Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Pengalaman Karies Dan Indeks Oral Higiene Pada Murid SMP

(1)

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN

GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES

DAN INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : Jesica N. Sihite NIM : 070600084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Jesica N. Sihite

Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 61 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova dan T- test independent.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,8363 ± 1,01647 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi telah dilakukan oleh 30,87% anak dan kebiasaan menyikat gigi malam hari sebelum tidur telah dilakukan oleh 35,65% anak. Hal ini menunjukkan jumlah siswa yang menyikat gigi pada waktu yang tepat masih rendah. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SMP Nurul Hasanah Medan dan juga diharapakan kerja sama guru dan orang tua untuk lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta memotivasi anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 09 Februari 2011

Pembimbing Tanda Tangan

1. Taqwa Dalimunthe,drg., Sp.KGA ...……….


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 09 Februari 2011

TIM PENGUJI KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA ANGGOTA : 1. Yati Roesnawi, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1.

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi drg, selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Taqwa Dalimunthe drg., Sp.KGA sebagai pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada ayahanda tercinta M. Sihite, ibunda HD. Panggabean atas segala kasih sayang, doa dan dukungan serta bantuan baik berupa moral ataupun materi yang tidak terbalas oleh penulis sampai kapan pun. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada saudara-saudara penulis Paula L. Sihite, S.Ked dan Eko A. Sihite, juga Hans Manuella Sitompul yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.


(7)

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada Yusuf, Jazzalina, Iiyani, Soli dan teman-teman seangkatan reguler stambuk 2007 dan Kepala Sekolah SMP Nurul Hasanah Medan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan bimbingan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Februari 2011 Penulis,

( Jesica N. Sihite ) NIM : 070600084


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN……….……... 1

1.1 Latar Belakang………...………... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Hipotesa Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

2.1 Perilaku………... 8

2.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut……….….... 10

2.2.1 Karies Gigi……….... 11

2.2.2 Oral Higiene………... 16

2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut... 19

2.3.1 Perilaku Menyikat Gigi………..…... 20

2.3.2 Diet Makanan……….……... 25

2.3.3 Kunjungan Ke Dokter Gigi……….…….. 28

2.4 Kerangka Teori... 30


(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 32

3.1 Rancangan Penelitian………... 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………. 32

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian……….... 33

3.4 Kriteria Inklusi………... 33

3.5 Variabel Penelitian………. 33

3.6 Defenisi Operasional………... 34

3.7 Cara Pengambilan Data……….. 37

3.8 Pengolahan dan Analisis Data……… 38

3.9 Anggaran Penelitian………... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 41

BAB 5 PEMBAHASAN………... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Lima tingkat keparahan karies menurut WHO... 16

2 Kuesioner perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut... 35

3 Gambaran responden berdasarkan usia dan kelas... 41

4 Gambaran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Nurul Hasanah berdasarkan kelas... 42

5 Prevalensi karies siswa SMP Nurul Hasanah tahun 2010... 42

6 Rata-rata pengalaman karies gigi... 43

7 Rata-rata indeks oral higiene... 44

8 Uji statistik antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies... 44

9 Uji statistik antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan OHI-S... 45 10 Uji statistik analisa perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut 46


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu... 12 2 Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Jadwal kegiatan penyusunan skripsi 2 Kuesioner

3 Lembar pemeriksaan gigi

4 Surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian 5 Surat keterangan izin penelitian dari SMP Nurul Hasanah

6 Surat persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

7 Foto-foto dokumentasi pelaksanaan penelitian 8 Hasil uji statistik


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Jesica N. Sihite

Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 61 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova dan T- test independent.


(14)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,8363 ± 1,01647 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi telah dilakukan oleh 30,87% anak dan kebiasaan menyikat gigi malam hari sebelum tidur telah dilakukan oleh 35,65% anak. Hal ini menunjukkan jumlah siswa yang menyikat gigi pada waktu yang tepat masih rendah. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SMP Nurul Hasanah Medan dan juga diharapakan kerja sama guru dan orang tua untuk lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta memotivasi anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir, tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.1

Hasil laporan Studi Morbiditas tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%.1

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat terjadi pada setiap orang yang dapat timbul pada suatu permukaan gigi dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi.2 Kerusakan gigi (karies) disebabkan oleh empat komponen yang saling berinteraksi dalam menyebabkan karies. Komponen pertama yaitu tuan rumah adalah keadaan gigi dan saliva, merupakan tuan rumah untuk mikroorganisme yang ada dalam mulut. Komponen kedua adalah mikroorganisme dalam mulut, komponen ketiga adalah substrat (makanan), dan pada saat yang sama berfungsi sebagai makanan untuk manusia dan mikroorganisme. Sedangkan


(16)

komponen keempat adalah waktu. Keempat komponen ini sering digambarkan sebagai empat lingkaran yang mempengaruhi karies gigi.3,4

Pola makan mempengaruhi karies gigi dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk lubang pada gigi.5

Kecenderungan terjadinya karies merupakan ciri-ciri nyata anak dengan kondisi oral higiene buruk, sering dijumpai penumpukan plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi karena pada anak lebih sulit menjaga kebersihan mulut. Kondisi oral higiene akan semakin buruk pada keadaan gigi yang berjejal dan adanya kelainan lengkung rahang, sehingga risiko karies menjadi meningkat.5

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Data dari Bank WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rerata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2.4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu Negara SEARO (South East Asia Regional Offices) saat ini berkisar 2,2 untuk kelompok usia yang sama.5


(17)

Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Kemampuan untuk memelihara diri agar dapat mencapai tingkat higiene mulut yang memadai adalah, kondisi yang memacu tinggi atau rendahnya status kesehatan gigi dan mulut. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembagan sosial budaya dan tingkat ekonomi masyarakat yang bersangkutan.6

Menurut Bahar salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di Negara Berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. 1

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menunjukkan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Laporan riset kesehatan dasar tahun 2007-2008 propinsi Sulawesi Tengah, proporsi penduduk di Sulawesi Tengah yang menggosok gigi setiap hari lebih banyak (89,7%) dari pada yang tidak (10,3%) namun lebih banyak menggosok gigi dengan cara yang salah (91,7%).7

Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Peran sekolah sangat diperlukan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, karena faktor lingkungan yang


(18)

salah satunya adalah sekolah, memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Penentuan perilaku dalam hal ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat gigi pada anak, yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa.1 Salah satu kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi pada anak adalah melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).1

UKGS yaitu salah satu program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan bagi anak usia sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan generasi yang sehat.1

Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar dan merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan pada usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT tahun 1995 anak usia 5-14 tahun, jumlah anak yang sama sekali tidak menyikat gigi sebanyak 23,4% dan jumlah anak yang menyikat gigi pada waktu yang tepat sebanyak 5,6%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia sekolah ternyata pengetahuan mengenai waktu penyikatan yang benar masih rendah, sehingga Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih perlu ditingkatkan lagi.8

Banyak orang tua tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka, orang tua harus memberikan perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut anak. Orang tua harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan baik, yaitu dengan memberi contoh cara


(19)

menyikat gigi yang benar.9 Proses penyikatan gigi pada anak dengan frekuensi yang tidak optimal dapat disebabkan karena anak tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi secara dini oleh orang tua, sehingga anak tidak mempunyai kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya.10 Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar, penggunaan alat, metode penyikatan gigi, lamanya menyikat gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.11

WHO menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun, karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi. Oleh karena itu, subjek penelitian adalah murid SMP yang diperkirakan berusia 12-15 tahun yang baru saja meninggalkan Sekolah Dasar, sehingga diharapkan anak dapat menerapkan pengetahuan kesehatan gigi yang diperoleh dari SD pada tingkat SMP. Tempat penelitian yang dipilh adalah SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah karena sekolah tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

2. Mengetahui pengalaman karies pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

3. Menganalisis hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

4. Menganalisis hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sekolah dan UKGS

Sebagai masukan untuk meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid.

