6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mulut dan Bagian
– Bagiannya
Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang ini terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk menguyah, berbicara,
dan memberikan bentuk yang harmonis pada muka. Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1. Email
: lapisan terluar yang keras dan kuat 2.
Dentin : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah rusak
3. Pulpa
: lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf 4.
Gusi : laringan lunak yang ada dalam mulut
5. Cementum
: lapisan luar akar gigi 6.
Jar. Periodontal : jaringan yang memegang gigi sehingga melekat pada rahang 7.
Tulang alveolar : tulang tempat melekatnya gigi
2.2 Karies
1. Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email
sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi
komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya Kidd Bechal, 1992. Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara produk-produk seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email Houwink Winchel, 2000.
2. Penyebab
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa
makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan
7
gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan
terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah
Streptococcus mutans. 3.
Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.
Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam,
biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan
dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringansyaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan
yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke
jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.
8
4. Proses Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa gula dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis 5,5 dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi pembentukan lubang.
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat lapisan transparan,
terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya dan lapisan kelima lapisan opaktidak tembus
penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast. Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan- lapisan tiga lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang, lapisan empat dan lapisan lima. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan
ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak
pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu. Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan: a.
Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida yang
berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi. b.
Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya sering makan makanan kecil
c. Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang
tidak memadai
9
d. Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat
jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.
5. Klasifikasi Karies Gigi
a. Berdasarkan Stadium Karies dalamnya karies
Karies Superfisialis di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
Karies Media di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Karies Profunda di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
10
b. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya
Karies Ringan Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling
rentan seperti pit depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar dan fisure suatu celah yang dalam
dan memanjang pada permukaan gigi sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email iritasi pulpa.
Karies Sedang Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal
dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin hiperemi pulpa.
Karies BeratParah Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang
biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka pulpitis dan gangren pulpa. Karies pada gigi
anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.
6. Faktor Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm lapisan tipis normal pada
permukaan gigi yang berasal dari saliva dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan cit. Harris
and Christen, 1995, karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya
11
beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu 1 faktor host atau tuan rumah, 2 agen atau
mikroorganisme, 3 substrat atau diet dan, 4 faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang
rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama. 1
Faktor Host Atau Tuan Rumah Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi ukuran dan bentuk gigi, struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap
karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97 mineral
kalsium, fosfat, karbonat, fluor, air 1 dan bahan organik 2. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat
dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel.Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin
padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih
banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi
tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2 Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,
Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus
12
pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104
– 105 selmg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik resisten
terhadap asam. 3
Faktor substrat atau diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
memegang peranan penting dalam terjadinya karies. 4
Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan. 7.
Epidemiologi Karies Gigi a.
Distribusi Frekuensi
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999:
Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki 90,05
Perempuan91,67 Prevalensi karies berdasarkan daerah :
Urban 91,06 Rural 90,84
Prevalensi karies berdasarkan pulau :
13
Jawa dan Bali 86,59, Sumatera 94,41,
Kalimantan 94,85, Sulawesi 99,28
Prevalensi karies berdasarkan umur : 12 tahun 76,62,
15 tahun 89,38, 18 tahun 83,50,
35-44 tahun 94,56, dan 65 tahun ke atas 98,57
b. Determinan
Umur
1 Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all 1978,1982, bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya
kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.
2 Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all 1989 menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal kunyah gigi molar pertama sedang berkembang, pada
masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua pematangan jaringan gigi selesai selama 2 tahun.
3 Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua
selesai. 4
Umur 19-22 tahun Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi
molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau
bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga
kebersihan mulut.
14
Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi
dibanding pria.Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral
higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M=Missing lebih sedikit.
Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat
pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Tirthankar 2002, ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan
pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Penggunaan Flour
Rugg-Gunn 2000 di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan
fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi berlubang. Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara
konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara
optimum dan terjadinya mottled enamel keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan fluorfluorosis yang minimal
apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga
mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara
periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering
15
dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
Kebersihan Mulut
Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk
karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi.
Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies
ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang.
Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.
Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar
manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang
lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang
yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa- sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai
anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.
16
8. Diagnosa
a. Detectable explorer “stick”
b. Radiographs
c. Visual
d. Laser caries detector
9. Intervensi
a. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah
sarapan dan malam hari sebelum tidur. b.
Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.
c. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman
yang manis seperti soda. d.
Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali. e.
Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
f. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.
2.3 Gingivitis
a. Pengertian
Radang gusi gingivitis adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi. Radang
gusi disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh
lainnya. Radang gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal, yang
diakibatkan pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah lagi jika tidak segera diobati maka gigi
akan hilang dikarenakan jaringan mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan karang
gigi kalkulus yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh lapisan transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri disebut plak.
Selanjutnya, bila tidak dibersihkan maka plak dapat mengalami mineralisasi pengerasan, sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi
dijumpai pada leher gigi.
17 Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak terletak di atas
garis gusi, tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak dan
karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang dimulai dari gingiva bagian gusi yang dapat kita lihat. Keadaan ini disebut gingivitis radang gusi.
Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah adalah tanda awal adanya kerusakan
gusi. Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga
perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung pada gusi disebut periodontal pocket. Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi dan kerusakan
tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.
b.
Perbedaan Antara Radang Gusi Gingivitis Dan Penyakit Gusi Periodontitis.
Radang Gusi Gingivitis biasanya lebih dahulu daripada Penyakit Gusi Periodontitis. Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi. Radang Gusi
terbentuknya bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi menjadi meradang merah dan bengkak dan mudah berdarah di saat gosok gigi. Jika radang gigi tidak segera
diatasi bisa berakibat penyakit gusi. Pada orang yang terkena penyakit gusi, lapisan bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang
– ruang kecil gigi dapat ditempati oleh bakteri
– bakteri. bakteri ini dapat menyebabkan toksin atau racun dalam plak.
c. Penyebab Gingivitis
Radang gusi gingivitis disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya: 1
Adanya karang gigi, 2
Bakteri, 3
Sisa makanan plak pada gigi, 4
Cara menyikat gigi yang salah, 5
Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi menjadi kering dan gusi mudah teriritasi.
6 Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan faktor lain
yaitu Diabetes Melitus DM.
18
d. Tanda dan Gejala Gingivitis
1 Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya
kadang terasa gatal. 2
Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah berdarah pada sondasi.
3 Kebersihan mulut biasanya buruk.
4 Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat,
yaitu demam, dan sukar membuka mulut. e.
Cara mencegah timbulnya Gingivitis 1
Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan obat kumur. 2
Rajin menggosok gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter, minimal 2 kali sehari.
3 Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.
4 Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.
5 Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan kebersihan tidak sembuh, obati
dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari, Anti nyeri dan anti inflamasi.
6 Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin C karena
berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sumber vitamin C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu biji, jeruk, tomat,
sirsak dan mangga. 7
Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya infeksi termasuk infeksi kuman penyebab radang gusi.
8 Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena radang gusi.
9 Banyak minum air putih.
f. Klasifikasi Gingivitis
1 Berdasarkan lamanya peradangan gingival
- Akut : Peradangan gingival dengan durasi singkat,setelah perawatan dari
pasien sendiri dapat mengembalikan status sehat. -
Kronis : Gingivitis durasi lama, terjadi sampai bertahun-tahun periodontitis.
19
2 Berdasarkan perluasan peradangan
- Terlokalisasi : membatasi peradangan jaringan gingiva pada gigi atau
sebagian. -
General : peradangan jaringan gingiva pada seluruh mulut. 3
Berdasarkan Distribusi Inflamasi -
Papila : inflamasi jaringan pada seluruh mulut. -
Marginal : inflamasi pada margin dan papila. -
Diffuse : inflamai pada margin gingiva.
g. Tipe Gingivitis
Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu : a.
Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus gingiva dan permukaan gigi.
b. Disertai dengan nekrosis.
c. Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari marginal.
Gingivitis yang ada hubungannya dengan plak bakteri dimulai dari gingiva paling koronal sebab di sana tempat lokasi bakteri penyebab. Penyebaran penyakit
lebih ke apikal hanya terjadi bila penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan yang sangat parah atau bila diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang
disebabkan oleh plak ini akan menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival junction. Gingivitis yang tidak ada hubungannya dengan plak biasanya mengenai
seluruh mulut oleh karena penyebabnya faktor sistemik atau distribusinya tidak ada hubungannya dengan sulkus gingiva atau margin gingiva.
h. Gingivitis yang Ada Kaitannya dengan Plak Bakteri
1 Gingivitis - Plak Bakteri - Tidak Berkembang
Gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk penyakit periodontal yang paling umumsering terjadi dan dengan prevalensi yang paling
tinggi. Walaupun gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri mempunyai komposisi bakteri berbeda dengan gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah
sangat spesifik. Dengan demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang menjadi pilihan. Lebih tepat bila diagnosa dilakukan secara klinis.
