Analisis Non-saponifiable Lipids NSL dan Polyisoprenoid

tidak terlalu sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel salinitasnya Sunyoto, 2012. Perlakuan cekaman garam berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, dan kadar air akar semai S. alba. Nilai koefisien korelasi r termasuk kategori 0 r -0,50 dan menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah negatif, sehingga variabel paremeter tinggi, diameter, jumlah daun, dan kadar air akar tidak terlalu sensitif hubungannya terhadap perubahan yang terjadi pada variabel salinitasnya Sunyoto, 2012. Supriharyono 2000 menyatakan bahwa spesies mangrove dapat tumbuh pada salinitas yang ekstrem atau sangat tinggi, namun biasanya pertumbuhannya kurang baik atau pendek- pendek. Heddy 2001 melaporkan bahwa analisis pertumbuhan tanaman hanya dapat memberikan sedikit informasi tentang proses-proses fisiologis yang mengatur reaksi tanaman terhadap faktor-faktor lingkungan. Tabel 1 menunjukkan bahwa diameter berkorelasi positif dan signifikan pada taraf 0,01 terhadap berat basah akar dan berat kering akar. Konteks ini menunjukkan bahwa pertambahan diameter semai juga akan menyebabkan meningkatkannya berat basah akar dan berat kering akar semai S. alba.

D. Analisis Non-saponifiable Lipids NSL dan Polyisoprenoid

Hasil analisis Non-saponifiable NSL dan polyisoprenoid semai S. alba disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis NSL dan polyisopremoid pada tajuk dan akar semai S. alba. Data merupakan rata-rata ulangan n = 3. Jenis Jaringan Perlakuan Berat Kering g NSL mgg Polyisoprenoid g S. alba Tajuk 0,058 0,120 0,0021 Akar 0,057 0,073 0,0013 S. alba Tajuk 3 0,057 0,093 0,0016 Akar 3 0,063 0,233 0,0037 Analisis terhadap kandungan polyisoprenoid dilakukan pada bagian tajuk dan akar S. alba dengan konsentrasi cekaman garam 0 kontrol dan 3. Berdasarkan Tabel 1, kandungan polyisoprenoid tertinggi terdapat pada akar S. alba dengan konsentrasi cekaman garam 3, yaitu dengan nilai 0,0037 g, sedangkan kandungan polyisoprenoid terendah terdapat pada akar S. alba pada kosentrasi cekaman garam 0, dengan nilai 0,0013 g. Namun, jika dibandingkan perlakuan 0 dengan cekaman garam 3, semai S. alba dengan cekaman garam 3 0,0053 g memiliki kandungan polyisoprenoid yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan polyisoprenoid semai S. alba dengan perlakuan 0 0,0034 g. Sebelum kandungan polyisoprenoid dianalisis, terlebih dahulu dilakuakan analisis NSL. Komposisi lipid dalam tumbuhan pada umumnya menunjukkan adanya keragaman antar spesies. Oku et al. 2003 melaporkan bahwa S. alba memiliki 19,3 wax ester dari total lipid yang dimiliki. Bagian utama lipid yang ada di daun maupun akar adalah asam lemak ester. Pada umumnya, lipid pada mangrove mengandung phytosterols. Penggunaan data NSL lebih baik dibandingkan dengan data hasil saponifiable lipids dalam proses penentuan kandungan polyisoprenoid. Basyuni et al. 2007 melaporkan NSL pada dasarnya menunjukkan bagian lipid yang sederhana, yang mengandung sterol, rantai panjang alkohol, dan alkanes. NSL umumnya mewakili fraksi lipid yang lebih stabil daripada saponifiable lipids asam lemak. NSL juga resisten terhadap degradasi yang disebabkan mikroba.

E. Analisis Polyisoprenoid dengan One-Dimensional Plate Thin-Layer