Musik Orkestra Di Kota Medan: Kajian Sejarah Seni

(1)

MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN:

KAJIAN SEJARAH SENI

T E S I S

Oleh

Herna Hirza

NIM. 097037002

PROGRAM STUDI

MAGI STER ( S2) PENCI PTAAN DAN PENGKAJI AN SENI

FAKULTAS I LMU BUDAYA

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN:

KAJIAN SEJARAH SENI

T E S I S

 

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

Herna Hirza

NIM. 097037002

PROGRAM STUDI

MAGI STER ( S2) PENCI PTAAN DAN PENGKAJI AN SENI

FAKULTAS I LMU BUDAYA

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

Judul Tesis : MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN: KAJIAN SEJARAH SENI

Nama : Herna Hirza

Nomor Pokok : 097037002 Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing

Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs.Heristina Dewi M.Pd Nip.19651221 199103001 Nip. 196605271994032010 Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) Fakultas Ilmu Budaya

Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan,

Ketua,

Drs. Irwansyah Harahap, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19621221 199703 1 001 NIP. 19511013 197603 1 001


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 15 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah Harahap, M.A. ( ____________________ )

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ____________________ )

Anggota I : Drs. Muhammad Takari,M.Hum,PH.d ( ____________________ )

Anggota II : Drs. Heristina Dewi, M.Pd ( ____________________ )


(5)

INTISARI

Musik Orkestra sudah hadir di Kota Medan pada tanggal 11 September 1945. Tetapi musik orkestra mulai tumbuh dan berkembang di Kota Medan pada era tahun 1970-an. RRI Medan merupakan salah satu wadah dimana musik orkestra tumbuh dan berkembang dengan baik dengan nama orkestra RRI Medan. Di era yang sama musik orkestra juga hadir di TVRI Medan dengan nama orkestra radio dan televisi yang merupakan gabungan antara orkestra radio dan televisi. Di tempat yang sama di era tahun 1990-an hadir pula orkestra dalam versi keroncong/seriosa dengan nama Puspa Irama yang dipimpin oleh Mulyono. Musik orkestra juga pernah hadir di Taman Budaya Medan dengan nama orkestra caparita 77 yang dipimpin oleh Mulyono tepatnya pada era tahun 1990-an. Musik orkestra sudah pernah tumbuh dan berkembang dengan baik di era 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan juga disebabkan meninggalnya orang-orang yang dianggap berjasa di dalam musik orkestra, disamping pendanaan yang minim yang tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit, Selain itu disebabkan hadirnya televisi-televisi swasta dan radio-radio swasta yang menawarkan acara-acara hiburan yang lebih menarik dan variatif sehingga membuat siaran musik orkestra kalah bersaing di masyarakat sehingga akhirnya ditinggalkan dan tidak beraktifitas lagi sampai saat ini.

Musik orkestra di kota Medan: Kajian Sejarah Seni ini dicermati melalui penelitian dengan rumusan bagaimana sejarah musik orkestra di Kota Medan, yang juga diperdalam kajian terhadap perubahannya, kontinuitasnya, masa jaya, masa kritis, dan berubah menjadi orkes-orkes kecil. Permasalahan diatas dibahas berdasarkan Teori evolusi musik yaitu untuk melihat perkembangan dan pergeseran kebudayaan, karena teori evolusi musik juga berkaitan dengan sejarah musik. Teori difusi juga digunakan untuk melihat proses persebaran kebudayaan secara geografis yang dibawa oleh bangsa-bangsa yang migrasi yaitu para pedagang dan pelaut asing. Observasi, studi pustaka, dan wawancara merupakan hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini, yang kemudian hasilnya dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa memasuki awal tahun 2000-an keberadaan musik orkestra di kota medan sudah tidak mendapatkan perhatian yang baik bagi sebagian besar masyarakat Kota Medan yang disebabkan oleh kemajuan tehnologi sehingga masyarakat lebih menyukai lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sifatnya grup band anak muda yang lebih menarik dan variatif dibandingkan musik orkestra yang kaku dan monoton. Musik orkestra juga dinilai kalah bersaing dengan aliran musik lainnya yang lebih easy listening. Namun walaupun demikian sudah pernah tercatat di dalam sejarah bahwa musik orkestra di Kota Medan sudah pernah berjaya di era tahun 1970-an sampai awal 2000-an.


