21
3. Peran pengembangan sumber
Memang diakui dalam kurun waktu
daya manusia sampai saat ini telah tercapai kesadaran
masyarakat dalam melakukan upaya- Pendekatan pengembangan sumber
upaya konservasi tanah, dan upaya- daya manusia akan memberdayakan
upaya penanaman pohon pada lahan- masyarakat sasaran dan memberikan
lahan mereka. Namun di satu sisi, makna baru atas peran-peran yang lain.
pendekatan demikian menimbulkan efek Pengembangan kapasitas teknis harus
negatif berupa ketergantungan petani dikombinasikan dengan kapasitas
terhadap penyuluhpetugas kehutanan. m a n a j e r i a l . F i l o s o f i d a s a r d a r i
Persepsi negatif kadang masih muncul pengembangan kapasitas manusia adalah
bahwa kedatangan petugas diharapkan untuk mendorong komunitas pedesaan
membawa bantuan buat mereka. untuk memahami gaya individu dan gaya
Ketergantungan inilah yang sebenarnya kelompoknya dalam mengorganisir dirinya
kontaproduktif dengan tujuan penyuluhan untuk meningkatkan keterampilan dalam
itu sendiri yang mestinya menciptakan perencanaan, penerapan dan monitoring.
kemandirian dan keberdayaan petani. Dari persoalan ini muncul beberapa
4. Peran pemecahan masalah dan
indikasi dimana kelompok-kelompok yang
pendidikan telah dibentuk pada akhirnya tidak menuju
kemandirian, tetapi tetap berada pada Pemecahan masalah adalah peran
kondisi ketergantungan. Sebagai yang penting, namun peran ini sedang
ilustrasi, dalam catatan Sudiana 2006, berubah dari menyediakan pemecahan
dari 583 kelompok tani hutan rakyat di masalah teknis menjadi peran untuk
Kabupaten Ciamis baru terdapat 6 memberdayakan organisasi petani dalam
kelompok 1,03 yang termasuk dalam memecahkan permasalahan mereka
kategori “utama” atau bisa dikatakan sendiri. Hal ini bisa dicapai dengan
memiliki kemandirian tinggi. Berdasarkan membantu mereka untuk mengenali
penelusuran kelompok-kelompok tersebut permasalahan dan menemukan jawaban
sebetulnya ada yang telah dibentuk pada yang tepat dengan melakukan kombinasi
tahun 1980-an berdasarkan keperluan antara pengetahuan lokal dengan
kegiatan proyek pada waktu itu. Dengan teknologi yang ada dengan memanfaatkan
demikian kemandirian kelompok yang sumber daya mereka secara tepat.
d i b e n t u k o l e h p e n y u l u h y a n g Disamping itu, terdapat pergeseran dalam
menggunakan paradigma lama tersebut peran pendidikan dari pendekatan kuliah,
cenderung kurang mendorong kepada seminar, dan pelatihan menjadi belajar
kemandirian kelompok yang tinggi. sambil bekerja dan mendorong petani dan
Kondisi demikian mengindikasikan bahwa organisasi petani untuk melakukan uji coba
peran penyuluh kehutanan dalam dan melaksanakan proses belajar sambil
pengorganisasian masyarakat petani bekerja.
belum menunjukkan hasil yang efektif setelah lebih dari 25 tahun pelaksanaan
penyuluhan kehutanan.
Pendekatan penyuluhan kehutanan p a d a a w a l n y a d i l a k u k a n u n t u k
Dalam rangka penguatan kapasitas menyampaikan paket-paket teknologi
masyarakat lokal, penguatan peran dalam bidang kehutanan, misalnya dalam
p e n y u l u h k e h u t a n a n d a l a m rangka konservasi tanah dan air.
pengorganisasian masyarakat lokal Penyuluhan kehutanan diwarnai oleh
sangat diperlukan. Penyuluh kehutanan k e g i a t a n - k e g i a t a n y a n g b e r b a s i s
akan bisa menjalankan tugas-tugasnya keproyekan. Pembentukan kelompok-
dalam pengorganisasian masyarakat kelompok tani juga dilakukan dalam
dengan baik apabila memiliki bekal kerangka kegiatan keproyekan tersebut.
kemampuan yang memadai.
22
Peran baru ini membutuhkan Kehutanan di provinsi dan Departemen
perubahan landasan berpikir yang cukup Kehutanan sendiri.
mendasar. Karena masyarakat setempat y a n g m e n j a d i s u b y e k d i p e r l u k a n
Kerangka pemikiran yang dibangun kesejajaran posisi dalam proses belajar
berawal dari masyarakat lokal yang akan mereka bersama penyuluh. Perlu
menjadi sasaran program hutan tanaman reorientasi pemikiran dari penyuluh
rakyat tersebut. Masyarakat lokal di kehutanan yang mengajari petani menjadi
dalam dan sekitar hutan tersebut penyuluh yang belajar bersama petani.
d i a s u m s i k a n m a s i h m e m e r l u k a n D a r i p e n y u l u h k e h u t a n a n y a n g
penguatan kelembagaan setempat dalam menyampaikan informasi inovasi kepada
rangka melaksanakan program hutan petani, menjadi komunikasi yang dialogis
tanaman rakyat. Masih diperlukan pihak d e n g a n p e t a n i u n t u k m e n c a p a i
dari luar yang memfasilitasi untuk kesepahaman bersama. Dari penyuluh
penyiapan aspek sosialnya. Diantaranya kehutanan yang membawa “inovasi”
a d a l a h b a g a i m a n a m e n y a t u k a n teknologi dari luar, menjadi penyuluh
k e b u t u h a n - k e b u t u h a n u n t u k kehutanan yang memadukan inovasi
berkelompok, membangun kelompok, tersebut dengan pengetahuan kearifan
membangun proses-proses dalam lokal untuk membangun hutan tanaman.
menetapkan aturan-aturan bersama, Demikian seterusnya, maka diperlukan
memperkuat kepemimpinan kelompok, strategi bagaimana meningkatkan
dan membangun komunikasi bersama kemampuan penyuluh kehutanan yang
para anggotanya. berada di lapangan ini agar bisa
m e n j a l a n k a n p e r a n n y a d a l a m Penyuluh kehutanan sebagai agen
mengorganisasikan masyarakat setempat. dari luar yang akan melakukan fungsi
fasilitasi penguatan lembaga masyarakat
Strategi Yang Diperlukan setempat masih memiliki kemampuan
y a n g t e r b a t a s d a l a m h a l p e n g - Strategi apa yang diperlukan untuk
organisasian petani. Diperlukan memperkuat kapasitas masyarakat
perubahan cara berpikir dan sikap baru setempat dalam kerangka pembangunan
yang menghargai petani dalam posisi hutan tanaman rakyat?. Strategi yang
yang sejajar dalam proses belajar diajukan tidak terlepas dari kedua
bersama. Diperlukan kemampuan baru proposisi yang kami ajukan di muka.
bagi penyuluh untuk menjalankan peran K e d u a p r o p o s i s i t e r s e b u t y a i t u :
ini. Oleh karena itu penulis mencoba “ k e l e m b a g a a n p e t a n i y a n g k u a t
mengusulkan beberapa strategi yang m e r u p a k a n a s p e k y a n g s a n g a t
diperlukan agar penguatan kelembagaan berpengaruh terhadap keberhasilan
masyarakat setempat ini bisa dilakukan penyiapan program hutan tanaman rakyat
secara optimal yaitu : HTR. Sedangkan kelembagaan petani
yang kuat tersebut sangat dipengaruhi 1.
Pengembangan diri penyuluh oleh efektivitas peran penyuluh kehutanan
kehutanan melalui pelatihan tentang dalam penguatan kelembagaan petani”
p e n g o r g a n i s a s i a n d a n p e m - berdayaan petani. Pelatihan ini
Oleh karena itu, dengan melihat paling tidak memuat prinsip-prinsip
kedudukan para penyuluh kehutanan pada p e n g o r g a n i s a s i a n k o m u n i t a s ,
dinas-dinas yang menangani kehutanan di pengembangan kepemimpinan
kabupaten, maka strategi ini terutama lokal, prinsip-prinsip pemberdayaan,
ditujukan bagi Dinas Kehutanan tersebut dan dinamika kelompok. Metode
t e r h a d a p p e n y u l u h k e h u t a n a n d i pembelajarannya selain diskusi dan
lingkungannya. Namun demikian, strategi tatap muka di kelas, perlu dilengkapi
ini juga tidak terlepas dari fungsi Dinas dengan belajar dari pengalaman
23
kelompok masyarakat lokal yang pemasaran hasil saja. Termasuk pula
b e r h a s i l d a l a m p e n g e l o l a a n dalam pembangunan hutan tanaman
sumberdaya alam hutan. Belajar dari rakyat, selain aspek teknis kehutanan
pengalaman mereka-mereka yang tersebut, barangkali aspek sosial berupa
sudah berhasil, akan meningkatkan kelembagaan masyarakat setempat inilah
kemampuan tentang apa yang telah yang harus dipersiapkan dengan matang.
dipelajari. Jangan sampai terjadi berbagai kebijakan
2. Mendorong kemandirian belajar
yang telah dikeluarkan menjadi tidak penyuluh kehutanan. Mendorong
efektif pelaksanaannya di lapangan kemandirian belajar penyuluh bisa
karena kesalahan dalam membuat dilakukan dengan cara menyediakan
asumsi. Kelembagaan masyarakat akses yang memadai terhadap
dianggap sudah kuat dan sudah siap berbagai sumber informasi. Pihak
melaksanakan berbagai prosedur yang Dinas perlu menyediakan berbagai
harus ditempuh dalam perijinan, dalam informasi tentang kehutanan, baik
membuat rencana pengelolaan dan dari hasil-hasil penelitian, hasil-hasil
seterusnya dengan tanpa dilakukan e v a l u a s i p r o g r a m , h a s i l - h a s i l
pendampingan secara memadai. seminarlokakarya dan informasi
l a i n n y a b a g i p a r a p e n y u l u h
Daftar Bacaan
k e h u t a n a n . K e m u d i a n b i s a diciptakan wahana untuk saling
APHI. 2007. Percepatan Pembangunan Hutan Tanaman : Peran hutan tanaman rakyat,
belajar antar sesama penyuluh
masalah dan rekomendasi. www.aphi-net.com
dengan fasilitasi Dinas kehutanan
Awang, San Afri. 2002. Social Forestry, belajar dari
setempat. Wahana belajar ini bisa
lapangan. Warta FKKM Vol. 5 No. 9
b e r u p a p e r t e m u a n p e n y u l u h ,
September 2002. Black, AW. 2000. Extension Theory and Practice :
k u n j u n g a n k e p a d a b e r b a g a i
a review. Australian Journal of Experimental
kelompok yang berhasil dan lain-lain.
Agriculture 40, 493-502.
3. Mendorong kedinamisan belajar
Chamala, Shankariah, dan P.M. Shingi. 1997.
masyarakat lokal. Selain mendorong
Establishing and Strengthening Farmer
kemandirian balajar penyuluh,
Organization. Di dalam : Burton E. Swanson, Robert P. Bentz, dan Andrew J. Sofranko
diperlukan pula dorongan agar
Editor. Improving Agricultural Extension : A
m a s y a r a k a t l o k a l b i s a l e b i h
reference manual. Rome : FAO of the UN.
mengotimalkan cara belajar mereka
Dephut. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.
d a r i b e r b a g a i s u m b e r d a n
23Menhut-II2007 tentang Tata Cara Perizinan
pengalaman masyarkat lainnya.
IUPHHK-HTR. Suhardjito, Didik., Aziz Khan, Wibowo A. Djatmiko,
Diperlukan fasilitasi dari pihak Dinas
Martua T. Sirait, Santi Evelyna. 2000.
atau pihak lainnya dalam hal ini.
Karakteristik Pengelolaan Hutan Berbasiskan
Belajar dari sesama petani akan
Masyarakat. Yogyakarta : FKKM Ford
keberhasilan yang telah diraih,
Foundation.
merupakan fenomena yang bisa
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
dikembangkan. Karena pada
Jakarta : Bina Rena Pariwara.
hakekatnya sebagai orang dewasa,
Sudiana, Eming. 2006. Identifikasi Kelompok Tani
belajar dari pengalaman dan belajar
Dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
dengan melihat dan mengalami
di Kabupaten Ciamis. . Di dalam : Prosiding
secara langsung merupakan prinsip
Dialog Stakeholder Project PD. 27104 Rev.3F Rehabilitation of Degraded Forest
yang patut terus dipegang.
land Involving Local Communities In West Java Indonesia, Pangandaran 30-31 Mei 2006.