2. Guru

Sebagai masukan untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut murid. 3. Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumber informasi penelitian Ilmu Kedokteran Gigi Anak. 4. Peneliti


(21)

1.5 Hipotesa Penelitian

Ada hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Para penganut teori perilaku Skinner percaya bahwa perilaku adalah respons terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut.12 Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap dan tindakan.6

Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.6

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:1

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(23)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:6

1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui status atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.

2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan: fisik yaitu kondisi alam: biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni masyarakat sekitarnya.

3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan luar.

Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup (covert behavior), sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan, bersifat terbuka (overt behavior). Sikap sebagai perilaku tertutup lebih sulit diamati, oleh karena itu pengukurannya pun berupa kecenderungan atau tanggapan terhadap fenomena tertentu. 6


(24)

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :13 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku penggunaan fasilitas kesehatan (health seeking behavior)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya

Perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor utama, yaitu pertama adalah faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaaan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi keluarga. Kedua, faktor pendukung yang terdiri atas lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, serta ada atau tidak adanya program kesehatan. Dan ketiga, faktor pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan.6

2.2 Status Kesehatan Gigi Dan Mulut

Status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah ditentukan berdasarkan Indeks karies dan OHI-S. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies gigi yang dinyatakan dengan indeks DMFT (Decay Missing Filling Tooth). Menurut WHO,


(25)

anak usia 12 tahun adalah usia penting, karena selain anak akan meninggalkan bangku SD, juga merupakan usia gigi bercampur karena gigi permanen telah erupsi, kecuali gigi molar ketiga. Anak usia 12 tahun adalah sebuah sampel yang reliable, dan mudah diperoleh di sekolah.14

2.2.1 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Jaringan gigi mengalami kalsifikasi yang ditandai oleh demineralisasi dari bagian inorganik dan destruksi dari substansi organik gigi.5

2.2.1.1 Etiologi Karies

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu, faktor host (tuan rumah), agen (mikroorganisme), substrat (diet), dan faktor waktu.5


(26)

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu.8

Faktor Host atau Tuan Rumah

Untuk terjadinya karies gigi antara lain dibutuhkan tuan rumah yang rentan. Lapisan keras gigi terdiri dari enamel dan dentin, dimana enamel adalah lapisan yang paling luar, dan seperti diketahui karies selalu dimulai dari lapisan luar. Oleh karena itu, enamel sangat menentukan proses terjadinya karies.5

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk disini, terutam pada pit dan fisur yang dalam. Disamping itu bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan adanya gigi berjejal dan permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.15


(27)

Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Efek merusak ini terutama disebabkan karena kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam plak gigi tersebut. Streptococcus mutans diakui sebagai penyebab utama karies karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam). Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.4,5

Plak ini mula-mula berbentuk agak cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus meniadakan plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi. Seperti dikatakan oleh Kantorowicf: gigi yang bersih akan sulit rusak.2,5

Faktor Substrat atau Diet

Diet dalam kesehatan gigi dapat dilihat dalam beberapa segi. Pertama efek makanan di dalam rongga mulut yaitu efek lokal pada waktu makanan dikunyah sebagai tahap awal pencernaan, dan yang kedua diet mempunyai efek sistemik setelah nutrien di dalam makanan dicerna dan diabsorpsi. Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.5,8,16


(28)

Penelitian Vipeholm menyimpulkan bahwa faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi, dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan snacks serta lamanya interval waktu makan.17

Pembentukan plak gigi dan pembentukan asam berlangsung setiap kali mengkonsumsi gula dan selama gula tersebut berada di dalam mulut. Risiko pembentukan plak dan pembentukan asam ditentukan oleh frekuensi konsumsi gula dan bukan oleh banyaknya gula yang dimakan. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makan makanan manis diantara jam makan.8,17

Faktor Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan pH akan turun dari normal sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera sesudah makan dapat mempercepat proses kenaikan pH menjadi normal (6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.17

Secara umum karies dianggap merupakan penyakit kronis pada manusia, yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu karies berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi dan diperkirakan antara lain 6-48 bulan.4,5


(29)

2.2.1.2 Indeks Karies

Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut tidak tumbuh.

Karies dapat dideteksi dengan visual atau menggunakan sonde dan dihitung dengan menggunakan indeks karies Klein yaitu DMF-T.5

Indeks Gigi Permanen (DMF-T)

D = Decayed : Gigi yang mengalami karies atau yang belum ditambal. M= Missing : Gigi yang sudah dicabut karena karies atau gigi yang rusak

karena karies yang tidak bisa dirawat indikasi pencabutan. F = Filling : Gigi dengan lesi karies dan sudah ditambal.

T = Tooth : Satuan gigi.

Sejak tahun 1969 hingga tahun 2003, World Health Organization (WHO) telah melaporkan prevalensi karies pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia. Terdapat 5 tingkat prevalensi karies mulai dari 0,0 hingga 6,5 (Tabel 1).19 Pada peta dunia (Gambar 2), dapat dilihat bahwa Indonesia merupakan negara dengan prevalensi karies (DMFT) masih di tahap yang rendah dibanding negara-negara lain seperti Filipina dan Amerika Latin. Dibawah ini tabel klasifikasi angka keparahan karies gigi menurut WHO:18


(30)

Tabel 1. LIMA TINGKAT KEPARAHAN KARIES MENURUT WHO18

Warna pada peta

(Gambar 2) Tingkat Keparahan Karies Rata- rata DMF-T

Hijau Sangat rendah 0,0-1,1

Biru Rendah 1,2-2,6

Kuning Sederhana 2,7-4,4

Merah Tinggi 4,5-6,5

Coklat Sangat tinggi > 6,5

Gambar 2. Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia pada tahun 1993 19

2.2.2 Oral Higiene

Kecenderungan terjadinya karies merupakan ciri-ciri nyata anak dengan kondisi oral higiene buruk, sering dijumpai penumpukan plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi karena pada anak lebih sulit menjaga kebersihan mulut. Kondisi oral hygiene akan semakin buruk pada keadaan gigi yang berjejal dan adanya kelainan lengkung rahang, sehingga risiko karies menjadi meningkat.5


(31)

2.2.2.1 Indeks Oral Hygiene

Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (Green dan Vermilllion) dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.

5,15

Indeks Debris15

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stein

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut

2 Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetap kurang dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Gigi yang diperiksa adalah gigi yang telah erupsi sempurna dan jumlah gigi yang diperiksa ada enam buah gigi tertentu dan permukaan yang diperiksa tertentu pula. Skor debris diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.


(32)

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati.

Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.

15

2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan gigi.

Indeks Kalkulus Skor

15

Kriteria 0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2

Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena, atau adanya kalkulus sub gingiva berupa flek di sekeliling leher gigi

3 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang tekena.

Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi

Skor kalkulus diperoleh berdasarkan jumlah skor permukaan gigi dibagi jumlah gigi yang diperiksa.


(33)

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

Lingual Labial Lingual

Skor indeks oral higiene individu diperoleh dengan menjumlahkan nilai indeks debris dan indeks kalkulus. Untuk mengukur rata-rata skor OHI-S adalah jumlah total OHI-S dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. OHI-S dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:15

- Baik : skor 0,0 – 1,2 - Sedang : skor 1,3 - 3,0 - Buruk : skor 3,1 – 6,0

2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan.1

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam konsep ini yang dimaksudkan dengan kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi.6

Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk merespons atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif. Sikap tentang kesehatan gigi atau gusi merupakan hasil dari proses sosialisasi. Seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang berupa objek


(34)

kesehatan gigi yaitu konsep gigi atau gusi sehat dan sakit serta upaya pemeliharaannya melalui proses sosialisasi.6,19

Notoatmodjo cited Fankari menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa.

2.3.1 Perilaku Menyikat Gigi

Kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain mudah berlubang.1

Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia adalah adanya variasi waktu menyikat gigi, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi yang ada pada setiap orang.5


(35)

2.3.1.1 Waktu Menyikat Gigi

Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat. pH saliva sudah menjadi normal (pH 6-7) 25 menit setelah makan atau minum. Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (pH 6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.17

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi. Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan Holm, anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali sehari atau lebih dan dibantu oleh orang tua, lebih rendah terkena resiko karies.10

2.3.1.2 Frekuensi Menyikat Gigi

Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium yang sehat, tetapi pada jaringan periodonsium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari.5


(36)

2.3.1.3 Lamanya Menyikat Gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit. Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan.20

2.3.1.4 Bentuk Sikat Gigi

Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk sikat gigi yang permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus, cembung, dan cekung sehingga dapat mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu, dianjurkan pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang.21

Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain ukuran permukaan bulu sikatnya adalah (panjang: 1-11/4 inci (2,5-3,0 cm) dan lebar: 5/16-3/8 inci (8,0-9,5 mm) ); bulu sikatnya tersusun (baris: 2-4 baris rumpun dan rumpun: 5-12 rumpun perbaris); serta permukaan bulu sikatnya terpotong rata.22 Setiap kali sesudah dipakai, sikat gigi harus dibersihkan dibawah air mengalir supaya tidak ada sisa-sisa makanan atau pasta gigi yang tertinggal. Setelah bersih, sikat gigi diletakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering dengan tujuan agar sikat gigi tidak lembab dan basah. Sikat gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah pemakaian, oleh karena bulu sikat gigi sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan dapat melukai gusi.8


(37)

2.3.1.5 Pemakaian Pasta Gigi

Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan dan fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi, mempertinggi kesehatan gingival, serta untuk mengurangi bau mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasive 20-40%, pelembab (humectant) 20-40%, air 20-40%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ± 2%, bahan pengikat (binding agent) 2%, detergen 1-2%, bahan terapeutik ± 5%, dan pewarna <1%.5,23

2.3.1.6 Metode Menyikat Gigi

Dalam hal menyikat gigi, teknik apapun yang dipergunakan, harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi.23 Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu metode vertikal, metode horizontal, metode Roll, metode Bass, metode Charter, metode Fones atau teknik sirkuler dan metode Stillman. Kombinasi pemakaian beberapa metode menyikat gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar dan bentuk rahang, susunan dan inklinasi gigi geligi, derajat retraksi gusi, hilangnya gigi geligi dan keterampilan tangan dalam menggunakan sikat gigi.5

Beberapa metode menyikat gigi: 3,8,20,24

1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan


(38)

gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.

2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah interdental.

3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.

4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.


(39)

5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.

6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.

Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat dilakukan.20,25

2.3.2 Diet Makanan

Tindakan pencegahan karies lebih tinggi menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasihat diet dan bahan pengganti gula.17

Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair karena bersifat membersihkan dan


(40)

merangsang sekresi saliva. Menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.17

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain, mempunyai efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. mutans. Menurut Penelitian, xylitol lebih efektif karena tidak dapat dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti mikroorganisme.17

Makanan yang dapat segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme plak disebut sebagai makanan kariogenik. Meskipun kariogenik istilah yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik yang menyebabkan karies, selain itu juga dapat menyebabkan penyakit periodontal. Kariogenik adalah istilah relatif. Makanan yang paling mungkin menyebabkan karies dianggap sangat kariogenik. Sedangkan makanan yang tidak menyebabkan karies disebut sebagai non-kariogenik.26

Sebuah studi penelitian di Eastman Dental Center, New York mengurutkan makanan yang bersifat kariogenik, antara lain:

Kue, kentang goreng, donat, cupcake, manisan gula, dan kismis termasuk sangat kariogenik (highly cariogenic).

Biskuit asin (saltines), keripik kentang, tepung maizena, kerupuk rye, dan roti termasuk moderate cariogenic.


(41)

Kacang tanah, gelatin desserts, keripik jagung, dan yogurt termasuk low cariogenic.

Seseorang dengan diet karbohidrat cenderung memiliki lebih banyak karies. Jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong pertumbuhan bakteri kariogenik. Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies harus bersifat ada dalam diet dengan jumlah yang berarti, siap difermentasikan oleh bakteri kariogenik, dan larut secara perlahan-lahan dalam mulut. Gula berfungsi sebagai pemanis dan bahan pengawet, memberikan bau yang harum. Hal ini akan menimbulkan daya tarik baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga ada kecenderungan orang akan memilih makanan yang bergula.26

2.3.2.1 Frekuensi Dan Jumlah Konsumsi Gula

Frekuensi mengkonsumsi gula dan jumlah gula yang dikonsumsi mempengaruhi timbulnya karies pada gigi seseorang. Penelitian Vipeholm tentang hubungan prevalensi karies gigi dengan frekuensi konsumsi gula menunjukan perkembangan karies gigi rendah ketika konsumsi gula empat kali perhari pada jam makan. Demikian juga penelitian Holbrook,dkk. Pada anak usia 5 tahun di Iceland menemukan dampak frekuensi konsumsi gula terhadap perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengkonsumsi gula empat kali atau lebih perhari atau anak yang jajan tiga kali atau lebih perhari menyebabkan skor karies meningkat. Anak-anak usia 5 tahun dengan asupan gula rata-rata 5,1 kali perhari memiliki tiga atau lebih lesi karies, sedangkan anak-anak yang asupan gulanya 2,1 kali perhari memiliki


(42)

lesi karies kurang dari tiga. Pada penelitian sebelumnya terhadap anak-anak usia 4 tahun di Iceland, Hollbrook menunjukkan peningkatan level karies saat gula dikonsumsi lebih dari 30 kali seminggu (kira-kira empat kali sehari).27

Penelitian Holt pada anak-anak usia pra sekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi (1,69) pada anak-anak yang memakan snack dan minum minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya mengkonsumsi sekali sehari (1,01). Penelitian tersebut menunjukkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari, level karies akan menurun.27

2.3.3 Kunjugan Ke Dokter Gigi

Kunjungan ke dokter gigi sangat diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggungjawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi anak.28

2.3.3.1 Penambalan Gigi

Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah lebih besar, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak.28


(43)

2.3.3.2 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam rongga mulut dan dapat menyebabkan kelainan ke organ yang lainnya.28

2.3.3.3 Kontrol Enam Bulan Sekali

Kunjungan diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi.28

Kontrol tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah ditambal, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin. Selain itu juga untuk melihat, apakah telah terdapat kembali karang gigi dan kelainan-kelainan lainnya yang mungkin ada.28


(44)

2.4 Kerangka Teori

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan

Mulut

Karies Oral Higiene

Indeks Karies

DMF-T Status Kesehatan Gigi Dan

Mulut

Oral Hygiene Index

Indeks Debris

Indeks Kalkulus

Perilaku Menyikat Gigi: - Frekuensi (2 kali sehari) - Waktu ( pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur)

- Lamanya (2-3 menit)

- Bentuk sikat gigi

- Pemakaian pasta gigi

- Beberapa metode menyikat

gigi,tdd: vertikal, horizontal, roll, Charter, Bass, Fones, dan Stillman.