Secara klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur dan kekerasan normal gingiva menjadi membengkak dalam berbagai derajat edema
20
atau fibrosis pada kebanyakan kasus dan pada kasus tertentu dimodifikasi oleh kondisi sistemik.
Pada mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna merah muda gingiva menjadi merah atau merah kebiruan. Pada mereka dengan warna kulit
gelap, perubahan warna gingiva tidak begitu jelas, tergantung intensitas pigmentasi normal, mungkin berwarna merah kebiruan dengan edema.
2 Gingivitis - Plak Bakteri - Diperparah Keadaan Sistemik.
Kondisi sistemik belum tentu sebagai bagian penyebab terjadinya gingivitis. Di lain pihak penampakan klinis gingivitis dapat menunjukkan
adanya faktor sistemik. Beberapa kondisi sistemik mempunyai peranan dalam berkembangnya gingivitis menjadi periodontitis, sedang beberapa kondisi
sistemik lainnya mengubah penampilan gingivitis tanpa mengurangi kemampuan respon host untuk tidak berkembang ke periodontitis.
Termasuk kondisi sistemik yang disebut pertama adalah gangguan darah seperti neutropenia dan yang disebut belakangan adalah hormon sex,
obat-obatan tertentu dan penyakit sistemik lainnya. Resiko terjadinya periodontitis meningkat semata-mata disebabkan oleh bertambahnya akumulasi
plak pada gingiva yang membesar sehingga sukar dibersihkan.
i. Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.
Kehamilan dapat dikaitkan dengan gingivitis dan kadang-kadang terjadi ploriferasi lokal yang dikenal sebagai pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas
bukan neoplasma, tetapi keradangan dengan pembesaran gingiva.
Pembesaran gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan hormon pada kehamilan. Fenomena yang sama terlihat pada pemakaian pil
kontrasepsi oral. Gingivitis pada kehamilan lebih parah daripada gingivitis pada keadaan tidak hamil.
j. Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat-obatan.
Penampakan klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat-obatan yang digunakan secara sistemik terutama obat anti konvulsi, obat kardiovascular dan
immonosupresi tertentu. Terjadi hipertrofi elemen jaringan ikat terutama kolagen sehingga terlihat gingiva membesar.
21
Keradangan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri. Prototipe dan hipertrofi gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat tersebut di atas adalah
phenytoin diphenylhydantoin. Sekitar 50 pemakai phenytoin dalam jangka waktu panjang mengalami pertumbuhan gingiva.
Hipertrofi hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan calcium channel blockers seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa calcium channel
blockers lainnya juga mempunyai kaitan dengan pertumbuhan berlebihan gingiva. Cyclosporin sebagai immosupresi adalah golongan obat yang berperan besar
terhadap terjadinya hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat mengurangi keparahannya.
k. Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.
Modifikasi kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat dihasilkan dari beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada keradangan gingiva yang parah
terutama pada anak-anak, yang keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi yang ditemukan. Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah seperti
leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut dari kekurangan Vitamin C terutama bertambahnya perdarahan gingiva.
l. Necrotizing Ulcerative Gingivitis NUG
Terjadi ulserasi pada margin gingiva dan papila, interdental menjadi cekung, beradang dan sakit. Terdapat limfadenopati, suhu meningkat, bau mulut tidak enak
dan pseudomembrane rapuh di atas daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan ditemukannya, dilaporkan NUG ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta
kompleks. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa spireheta masuk ke dalam jaringan nekrosis dan berada dalam NUG. Studi kultur terhadap plak penyebab ditemukan
spesies trepomena dan selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp dan lain-lain. Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang terdapat pada
bentuk gingivitis lainnya atau periodontitis. NUG sepertinya merupakan manifestasi infeksi berbagai bakteri yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu
determinant tertentu. 1
Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Faktor Sistemik Tidak Diketahui.