Strategi tersebut di atas tentu harus
Ciamis : Dinas Kehutanan.
ditopang oleh komitmen dan dorongan dari
Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional Development : An analytical sourcebook with
pihak pemerintah untuk mengembangkan
cases. West Hardwood, Connecticut :
s i s i p e n y u l u h k e h u t a n a n d a n
Kumarian Press.
masyarakatnya. Keberhasilan suatu program pada hakekatnya tidak hanya
tergantung dari aspek teknis kehutanan, __________
perencanaan, pembibitan, penanaman,
Karya siswa Program S3 Penyuluhan Pembangunan
p e m e l i h a r a a n , p e m a n e n a n d a n
IPB Bogor
24
PENUNJUKAN VERSUS PENETAPAN KAWASAN HUTAN
Bentuk Kebijakan Pemantapan Kawasan Hutan Yang Tak Berujung
tanggapan Tulisan Watty Karyati
Oleh : Andi Pramaria
Pendahuluan
acuan awal dalam penentuan trayek batas h u t a n u n t u k d i s e p a k a t i P T B d i
Salah satu prasyarat utama dalam KabupatenKota.
pengelolaan hutan lestari adalah adanya kawasan hutan yang tetap dengan batas-
Peta TGHK juga merupakan rencana batas permanen, yaitu lokasi, letak, luas
tata ruang bidang kehutanan karena berisi dan batas-batas yang tetap dan pasti
penentuan fungsi-fungsi kawasan hutan secara fisik di lapangan serta mempunyai
seperti hutan lindung, hutan produksi, kepastian hukum. Untuk menuju kepastian
taman nasional, taman buru, suaka k a w a s a n h u t a n m a k a d i l a k u k a n
margasatwa, taman wisata alam, cagar pengukuhan kawasan hutan, melalui
alam dan lain-lain. proses yang panjang yaitu penunjukan
k a w a s a n h u t a n , p e n a t a a n b a t a s , Munculnya Undang-Undang Nomor
pemetaan dan penetapan kawasan hutan. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dan Keppres Nomor 30 tahun 1990
merupakan kesatuan dalam kegiatan tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
pengukuhan kawasan hutan dengan mengamanatkan kepada setiap daerah
tujuan utama memperoleh kepastian KabupatenKota, Provinsi dan Nasional
hukum atas kawasan hutan meliputi status untuk menyusun Rencana Tata Ruang
kawasan hutan secara yuridis dan fisik di Wilayah RTRW. Hal ini menyebabkan
lapangan. perlunya pemaduserasian antara RTRW
dengan hasil-hasil tata bataspengukuhan Oleh karena itu, hasil penataan batas
hutan. Jika tata batas belum selesai perlu dipetakan dan dibuatkan Berita Acara
dilaksanakan maka acuannya adalah Tata Batas BATB yang selanjutnya
TGHK. ditandatangani oleh Panitia Tata Batas
Hutan PTB sebagai bentuk legitimasi Pengawalan terhadap penyusunan
atas kawasan hutan dan ditetapkan oleh RTRW agar sesuai dengan hasil tata
Menteri Kehutanan untuk memperoleh bataskemajuan pengukuhan hutan
status yuridis. Sedangkan di lapangan TGHK, sudah barang tentu berlangsung
p e r l u d i l a k u k a n p e n g u k u r a n d a n alot karena memadukan ruang antar
pemasangan pal batas serta papan-papan sektor pengguna lahan. Pengesahan
peringatan sebagai bentuk batas kawasan RTRW sendiri dilakukan melalui Peraturan
hutan secara fisik. Daerah sehingga mempunyai kekuatan
hukum. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri
Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK
bahwa RTRW seringkali tabrakan dengan kawasan hutan, baik hasil
Peta Penunjukan Kawasan Hutan pengukuhan hutan maupun TGHK. Oleh
tahun 1982 yang diwujudkan sebagai peta karena itu, pemaduserasian antara RTRW
Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan dengan hasil tata bataspengukuhan
Hutan RPPH atau TGHK, merupakan hutan atau TGHK sangat diperlukan.
25
Penataan Batas dan Pemetaan. Penetapan
Berdasarkan TGHK disusun rencana Kegiatan penetapan kawasan hutan
trayek batas untuk dibahas pada PTB. diajukan berdasarkan dokumen-dokumen
Hasil pembahasan tersebut, dituangkan yang sudah dibuat yaitu BATB Sementara
dalam Berita Acara Trayek Batas yang dan BATB definitif untuk ditandatangani
ditandatangani oleh PTB untuk dijadikan Menteri Kehutanan. Kawasan hutan yang
acuan dalam pelaksanaan tata batas. sudah ditatabatas dan disahkan BATBnya
selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Penataan Batas dilaksanakan melalui
sebagai kawasan hutan, sehingga proses dua tahap yaitu penataan batas sementara
pengukuhan hutan selesai. Implikasinya dan penataan batas definitif.
adalah kawasan hutan sudah mempunyai status hukum yang kuat, kejelasan yuridis,
a. Penataan Batas Sementara
dan batas-batas yang jelas dalam perpetaan maupun lapangan.
Kegiatan tata batas sementara dilaksanakan sesuai dengan trayek batas
Kebijakan Tak Berujung
y a n g s u d a h d i s e p a k a t i d e n g a n menggunakan alat bantu kompas dan
Kegiatan pengukuhan hutan, pada dipasang pancang sementara. Hasil tata
dasarnya sudah dilaksanakan sejak lama batas sementara tersebut diumumkan
sebelum kemerdekaan. Pada zaman pada setiap desa yang dilewati sehingga
p e n j a j a h a n B e l a n d a p e n g u k u h a n dapat diketahui masyarakat. Jika terdapat
kawasan hutan dilaksanakan melalui pengakuan masyarakat terhadap kawasan
proses verbal dan pemasangan batas yang dilakukan penataan batas sementara
secara fisik di lapangan dalam bentuk yang dibuktikan dengan bukti-bukti
gundukan batu-batu atau yang biasa penguasaan lahan maka batas sementara
dinamakan gegumuk. Pada beberapa tersebut akan disesuaikan kembali. Hasil
kawasan tanda batas tersebut masih tata batas sementara tersebut dilegalkan
terlihat dan dihormati karena adanya d a l a m B A T B S e m e n t a r a y a n g
pengakuan masyarakat. Hasil-hasil ditandatangani PTB. Dalam hal terdapat
pengukuhan hutan dan tata batas perubahan akan dicatat dan disesuaikan
tersebut, diakomodir dalam peta TGHK dengan mendeliniasi pada peta hasil
sehingga dalam proses penataan batas pancang sementara.
h a n y a d i l a k u k a n d a l a m b e n t u k rekonstruksi batas kawasan hutan.
b. Penataan Batas Definitif
Penunjukan kembali kawasan hutan dan perairan pada beberapa Provinsi pada
Pelaksanaan tata batas definitif, tahun 1999, yang tidak mengakomodir
d i l a k u k a n d e n g a n m e l a k s a n a k a n hasil tata batas dan pengukuhan hutan,
pengukuran lapangan sesuai dengan hasil telah mengundang kontroversi sebagai
p a n c a n g b a t a s s e m e n t a r a d a n kebijakan yang tak pernah berujung.
perubahannya dengan menggunakan alat Berdasarkan telaahan penunjukan
ukur yang lebih akurat antara lain kawasan hutan dan perairan tahun 1999,
Theodolith serta memberi batas definitif paling tidak ditemukan lima masalah
dengan memasang pal batas yang pokok yang sulit diselesaikan, yaitu :
permanen dalam bentuk pal beton atau kayu sesuai ukuran yang telah ditentukan.
a. Bentuk kawasan hutan yang berbeda
Hasil pelaksanaan tata batas definitif dengan hasil tata bataspengukuhan
tersebut dibuatkan BATB dan dipetakan hutan, yang berimplikasi pada
untuk dibahas dan ditandatangani PTB luasan dan batas yang berbeda;
s e b a g a i b e n t u k p e n g a k u a n a t a s b.
Posisi kawasan hutan yang berbeda keberadaan kawasan hutan.
dengan hasil tata bataspengukuhan
26
hutan, berimplikasi pada letak dan Menteri Kehutanan menyangkut kawasan
fungsi kawasan hutan; hutan Provinsi. Hasil telaahan hukum
c. Penunjukan kawasan hutan yang
menyatakan bahwa dalam hal SK yang sudah dilepaskan melalui prosedur
sama menunjuk obyek yang sama maka tukar menukar kawasan hutan serta
SK terbaru akan melemahkan SK yang tetap menunjuk areal pengganti
lama. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai kawasan hutan, berimplikasi
maka hasil-hasil tata bataspengukuhan pada ketidakpastian usaha dan
hutan sebelum penunjukan kawasan penggunaan lahan;
hutan dan perairan tahun 1999 menjadi d.
Penghapusan kawasan hutan yang tidak berarti karena dilemahkan oleh
sudah ditatabatasdikukuhkan, yaitu penunjukan kawasan hutan dan perairan
k a w a s a n h u t a n y a n g s u d a h tahun 1999. Pengukuhan hutan yang
ditatabatas dan atau dikukuhkan bertujuan untuk memberi kepastian
tidak diakomodir dalam penunjukan hukum atas kawasan hutan pasal 14 ayat
kawasan hutan dan perairan; 2, UU 4199 tidak akan berujung dan
e. Penunjukan kawasan hutan baru
sebaliknya semakin tidak memberi yang secara faktual merupakan
kepastian kawasan. Penunjukan kawasan pemukiman penduduk, perkebunan,
hutan dan perairan tahun 1999, sebagai sawah, dan lain-lain, memperlihatkan
bagian proses pengukuhan hutan, perlu bahwa penunjukan kawasan hutan
ditindaklanjuti dengan kegiatan penataan dan perairan dilakukan tanpa
batas, pemetaan dan penetapan kawasan memperhatikan realitas kondisi yang
hutan dengan memperhatikan RTRW ada dan bersifat sepihak.
pasal 15, UU 4199 atau perlu dilakukan pengukuhan ulang.
Kelima masalah pokok tersebut, pada dasarnya disebabkan oleh penunjukan
Penutup
kawasan hutan dan perairan tahun 1999 yang tidak mengakomodir hasil-hasil tata
P e n u n j u k a n k a w a s a n h u t a n , bataspengukuhan hutan yang sudah
semestinya mengakomodir hasil-hasil tata berlangsung.
bataspengukuhan hutan yang sudah b e r l a n g s u n g . A d a n y a p e r b e d a a n
Implikasi dari adanya penunjukan penunjukan dan proses pengukuhan
kawasan hutan dan perairan tahun 1999 hutan telah berimplikasi pada tingkat
dalam prosedur pengukuhan hutan adalah operasional seperti penggunaan lahan
perlunya proses pengukuhan hutan ulang pada kawasan hutan versi hasil tata
karena penunjukan tahun 1999 sangat bataspengukuhan hutan, namun berada
berbeda dengan hasil tata batas kawasan di luar kawasan hutan versi penunjukan.
hutan. Pertanyaannya adalah dimana Hal ini menyebabkan terjadinya keraguan
kebijakan pemantapan kawasan hutan d a l a m b e r t i n d a k k a r e n a a d a n y a
akan berujung? ketidakpastian kawasan hutan.
Penunjukan Versus Penetapan Pertanyaan mendasar yang perlu
dijawab adalah mengapa harus dilakukan Kawasan hutan adalah wilayah
penunjukan kawasan hutan dan perairan tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
tahun 1999 yang berbeda dengan hasil- oleh pemerintah untuk dipertahankan
hasil tata batas? Benarkah pengukuhan keberadaannya sebagai hutan tetap pasal
hutan akan memberi kepastian kawasan 1 angka 3, UU 4199. Berdasarkan
h u t a n ? M a s i h p e r l u k a h p r o s e s pengertian tersebut, maka penunjukan dan
pengukuhan hutan atau tata batas hutan penetapan kawasan hutan mempunyai
dengan model konvensional seperti kekuatan hukum yang sama. Penunjukan
sekarang? dan sampai kapan kawasan kawasan hutan dan perairan tahun 1999
hutan akan menjadi mantap? dan hasil tata bataspengukuhan hutan
dilakukan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan pada obyek yang sama. Hal ini
__________
Staf Dinas Kehutanan Provinsi NTB.
berarti terdapat dua Surat Keputusan
27
ORGANISASI KPH, SEPERTI APA ?