Metode yg baik dilakukan oleh anak Metode Roll

Diet Makanan Menekankan pada:

- Pengurangan konsumsi gula dan perbanyak makan sayur dan buah yg berserat, hindari makan yg manis dan lengket.

- Pengendalian frekuensi konsumsi gula, batasi jumlah makan hanya 3X, menekan keinginan makan diantara jam makan.

Kunjungan ke dokter gigi:

- Pemeriksaan


(45)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Variabel tergantung PERILAKU PEMELIHARAAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT:

 PERILAKU MENYIKAT GIGI

- Frekuensi (2 kali sehari)

- Waktu ( Pagi setelah sarapan dan

Malam sebelum tidur)

- Lamanya (2-3 menit)

- Bentuk sikat gigi

- Pemakaian pasta gigi

- Beberapa metode menyikat

gigi,yaitu: vertikal, horizontal, roll, Charter, Bass, Fones, dan

Stillman.

Metode yg baik dilakukan oleh anak Metode Roll

 DIET MAKANAN Menekankan pada:

- Pengurangan konsumsi gula

Perbanyak makan sayur dan buah yg berserat, hindari makan yg manis dan lengket.

- Pengendalian frekuensi konsumsi

gula batasi jumlah makan hanya 3X, menekan keinginan makan diantara jam makan.

 KUNJUNGAN KE DOKTER GIGI

- Pemeriksaan

- Kontrol 6 bulan sekali

INDEKS ORAL HIGIENE


(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian analitik dengan metode Cross Sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh murid SMP dari Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan berjumlah 594 orang. Sampel penelitian dipilih dengan Systematic Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan:29

Keterangan:

Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 10% = 1,28

S = standard deviasi gabungan pada penelitian sebelumnya = 18,77

(Sharda Archana J., Shetty Srinath. Relationship of Periodontal Status and Dental Caries Status with Oral Health Knowledge, Attitude and Behavior among Professional Students in India. 2009)

X1 – X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 6 30


(47)

(1,96 +1,28)2 (18,77)2 n = 2

62

= 7396,61

36

= 205 orang

Jumlah responden sebanyak 205 orang yang dibulatkan menjadi 230 orang dan diambil dari kelas VII,VIII dan IX SMP.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Penelitian dilakukan di sekolah SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Jln. Letjend Djamin Ginting No.314 Padang Bulan, Medan.

b. Waktu penelitian akan dijalankan selama 8 bulan, dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal sehingga laporan penelitian.

3.4 Kriteria Inklusi

1. Murid SMP

2. Tidak crowded yang berat

3. Tidak memakai pesawat ortodonti cekat (fixed)

3.5 Variabel Penelitian

- Variabel Bebas : Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut, yaitu:

* perilaku menyikat gigi,

* diet makanan, dan


(48)

- Variabel Tergantung : - DMF-T

- Indeks Oral Higiene

3.6 Defenisi Operasional 3.6.1 Pengalaman Karies

Status karies merupakan pengalaman anak terkena karies pada saat diperiksa. Karies dapat dideteksi dengan visual atau menggunakan sonde dan dihitung dengan menggunakan indeks karies Klein yaitu DMF-T.2

3.6.2 Indeks Oral Hygiene

Oral Hygiene Indeks (OHI) untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (Green dan Vermillion), dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Skor OHI-S 0 – 1,2 dikategorikan baik; 1,3 - 3,0 sedang; dan 3,1 – 6 buruk.

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6


(49)

3.6.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perilaku menyikat gigi, diet makanan, dan kunjungan ke dokter gigi subjek yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner.

Tabel 2. KUESIONER PERILAKU PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

NO PERTANYAAN JAWABAN SKOR

1 Apakah Adik menyikat gigi setiap hari?

a. Ya* b. Tidak

1 0 2 Apakah Adik memakai sikat gigi

milik sendiri?

a. Ya* b. Tidak

1 0 3 Berapa kali Adik menyikat gigi

dalam sehari?

a. Dua kali sehari* b. Tidak tentu

1 0 4 Apakah Adik memiliki kebiasaan

sarapan pagi sebelum berangkat sekolah?

a. Ya* b. Tidak

1 0 5 Apakah Adik menyikat gigi di pagi

hari?

a. Ya* b. Tidak

1 0 6 Bila pertanyaan no.5 dijawab iya,

kapan Adik menyikat gigi di pagi hari?

a. Setelah sarapan pagi* b. Sewaktu mandi pagi

1 0 7 Apakah Adik menyikat gigi sebelum

tidur malam? a. Ya* b. Tidak 1 0 8

Berapa lama Adik menyikat gigi? a. 2-3 menit* b. Tidak tentu

1 0 9 Apakah Adik menyikat gigi

menggunakan pasta gigi?

a. Ya* b. Tidak

1 0 10 Apakah setelah menyikat gigi Adik

mencuci sikat gigi tsb?

a. Ya* b. Tidak

1 0 11 Bila jawaban no.10 ya, bagaimana

cara Adik mencuci sikat gigi tsb?

a. Mencuci di bawah air mengalir*

b. Mencelupkan ke dalam gayung berisi air

1 0


(50)

12 Berapa lama Adik mengganti sikat gigi yang Adik pakai?

a. 2-3 bulan*

b. Tidak pernah diganti/ jika bulu sikat sudah

rusak

1 0

13 Bagaimana gerakan Adik saat menyikat gigi?

a. Roll (gerakan memutar)* b. Tidak tentu

1 0 14 Bagaimana letak posisi sikat gigi

setelah Adik menyikat gigi?

a. Posisi berdiri* b. Posisi tidur

1 0 15 Berapa kali Adik makan nasi dalam

sehari?

a. Tiga kali sehari* b. Tidak teratur

1 0 16 Apakah Adik suka makan roti, kue,

bakso, sate, mie, dan snack?

a. Ya* b. Tidak

1 0 17

Apakah Adik suka makan sayur/buah? a. Ya* b. Tidak

1 0 18 Apakah Adik suka makan sebelum

tidur?

a. Ya b. Tidak*

0 1 19 Apakah orang tua Adik melarang

Adik jajan?

a. Ya* b. Tidak

1 0 20 Apakah Adik suka jajan? a. Ya

b. Tidak*

0 1 21 Jajanan apa yang paling sering Adik

makan?

a. Kacang-kacangan, keripik jagung, yogurt* b. Kue, biskuit, donat, permen, manisan.

