Analisis Mikrostuktur dengan Analisa Sruktur Kristal .1 XRD

kurva histerisis bahan permanen magnet seperti : electronik EF 4-1F, elektromagnet EP 2E kuat medan magnet sampai dengan 1800 kAm = 2.2 Tesla, komputer dan printer. Hasil yang dapat diperoleh dari permagraph C : otomatis mengukur kurva histerisis magnet permanen B-H curve , dapat menentukan kuantitas magnet seperti koersifitas, remanensi, nilai produk maksimum, pengukuran dengan surrounding coils untuk menentukan nilai rata-rata magnetik dan pengukuran distribusi kuat medan magnet permanen dengan pole coils . 2.11.3 Analisa Sruktur Kristal 2.11.3.1 XRD X-Ray Diffraction Fenomena interaksi dan difraksi sudah dikenal pada ilmu optik. Standar pengujian di laboratorium fisika adalah untuk menentukan jarak antara dua gelombang dengan mengetahui panjang gelombang sinar, dengan mengukur sudut berkas sinar yang terdifraksi. Pengujian ini merupakan aplikasi langsung dari pemakaian sinar X untuk menentukan jarak antara kristal dan jarak antara atom dalam kristal. Erini, Afza.2011. Uji difraksi sinar X XRD dilakukan untuk menentukan komposisi fase yang terbentuk pada serbuk hasil kalsinasi di atas. Dari data yang akan dihasilkan dapat diprediksi ukuran kristal serbuk dengan bantuan software X-powder dan Match . Ukuran kristalin ditentukan berdasarkan pelebaran puncak difraksi sinar-X yang muncul. Makin lebar puncak difraksi yang dihasilkan maka makin kecil ukuran kristal serbuk. Kharismayanti, 2013.

2.11.3.2 Analisis Mikrostuktur dengan

Optical Microscope Optical Microscope mempunyai fungsi yang hampir sama dengan SEM Scanning Electron Microscope yaitu untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari butir-butir serta mengetahui interaksi satu butir dengan butir lainnya. Melalui observasi dengan OM dapat diamati seberapa jauh ikatan butiran yang satu dengan yang lainnya dan apakah Universitas Sumatera Utara terbentuk lapisan diantara butiran atau disebut grain boundary . Analisis mikrostruktur dengan menggunakan OM bertujuan untuk mengetahui susunan partikel-partikel setelah proses sintering,dan juga dapat diketahui perubahannya akibat variasi suhu sintering. Dari foto OM yang dihasilkan dapat diketahui apakah terjadi perbesaran butiran atau grain growth , sejauh mana pori-pori sisa yang terbentuk didalam badan keramik. Adapun perbedaan antara SEM dan OM adalah terletak pada perbesaran obyek resolusi yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Sebenarnya, dalam fungsi perbesaran obyek, SEM juga menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bias mengontrol dan mempengaruhi electron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. http:www.scribd.comdoc81178806makalah-SEM-kel9-niascribd Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari Februari 2015 - Mei 2015 dibeberapa laboratorium, yaitu : 1. Pusat Penelitian Pengembangan Fisika P2F Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Puspitek Serpong. 2. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi P2ET Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bandung. 3.2 Peralatan dan Bahan : 3.2.1 Peralatan Pada penelitian ini, peralatan yang digunakan antara lain : a. Neraca Digital Fungsinya : untuk menimbang massa pellet yang telah tercetak yang akan digunakan dalam pembuatan magnet. b. Jangka Sorong Fungsinya : untuk mengukur ketebalan dan diameter pellet. c. Bata Fungsinya : sebagai tempat untuk membakar memanaskan sampel. d. Vacuum Furnace XD – 1400V Fungsinya : sebagai alat untuk proses pembakaran. e. Gelas Ukur Fungsinya : untuk meletakkan sampel di dalam ultrasonik. f. Pinset Fungsinya : untuk mengambil sampel yang telah dibakar. g. Ultrasonik Fungsi : alat untuk memanaskan sampel yang telah tercetak agar diukur massa basah. Universitas Sumatera Utara