Tinjauan aspek hukum
Oleh : Ali Djajono
LANDASAN HUKUM
Pembangunan KPH Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah suatu
D i k a i t k a n d e n g a n o r g a n i s a s i keniscayaan tuntutan UU, tuntutan
pemerintahan dan organisasi KPH, p r a k o n d i s i p e n g e l o l a a n , t u n t u t a n
t e r d a p a t b e b e r a p a p e r a t u r a n pengelolaan yang berkelestarian, namun
perundangan yang melandasinya yaitu: demikian dalam implementasinya tidaklah
segampang membalik tangan. 1.
PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan,
Salah satu faktor penyebabnya antara lain belum ada komitmen dan
2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang
dukungan kuat dari Pemerintah dan Pengelolaan Keuangan BLU,
Pemerintah Daerah untuk mewujudkan 3.
PP No. 41 Tahun 2007 tentang KPH.
Organisasi Perangkat Daerah, Hal ini dimungkinkan karena adanya
4. PP No. 38 Tahun 2007 tentang
beda pemahamanpersepsi tentang KPH, Pembagian Urusan Pemerintahan
k e t e r b a t a s a n d a n a a n g g a r a n antara Pemerintah, Pemerintahan
pembangunan, termasuk terbatasnya Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
peraturan perundangan pendukung yang Daerah KabupatenKota,
mengikat bagi pembentukan KPH. 5.
PP No. 3 Tahun 2008 tentang Salah satu yang menjadi titik penting
Perubahan Pp. 6 Tahun 2007 dari pembangunan KPH adalah organisasi
Tentang Tata Hutan dan Penyusunan KPH. Organisasi KPH lah yang akan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
menyelenggarakan pengelolaan di wilayahnya.
Berikut diuraikan beberapa pasal terkait dalam peraturan pemerintah
Sebagai organisasi Pemerintah maka tersebut.
organisasi KPH tidak bisa dilepaskan dari landasan-landasan hukum pembentukan
Pertama, PP No. 44 Tahun 2004
suatu organisasi pemerintahan.
tentang Perencanaan Kehutanan. Pasal 32 menyatakan bahwa Pada setiap unit
Seperti diketahui hingga saat ini pengelolaan hutan dibentuk institusi
belum ada suatu penetapan organisasi pengelola.
KPH oleh Pemerintah kecuali yang terjadi pada Perum Perhutani di Jawa.
Institusi pengelola bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
Uraian di bawah ini mencoba pengelolaan hutan yang meliputi:
m e m p e l a j a r i a s p e k - a s p e k h u k u m organisasi pemerintahan dikaitkan dengan
1. Penrencanaan Pengelolaan,
2. Penggorganisasian,
kemungkinan penetapan suatu organisasi 3.
Pelaksanaan Pengelolaan, KPH.
4. Pengendalian dan pengewasan.
28
Kedua, PP No. 23 Tahun 2005 tertentu untuk tujuan meningkatkan
tentang Pengelolaan Keuangan BLU. perekonomian masyarakat atau
Terdapat beberapa pasal penting, yaitu: layanan umum; danatau
pasal 1, pasal 3 dan pasal 4. 3.
Pengelolaan dana khusus dalam Pasal 1 menyatakan bahwa Badan
rangka meningkatkan ekonomi Layanan Umum yang selanjutnya disebut
d a n a t a u p e l a y a n a n k e p a d a BLU, adalah instansi di lingkungan
masyarakat. P e m e r i n t a h y a n g d i b e n t u k u n t u k
Pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa m e m b e r i k a n p e l a y a n a n k e p a d a
P e r s y a r a t a n t e k n i s s e b a g a i m a n a masyarakat berupa penyediaan barang
dimaksud pada ayat 1 terpenuhi apabila: d a n a t a u j a s a y a n g d i j u a l t a n p a
mengutamakan mencari keuntungan dan 1.
kinerja pelayanan di bidang tugas dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pokok dan fungsinya layak dikelola pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
dan ditingkatkan pencapaiannya m e l a l u i B L U s e b a g a i m a n a
Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa d i r e k o m e n d a s i k a n o l e h
BLU beroperasi sebagai unit kerja menteripimpinan lembagakepala
kementerian negaralembagapemerintah S K P D s e s u a i d e n g a n
daerah untuk tujuan pemberian layanan kewenangannya; dan
umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
2. kinerja keuangan satuan kerja
instansi induk yang bersangkutan. instansi yang bersangkutan adalah
sehat sebagaimana ditunjukkan Pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa
dalam dokumen usulan penetapan BLU merupakan bagian perangkat
BLU p e n c a p a i a n t u j u a n k e m e n t e r i a n
negaralembagapemerintah daerah dan
Ketiga, PP No. 41 Tahun 2007
karenanya status hukum BLU tidak tentang Organisasi Perangkat Daerah,
t e r p i s a h d a r i k e m e n t e r i a n Pasal 2 ayat 1 Menyatakan bahwa
negaralembagapemerintah daerah Pembentukan Organisasi Perangkat
sebagai instansi induk. Daerah ditetapkan dengan peraturan
daerah dengan berpedoman pada Pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa
peraturan pemerintah ini. Suatu satuan kerja instansi pemerintah
dapat diizinkan mengelola keuangan Bentuk organisasi pemerintah
dengan PPK-BLU apabila memenuhi daerah tersebut antara lain: Dinas
persyaratan substantif, teknis, dan Provinsi, Dinas Kabupaten, UPTD
administratif. Provinsi, UPTD KabKota, Lembaga
Teknis Daerah. Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa
Persyaratan substantif sebagaimana
Keempat, PP No. 38 Tahun 2007
dimaksud pada ayat 1 terpenuhi apabila tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
instansi pemerintah yang bersangkutan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
menyelenggarakan layanan umum yang Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
berhubungan dengan: KabupatenKota.
1. Penyediaan barang danatau jasa
Pada Lampiran AA Pembagian layanan umum;
urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan, sub bidang Pembentukan Wilayah
2. P e n g e l o l a a n w i l a y a h k a w a s a n
Pengelolaan Hutan dinyatakan bahwa:
29
1. U r u s a n P e m e r i n t a h a d a l a h
tersendiri. Penetapan norma, standar, prosedur
dan criteria dan pelaksanaan Pasal 8 ayat 1 menyatakan bahwa
penetapan pembentukan wilayah Menteri menetapkan organisasi KPHK,
pengelolaan hutan, penetapan KPHL, dan KPHP.
wilayah pengelolaan dan institusi Pasal 8 ayat 2 menyatakan bahwa
wilayah pengelolaan, serta arahan Penetapan Organisasi KPHL dan KPHP,
pencadangan. sebagaimana dimaksud pada ayat 1
2. Urusan Pemerintah Daerah Provinsi
dilakukan berdasarkan: adalah Pelaksanaan penyusunan
rancang bangun, pembentukan dan 1.
usulan dari pemerintah provinsi, pengusulan penetapan wilayah
dalam hal KPHP atau KPHL berada pengelolaan hutan lindung dan hutan
dalam lintas kabupatenkota; produksi serta pertimbangan teknis
2. u s u l a n d a r i p e m e r i n t a h
institusi wilayah pengelolaan hutan. kabupatenkota, dalam hal KPHP
3. U r u s a n P e m e r i n t a h D a e r a h
a t a u K P H L b e r a d a d a l a m K a b u p a t e n K o t a a d a l a h
kabupatenkota; Pertimbangan penyusunan rancang
3. pertimbangan teknis dari pemerintah
b a n g u n d a n p e n g u s u l a n provinsi.
pembentukan wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi,
Pasal 8 ayat 3 Pertimbangan teknis serta institusi wilayah.
dan usulan penetapan organisasi KPH sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
Kelima, PP No. 3 Tahun 2008 tentang
ayat 2 dilakukan berdasarkan pada Perubahan Pp. 6 Tahun 2007 Tentang Tata
norma, standar, prosedur dan kriteria yang Hutan dan Penyusunan Rencana
ditetapkan oleh Menteri. Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Hutan. Pasal 8 ayat 6 menyatakan bahwa
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa
penetapan organisasi, pertimbangan P e m e r i n t a h d a p a t m e l i m p a h k a n
teknis dan usulan penetapan organisasi penyelenggaraan pengelolaan hutan
KPH, sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pasal 2 kepada
2 dan ayat 3 diatur dengan peraturan BUMN bidang Kehutanan.
Menteri. Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa
B e r d a s a r k a n P e r a t u r a n Direksi BUMN bidang kehutanan yang
perundangan di atas, dapat disarikan, mendapat pelimpahan penyelenggaraan
bahwa: p e n g e l o l a a n h u t a n s e b a g a i m a n a
dimaksud pada ayat 1, membentuk 1.
Organisasi KPH harus dibentuk organisasi KPH dan menunjuk kepala
KPH. u n t u k m e n y e l e n g g a r a k a n
pengelolaan hutan, Pasal 4 Ayat 3 menyatakan bahwa
2. Organisasi KPH adalah merupakan
Penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh institusi Pemerintah,
BUMN, tidak termasuk kewenangan 3.
Ya n g b e r w e n a n g m e m b e n t u k publik.
organisasi KPH adalah Pemerintah pusat,
Pasal 4 ayat 4 Penyelenggaraan 4.
alternatif organisasi yang bisa pengelolaan hutan oleh BUMN bidang
dibentuk oleh pemerintah pusat kehutanan sebagaimana dimaksud pada
adalah UPT Pusat, BLU dan BUMN. ayat 1 diatur dalam peraturan pemerintah
30
ANALISIS jumlah orgainsasi KPH yang akan
dibentuk sangat banyak serta Pembentukan organisasi KPH adalah
m a s i n g - m a s i n g a k a n s a n g a t menjadi kewenangan Pemerintah,
bervariasi antara lokasi yang satu sehingga sebagai organisasi pemerintah
dengan lainnya. maka segala sesuatu yang terkait dengan
3. Besarnya tuntutan beban tugas yang
p r o s e d u r p r o s e s m e k a n i s m e sangat besar tidak cukup tertampung
pembentukan organisasi KPH harus dalam bentuk organisasi pemerintah
mengikuti peraturan perundangan yang seperti telah diatur dalam peraturan
terkait dengan pembentukan organisasi perundangan terkait dan tidak
pemerintah. Dengan demikian karena memadai apabila hanya diatur
kewenangannya ada di Pemerintah Pusat, setingkat peraturan menteri seperti
maka alternatif organisasinya adalah: UPT diamanatkan dalam PP 38 tahun
Pusat, BLU dan BUMN. Tidak mungkin 2007 pada sub bidang pembentukan
Dinas ataupub UPTD. wilayah pengelolaan hutan dan PP 3
tahun 2008 pasal 8 ayat 6. Berdasarkan fakta yang ada,pertama
Disamping itu akumulasi jumlah organisasi BUMN yang telah diserahi
organisasi KPH yang sangat banyak p e n g e l o l a a n h u t a n d a n
juga sangat sulit untuk diatur melalui penyelenggaraannya identik dengan KPH
peraturan perundangan yang ada. adalah Perum Perhutani. Sedangkan
Oleh karena itu diperlukan terobosan BUMN kehutanan lainnya INHUTANI I sd
peraturan hukum lain yaitu melalui V lebih mengarah pada penyelenggaraan
peraturan pemerintah. pemanfaatan hutan seperti swasta yang
4. Penampungan organisasi KPH
memperoleh ijin pemenfaatan hutan. dalam Peraturan Pemerintah, dapat
Kedua bentuk BLU yang telah ada di ditempuh melalui 2 cara:
Departemen Kehutanan adalah Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan P3H
a. Melalui revisi PP 44 tentang
yang tugasnya khusus menangani P e r e n c a n a a n K e h u t a n a n ,
pembiayaan pembangunan HTR. Ketiga karena pengaturan KPH secara
U P T P u s a t y a n g m e n y e r u p a i k e s e l u r u h a n m e r u p a k a n
penyelenggaraan pengelolaan hutan bagian dari perencanaan
adalah Balai Taman Nasional baik Balai kehutanan, sehingga cukup
Besar setingkat Eselon I maupun yang rasional apabila pengaturan
biasa setingkat eselon III. detail terkait dengan organisasi
KPH diatur dalam PP tentang 1.
Tuntutan terhadap penyelenggaraan Perencanaan Kehutanan.
KPH sangat besar, al: cerminan b.