1 0 22 Apakah yang Adik lakukan setelah

makan jajanan?

a. Kumur-kumur/sikat gigi* b. Tidak melakukan apa-apa

1 0 23

Apakah Adik pernah sakit gigi? a. Pernah

b. Tidak pernah*

0 1 24 Jika Adik sakit gigi, apa yang Adik

lakukan untuk mengobati sakit gigi tersebut?

a. Pergi ke dokter

gigi/puskesmas atau beli obat sendiri*

b. Tidak diobati

1 0 25

Apakah Adik takut ke dokter gigi? a. Ya b. Tidak*

0 1 26 Apakah gigi Adik ada yang sudah

ditambal atau dicabut?

a. Ada

b. Tidak ada*

0 1 27 Apakah sejak kecil Adik sudah

dibawa ke dokter gigi oleh orang tua?

a. Ya* b. Tidak

1 0


(51)

28 Apakah Adik dibawa orang tua untuk pemeriksaan/kontrol ke

dokter gigi?

a. Ya* b. Tidak

1 0 29 Kapan saja Adik melakukan kontrol

ke dokter gigi?

a. 6 bulan sekali* b. Tidak tentu

1 0 *Jawaban yang benar

Jumlah nilai maksimal adalah 29 dan nilai minimum adalah 0. Dengan kategori: Perilaku Baik (≥ 80%) = ≥ 23

Perilaku Sedang (60-79%) = 17-22 Perilaku Buruk (≤ 59%) = ≤ 16

3.7 Cara Pengambilan Data

Setelah surat ethical clearance dan izin dari Kepala Sekolah diperoleh peneliti, kemudian murid dibagikan surat persetujuan untuk diisi oleh orang tua dan dikembalikan pada peneliti.

Langkah-langkah cara pengambilan data yaitu:

a. Pengambilan data dilakukan pada ruangan yang telah disediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.

b. Setiap 10 murid yang memenuhi kriteria dipanggil dari kelasnya masing-masing dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan, kemudian didudukkan di bangku yang telah disediakan. Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.

c. Pemeriksa/peneliti mengisi formulir yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal pemeriksaan.


(52)

d. Anak diberi pertanyaan mengenai perilaku menyikat gigi, makan jajanan sehari- hari dan kunjungan ke dokter gigi, dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.

e. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam setengah lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui skor DMF-T responden. Hasil pemerikasaan dicatat pada formulit yang tersedia. Indeks karies yang digunakan adalah indeks DMFT menurut Klein.

f. Pemeriksaan indeks oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit saja tanpa menggunakan zat pewarna plak. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah, dan sepertiga insisal. Untuk mengukur skor indeks debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi kemudian digerakkan ke arah sepertiga gingiva. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang telah tersedia.

Sebelum dilakukan penelitian, kalibrasi dilakukan dengan sesama pemeriksa untuk penyamaan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi dengan software SPSS (Statistical Package for the Social Science) versi 17.0 dan dianalisis dengan menggunakan uji one way Anova dan T-test independent.


(53)

3.9 Anggaran Penelitian

1. Biaya pengumpulan literatur = Rp 50.000,00

2. Biaya konsumsi

a. Pemeriksa 5 orang @ Rp 15.000,00 x 3 hari = Rp 225.000,00

b. Hadiah = Rp 150.000,00

c. Pengangkutan @ Rp 50.000,00 x 3 hari = Rp 150.000,00 3. Alat dan bahan

a. Sonde, pinset dan kaca mulut @ Rp 30.000,00 x 5 = Rp 150.000,00 b. Masker @ 1 kotak = Rp 50.000,00 c. Sarung tangan @ 1 kotak = Rp 20.000,00 d. Tisu @ 1 kotak = Rp 15.000,00 e. Senter mini @ Rp 10.000,00 x 5 buah = Rp 50.000,00 f. Alkohol @ Rp 20.000,00 x 2 botol = Rp 40.000,00 g. Antiseptik dan disinfektan = Rp 40.000,00 h. Aqua gelas @ Rp 20.000,00 x 2 dus = Rp 40.000,00 4. Biaya alat tulis kantor

a. Kertas kuarto 2 rim @ Rp 29.000,00 = Rp 58.000,00 b. Biaya fotokopi lembar kuesioner, lembar

pemeriksaan dan informed consent

(460 lembar) x Rp 125 = Rp 57.500,00 c. Tinta printer = Rp 33.000,00


(54)

5. Biaya laporan

a. Penjilidan skripsi = Rp 150.000,00 b. Penggandaan skripsi = Rp 200.000,00 6. Biaya seminar proposal dan laporan akhir penelitian = Rp 300.000,00 Jumlah = Rp 1.908.500,00 10% = Rp 190.850,00 Total = Rp 2.099.350,00


(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Jumlah seluruh siswa yang terdapat di sekolah ini sebanyak 594 orang yang terdiri dari 16 kelas. Kelas VII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 209 orang, kelas VIII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 180 orang, serta kelas IX mempunyai 6 kelas yang terdiri dari 205 orang.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 230 orang yang diambil secara systematic random sampling dari kelas VII sampai IX berdasarkan kriteria inklusi, yaitu anak tidak memiliki crowded yang berat dan tidak memakai pesawat ortodonti cekat. Jumlah anak perempuan sebanyak 115 orang dan anak laki-laki sebanyak 115 orang. Gambaran responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. GAMBARAN RESPONDEN BERDASARKAN USIA DAN KELAS

Kategori Keterangan Jumlah %

Usia 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 11 28 65 81 45 4,78 12,17 28,26 35,22 19,57 Kelas VII VIII IX 38 91 101 16,52 39,57 43,91


(56)

Hasil penelitian perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Nurul Hasanah diperoleh melalui kuesioner dengan kategori perilaku baik jika nilai

≥23, perilaku sedang jika nilai 17-22, dan perilaku buruk jika nilai ≤ 1 6. Diperoleh jumlah anak kelas VII sebanyak 38 orang dengan perilaku baik 9 orang, perilaku sedang 8 orang, dan perilaku buruk 21 orang. Jumlah anak kelas VIII sebanyak 91 orang dengan perilaku baik 18 orang, perilaku sedang 33 orang, dan perilaku buruk 40 orang. Jumlah anak kelas IX sebanyak 101 orang dengan perilaku baik 27 orang, perilaku sedang 41 orang, dan perilaku buruk 33 orang. (Tabel 4)

Tabel 4. GAMBARAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SMP NURUL HASANAH BERDASARKAN KELAS

Kelas Kategori Perilaku

Baik Sedang Buruk Total

VII 9 8 21 38

VIII 18 33 40 91

IX 27 41 33 101

Total 54 82 94 230

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut 4.2.1. Prevalensi Karies

Prevalensi karies pada siswa SMP Nurul Hasanah terdiri dari bebas karies sebanyak 45 orang (19,56%) dan karies sebanyak 185 orang (80,44%). (Tabel 5) Tabel 5. PREVALENSI KARIES SISWA SMP NURUL HASANAH TAHUN 2010

Kejadian Karies Jumlah %

Karies 185 80,44

Bebas Karies 45 19,56


(57)

