memberikan beberapa implikasi terhadap
pengendalian moneter di Indonesia. Secara teori, dalam sistem nilai tukar
mengambang penuh kebijakan moneter akan semakin efektif khususnya apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara internasional semakin sempurna. Setiap terjadi tekanan nilai
tukar Rupiah sebagai efek kebijakan moneter akan disesuaikan melalui pengaruh suku bunga terhadap aliran modal dan pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap
penawaran ekspor dan permintaan impor. Melalui mekanisme demikian, neraca transaksi berjalan berfungsi sebagai alat mekanisme penyesuaian yang penting sehingga overall Balance
of Payment BOP selalu dalam ekuilibrium.
Dengan demikian, kebijakan moneter dalam sistem nilai tukar Rupiah yang fleksibel secara teori memerlukan sensivitas yang tinggi antara suku bunga domestik terhadap aliran
modal internasional dan keeratan hubungan negatif antara nilai tukar Rupiah dengan suku bunga serta elatisitas yang tinggi antara perubahan nilai tukar Rupiah dengan
penawaran ekspor dan permintaan impor. Selain itu, nilai tukar Rupiah yang fleksibel dan stabil juga harus tetap dijaga agar tidak memberikan tekanan pada harga-harga domestik.
Oleh karena suku bunga tampak memegang peranan vital dalam pengendalian moneter dalam sistem nilai tukar yang fleksibel, maka pendekatan pengendalian moneter
diusulkan untuk menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional dengan inflasi sebagai sasaran tunggal. Suku bunga sebagai sasaran operasional akan diuji transmisinya
secara detail mulai dari suku bunga overnight, suku bunga deposito, suku bunga SBI lelang, dan suku bunga kredit. Selain menfokuskan pada variabel suku bunga, juga akan diteliti
besarnya excess reserve bank yang optimal dan compatibel dengan sasaran suku bunga.
Untuk mencapai sasaran inflasi dengan baik, maka perlu dicari sasaran antara yang dekat hubungannya dengan inflasi. Sasaran antara ini dapat berupa suku bunga jangka
panjang seperti suku bunga deposito 3 bulan atau lebih dan nilai tukar Rupiah, baik secara nominal maupun riil, atau kombinasi antara keduanya yang disebut Monetary Condition
Index MCI. Perlu tidaknya digunakan sasaran antara tergantung pada keeratan hubungan
antara suku bunga jangka pendek dengan inflasi. Apabila suku bunga jangka pendek dapat langsung mempengaruhi laju inflasi dengan meyakinkan, tidak diperlukan sasaran antara
seperti di beberapa negara yang menerapkan inflation targeting yakni Australia, Inggris dan Spanyol. Bank of Japan yang tidak menerapkan inflation targeting juga tidak memiliki sasaran
antara. Sedangkan yang memakai MCI sebagai sasaran antara adalah New Zealand, Swedia dan Kanada.
3
Pengendalian Moneter D alam Sistem N ilai T uk ar yang F lek sibel
Transmisi perubahan nilai tukar Rupiah ke inflasi dapat melalui dua saluran. Pertama, melemahnya nilai tukar Rupiah akan menaikkan biaya produksi yang memakai barang
impor sehingga menaikkan harga. Tekanan harga ini akan diperburuk jika para buruh melakukan desakan kenaikan upah nominal dalam rangka mempertahankan upah riilnya.
Kedua, harga non-tradable goods yang relatif lebih murah dibandingkan harga tradable goods akan mendorong permintaan non-tradable goods sehingga meningkatkan harga domestik.
Kenaikan harga ini akan dipacu lagi jika suku bunga relatif rendah. Sasaran akhir dari pengendalian moneter dalam sistem nilai tukar fleksibel adalah inflasi. Jenis inflasi yang
digunakan untuk mengukur efektivitas kebijakan moneter biasanya underlying inflation seperti yang digunakan oleh negara-negara yang menerapkan inflation targeting. Hal ini juga sejalan
dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999, yang antara lain mengemukakan bahwa sasaran laju inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia adalah inflasi yang dapat dipengaruhi kebijakan
moneter atau secara implisit dapat diartikan sebagai underlying inflation.
Pembahasan pengendalian moneter dalam sistem nilai tukar fleksibel diatur sebagai berikut. Bab II akan menyajikan landasan teori mengenai kebijakan moneter dalam sistem
nilai tukar yang fleksibel dengan berbagai asumsi yang harus dipenuhinya. Dalam bab III akan dibahas mengenai konsep kebijakan moneter dengan inflation targeting dengan
mengambil contoh dari beberapa negara yang sudah menerapkan inflation targeting. Bab IV akan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian moneter, baik pada masa sebelum krisis
dan pada saat krisis. Sedangkan bab V akan menjelaskan hasil studi empiris mengenai mekanisme pengendalian moneter dalang kerangka inflation targeting Bab VI adalah
kesimpulan dan saran untuk perbaikan makalah ini.
II. Landasan Teori