(6)

ABSTRAC

Music orchestra existed in Medan since September 11th, 1945. But music orchestra grew and develops since 1970’s. Radio Republic of Indonesia (RRI) is the place where the orchestra developed well called RRI Medan orchestra. In the same era music orchestra also existed at Republic of Indonesia Television (TVRI) called Radio and Television orchestra. In the same place in the area of 1990’s also presented orchestra name keroncong or seriosa called Puspa Irama lead by Mulyono. Music Orchestra also presented at Taman Budaya Medan called by Caparita 77 lead by Mulyono at 1990’s. Music Orchestra developed well at 1970’s until beginning of 2000’s. by the time went by and the dead of the peoples who had dedicated their life to the music orchestra, beside the minimum of financed and the unsuitable with the work frame which is heavy and complicated, another reason because of the presented of private television station and private radio station which is played entertain program which is better and more interesting this cause the music orchestra can not compete and at the end people left it and forget it.

Music orchestra in Medan: This art history study observed by research with the formulation by the history of music orchestra in Medan, and also deeper research on the changes, continuity, popular, critical moment, and changes into small orchestra. This problem study by theory of musical evolution by sees the development and the cultural changes, because musical evolution theory also related with history of music. Diffusion theory also uses to see the distribution of culture by geography approach which is taken by the migration of the traders and the foreign sailors. Observation, library studies and interview are the important element in this research and the result will be analysis. The result of the research showed, since 2000’s the existence of music orchestra no longer get good attention from the peoples of Medan by the cause of the high technology and make the people prefer dangdut music and the song from group of young people band which is interesting and varietal compare to the music orchestra which is bored. Music orchestra also can not compete with other music which is easy listening. Even though the orchestra music written in the history of Medan and had well known in the era of 1970’s until beginning of 2000’s


(7)

PRAKATA

Alhamdullillah rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat taufik dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selayaknyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada para informan yang telah begitu banyak memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, khususnya kepada Friany Nainggolan, Harun, Hendrik Perangin-angin, Rubino yang setiap saat selalu terbuka menerima wawancara dengan penulis. Juga ucapan terima kasih buat para informan lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Namun demikian, secara khusus penulis berterima kasih kepada seluruh dosen/staf pengajar di Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselesaikannya tesis ini, khususnya tim pembimbing yang terdiri dari Drs. Muhammad Takari P.Hd dan Drs Heristina Dewi M.Pd yang sangat banyak membantu penyelesaian tesis ini, yang ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Magister pada Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Drs. Irwansyah, M.A. selaku Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni dan Drs.Torang Naiborhu, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni atas arahan dan bimbingan serta kemudahan yang telah banyak diberikan kepada penulis.


(8)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Drs. Syahron Lubis, M.A. Juga kepada Dr. Budi agustono selaku penguji sekaligus juga ikut membantu membimbing, penulis ucapkan terima kasih.

Ijinkan juga penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada ibunda Hj. Mar’ein yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis sampai akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan Magister ini, juga almarhum ayahanda Arlizar AR terima kasih atas segala kasih sayangnya. Seluruh kakak-kakak dan adik-adik serta ponakan (kak Yeni, kak Irma, kak Yanti, Godex, Yasser, Ayah JJ, Om eyi, Om Aci, Olla, JJ, Hani, Haqi, Naya, Fati, dan yang tersayang Da Zet yang juga turut serta membantu secara moral dan material penulis ucapkan terima kasih setulusnya.

Dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari kesalahan, kekurangan baik menyangkut substansi maupun redaksi penulisannya. Semua kesalahan serta kekurangan yang ada dalam tesis ini sudah pasti merupakan tanggung jawab penulis, namun demikian semoga tesis ini bermanfaat bagi musisi-musisi terkait khususnya.


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1: Biola………. 98

Gambar 2: Biola Alto………. 100

Gambar 3: Cello………. 103

Gambar 4: Double Bass………. 105

Gambar 5: Flute………. 106

Gambar 6: Klarinet………. 108

Gambar 7: Trombone………. 112

Gambar 8: Cymbal……….. 117

Gambar 9: Timpani………. 118

Gambar 10:Keyboard……….. 120

Gambar 11:Grand Piano………. 121

Gambar 12:Trompet……… 126

Gambar 13:Maracas……… 126

Gambar 14:Conga……… 127

Gambar 15:Triangle………. 127

Gambar 16:Timbales……… 128

Gambar 17:Cowbell………. 128

Gambar 18:Lonceng………. 129

Gambar 19:Harpa………. 129

Gambar 20:Baby Piano……… 130


(10)