4.2.2. Rata-Rata Pengalaman Karies Gigi

Anak dengan kategori perilaku baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 54 orang dengan rata-rata pengalaman karies 0,50 (decay 0,43; missing 0,06; dan filling 0,02). Anak dengan kategori perilaku sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 82 orang dengan rata-rata pengalaman karies 1,79 (decay 1,59; missing 0,11; dan filling 0,10). Anak dengan kategori perilaku buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 94 orang dengan rata-rata pengalaman karies 4,12 (decay 3,63; missing 0,33; dan filling 0,18). Sehingga rata-rata DMFT (pengalaman karies) pada siswa SMP Nurul Hasanah adalah 2,44. (Tabel 6)

Tabel 6. RATA-RATA PENGALAMAN KARIES GIGI

Kategori

Perilaku N

Rata-rata Pengalaman Karies Gigi

D M F DMFT

Baik 54 0,43 0,06 0,02 0,50

Sedang 82 1,59 0,11 0,10 1,79

Buruk 94 3,63 0,33 0,18 4,12

Total 230 2,15 0,19 0,11 2,44

4.2.3. Indeks Oral Higiene

Hasil penelitian perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Nurul Hasanah, diperoleh anak dengan kategori perilaku baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 54 orang dengan rata-rata OHI-S 1,5115 (indeks kalkulus 0,8083 dan indeks debris 0,6630). Anak dengan kategori perilaku sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 82 orang dengan rata-rata OHI-S 1,4022 (indeks kalkulus 0,8673 dan indeks debris 0,5648). Anak dengan


(58)

kategori perilaku buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 94 orang dengan rata-rata OHI-S 2,4015 (indeks kalkulus 1,2663 dan indeks debris 1,1616). Sehingga rata-rata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah adalah 1,8363. (Tabel 7)

Tabel 7. RATA-RATA INDEKS ORAL HIGIENE

Kategori

Perilaku N

Rata-rata OHI-S Indeks

Kalkulus Indeks Debris OHI-S

Baik 54 0,8083 0,6630 1,5115

Sedang 82 0,8673 0,5648 1,4022

Buruk 94 1,2663 1,1616 2,4015

Total 230 1,0165 0,8317 1,8363

4.3 Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pengalaman Karies

Pada uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies. (Tabel 8)

Tabel 8. UJI STATISTIK ANTARA PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES

Kategori

Perilaku N

DMFT Nilai

minimum

Nilai

maksimum Mean SD

P

Baik 54 0 4 0,50 0,966

0,000

Sedang 82 0 4 1,79 0,965

Buruk 94 1 10 4,12 1,777


(59)

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc test dan diperoleh hasil, yaitu:

- Antara kategori perilaku baik-sedang, p = 0,000 - Antara kategori perilaku baik-buruk, p = 0,000 - Antara kategori perilaku sedang-buruk, p = 0,000

4.4 Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Indeks Oral Higiene

Pada uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene. (Tabel 9)

Tabel 9. UJI STATISTIK ANTARA PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN OHI-S

Kategori

Perilaku N

OHI-S Nilai

minimum

Nilai

maksimum Mean SD P

Baik 54 0,33 3,67 1,3505 0,74276

0,000

Sedang 82 0,00 3,17 1,7131 0,77810

Buruk 94 0,50 5,34 2,8345 1,04511

Total 230 0,00 5,34 1,8363 1,01647

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc test dan diperoleh hasil, yaitu:

- Antara kategori perilaku baik-sedang, p = 0,491 - Antara kategori perilaku baik-buruk, p = 0,000 - Antara kategori perilaku sedang-buruk, p = 0,000


(60)

4.5 Analisa Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah

Pada uji statistik diperoleh adanya hubungan yang bemakna (p < 0,05) antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah dengan kategori perilaku itu sendiri (perilaku baik, sedang, dan buruk). Perilaku yang diukur dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku menyikat gigi 2 kali sehari (pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur), lamanya menyikat gigi 2-3 menit, menyikat gigi dengan gerakan roll, suka jajan, kumur-kumur/sikat gigi setelah jajan, pengalaman sakit gigi, pergi ke dokter gigi jika sakit gigi, dan kontrol 6 bulan sekali. Sedangkan perilaku yang ditemukan tidak cukup signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku anak yang berkaitan dengan kesukaan memakan buah dan sayur (p = 0,929). (Tabel 10)

Tabel 10. UJI STATISTIK ANALISA PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pertanyaan

Perilaku

Jumlah P

Baik Sedang Buruk

N % N % N % N % DMF-T OHI-S

Sikat gigi 2 kali sehari: -Ya -Tidak 37 17 68,52 31,48 65 17 79,27 20,73 35 59 37,23 62,77 137 93 59,56 40,44

0,000 0,000

Sikat gigi sebelum tidur: -Ya -Tidak 31 23 57,41 42,59 37 45 45,12 54,88 14 80 14,89 85,11 82 148 35,65 64,35

0,000 0,000

Sikat gigi setelah sarapan: -Ya -Tidak 34 20 62,96 37,04 32 50 39,02 60,98 5 89 5,32 94,68 71 159 30,87 69,13


(61)

Lama sikat gigi 2-3 menit: -Ya -Tidak 41 13 75,93 27,07 53 29 64,63 35,37 46 48 48,94 51,06 140 90 60,87 39,13

0,000 0,032

Gerakan roll saat sikat gigi: -Ya -Tidak 36 18 66,67 33,33 56 26 68,29 31,71 46 48 48,94 51,06 138 92 60 40

0,024 0,004

Suka makan sayur/buah: -Ya -Tidak 49 5 90,74 9,26 73 9 89,02 10,98 81 13 86,17 13,83 203 27 88,26 11,74

0,907 0,971

Suka jajan: -Ya -Tidak 15 39 27,78 72,22 42 40 51,22 48,78 69 25 73,40 26,60 126 104 54,78 45,22

0,000 0,004

Kumur2/sikat gigi setelah jajan: -Ya -Tidak 49 5 90,74 9,26 46 36 56,10 43,90 14 80 14,89 85,11 109 121 47,39 62,61

0,000 0,000

Pengalaman sakit gigi: -Ya -Tidak 12 42 22,22 77,78 67 15 81,71 18,29 91 3 96,81 3,19 170 60 73,91 26,09

0,000 0,000

Pergi ke drg jika sakit gigi: -Ya -Tidak 52 2 96,29 3,71 75 7 91,46 8,54 53 41 56,38 43,62 180 50 78,26 21,74

0,000 0,000

Setiap 6 bln sekali kontrol ke drg: -Ya -Tidak 3 51 5,5 94,5 6 76 7,32 92,68 1 93 1,06 98,94 10 220 4,35 95,65


(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perilaku menyikat gigi sehari-hari, kebiasaan makan jajanan, dan kunjungan ke dokter gigi. Kemudian dilakukan pemeriksaan DMFT dan OHI-S. Hasil yang diperoleh, jumlah siswa yang termasuk kategori perilaku baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 54 orang, kategori perilaku sedang sebanyak 82 orang, dan kategori perilaku buruk sebanyak 94 orang.

Jumlah siswa dengan kategori perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut baik paling banyak pada siswa kelas IX yaitu 27 orang. Sedangkan jumlah siswa dengan kategori perilaku buruk paling banyak pada siswa kelas VIII yaitu 40 orang. Anak dengan kategori baik pada kelas VII hanya sebanyak 9 orang. (Tabel 4) Pengetahuan kesehatan gigi seseorang dapat berhubungan dengan status karies giginya. Seseorang dengan pengetahuan tinggi juga belum cukup untuk mempengaruhi status karies giginya menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semakin tinggi tingkatan kelas siswa, maka diharapkan akan lebih baik pula perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya.

