3. Debu
dust Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan
zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40
persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran tanaman.
4. Tepung
powder Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek biasanya 50-75 persen. Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama
dagang tercantum singkatan WP wettable powder atau WSP water soluble powder.
5. Oli
oil Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO solluble
concentrate in oil. Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV ultra
low volume dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
6. Fumigansia
fumigant Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap
yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
2.4 Cara
Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang
tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan
pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat
mempercepat timbulnya
resistensi.
1. Dosis
pestisida Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan
dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis
bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis
pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi
pestisida Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida : a.Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida
dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
c. Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat
semprot Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack
sprayer high volume biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower low volume biasanya dengan volume larutan konsentrasi
sekitar 100 liter. Dan Atomizer ultra low volume biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran
droplet Ada bermacam-macam ukuran droplet:Veri coarse spray lebih 300 µm,
Coarsespray 400-500 µm, Medium spray 250-400 µm, Fine spray 100-250 µm,Mist 50-100 µm, Aerosol 0,1-50 µm,Fog 5-15 µm.
5. Ukuran
partikel Ada bermacam-macam ukuran partikel:Macrogranules lebih 300 µm,
Microgranules 100-300 µm, Coarse dusts 44-100 µm, Fine dusts kurang 44 µm,
Smoke 0,001-0,1
µm.
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm
2.5 Batas Residu Pestisida