22
NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan fisik. Hubungan yang tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan nekrosis masih perlu
dibuktikan. 2
Necrotizing Ulcerative Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan HIV. Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada beberapa kasus
AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat tanda-tanda NUG.
m. Gingivitis, Tanpa Plak Gigi
Dua keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang terjadi bukan oleh karena plak bakteri adalah tidak terjadi penyembuhan pada gingivitis
dengan kontrol plak secara mekanis dan kemis yang dilakukan dengan sangat baik. Gingivitis yang disebabkan faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan
berasal dari margin gingiva. 1
Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit. Mungkin saja yang
tersangkut pertama dalam kasus ini adalah gingiva, tetapi umumnya merupakan manifestasi penyakit pada permukaan tubuh yang manapun. Penyakit yang
termasuk keadaan tersebut di atas adalah lichens planus, mucous membrane pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain, termasuk
manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal displasia. Gingiva mengalami desquamasi atau lesi dengan keradangan oleh perubahan hormon pada
menopause atau gangguan keseimbangan dari hormon ovarium lainnya. 2
Gingivitis Alergi Gingivitis diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke mucogingival
junction. Dapat terjadi oleh karena bahan pembuat chewing gum atau bahan yang terdapat dalam pasta gigi atau bahan makanan.
3 Gingivitis Infeksi
Hampir semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva sarang infeksi. Bila virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang adalah herpes virus.
Bakteri dan fungsi yang bukan merupakan flora dalam mulut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya candida albicans.
23
n. Pengobatan
Pada gingivitis kronis, menyikat gigi dengan pasta-gigi berfluoride akan memperlambat perkembangan penyakit dan bisa membantu penyembuhan.
Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat tambahan dibanding sikat-gigi manual. Menyela-menyela gigi setiap hari dapat mengurangi plak dan jumlah bakteri.
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyikat gigi yang diikuti dengan pencucian dengan chlorhexidine atau larutan lain bisa memberikan hasil yang lebih
baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela gigi saja Lorenz, 2006; Zimmer, 2006. Obat-obatan spesifik perawatan gusi sudah banyak tersedia Trinata, 2002. Obat-
obatan anti-inflammatory nonsteroidal NSAID telah terbukti dapat mempercepat penyembuhan inflamasi apabila gigi dibersihkan dan dikerak untuk menghilangkan
plak Taiyeb, 1993; Johnson, 1990. Pada pasien yang menderita ANUG Gingivitis ulceratice nekrosis akut,
perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine topical untuk meredakan nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam bisa membantu dalam mempercepat
penyembuhan, dan pencucian mulit dengan larutan hydrogen peroksida 3 juga bisa memberikan manfaat.
Kategori Obat : Antibiotik – Agen-agen ini digunakan untuk membasmi
infeksi bakteri yang merupakan karakteristik utama dari ANUG. Di masa mendatang, antibiotic juga bisa digunakan untuk mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi
belum ada bukti yang mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan
gingivitis bisa dijamin jika bedah mulut direncanakan.
o. Komplikasi
a. Gingivitis bukan sebuah ancaman signifikan langsung terhadap kesehatan
seseorang yang sehat, tapi bisa memberikan kontribusi bagi penyakit dan menyebabkan komplikasi lokal dan sistemik.
b. ANUG yang berkembang menjadi noma terkait dengan tingkat mortalitas setinggi
70 tanpa antibiotic yang baik dan debridement. c.
Komplikasi yang paling umum dari gingivitis adalah berkembangnya menjadi penyakit periodontal dan kehilangan gigi. Daerah-daerah gingivitis kronis bisa
merentankan seseorang terhadap perkembangan abscess odontogenik dengan membiarkan sebuah rute invasi bakteri ke dalam ruang periodontal mulai dari
poket gingival. ANUG bisa merusak secara lokal dan bisa menyebabkan
24
penyebaran infeksi lokal ke dalam jaringan di sekitarnya Vincent angina dan noma [cancrum oris]. Juga ada potensi untuk penyebaran infeksi sistemik.
d. Osteomyelitis tulang alveolar bisa terjadi meski tidak umum.
e. Setiap prosedur gigi yang melibatkan manipulasi yang bisa menyebabkan
perdarahan bisa menyebabkan endocarditis. Keberadaan gingivitis dapat meningkatkan risiko ini dengan menjadikan gingival lebih mungkin untuk
berdarah dengan manipulasi sederhana misalnya, scaling gigi. Akumulasi plak yang mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat berdekatan dengan
daerah-daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan kemungkinan keluarnya bakteri ke sirkulasi umum.
2.3 Memelihara Kesehatan Gigi