Membuat PP tersendiri yang integrasi Pusat-provinsi-KabKota,
memuat secara lengkap mulai penyelenggaraan yang berdampak
d a r i p r o s e d u r p r o s e s l o c a l - n a s i o n a l - g l o b a l ,
mekanisme pembentukan penyelenggaraan pengelolaan mulai
organisasi KPH, bentuk dan dari tata hutan-penyusunan rencana
kriteria organisasi KPH, tugas pengelolaan-pelaksanaan kegiatan
pokok dan fungsi KPH, SDM p e n g e l o l a a n h u t a n s a m p a i
pendukung KPH sampai ke pelaksanaan monev pengelolaan
pendanaan pembangunan hutan, demi menjamin kelestarian
KPH dan operasionalisasi fungsi hutan.
pengelolaan KPH. 2.
Seluruh kawasan hutan di Indonesia _________________
yang kemudian dibagi dalam wilayah-wilayah KPH akan dikelola
oleh organisasi KPH, sehingga
Perencana Madya pada Pusat Rencana Statistik Kehutanan, Badan Planologi Kehutanaan Departemen
Kehutanan
31
Abstrak Abstrak
Pengelolaan hutan oleh negara dan swasta HPH di Indonesia, berada pada
situasi yang sangat memprihatinkan, k a r e n a k e b a b l a s a n d a n k e -
sewenangannya memporakporandakan h u t a n . T u j u a n m a k a l a h u n t u k
mengemukakan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan
suatu kebijakan publik dalam program p e m b a n g u n a n d a n p e n g e l o l a a n
sumberdaya hutan. Degradasi dan kerusakan hutan terjadi akibat penjarahan
dan perambahan sebagai dampak kekeliruan kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya agraria hutan. Kekeliruan tersebut dijadikan dasar
legitimasi kekuasaan untuk kepentingan p r o y e k p e m b a n g u n a n , w a l a u p u n
hilangnya pemenuhan etika sebesar- besarnya kemakmuran rakyat sebagai
resikonya. Pemaksaan hak penguasaan sumberdaya hutan sebagai dikuasai oleh
negara, menjadikan sumberdaya agraria hutan telah terampas dari fungsinya
sebagai pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat lokal dan lahan usaha bagi
pertanian tradisional.
Partisipasi peran serta masyarakat sekitar hutan sangat menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu k e b i j a k a n p u b l i k d a l a m p r o g r a m
pembangunan, dan merupakan alat bentuk untuk mencapai pemberdayaan.
Pemberdayaan merupakan target yang
Keyword: revitalization, forest resource
hendak dicapai, yang dapat terwujud management, local wisdom,
d e n g a n a d a n y a p a r t i s i p a s i d a r i community forestry.
masyarakat sekitar hutan itu sendiri. Forest management by private sector
and state HPH in Indonesia, be at situation that very concern, because break
of the rules destroyed forest. This paper aim to propose factors determining failure
or efficacy [of] an public policy in forest resource management and development
program. Degradation and forest damage that happened effect [of] and illegal
logging, and governmental policy failure effect in forest resource management. The
failure made legitimation power base by for the sake of development project, although
the loss of biggest ethics as people prosperity accomplishment risk of Forest
domination resource rights enforcing as mastered by state, making agraria forest
function have dregs from its as requirement accomplishment local society live of effort
for traditional agriculture. Community forest participate very determine failure or
efficacy of public program in development policy, and represent tool to reach
enableness. Enableness represent goals which will be reached, which can be existed
with existence participate from community forest. The importance of looking into
people forest by holistic in order to the development program target more
conductive, usable so that as base to rebuild forestry world which have
destroyed, and also maintain and take care of people forest and remain order to own
benefit and function continueing forever and ever
RESTRUKTURISASI MANAGEMEN SUMBERDAYA AGRARIA HUTAN:
Solusi Konflik Tenurial Hutan Atau Meminggirkan Keberadaan Masyarakat Sekitar Hutan
Dan Kearifan Lokal ?
Oleh : Roosganda Elizabeth
32
Perlunya memandang hutan rakyat sumberdaya hutan sebagai dikuasai oleh
secara holistik agar tujuan program negara, menjadikan sumberdaya agraria
pembangunan lebih dimungkinkan, hutan telah terampas dari fungsinya
sehingga dapat dipakai sebagai landasan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup
untuk membangun kembali dunia masyarakat lokal dan lahan usaha bagi
kehutanan yang telah porak poranda, serta pertanian tradisional, dimana peluang
mempertahankan dan menjaga hutan mereka sangat kecil untuk mengusahakan
rakyat yang sudah ada agar tetap memiliki kepastian hak atas tanah. Pihak
keberlanjutan fungsi dan manfaat selama- pengambil kebijakan di bidang kehutanan
lamanya. mengharapkan adanya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
Kata kunci: revitalisasi, managemen hutan untuk mencapai kelestarian dan
sumberdaya hutan, kearifan fungsinya. Akan tetapi, persepsi dan
lokal, masyarakat sekitar perilaku aparat pemerintah pihak
hutan. birokrat seringkali tidak sesuai dengan
harapan dan dibutuhkan masyarakat
Pendahuluan petani di sekitar hutan, tentang hutan dan
fungsinya. Pengelolaan hutan oleh negara dan
swasta HPH di Indonesia, berada pada Kesenjangan ini, menurut Dove
situasi yang sangat memprihatinkan, 1992, menunjukkan kegagalan di pihak
k a r e n a k e b a b l a s a n d a n k e - para pengambil kebijakan kehutanan dan
s e w e n a n g a n n y a t e l a h m e m p o r a k - m e r u p a k a n k e g a g a l a n p r o g r a m
p o r a n d a k a n h u t a n d a n s e g a l a pembangunan kehutanan. Karena pada
keberadaannya. Kerusakan hutan yang dasarnya, timbulnya partisipasi sangat
terjadi akibat penjarahan dan perambahan ditentukan oleh manfaat insentif, untuk
adalah akibat kekeliruan kebijakan d a p a t m e m e n u h i k e p e n t i n g a n
p e m e r i n t a h d a l a m p e n g e l o l a a n masyarakat. Tanpa suatu insentif, maka
s u m b e r d a y a a g r a r i a h u t a n , y a n g partisipasi akan berubah makna dari
didasarkan pada paradigma lama, yaitu: sukarela karena lahirnya harapan akan
bersifat state-based forest management adanya perbaikan kehidupan, menjadi
pengelolaan hutan yang berbasis k e t e r p a k s a a n . U n t u k i t u p e r a n
Negara. Paradigma yang berorientasikan keterbukaan atau transparansi sangat
produksi dan kekuasaan semata tersebut, dibutuhkan agar dapat menimbulkan
t e r n y a t a s a n g a t m e m a r g i n a l k a n pemberdayaan masyarakat yang optimal
kepentingan masyarakatkomunitas lokal untuk secara antusias untuk turut
sekitar hutan, dimana mereka berperan berpartisipasi dalam suatu program
sebagai obyek, bukan sebagai pelaku kegiatan pembangunan karena sudah
utama subyek pembangunan. Kekeliruan memperoleh pemahaman yang sama atas
tersebut berawal dari kekurangpahaman program tersebut.
dalam mengartikan pasal 33, ayat 2 UUD 1 9 4 5 t e n t a n g p e n g u a s a a n d a n
M a k a l a h i n i b e r t u j u a n u n t u k pemanfaatan sebesar-besarnya oleh
mengemukakan faktor-faktor yang negara atas seluruh sumberdaya alam
menentukan keberhasilan atau kegagalan Indonesia.
suatu kebijakan publik dalam program p e m b a n g u n a n d a n p e n g e l o l a a n
Kekeliruan tersebut dijadikan dasar sumberdaya hutan. Restrukturisasi
legitimasi kekuasaan untuk kepentingan manajemen sumberdaya agraria hutan
p r o y e k p e m b a n g u n a n , w a l a u p u n hendaknya merupakan reaktualisasi
hilangnya pemenuhan etika sebesar- wawasan dan wacana policy maker untuk
besarnya kemakmuran rakyat sebagai m e n y e l e n g g a r a k a n k e b i j a k a n
resikonya. Pemaksaan hak penguasaan pembangunan kehutanan yang berpihak.
33
Kebijakan berpihak tersebut sebagai solusi Mahluk hidup manusia agar dapat
dan pengurai pemecah konflik masalah bertahan hidup, berkembang biak, dan
tenurial hutan, bukannya meminggirkan berkelanjutan harus mendukung dan
k e a r i f a n l o k a l b a h k a n s e a k a n melestarikan lingkungan hidup tersebut.
mengabaikan keberadaan masyarakat Masalah pertumbuhan penduduk yang
sekitar hutan. berkembang pesat tentunya berpengaruh
p a d a k e g i a t a n u n t u k m e n c u k u p i
Degradasi Hutan, Gundul dan Erosi :
kebutuhan hidup yang semakin lama
P o t r e t K e g a g a l a n M a n a g e m e n
semakin terbatas dan tinggi nilai
Sumberdaya Agraria Hutan
ekonomisnya seperti bahan makanan, perumahan, dan tingkat kehidupan
Degradasi hutan, yang umumnya bersosialisasi itu sendiri. Demi menuju
dipicu oleh tindakan kesewenangan suatu pensejahteraan masyarakat melakukan
pihak, yang hanya memikirkan keuntungan pengeksploitasian sumber daya alam
p r i b a d i . P e m b a l a k a n h u t a n y a n g yang ada, sehingga penyesuaian oleh
merajalela telah mengakibatkan terjadinya alam agar sesuai atau mampu memenuhi
berbagai bencara alam, banjir, erosi, kebutuhan hidup manusia alam di-
pendangkalan sungai, kekeringan yang adjustment yang seperti tiada habisnya.
parah, anomali iklim dan lonjakan suhu global karena hutan sebagai buffer
Industri HPH yang memperoleh alamiah telah gundul, dan berbagai
legitimasi dalam kebijakan pemerintah bencana lainnya.
yang berpijak pada pengembangan investasi untuk pembangunan yang
B e b e r a p a f a k t o r p e n y e b a b besarannya mempengaruhi jumlah
kerusakan hutan misalnya dalam konteks sumber energi yang dibutuhkan, sehingga
semena-menaliar perluasan lahan tingginya nilai kontrak mempengaruhi
pertanian dan peternakan, kebakaran luasnya hutan yang akan digarap, namun
hutan dan pembakaran dengan sengaja secara sengaja atau kasat mata
slash and burn agriculture system, sepertinya mengesampingkan kewajiban
perluasan pemukiman, industri HPH untuk melasanakan penanaman kembali
merupakan faktor utama, di samping reboisasi. Terjadilah penebangan hutan
peran pemicu seperti perkembangan secara besar-besaran. Kenyataan
populasi dan teknologi, kemiskinan dan tersebut juga ditemukan pada suku asli
gaya hidup, pudarnya adat, dan pedalaman atau sekitar hutan yang yang
sebagainya. Peran manusia di alam ini sumber hidupnya dari hutan pedalaman
ekosistim relatif kecil, di mana terdapat seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
b a n y a k n y a p e r u b a h a n - p e r u b a h a n Irian, semakin dipicu untuk mengikuti
ekosistim adalah di luar keterlibatan kondisi ini, di samping merasa semakin
manusia, namun bisa menjadi sumber sulitnya mencari sumber lain untuk
masalah karena sikapnilai antroposentris- kehidupan sementara mereka bermukim
nya. manusia menganggap dirinya di lingkungan hutan tersebut.
sebagai mahluk yang paling sempurna, yang selalu menginginkan yang terbaik
Sangat disayangkan karena justru bagi dirinya sendiri.
hal tersebut sering menjadi kambing hitam p i h a k t e r k a i t u n t u k m e n u t u p i
N i l a i a n t r o p o s e n t r i s m a n u s i a kesewenangan tindakan para pengusaha
merupakan salah satu nilai inti yang harus HPH, yang diduga sebagai promotor yang
diubah, disamping nilai inti lainnya yaitu memprakarsai penduduk agar melakukan
kontemposentris, dimana manusia yang penebangan liar dengan iming-iming
lebih mementingkan keadaan masa kini saja kontemporer dibanding masa
bayaran harga hasil perolehan yang depan.
tinggi.