Hasil penelitian, diperoleh persentase kejadian karies pada SMP Yayasan Nurul Hasanah sebesar 80,44% (Tabel 5). Prevalensi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi karies anak sekolah dasar berdasarkan penelitian


(63)

Situmorang N. (2008) di beberapa kecamatan di Kota Madya Medan yaitu sebesar 74,69%.31 Berbeda pula pada penelitian Warni L (2009) di SD wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dengan prevalensi karies sebesar 74%.1 Tingginya prevalensi karies pada penelitian ini, dapat disebabkan oleh karena subjek pada penelitian ini adalah murid SMP, sedangkan subjek penelitian oleh Situmorang N. dan Warni L. adalah murid SD. Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.5

Rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah adalah sebesar 2,44 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6). Diperoleh rata-rata DMFT pada siswa dengan kategori perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut baik sebesar 0,50 yang termasuk tingkat keparahan karies sangat rendah menurut WHO (0,0-1,1), kategori perilaku sedang sebesar 1,79 dan siswa dengan kategori perilaku buruk sebesar 4,12 yang termasuk tingkat keparahan karies sedang menurut WHO (2,7-4,4).18

Decay (D) rata-rata siswa SMP Nurul Hasanah masih lebih tinggi dibandingkan dengan filling (F). Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya kesadaran anak terutama orang tua untuk melakukan penambalan gigi pada gigi anak yang berlubang agar tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih lanjut ataupun dicabut. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi murid agar pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang dimilikinya dapat diwujudkan dalam perilaku kesehatan giginya sehari-hari.

Dapat dilihat dengan jelas bahwa semakin buruk perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, maka akan semakin tinggi pula tingkat keparahan karies


(64)

yang terjadi. Berbeda dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 yang menunjukkan indeks DMFT pada anak usia 12 tahun sebesar 1,1.1 Selain itu juga pada penelitian epidemiologi karies gigi di sekolah Chandigarh, India selama 25 tahun terakhir, diperoleh rata-rata DMFT 3,03±2.52 and 3.82 ± 2.85 pada anak berusia 12-15 tahun.32 Perbedaan rata-rata DMFT yang diperoleh dapat disebabkan oleh metode penelitian yang dipakai berbeda. Penelitian ini hanya terbatas pada satu sekolah SMP, sedangkan penelitian oleh SKRT dan penelitian epidemiologis karies di Chandigarh melibatkan banyak sekolah, sehingga populasi dan sampel yang digunakan cukup besar dan metode yang digunakan juga berbeda.

Pada penelitian ini juga diperoleh rata-rata indeks oral higiene siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah sebesar 1,8363 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Dengan nilai rata-rata OHIS 1,5115 pada siswa dengan kategori perilaku baik; 1,4022 pada siswa kategori perilaku sedang; dan 2,4015 pada siswa kategori perilaku buruk. Indeks oral hygiene 1,8363 pada penelitian ini termasuk kriteria sedang, yang lebih baik dibandingkan dengan OHIS pada penelitian Essie O. dan Yati R. (2001) pada anak Panti Karya Pungai di Binjai usia 6-14 tahun yaitu 2,37.33 Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penelitian yang dilakukan pada anak panti Karya Pungai di Binjai masih pada periode gigi bercampur, sedangkan penelitian ini pada periode gigi tetap.

Pada penelitian ini diuji hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan DMFT (pengalaman karies) dan dengan indeks oral hygiene. Diperoleh nilai p = 0,000 (Tabel 8) pada hubungan perilaku dengan DMFT dan nilai p = 0,000 (Tabel 9) pada hubungan perilaku dengan indeks oral hygiene. Oleh karena


(65)

p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan DMFT dan OHIS. Perilaku merupakan realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi perbuatan nyata. Perilaku juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Secara aplikatif, terdapat hal yang berbanding terbalik antara perilaku terhadap karies gigi. Terutama yang sangat berpengaruh adalah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Semakin baik perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin rendah pula status kariesnya. Semakin buruk perilakunya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin tinggi pula status kariesnya.1 Begitu juga sama halnya dengan indeks oral higiene, juga berbanding terbalik dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Untuk mengetahui kelompok yang memiliki hubungan atau yang memiliki perbedaan, maka dilakukan analisis post hoc. Hasil dari analisis post hoc tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga kelompok kategori perilaku, yaitu kategori perilaku baik-sedang, baik-buruk, dan sedang-buruk memiliki perbedaan yang bermakna (p = 0,000) terhadap DMFT. Hasil dari analisis post hoc antara hubungan ketiga kelompok kategori perilaku dengan indeks oral hygiene juga memiliki perbedaan yang bermakna, meskipun diperoleh nilai p = 0,491 pada kelompok kategori perilaku baik dan sedang, namun tetap menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.


(66)

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh melalui kuesioner meliputi perilaku menyikat gigi anak sehari-hari, perilaku makan jajanan dan kunjungan ke dokter gigi. Ketiga hal tersebut dianggap cukup berperan terhadap pengalaman karies dan indeks oral hygiene anak. Hasil uji statistik perilaku yang diukur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Namun juga ditemukan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna pada salah satu perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut yaitu kebiasaan suka makan sayur atau buah (p = 0,907 dan p = 0,971) (Tabel 10). Diperoleh 203 anak (88,26%) yang suka makan buah atau sayur. Artinya, hampir semua anak baik kategori perilaku baik, sedang, maupun buruk suka makan sayur atau buah.

Sama halnya dengan Penelitian epidemiologik Savara dan Suher dalam studi anak-anak di AS, tidak menemukan hubungan antara karies gigi dan frekuensi konsumsi buah. Setelah ditinjau secara ekstensif, bukti menghubungkan konsumsi buah untuk karies gigi, Rugg-Gunn menyimpulkan, buah segar tampaknya memiliki tingkat kariogenik yang rendah. Dia juga menyimpulkan dengan bukti-bukti baru, peningkatan konsumsi buah segar seperti jeruk, nenas dan lain-lain yang berserat untuk menyingkirkan gula dalam makanan dan bersifat self cleansing yang kemungkinan akan menurunkan tingkat karies gigi.26

Hasil uji statistik terdapat 137 orang (59,56%) yang menjawab ya pada perilaku menyikat gigi dua kali sehari dan 93 orang (40,44%) yang menjawab tidak. Kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi hari telah dilakukan oleh 30,87% anak dan kebiasaan menyikat gigi malam hari sebelum tidur telah dilakukan oleh 35,65% anak. Hal ini menunjukkan jumlah siswa SMP Nurul Hasanah yang menyikat gigi


(67)

pada waktu yang tepat masih tergolong rendah. Pengetahuan anak tentang waktu menyikat gigi masih belum tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan anak yang menyikat gigi pada waktu yang salah, yaitu pada waktu mandi pagi sebelum sarapan, dan waktu mandi sore. Sulit bagi anak untuk mengubah kebiasaannya, sehingga dalam hal ini sangat diperlukan peran orang tua mendidik anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi sejak kecil.

Penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Warni L (2009) yang memiliki 83,3% responden dengan waktu menyikat gigi yang tepat.1 Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi dan waktu menyikat gigi dengan DMFT dan OHI-S.

Dalam hal lamanya menyikat gigi yaitu 2 sampai 3 menit, juga diperoleh hubungan bermakna dengan DMFT (p = 0,000) dan dengan OHIS (p = 0,032). Rateitschak dkk dan Kuroiwa mengatakan tujuan penyikatan adalah menghilangkan plak bakteri, dan selama ini tujuan tersebut dapat diterima melalui beberapa metode atau apa yang dikerjakan.34 Berdasarkan metode menyikat gigi yaitu dengan teknik roll diperoleh juga hubungan yang bermakna dengan DMFT dan OHIS, sebanyak 138 anak (60%) memakai teknik roll saat menyikat gigi.

Pada penelitian Vipeholm, yang menjadi faktor utama penyebab tingginya prevalensi karies gigi adalah frekuensi mengkonsumsi gula. Konsumsi makanan jajanan yang mengandung gula termasuk faktor penting pencetus terjadinya karies. Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan 54,4% anak yang suka jajan, sehingga diperoleh adanya hubungan bermakna antara kebiasaan anak suka jajan dengan DMFT (p = 0,000) dan OHIS (p = 0,004). Penelitian Holbrook,et al pada anak usia 5


(1)

7. Apakah Adik menyikat gigi sebelum tidur malam?

a. Ya 7

b. Tidak

8. Berapa lama Adik menyikat gigi?

c. 2-3 menit 8

d. Tidak tentu

9. Apakah Adik menyikat gigi menggunakan pasta gigi?

a. Ya 9

b. Tidak

10. Apakah setelah menyikat gigi Adik mencuci sikat gigi tsb?

a. Ya 10

b. Tidak

11. Bila jawaban no.11 ya, bagaimana cara Adik mencuci sikat gigi tsb?

c. Mencuci di bawah air mengalir 11

d. Mencelupkan ke dalam gayung berisi air

12. Berapa lama Adik mengganti sikat gigi yang Adik pakai?

c. 2-3 bulan 12

d. Tidak pernah diganti/jika bulu sikat sudah rusak 13. Bagaimana gerakan Adik saat menyikat gigi?

c. Roll (gerakan memutar) 13

d. Tidak tentu

14. Bagaimana letak posisi sikat gigi setelah Adik menyikat gigi?

c. Posisi berdiri 14

d. Posisi tidur

15. Berapa kali Adik makan nasi dalam sehari?

c. Tiga kali sehari 15

d. Tidak teratur

16. Apakah Adik suka makan roti, kue, bakso, sate, mie, dan snack?

a. Ya 16


(2)

17. Apakah Adik suka makan sayur/buah?

a. Ya 17

b. Tidak

18. Apakah Adik suka makan sebelum tidur?

a. Ya 18

b. Tidak

19. Apakah orang tua Adik melarang Adik jajan?

a. Ya 19

b. Tidak

20. Apakah Adik suka jajan?

a. Ya 20

b. Tidak

21. Jajanan apa yang paling sering Adik makan?

c. Kacang-kacangan, keripik jagung, yogurt. 21

d. Kue, biskuit, donat, permen, manisan.

22. Apakah yang Adik lakukan setelah makan jajanan?

c. Kumur-kumur/sikat gigi 22

d. Tidak melakukan apa-apa 23. Apakah Adik pernah sakit gigi?

c. Pernah 23

d. Tidak pernah

24. Jika Adik sakit gigi, apa yang Adik lakukan untuk mengobati sakit

gigi tersebut? 24

c. Pergi ke dokter gigi/puskesmas atau beli obat sendiri d. Tidak diobati

25. Apakah Adik takut ke dokter gigi?

a. Ya 25

b. Tidak

26. Apakah gigi Adik ada yang sudah ditambal atau dicabut?

c. Ada 26


(3)

27. Apakah sejak kecil Adik sudah dibawa ke dokter gigi oleh orang tua?

a. Ya 27

b. Tidak

28. Apakah Adik dibawa orang tua untuk pemeriksaan/kontrol ke

dokter gigi? 28

c. Ya d. Tidak

29. Kapan saja Adik melakukan kontrol ke dokter gigi?

c. 6 bulan sekali 29

d. Tidak tentu

Jumlah nilai maksimal adalah 29 dan nilai minimum adalah 0. Dengan kategori: Perilaku Baik (≥ 80%) = ≥ 23

Perilaku Sedang (60-79%) = 17-22 Perilaku Buruk (≤ 59%) = ≤ 16


(4)

Lampiran 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

PENELITIAN PENGALAMAN KARIES GIGI DAN

INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP

Nama : ... No Kartu :

Pemeriksa :...

1) Sekolah : 1

2) Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2

2. Perempuan Tgl/Bln/Thn Tanggal Periksa :

Tanggal Lahir :

3) Usia : 3

4) Karies Gigi :

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27


(5)

TABEL INDEKS KARIES GIGI PERMANEN

Kode Kondisi

0 Sehat (tidak ada kelainan) 1 Bila ada kelainan D,M, atau F

5) Free Karies : 1. Ya 2. Tidak 6) Indeks Debris :

Skor Debris = =

7) Indeks Kalkulus

Skor Kalkulus = =

Skor Kriteria Debris Skor Kriteria Kalkulus

0 Tidak ada 0 tidak ada

1 < 1/3, ada ekstrinsik 1 supragingival < 1/3 2 >1/3-<2/3 2 - supragingival >1/3-<2/3

- subgingival mengelilingi leher berupa flek

3 >2/3 3 - supragingival>2/3, subgingival berupa pita

8) OHI-S = Skor Debris + Skor Kalkulus = + = Skor D

Skor M Skor F Skor DMF

31 36

16 11 26

46

16 46

11 31

26 36


(6)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca keterangan tentang risiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pengalaman Karies dan Indeks Oral Higiene pada Murid SMP.

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Jesica N. Sihite sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, ... 2011 Tanda Tangan,

( ... )

Nama Orang tua : ... Alamat : ... No. Telp/ Hp. : ...


Dokumen yang terkait

Perbandingan Oral Higiene Dan Pengetahuan Antara Kelompok Satu Kali Penyuluhan Dan Dua Kali Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Penderita Tunanetra Usia 12 – 19 Tahun Di Medan

13 64 61

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Dan Ohis Pada Anak SMP

6 126 74

Kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan

11 56 83

Gambaran Oral Higiene Dan Karies Gigi Pada Siswa Sekolah Tunarungu Dan Tidak Tunarungu Kelompok Usia 11-12 Tahun Dan 14-16 Tahun

1 39 73

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

0 75 1

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid SMU Di Kabupaten Langkat Tahun 2004

4 82 135

Perbedaan status oral higiene dan pengalaman karies gigi pada penderita dan bukan penderita asma usia 20-30 tahun di RSUP H.Adam Malik Medan

6 108 62

Analisis Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Oral Higiene Dan Periodontal Pasien Kompromis Medis Rawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 1 20

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KARIES (Studi pada Pasien BP Gigi Puskesmas Margorejo)

0 4 53

A. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut - Perbedaan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dan Pengalaman Karies Pada Siswa Pendidikan Formal (Sdit Alif) Dan Nonformal (Sd Yayasan Amal Shaleh) Di Kecamatan Medan Polonia

0 1 20