34
Walhasil, kerugian yang diderita mereka, disertai ancaman hukuman yang
negara sangat besar yang semakin serius dan bukan hanya sebagai gertakan
meningkat nilainya setiap tahun nominal semata dan yang paling penting adalah
terakhir Rp. 30,4 triliyun setiap tahun, dari menjaga kekonsistenan pelaksanaan
pajak saja, belum biaya dan korban karena peraturan tersebut. Pembahasan dan
bencana yang timbul akibat hutan yang deskripsi tersebut hendaknya mernjadi
gundul tersebut. latar belakang para policy maker dalam
menyusun dan membuat serta pengambil Kondisi yang memprihatinkan
suatu kebijakan pemerintah dengan selalu tersebut membuktikan kebenaran fakta
mengantisipasi dampak yang bisa saja tentang beragamnya bencana alam yang
timbul di kemudian hari. Penyempurnaan timbul akibat dari penebangan hutan
cara atau pola pikir bukan untuk tujuan
membangkitkan semangat arousal
segolongansepihak belaka, melainkan yang memang terbersit dari kalangan
untuk tujuan kebersamaansemua pemerhati serta peduli akan alam dan
golongan dan bisa terjaga kelestarian lingkungan hidup seperti Lembaga
lingkungan keberadaannya. Swadaya Masyarakat, Lembaga Green
Ecology, Pemantau Korupsi Indonesia
Kegagalan Managemen Sumberdaya ICW dan sebagainya. Kebangkitan
Agraria Hutan : semangat arousal atas keprihatian
Meminggirkan Kearifan Lokal dan
terhadap kerusakan hutan yang sudah
Keberadaan Masyarakat Sekitar Hutan
pudar tersebut, dilakukan dengan mendesak pemerintah untuk tetap
Dominasi dan penetrasi pemerintah mengeluarkan undang-undang tentang
terhadap hutan selama ini, dinilai kurang pemberantasan praktik penebangan kayu
memperhatikan kelestarian lingkungan secara liar illegal logging, agar
dan kesejahteraan rakyat sekitar hutan, y a n g s e c a r a s i s t e m a t i s , j u s t r u
memperkuat koordinasi aparat penegak meminggirkan kearifan lokal dan
hukum membongkar dan menjerat secara mengabaikan keberadaan mereka.
hukum para sindikat mafia kayu dan Pengelolaan dan penguasaan hutan
jaringannya sampai tuntas. Kesemuanya hanya untuk kepentingan modal dan
ini mungkin dilakukan dengan dilatar pertumbuhan ekonomi global, dan bukan
belakangi environmental stress dimana untuk kepentingan rakyat setempat.
kedudukan lingkungan sebagai stressor Kelalaian akibat keegoisan pemerintah
yang terjadi seperti makin rutin dan tersebut mengakibatkan terkikisnya
maraknya bencana alam, kacaunya musim pengetahuan lokal local knowledge dan
dan iklim, temperatur udara yang tidak kearifan tradisional. Menyikapi hal
stabil, timbul dan mengepideminya tersebut, berbagai upaya dilakukan para
berbagai jenis penyakit dan lain aktifis NGO dan pemerhati lingkungan
sebagainya, yang dapat dianggap sebagai untuk menemukan pola pengelolaan
tanda-tanda alarm reaction yang dapat sumberdaya agraria hutan, yang
men-stress keadaan kejadian selanjutnya. bertumpu pada komunitas lokal Sistem
H u t a n K e r a k y a t a n , S H K y a n g Target pemberantasan penjarahan
memprakarsai pembentukan KpSHK hutan bisa lebih maksimal hasilnya bila
Konsorsium pendukung SHK. . KpSHK
terjadi interaksi positif untuk meningkatkan melalui para pendukungnya berupaya
kohesitas hubungan dan tanggungjawab s e c a r a p r o a k t i f m e m p e r j u a n g k a n
kerja antar instansi yang berwenang dan pengakuan dan legitimasi hukum bagi
terkait. Hal tersebut ditempuh dengan masyarakat lokal sebagai pemilik sah hak
melakukan peningkatan kualitas dan pengelolaan sumberdaya hutan secara
kuantitas good governance dalam berkelanjutan dan untuk memperoleh
konsolidasi dan koordinasi di antara pengakuan terhadap hak adatnya.
35
B e b e r a p a h a l p e n t i n g d a l a m d e v e l o p m e n t p e m b a n g u n a n
memahami hutan rakyat yang dapat ekonomi berkelanjutan; sehingga
m e n y e b a b k a n k e g a g a l a n d a l a m j e l a s t e r l i h a t m a t a r a n t a i
pengelolaannya, seperti: h u b u n g a n n y a d e n g a n f u n g s i
ekonomi sebagai Richardian Rent 1.
Kemampuan kelembagaan dan dan semakin hilang kaitannya
institusi lokal dengan fungsi sosial sebagai
2. Pengelolaan berdasarkan posisi
Sociological Rent yang dimiliki geografisnya
tanah Nasikun, 1995 3.
Secara ekologis, ekosistem hutan 5.
Dari segi sosial, kondisi lingkungan rakyat memiliki biodiversitas tinggi
dan tradisi masyarakat yang relatif d i b a n d i n g k a n k a w a s a n a r e a l
sangat variatif dibandingkan dengan budidaya lain, serta melahirkan
k a w a s a n r e n d a h l o w l a n d sebuah sistem ketahanan pangan
mengakibatkan keputusan sosial food security
petaninya sangat berbeda dengan 4.
Dari segi ekonomi, terjadi pergeseran daerah lain
seiring beragamnya dinamika 6.
Di tengah kekalutan dunia kehutanan kehidupan petani hutan, juga
Indonesia saat ini, hutan rakyat dipengaruhi kondisi geografis,
m a s i h d a p a t e k s i s , k a r e n a topografis, fungsinya sebagai paru-
merupakan salah satu supplier paru dunia, mampu memenuhi
k o m o d i t i u t a m a p r o g r a m
prakondisi sustainable economic penghijauan dan rehabilitasi DAS.
Tabel 1: Aspek dan Kriteria sebagai Prasyarat Pembangunan Kehutanan Masyarakat di Indonesia.
Sumber: Suhardjito, D. 2000.
ASPEK
Subtansi
Proses Penyusunan
1. mampu mengakomodasikan semaksimal mungkin berbagai aspirasi yang tumbuh dari bawah
2. memperjelas status pelaku dan objek lain yang diatur, hubungan antar pelaku dan hubungan pelaku dengan sumberdaya hutan
atau objek lainnya yang diatur 3.
dapat memberikan bentuk-bentuk insentif ekonomi, sehingga tercipta self interest, untuk berlangsungnya suatu proses
pembelajaran, terutama dalam peningkatan, kapasitas, kapabilitas dan adaptability.
4. mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan unsur-unsur ketidakpastian
5. tidak diskriminatif 6. tidak multi-interpretatif
7. tidak mengandung unsur single perception yang sempit
KRITERIA SEBAGAI PRASYARAT
1. menggunakan pendekatan bottom-up process 2. memperhatikan perbedaan dan keragaman kondisi lapangan
yang ada 3. menerapkan asas demokrasi
4. menerapkan asas transparansi dan partisipatif
36
Di sisi lain, kegagalan pengelolaan petani
hutan dengan paradigma state-based 2.
melibatkan tokoh agama dalam f o r e s t m a n a g e m e n t , t a m p a k n y a
membangun etos kerja dan strategi memenuhi tiga kriteria Garna, 1999,
hidup produktif dan hemat yaitu:
3. pemberian pelatihanpeningkatan
kemampuan SDM petani agar 1.
Proses pembuatan kebijakan publik mengarah pada unit ekonomi
yang sepihak produktif
2. partisipasi masyarakat yang kurang
4. melakukan pengkaderan generasi
dilibatkan keikutsertaannya muda pertanian di pedesaan.
3. menimbulkan konflik kepentingan,
yaitu antara kepentingan masyarakat Secara evolutif, pengeluaran
dengan kepentingan pemerintah. rumahtangga petani diefisienkan dan
diarahkan ke aktivitas yang hemat waktu U n t u k t u m b u h k e m b a n g n y a
d a n b i a y a . S i f a t k e d i n a m i s a n kehutanan masyarakat di Indonesia,
pemberdayaan sebagai faktor utama
dibutuhkan dukungan dalam upaya penyesuaian langkah keseimbangan
mendorong pelaksanaannya, yakni pada segala perubahan yang terjadi.
dukungan kebijakan yang kondusif dan meminimumkan hal-hal yang bersifat
Dengan bentuk kebijakan kondusif distortif, yang mampu mengakomodasikan
tersebut, diharapkan dapat meng- berbagai aspirasi yang berkembang dalam
identifikasikan pihak-pihak pelaku yang masyarakat. Perlunya upaya memperkuat
terlibat, hubungan antar pelaku, hubungan potensi atau daya yang dimiliki dengan
antar pelaku dengan kondisi sumberdaya membuka atau menciptakan aksesbilitas
hutan, serta perilaku sebagai perwujudan t e r h a d a p b e r b a g a i p e l u a n g y a n g
terjadinya proses belajar, sehingga m e n j a d i k a n n y a s e m a k i n b e r d a y a
kapabilitas dan adaptabilitas semua Elizabeth, 2005. Penciptaan kebijakan
p e l a k u s e c a r a b e r t a h a p d a p a t kondusif meliputi:
ditingkatkan, yang beberapa aspeknya dapat dilihat dalam tabel 1.
1. perbaikan sistem dan mekanisme
pemasaran khususnya peningkatan Proses penyusunannya harus
harga jual di tingkat petani transparan dan partisipatif dengan
2. perubahan persepsi sosial terhadap
berjalannya asas demokrasi serta melalui nilai kerja pertanian agar tidak lagi
mekanisme yang bottom-up dimulai dari sebagai alternatif terakhir karena
b a w a h . B e b e r a p a p e r g e s e r a n kurang terhormat dan tidak mampu
konseptual yang diperlukan dalam mengangkat status kehidupan
perubahan paradigma kehutanan menjadi masyarakat
community-based forest management 3.
selektifitas adopsi paket teknologi yang dikemukakan pada tabel 2.
agar tidak memudarkan peran petani dan menghilangkan pengetahuan
Partisipasi :
lokal indigenous knowledge. Strategi Pemberdayaan Community
Forestry, Keberpihakan menuju
Dalam penciptaan kebijakan kondusif L i n g k u n g a n B e r k u a l i t a s d a n
yang menunjang pemberdayaan petani Berkelanjutanan
terkait dengan sumber pendapatan, diperlukan beberapa upaya konkrit seperti;
Partisipasi peran serta masyarakat sangat menentukan keberhasilan atau
1. melibatkan kembali peran tokoh
kegagalan suatu kebijakan publik dalam i n f o r m a l d a l a m k e g i a t a n
program pembangunan UU No. 411999, penggalangan sosial ekonomi SDM
tentang Kehutanan, yaitu:
37
No. Dari
Menuju
A
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7.
SIKAP dan ORIENTASI
Pengendalian Penerima manfaat
Pengguna Pembuatan keputusan unilateral
Orientasi penerimaan Keuntungan nasional
Diarahkan oleh rencana Dukunganfasilitas
Mitra Pengelola
Partisipatif Orientasi sumberdaya
Orientasi keadilan lokal Proses belajarevolusi
B
1. 2.
3. 4.
5. 6.
INSTITUSIONAL dan ADMINISTRATIF
Sentralisasi Manajemen perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring oleh pemerintah
Top down Orientasi target
Anggaran kaku untuk rencana besar Aturan aturan untuk menghukum
- Desentralisasi
Kemitraan
Partisipatifnegosiatif Orientasi proses
Anggaran fleksibel dengan rencana mikro
Penyelesaian konflik Kaku
Tujuan tunggal Keseragaman
Produk Tunggal Menu manajemen yang tetap dengan
aturan silvikultur tunggal Tanaman
Tenaga kerjaburuhpengumpul Fleksibel
Tujuan gandaberagam Keanekaragaman
Produk beragam Beragam pilihan aturan silvikultur
untuk spesifikasi lokasi Regenerasi alam
Managerpelaksanapemroses pemasar
Tabel 2. Pergeseran Konseptual yang Diperlukan dalam Perubahan Paradigma Kehutanan
Sumber: Campbell, 1997. 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
38
1. pada pasal 2 : penyelenggaraan
upaya mewujudkan kemandirian yang kehutanan berazaskan manfaat dan
transparan dan akuntabel antara l e s t a r i , k e r a k y a t a n , k e a d i l a n ,
komponen pemerintah, masyarakat, dan kebersamaan, keterbukaan dan
swasta, yang dilandasi aturan kebijakan keterpaduan
untuk berpartisipasi sesuai proporsi dan 2.
p a d a p a s a l 3 , h u r u f d : kompetensi yang dimiliki secara terukur
p e n y e l e n g g a r a a n k e h u t a n a n dan berkelanjutan. Kondisi ini dapat
bertujuan untuk sebesar-besar berlangsung dengan mengedepankan
kemakmuran rakyat yang berkeadilan prinsip-prinsip dasar pemerintahan yang
d a n b e r k e l a n j u t a n d e n g a n : baik good governance, yaitu:
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan
1. partisipatif
keberdayaan masyarakat secara 2.
tranparansi p a r t i s i p a t i f , b e r k e a d i l a n d a n
3. akuntabilitas.
berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan kebersamaan
Partisipatif dimaksudkan agar dapat sosial ekonomi serta ketahanan
menjembatani antara aspirasi dan terhadap akibat perubahan eksternal.
kebutuhan masyarakat petani di sekitar hutan. Selain itu, makna partisipatif juga
Dalam Bab X, secara khusus tertuang diharapkan dapat menggugah kesadaran
tentang peran serta masyarakat, yaitu: publik bahwa terjadinya keberhasilan
pada pasal 68, pasal 69, dan pasal 70; maupun kegagalan proses pembangunan
mengandung beberapa kriteria kebijakan, pertanian dan kehutanan di sekitar hutan
s e p e r t i : p e r a n m a s y a r a k a t , y a n g bukan tanggung jawab pemerintah
diposisikan sebagai pelaku utamasubyek semata, melainkan sangat bergantung
pembangunan: p a d a k e b e r h a s i l a n k e t e r l i b a t a n
masyarakat petani sekitar hutan dalam 1.
tranparansiketerbukaan, dengan
penyelenggaraan pembangunan tersebut, mengingat bahwa keterbukaan dapat
dari awal hingga akhir, yang bertujuan menimbulkan partisipasi masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraan dalam program pembangunan
mereka. 2.
pemahaman yang sama atas program pembangunan, yang dapat
Partisipasi dan pemberdayaan m e n i m b u l k a n a n t u s i a n i s m e
petani miskin sekitar hutan merupakan masyarakat untuk berpartisipasi
dua aspekfokus utama yang selalu dalam program pembangunan
dikaitkan proses pembangunan pertanian 3.
manfaat atau insentif yang akan
d a n k e h u t a n a n . P e m b e r d a y a a n mereka peroleh, akan menimbulkan
merupakan target yang hendak dicapai, partisipasinya terhadap program
sedangkan partisipasi petani sekitar hutan pembangunan tersebut.
adalah bentukalat mencapai target program pembangunan tersebut.
Makna sederhana dari adalah hak setiap orang untuk dapat ikut serta terlibat
Pemberdayaan pada dasarnya atau dilibatkan dalam segala proses
m e r u p a k a n u p a y a m e n u m b u h k a n pembangunan, melibatkan seluas-luasnya
partisipasi berbagai pihak terkait, stake holder yang ada dalam setiap
t e r u t a m a p i h a k y a n g h e n d a k kebijakan publik, tidak sebatas lembaga
diberdayakan, yang memungkinkan suatu formal semata.
potensi dapat berkembang dengan cara m e n d o r o n g , m e m o t i v a s i d a n
Partisipasi dapat dimulai dari membangkitkan kesadaran arousal akan
perencanaan, pelaksanaan, hingga potensi yang dimiliki Elizabeth, 2007.
monitoring dan evaluasi mencerminkan
39
Di samping itu, diperlukan berbagai keberdayaan dalam memegang amanat
aspek lain: dan tanggungjawab menjaga dan
mengembangkan fungsi hutan sebagai 1.
m e n g u r a n g i m e n g h i l a n g k a n s u m b e r d a y a k e h i d u p a n y a n g
intervensi atas desa sekitar hutan b e r k e l a n j u t a n . B e b e r a p a k r i t e r i a
terhadap struktur dan norma sosial pembangunan yang dapat menggerakkan
petani dan usaha tani partisipasi masyarakat adalah:
2. meningkatkan ketrampilan petani
sekitar hutan agar dapat memperluas 1.
peran masyarakat kegiatan usaha tidak hanya produksi,
2. tranparansi atau keterbukaan
namun di bidang agribisnis secara 3.
pemahaman keseluruhan, dimana peran fasilitator
4. manfaat sebagai insentif.
perlu ditingkatkan efektivitasnya, terutama dalam mendinamisasikan
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
kelembagaan tradisional 3.
informasi teknologi dan transfer 1.
Degradasi hutan, yang umumnya pengetahuan antar petani perlu
dipicu oleh tindakan kesewenangan d i t i n g k a t k a n , b a i k m e l a l u i
suatu pihak, yang hanya memikirkan percontohan maupun kerjasama
keuntungan pribadi. antar kelembagaan petani yang ada.
2. Paradigma state-based forest
management, diduga menjadi salah Faktor pendukung pemberdayaan
s a t u p e n y e b a b k e g a g a l a n petani sekitar hutan meliputi:
p e l a k s a n a a n p e m b a n g u n a n kehutanan, sehingga diperlukan
1. kekuatan solidaritas petani sebagai
reorientasi melalui paradigma konsekuensi lahir dan terbentuk dari
c o m m u n i t y - b a s e d f o r e s t masyarakat di sekitar hutan tersebut
management, demi terwujudnya 2.
struktur dan aturan main merupakan kehidupan masyarakatpetani sekitar
produk konstruksi petani itu sendiri h u t a n y a n g b e r k u a l i t a s d a n
sehingga ditaati, dihargai, dan berkelanjutan.
dijunjung tinggi oleh semua anggota 3.
Partisipasi peran serta masyarakat m a s y a r a k a t p e t a n i m a u p u n
sekitar hutan sangat menentukan komunitasnya
keberhasilan atau kegagalan suatu 3.
bersifat informal dengan struktur kebijakan publik dalam program
sederhana dan arah yang adil dan pembangunan, dan merupakan
bukan persaingan a l a t b e n t u k u n t u k m e n c a p a i
4. persepsi yang baik dari petani
pemberdayaan. Pemberdayaan m a u p u n b u r u h t a n i t e r h a d a p
merupakan target yang hendak kedudukan dan peran usahatani
dicapai, yang dapat terwujud dengan 5.
partisipasi para petani yang tinggi adanya partisipasi dari masyarakat
6. memiliki kemampuan beradaptasi
sekitar hutan itu sendiri. terhadap: agro-ekosistem setempat,
4. Perlunya memandang hutan rakyat
mekanisme pembangunan yang secara holistik agar tujuan program
diterapkan, maupun dinamikanya pembangunan lebih dimungkinkan,
dalam mensiasati kemungkinan sehingga dapat dipakai sebagai
eksploitasi oleh petani lapisan atas. landasan untuk membangun kembali
dunia kehutanan yang telah porak poranda, serta mempertahankan
Pemberdayaan petani sekitar hutan dan menjaga hutan rakyat yang
merupakan proses yang menghasilkan sudah ada agar tetap memiliki
keberdayaan mereka. Keberdayaan keberlanjutan fungsi dan manfaat
bukan hanya memperoleh manfaat selama-lamanya.
s e b e s a r - b e s a r n y a , n a m u n j u g a
40
DAFTAR PUSTAKA Keberpihakan Masyarakat Petani di
Pedesaan yang Terpinggirkan terkait Arief, S. 1997. Kebijakan Pertanahan dan
Konsep Ekonomi Kerakyatan. Forum Pemerintahan Orde Baru: Telaah
Agro-Ekonomi FAE Vol. 26. Juli. Ekonomi Politik. Pembangunanisme
2007. PSE-KP. Bogor. d a n E k o n o m i I n d o n e s i a :
Pemberdayaan Rakyat Dalam Garna, J. K. 1999. Teori Sosial dan
Globalisasi. CPSM dan Zaman Pembangunan Indonesia. Primaco
Wacana Mulia hal.251. Bandung. Akademi. Bandung.
Campbell. 1997, dalam D. Suhardjito. Heydir, L., dkk ed.. 1999. Pengakuan
2 0 0 0 . P e n g e l o l a a n H u t a n H a k - H a k M a s y a r a k a t u n t u k
Berbasiskan Masyarakat. Aditya P e n g e m b a n g a n C o m m u n i t y
Media. Yogyakarta. Forestry Abad 21. Aditya Media.
Yogyakarta. Dove, M. R. 1988. Sistem Perladangan di
I n d o n e s i a . S t u d i K a s u s d a r i Nasikun. 1995. Perkembangan konflik
Kalimantan. UGM. Press.Yogyakarta. Pertanahan di Indonesia dalam Era
Pembangunan. Forum LSM-LPSM Elizabeth, R. 2005a. Potret Dialektika
DIY. Yogyakarta. Persoalan Tenurial Kekayaan Agraria
Nasoetion, L.I. 1999. Pendekatan Hutan di Indonesia. Kumpulan
A g r o p o l i t a n d a l a m R a n g k a Tulisan Program SPD 2004. Institut
Penerapan Pembangunan Wilayah Pertanian Bogor. Bogor.
dan Perdesaan. “Seminar Nasional P e m b a n g u n a n W i l a y a h d a n
Elizabeth. 2005b. PHBM: Inisiatif dari Atas Perdesaan”, PWD-PPs, IPB Bogor, 5
untuk Menjawab Konflik Tenurial di Desember 1999.
J a w a ? K u m p u l a n M a k a l a h Mahasiswa SPD Program S2.
Angkatan 2004. IPB Press. Bogor. __________
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Elizabeth, R. 2007. Fenomena Sosiologis
Jl. A. Yani No. 70. Bogor 16161
Metamorphosis Petani: ke Arah
roosimanruyahoo.com
41
SISTEM PERLINDUNGAN HUTAN BERPUSAT PADA MASYARAKAT
Oleh : Sadarudin
ABSTRAK
pemahaman tentang resiko kerusakan hutan, pemantauan dan perlindungan
Paper ini bertujuan menyajikan h u t a n d a r i a n c a m a n k e r u s a k a n ,
usulan yang sederhana tentang unsur- penyebarluasan informasi dan komunikasi
unsur dasar, upaya dan praktek yang baik, serrta kemampuan penanggulangan
berkaitan dengan sistem perlindungan terhadap ancaman kerusakan dan
hutan yang efektif. Paper ini dimaksudkan kebakaran hutan.
sebagai acuan atau referensi non teknis dan tidak ditujukan bagaimana cara
Untuk memudahkan penggunaan mendisain sistem perlindungan hutan
dan pemanfatannya disusun daftar secara lengkap.
tindakan untuk masing-masing dari keempat unsur perlindungan hutan
Paper ini dibagi dalam bagian-bagian disamping daftar tindakan tambahan yaitu
yang saling terkait yang harus dibaca permasalahan penegakan hukum , tata
secara berurutan. Bagian I berisi informasi kelolah pemerintahan yang baik dan
tentang latar belakang dan permasalahan susunan kelembagaan, karena masalah
yang krusial terkait dengan perlindungan ini merupakan sentral bagi keberlanjutan
hutan. Bagian II berisi sejumlah elemen dan keperpaduan sistem perlindungan
yang berisi daftar tindakan dan inisiasi h u t a n . S e t i a p d a f t a r t i n d a k a n
yang bisa dikatakan sebagai daftar periksa dikelompokkan dalam tema-tema utama
praktis yang harus dipertimbangkan pada dan apabila diikuti akan memberikan
saat mengembangkan atau mengevaluasi dasar yang kuat tentang bagaimana
system perlindungan hutan. Bagian membangun atau menilai sebuah sistem
singkat yang berisi empat unsur yaitu perlindungan hutan .
Pemahaman Tentang Resiko Kerusakan Hutan Pemantauan Dan Perlindungan Hutan dari
Ancaman Kerusakan Hutan
Penyebarluasan Informasi dan Komunikasi Kemampuan Penanggulangan Terhadap
Ancaman Kebakaran dan Perusakan Hutan.
Pengumpulan Data Sistimatis Dan Melaksanakan Asesmen Hutan
§ Apakah bahaya kerentanan dan kerusakan hutan
dikenal dengan baik ? §
Bagaimana pola dan tren faktor-faktor yang mempengarui kerentanan dan kerusakan hutan
§ Apakah data dan peta kerusakan dan kerentanan
hutan tersedia secara luas?
Membangun Pemantauan dan Perlindungan Hutan
§ Apakah parameter yang dipantau sudah benar ?
§ Apakah ada landasan ilmiah yang kuat dalam
membuat prediksi tentang kerentanan dan kerusakan hutan ?
§ Mungkinkah membuat peringatan yang akurat dan
pencegahan yang tepat tentang bahaya dan ancaman kerentanan dan kerusakan hutan.
Komunikasi Informasi Berkaitan dengan Ancaman Kerentanan dan Kerusakan Hutan.
§ Apakah informasi yang dikomunikasikan bisa
menjangkau semua lapisan masyarakat? §
Apakah informasi yang dikomunikasikan bisa dimengerti ?
§ Apakah informasi yang dikomunikasikan jelas dan
berguna
Pengumpulan Data Sistimatis Dan Melaksanakan Asesmen Hutan
§ Apakah rencana penanggulangan selalu
diperbaharui dan telah teruji ? §
Apakah kecakapan dan kemampuan lokal bisa dimanfaatkan ?
§ Apakah setiap orang sudah siap dalam merespon
kegiatan penaggulangan ?
Empat Unsur Utama Dari Sistem Perlindungan Hutan Berpusat Pada masyarakat
42
UNSUR UTAMA
hutan menciptakan suatu ekosistem hutan yang sangat rumit. Pola ekologi alami,
Tujuan dari pengembangan sistem hutan memiliki beberapa peranan antara
perlindungan hutan berpusat pada lain melindungi berbagai jenis hewan dan
masyarakat adalah untuk memberdayakan tumbuhan dari kepunahan. Selain itu
setiap orang atau seluruh anggota hutan dapat mencegah erosi tanah,
masyarakat dalam melindungi dan menyimpan air hujan dalam bentuk air
melestarikan dari ancaman kerusakan, tanah, menyerap bahan-bahan pencemar
pengrusakan dan kebakaran hutan. Suatu udara, menyerap karbondioksida dan
sistem perlindungan hutan yang lengkap menghasilkan oksigen yang sangat
dan efektif terdiri atas empat unsur yang dibutuhkan oleh kebanyakan organisme.
saling terkait, mulai dari pemahaman resiko bahaya kerusakan hutan hingga
Peranan hutan bagi manusia sangat kesigapan dan kemampuan dalam
besar, pada masa purba manusia mencari menanggulangi kerusakan hutan. Sistem
makanan di hutan dengan berburu perlindungan hutan juga memiliki
binatang dan mencari buah-buahan. hubungan antar ikatan yang erat dan
Sekarang manusia tetap mengambil saluran komunikasi yang efektif di antara
manfaaat dari hutan meskipun bukan semua elemen tersebut.
sebagai makanan melainkan dalam bentuk hasil hutan baik kayu maupun non
Fungsi, Pengetahuan dan Prinsip
kayu yang merupakan bahan baku penting
Pelestarian Hutan
bagi indusrtri sektor kehutanan dan industri lainnya. Disamping itu hutan
Hutan adalah kumpulan tumbuhan, menjadi areal berbagai kegiatan manusia
pohon-pohonan yang secara keseluruhan seperti berkemah, berburuh atau untuk
merupakan persekutuan hidup alam hayati k e p e n t i n g a n i l m u p e n g e t a h u a n ,
b e s e r t a a l a m l i n g k u n g a n n y a d a n pendidikan, kebudayaan dan pariwisata.
ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. T i n g g i n y a n i l a i e k o n o m i s e r t a
Menurut UU pokok kehutanan, hutan meningkatnya kebutuhan manusia baik
diartikan sebagai lapangan yang cukup untuk tempat tinggal maupun kebutuhan
luas bertumbuhan kayu-kayuan, bambu lainnya menyebabkan luas hutan semakin
atau palem yang bersama-sama dengan menyempit. Untuk mencegah perusakan
tanahnya dan segala isinya baik nabati dan penyempitan hutan para pakar
maupun hewani yang secara keseluruhan lingkungan hidup dengan dukungan
merupakan persekutuan hidup dan pemerintah dan masyarakat, menjadikan
m e m p u n y a i k e m a m p u a n u n t u k hutan alami sebagai kawasan konservasi,
memberikan manfaat-manfaat produksi, mengadakan peremajaan tumbuhan
perlindungan dan manfaat-manfaat hutan dan sebagainya.
lainnya secara lestari. Namun kawasan hutan bisa juga didefinisikan sebagai
Hutan mempunyai peran sosial, wilayah yang berhutan maupun tidak
ekonomi dan lingkungan yang sangat berhutan yang telah ditetapkan untuk
penting bagi kualitas pertumbuhan dan dijadikan hutan.
p e n g u r a n g a n k e m i s k i n a n s e c a r a berkelanjutan. Hutan adalah aset
Selain tumbuhan hutan juga dipenuhi nasional dan pusat penghidupan jutaan
oleh berbagai jenis hewan dan mikro rakyat Indonesia. Masalah kehutanan
organisme seperti serangga, reptil, burung menyentuh semua segmen masysrakat di
mamalia, bakteri dan jamur. Jenis h a m p i r s e m u a d a e r a h t e r m a s u k
organisme tiap hutan berbeda bergantung masyarakat kelompok adat, kelompok
oleh iklim dan jenis hutannya. Interaksi agama, organisasi non pemerintah,
antar makhluk hidup dan antar makhluk masyarakat bisnis dan pemerintah pada
hidup dengan lingkungannya di dalam semua tingkatan.
43
Pemahaman tentang Resiko Kerusakan Hutan
Resiko kerusakan hutan bisa muncul dari kombinasi eksploitasi hutan secara
berlebihan dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan bisa terjadi sebagai
akibat ulah manusia yang sembrono atau pengaruh iklim.
p a d a m a s y a r a k a t h a r u s m a m p u m e l a k u k a n p e n c e g a h a n y a n g
menjangkau semua lini dan sektor yang berkaitan baik secara langsung maupun
t i d a k l a n g s u n g d e n g a n p r o g r a m perlindungan dan pelestarian hutan.
Pesan yang jelas dan berisi informasi sederhana namun berguna sangatlah
Kajian tentang kerusakan penting dalam melakukan pencegahan
hutan memerlukan pengumpulan dan yang tepat yang akan membantu
analisis data yang sistimatis dan harus m e n y e l a m a t k a n h u t a n b e s e r t a
mempertimbangkan sifat yang dinamis ekosistemnya. Interaksi dan kerjasama
dari bahaya kerentanan hutan yang yang jelas dan fokus pada perlindungan
muncul dari berbagai proses seperti d a n p e l e s t a r i a n h u t a n t e r m a s u k
pemberian dan penyimpangan ijin pertukaran data dan informasi sangatlah
eksploitasi hutan, perubahan pemanfaatan berguna dan penting dalam pengambilan
lahan, penurunan kualitas hutan dan keputusan yang tepat yang akan
perubahan lingkungan hutan. Kajian dan m e m b a n t u m e n c e g a h d a n m e -
peta resiko kerentanan dan kerusakan nyelamatkan hutan dari perusakan dan
hutan membantu memotivasi orang kebakaran hutan. Saluran komunikasi
sehingga mereka akan memprioritaskan pada tingkat regional, nasional dan
pada kebutuhan sistem perlindungan m a s y a r a k a t d i l a p a n g a n h a r u s
hutan dan penyiapan panduan untuk diidentifikasi dahulu dan pemegang
mencegah dan menanggulangi kerusakan kewenangan yang sesuai harus terbentuk,
hutan. penggunaan berbagai saluran komunikasi
sangat perlu untuk memastikan agar
Pemantauan Hutan dan Perlindungan
sebanyak mungkin orang bisa bangkit
Hutan dari Ancaman Kerusakan dan
kesadarannya dan terperingatkan, di
Kebakaran
samping itu untuk menghindari kegagalan pada salah satu saluran komunikasi
Pemantauan hutan dan perlindungan sekaligus untuk memperkuat pesan
hutan dari ancaman kerusakan dan peringatan sehingga mampu memotivasi
kebakaran hutan merupakan inti dari masyarakat untuk berperan aktif dalam
sistem. Harus ada dasar ilmiah yang kuat melindungi dan melestarikan hutan.
untuk dapat memprediksi dan meramalkan terjadinya dan meluasnya kerusakan
K e m a m p u a n P e n a n g g u l a n g a n
hutan. Harus ada sistem yang mampu
Terhadap Ancaman Kebakaran dan
memantau dan beroperasi selama 24 jam.
Perusakan Hutan
Pemantauan yang terus menerus terhadap parameter kerusakan hutan dan gejala-
K e m a m p u a n d a n p a r t i s i p a s i gejala awalnya sangat penting dalam
masyarakat dalam menanggulangi menetapkan pencegahan yang tepat,
bahaya perusakan dan kebakaran hutan pencegahan terhadap kerusakan hutan
harus dibangkitkan melalui pemahaman yang berbeda-beda sebisa mungkin
yang benar tentang bagaimana mereka melalui pemanfaatan jaringan prosedural
harus merespon dan bereaksi. Program dan kelembagaan di samping komunikasi
p e n d i d i k a n d a n k e s i a p s i a g a a n yang ada.
memainkan peranan yang penting di sini. Dan juga yang tidak kalah pentingnya
P e n y e b a r l u a s a n I n f o r m a s i d a n
adalah rencana penanganan terhadap
Komunikasi
tindakan perusakan dan kebakaran hutan bisa dilaksanakan dengan tepat serta bisa
Sistem perlindungan hutan berpusat dilaksanakan dengan baik dan teruji.
44
M a s y a r a k a t h a r u s m e n d a p a t dan Ekosistemnya
informasi yang menyeluruh tentang 2.
UU No 23 Tahun 1997 tentang pilihan-pilihan dalam melaksanakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup p e n a n g g u l a n g a n k e r u s a k a n d a n
3. UU No 41 Tahun 1999 tentang
kebakaran hutan di samping juga Kehutanan
bagaimana setiap orang harus bereaksi 4.
PP No. 27 Tahun 1999 dalam partisipasinya untuk menanggulangi
5. PP No. 44 Tahun 2004 tentang
kerusakan hutan dan kebakaran hutan. Perencanaan Hutan
6. PP No. 45 Tahun 2004 tentang
PERMASALAHAN UTAMA Perlindungan Hutan
7. Undang-undang yang berkaitan
Ada beberapa permasalahan utama dengan pemberantasan korupsi,
yang harus dipertimbangkan dalam pencucian uang dan sebagainya.
merancang, mengembangkan dan 8.
dan peraturan-peraturan lain yang menerapkan sistem perlindungan hutan
sejenis yang tidak ditegakkan melalui yang berpusat pada masyarakat, yaitu :
m e k a n i s m e y u d i s i a l , s e p e r t i p e n e g a k a n h u k u m , t a t a k e l o l a
Keppres, Inpres, Kep. Menteri juga pemerintahan yang baik dan pengaturan
cukup banyak diterapkan. kelembagaan yang efektif, pendekatan
multi dimensi, keterlibatan masyarakat Ironisnya penegak hukum sepertinya
setempat, pertimbangan perspektif gender tidak mampu menegakkan hukum dan
dan keragaman budaya. pengadilan gagal menghukum dengan
hukuman yang setimpal terhadap para
Penegakan Hukum pelaku kejahatan pembalakan liar yang
diseret ke depan majelis hakim oleh pihak Isu yang sangat penting dalam sistem
yang berwenang, akibatnya vomis majelis perlindungan hutan berpusat pada
hakim tidak mempunyai efek jerah, tidak masyarakat adalah penegakan hukum.
s e d i k i t k a s u s p e l a k u k e j a h a t a n Sudah menjadi rahasia umum bahwa
pembalakan liar yang diganjar dengan pangkal dari kerusakan hutan yang sangat
hukuman yang sangat ringan bahkan luar biasa di Indonesia adalah lemahnya
dibebaskan dari tuntutan hukum. Padahal penegakan hukum yang selanjutnya
tidak sedikit pakar hukum dan pakar bermuara pada tindakan korupsi besar-
lingkungan hidup yang berpendapat besaran yang dilakukan pada semua lini
bahwa pembalakan liar bisa dikategorikan organisasi penegak hukum dan diperparah
kejahatan yang luar biasa karena oleh tindakan para politisi yang tak
dampaknya pada kehidupan sosial, bertanggung jawab yang berkolusi dengan
e k o n o m i d a n l i n g k u n g a n s e r t a pengusaha culas dalam membabat hutan
mengancam moral bangsa. dengan tidak mempedulikan pelestarian
hutan. Praktek pembalakan liar merupakan Hal inilah yang menjadikan kenapa
kejahatan di sektor kehutanan yang mulai penegakan hukum menjadi elemen utama
marak pada dasawarsa 1990 dan sampai yang sangat penting dalam sistem
sekarang masih berlangsung walaupun perlindungan hutan berpusat pada
banyak sekali perangkat hukum yang masyarakat.
d i b u a t d a n d i t e r b i t k a n s e p e r t i perundangan dan peraturan yang
Tata Kelola Pemerintahan yang
berkaitan dengan perlindungan dan Baik dan Pengaturan Kelembagaan
pelestarian hutan dan lingkungan hidup, yang Efektif
yaitu ; Tata kelola pemerintahan yang baik
1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang
dan pengaturan kelembagaan yang efektif Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
bisa berkembang dengan baik, yang akan
45
mendukung keberhasilan pengembangan Keterlibatan Masyarakat Setempat
dan keberlanjutan sistem perlindungan hutan berpusat pada masyarakat.
Sistem perlindungan hutan yang Keduanya merupakan pondasi untuk
berpusat pada masyarakat sangat m e m b a n g u n , m e m p e r k u a t d a n
bergantung pada partisipasi masyarakat memelihara elemen-elemen sistem
yang berada dalam kawasan pedesaan di perlindungan hutan yang telah dijelaskan
pinggiran hutan. Tanpa keterlibatan di atas.
pemerintah daerah setempat dan masyarakat yang berada dalam kawasan
Tata kelola pemerintahan yang baik pinggiran hutan, upaya yang dilakukan
didorong oleh kerangka hukum dan oleh pemerintah dan lembaga lain tidak
peraturan yang benar dan didukung oleh akan berhasil. Pendekatan dari ”bawa ke
komitmen politik jangka panjang serta atas” pada tingkat lokal dalam melindungi
pengaturan kelembagaan yang efektif. hutan melalui partisipasi aktif masyarakat
Tata pemerintahan yang baik dan efektif s e t e m p a t a k a n m e m b a n g k i t k a n
harus mendorong pengambilan keputusan tanggapan yang multi dimensi terhadap
dan partisipasi lokal yang selanjutnya akan masalah dan kebutuhan. Dengan
didukung oleh kemampuan administrasi demikian masyarakat setempat, kelompok
dan sumberdaya di tingkat provinsi sipil dan struktur tradisional bisa berperan
maupun nasional. Komunikasi dan dalam mengurangi tingkat kerusakan dan
koordinasi vertikal dan horizontal antara kebakaran hutan sekaligus memperkuat
pihak-pihak yang berkepentingan dengan kemampuan lokal.
perlindungan hutan juga harus terbentuk.
Pertimbangan Perspektif Gender dan Pendekatan Multi Dimensi
Keragaman Budaya.
S e d a p a t m u n g k i n s i s t e m Dalam mengembangkan sistem
perlindungan hutan harus memiliki kaitan perlindungan hutan berpusat pada
dengan berbagai sektor agar mampu masysrakat haruslah mengenali bahwa
mengantisipasi faktor-faktor ancaman kelompok masyarakat yang berbeda akan
terhadap kerusakan hutan dan kebakaran memiliki pemahaman dan tradisi yang
hutan. Nilai ekonomis, keberlanjutan dan berbeda sesuai dengan budaya masing-
efisiensi bisa ditingkatkan jika sistem dan masing, di samping itu prespektif gender
kegiatan operasional telah terbentuk dan dan karakteristik lain juga mempengaruhi
terpelihara dalam kerangka kerja yang kapasitas dalam menyiapkan secara
menyeluruh serta mempertimbangkan efektif perlindungan dan pelestarian hutan
semua jenis faktor dan ancaman terhadap dan bagaimana menyikapi terhadap
pelestarian hutan dan kebutuhan tindak perilaku perusakan hutan dan
pengguna sistem perlindungan hutan kebakaran hutan. Kaum perempuan dan
berpusat pada masyarakat. Pendekatan kaum pria seringkali memainkan peranan
multi dimensi dalam perlindungan hutan yang berbeda di dalam masyarakat dan
diharapkan bekerja lebih baik dalam mereka juga memiliki akses yang berbeda
melindungi hutan serta membantu di dalam informasi yang berkaitan dengan
masyarakat dalam memahami dengan ancaman tindak perusakan hutan dan
benar tentang resiko seperti apa yang akan kebakaran hutan.
dihadapi jika hutan tidak dilindungi dan m e n g a l a m i k e r u s a k a n s e h i n g g a
Informasi tentang pengaturan masyarakat benar-benar berusaha
k e l e m b a g a a n d a n k o m u n i k a s i meningkatkan kesiapsiagaan dalam
p e r l i n d u n g a n h u t a n h a r u s d i a t u r melindungi hutan dan memperbaiki pola
sedemikian rupa agar memenuhi perilaku mereka dalam memperlakukan
kebutuhan setiap kelompok dalam hutan.
masyarakat sehingga memudahkan
46
p a r t i s i p a s i m e r e k a d a l a m s i s t e m pengembangan dan pemeliharaan sistem
perlindungan hutan berpusat pada perlindungan hutan berpusat pada
masyarakat. masyarakat. Mereka harus mengerti
tentang saran dan informasi yang diterima
PARA PELAKU yang selanjutnya mampu membangun
kesadaran publik dan mengurangi Pengembangkan dan penerapan
kemungkinan terjadinya tindak perusakan sistem pelestarian hutan yang efektif
hutan yang lebih parah dan hilangnya memerlukan kontribusi dan koordinasi dari
sumberdaya tumpuan hidup masyarakat. berbagai macam orang dan kelompok
masyarakat yang berbeda. Daftar berikut
Pemerintah Pusat
ini memberikan penjelasan singkat tentang berbagai macam organisasi dan kelompok
Bertanggung jawab atas kebijakan yang harus terlibat dalam sistem
tingkat tinggi dan kerangka yang pelestarian hutan termasuk fungsi dan
m e m f a s i l i t a s i p e r l i n d u n g a n d a n tanggung jawab mereka.
pelestarian hutan yang bertanggung jawab atas sistem teknis dalam rangka
Masyarakat melindungi dan melestarikan hutan pada
tingkat nasional. Pemerintah pusat harus Khususnya mereka yang tinggal di
berinteraksi dengan pemerintah negara kawasan pedesaan yang lokasinya berada
lain pada tingkat regional maupun di pinggiran hutan yang sumber mata
internasional serta lembaga-lembaga pencaharian mereka berasal dari
lainnya yang aktif di bidang lingkungan sumberdaya hutan yang berada di sekitar
dan perlindungan hutan untuk menjamin mereka. Masyarakat ini adalah kelompok
bahwa perlindungan dan pelestarian terpenting pada sistem perlindungan hutan
hutan sudah disosialisasikan kepada berpusat pada masyarakat. Mereka harus
seluruh komponen masyarakat dan dunia dilibatkan secara aktif pada semua aspek
bisnis yang aktif di bidang kehutanan. pembentukan dan pengoperasian sistem
Penyediaan dukungan masyarakat yang perlindungan hutan, mereka harus
hidup di pinggiran hutan, pemerintahan menyadari adanya bahaya dan dampak
daerah dalam membangun kemampuan potensial yang dihadapi jika hutan
operasional juga merupakan fungsi yang mengalami kerusakan yang parah akibat
penting. illegal logging atau kebakaran hutan dan
harus mampu mengambil tindakan untuk
Lembaga dan Organisasi Regional
meminimalkan ancaman perusakan atau kebakaran hutan.
M e m a i n k a n p e r a n a n d a l a m menyediakan pengetahuan khusus dan
Pemerintah Daerah memberikan saran guna mendukung
upaya nasional untuk mengembangkan Seperti halnya masyarakat dan
dan mempertahankan kemampuan dalam perorangan kelompok ini adalah titik pusat
melindungi dan melestarikan hutan selain dari sistem pelestarian dan perlindungan
itu lembaga ini berfungsi mendorong hutan yang efektif. Mereka harus lebih
hubungan dengan lembaga internasional diberdayakan oleh pemerintah pusat dan
y a n g m e m f a s i l i t a s i p e l a k s a n a a n h a r u s m e m i l i k i p e n g e t a h u a n d a n
perlindungan dan pelestarian hutan yang p e m a h a m a n y a n g c u k u p t e n t a n g
efektif. pentingnya perlindungan dan pelestarian
hutan dan bahaya yang akan dihadapi oleh
Badan Internasional
rakyatnya jika hutan benar-benar mengalami kerusakan sehingga mereka
Bisa menyediakan koordinasi wajib terlibat aktif dalam perencanaan,
internasional, standarisasi dan dukungan
47
b a g i k e g i a t a n p e r l i n d u n g a n d a n Masyarakat Ilmiah dan Akademik
pelestarian hutan pada tingkat nasional serta menggalang pertukaran data dan
Memiliki peran penting dalam pengetahuan baik itu pada tingkat bilateral
menyediakan masukan ilmiah dan teknis maupun multilateral. Dukungan ini bisa
khususnya dalam membantu pemerintah juga berupa penyediaan informasi,
dan masyarakat dalam mengembangkan nasehat, bantuan teknis dan dukungan
sistem perlindungan hutan berpusat pada kebijakan dan organisasi yang diperlukan
masyarakat. untuk membantu pengembangan dan
kemampuan operasional dari otoritas atau Keahlian mereka sangat penting
lembaga pada tingkat pusat. dalam :
Lembaga Swadaya Masyarakat 1.
menganalisis resiko apabila terjadi kerusakan dan kebakaran hutan
M e m a i n k a n p e r a n a n d a l a m yang dihadapi oleh masyarakat
membangun kesadaran di antara orang- 2.
m e n d u k u n g p e r a n c a n g a n , orang, kelompok dan organisasi yang
pemantauan dan layanan dalam terlibat di dalam kegiatan perlindungan dan
sistem perlindungan dan pelestarian pelestarian lingkungan khususnya pada
hutan berpusat pada masyarakat tingkat masyarakat, mereka juga bisa
secara ilmiah dan sistimatis m e m b a n t u m e n e r a p k a n s i s t e m
3. m e n d u k u n g p e r t u k a r a n d a t a ,
perlindungan dan pelestarian hutan dan menterjemahkan informasi ilmiah
mempersiapkan masyarakat dalam atau teknis dalam bentuk pesan yang
menghadapi segala bentuk aktifitas yang komprehensif
mengancam pelestarian hutan. Di samping 4.
m e m y e b a r l u a s k a n k a m p a n y e itu mereka dapat memainkan peranan
perlindungan dan pelestarian hutan penting dalam memberi advokasi yang
k e p a d a s e l u r u h k o m p o n e n menjamin bahwa perlindungan dan
masyarakat. pelestarian hutan selalu tetap menjadi
agenda bagi pengambil kebijakan pada Elemen 1.
tingkat pemerintahan. P e m a h a m a m Te n t a n g R e s i k o
K e r u s a k a n H u t a n D a n F u n g s i ,
Sektor Swasta Pengetahuan Dan Prinsip Pelestarian
Hutan Memiliki peranan yang luas dan
p e n t i n g d a l a m p e r l i n d u n g a n d a n Tujuan : menetapkan proses standar
pelestarian hutan terutama sektor swasta yang sistimatis dalam mengumpulkan,
yang bergerak dalam bidang kehutanan melakukan asesmen dan berbagi data,
mulai pada tingkat hulu sampai hilir dalam peta dan trend ancaman bahaya
mengembangkan kemampuan dan kerusakan dan kebakaran hutan dan
kesadaran serta kebijakan korporasi strategi pencegahan.
dalam melindungi dan melestarikan hutan. Media mempunyai peranan penting dalam
P a r a A k t o r : K e m e n t e r i a n
meningkatkan kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, Dewan Kehutanan
adanya bahaya yang mengancam jika N a s i o n a l , D i r e k t o r a t J e n d e r a l
hutan belantara mengalami kerusakan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
kepada masyarakat umum. Sektor swasta Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan ;
juga sangat penting peranannya dalam Badan Inventarisasi dan Tataguna Lahan ;
membantu menyediakan layanan keahlian Balitbang Kehutanan Dephut RI, Badan
dalam bentuk tenaga teknis, pengetahuan Planologi Kehutanan, Forum Komunikasi
atau donasi baik barang maupun uang. K e h u t a n a n M a s y a r a k a t , B a d a n
Koordinasi Survey dan Pemetaan
48
Nasional. Badan Meteorologi dan dalam menanggulangi ancaman
Geofisika, Dinas Kehutanan pada tingkat kerusakan dan kebakaran hutan
provinsi dan kabupaten; Lembaga setempat
Manajemen Hutan pada tingkat nasional, g.
menetapkan proses untuk analisa internasional dan lokal; pakar meteorologi
dan memutakhirkan data ancaman dan hidrologi, pakar antropologi dan
setiap tahun, termasuk informasi sosiologi, perencana pemanfaatan hutan;
tentang segala bentuk ancaman peneliti dan akademisi; perwakilan
kerusakan dan bahaya kebakaran organisasi dan komunitas yang terlibat
hutan yang baru muncul. dalam perlindungan hutan; lembaga
internasioanal seperti World Agroforestry
2. Mengidentifikasi Kondisi Alam