Gambar 22:Berbagai Denah Musik Orkestra……….. 131

Gambar 23:Berbagai Denah Musik Orkestra……….. 132

Gambar 24:Berbagai Denah Musik Orkestra……….. 133

Gambar 25:Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra….. 134

Gambar 26:Berbagai Ekpresi Dalam Memimpin Musik Orkestra…. 135

Gambar 27:Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra….. 136

Gambar 28:Berbagai Bentuk Orkestra Menurut Cara Memainkannya 137

Gambar 28:Ansamble Gesek……… 137

Gambar 29:Ansamble Perkusi……….. 137

Gambar 31:Ansamble Tiup……….. 140

Gambar 32:Ansamble Tiup……….. 141

Gambar 33:Orkestra Tradisional (Asean)……… 142


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1: Keberadaan Program Kegiatan Musik Orkestra di RRI Medan


(12)

GLOSARIUM

Acting :Kemampuan bergaya didepan kamera

Aerophone :Alat musik yang sumber bunyinya berasal dari udara /ditiup Araskabu :Salah satu lagu karya Lily Suheiri dalam bentuk medley mencerita

Kan perjuangan melawan penjajah

Ansamble :Bentuk permainan musik yang memakai sedikit pemain Berkisar 5 sampai 6 pemain saja

Beat :Ketukan didalam suatu lagu

Concert Hall :Ruangan besar untuk penampilan musik orkestra

Chamber Classical :Permainan musik diruangan kecil yang memakai jumlah pemain Dan alat musik yang sedikit pula

Concerto :Salah satu jenis komposisi klasik Barat

Continuo :Alat musik sejenis Harpsichords dimana ketika tutsnya ditekan

Dia akan berbunyi terus menerus

Chordophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari senar Conducter :Pemimpin didalam musik orkestra dan paduan suara Easy Listening :Musik yang enak didengar/mudah dicerna seperti beraliran

Dangdut dan pop

Encore :Tepuk tangan panjang oleh penonton, meminta bonus lagu supaya Dimainkan ulang (penghargaan dari penonton)

Electrophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari aliran listrik Homophony :Komposisi musik yang memakai suara sejenis Beat

:Ketukan didalam suatu lagu

Intermission/Break :Tanda istirahat


(13)

Itu sendiri

Live :Pertunjukan musik yang disiarkan secara langsung Membranophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari kulit

Maestro :Pakar musik

March :Tempo lagu dengan birama ¾

New York Phillharmonic :Kelompok orkestra yang tertua berdiri tahun 1842 di New York Non pitched :Alat musik jenis perkusi yang tidak mempunyai nada dasar

Open stage :Pentas terbuka

Overture :Salah satu jenis komposisi klasik Barat

Poliphony :komposisi musik yang memakai banyak jenis suara Primitive :Masyarakat yang terbelakang

Repertoar :Naskah/partitur musik

Re-aransement :Komposisi musik yang di tulis kembali oleh orang lain Soprano :Suara tinggi khusus perempuan

Tuxedo :Sejenis baju yang dipakai untuk pertunjukan musik orkestra


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herna Hirza

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 15 oktober 1975

Alamat : JL.Kapt.Sumarsono Helvetia Medan (Graha Metropltn)

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Dosen Universitas Negeri Medan Guru SMP AL.AZHAR Medan

Pendidikan

:Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, Jurusan Seni Musik, lulus tahun 2000

   

 

Pada tahun akademi 2009/2010 diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.


(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 15 Agustus 2011

Herna Hirza NIM: 097037002


(16)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PENGESAHAN………....ii

HALAMAN PERNYATAAN……… …iii

ABSTRACT ……… iv

INTISARI……….……… v

PRAKATA……….. vi

DAFTAR ISI…….……….. vii

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR..……… ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…….……… x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah………10


(17)

1.4. Tinjauan Pustaka………..………11

1.5. Landasan Teori………..……… 13

1.6. Metode Penelitian………16

1.7. Sistematika Penulisan………. 24

BAB II GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI INDONESIA DAN DI DUNIA 2.1. Pengertian Orkestra……….. 27

2.2. Sejarah Musik Orkestra di Dunia………... 34

2.3. Sejarah Musik Orkestra di Indonesia (Jakarta)……... 37

2.4. Konser-Konser di Indonesia………. 49

BAB III GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI TAMAN BUDAYA MEDAN, RRI MEDAN, TVRI MEDAN 3.1. Sejarah Musik Orkestra di Kota Medan……… 51

3.1.1. Peran Taman Budaya Terhadap Musik Orkestra….. 51

3.1.2. Latar Belakang Taman Budaya Medan……… 52


(18)

3.1.4. Gedung Pameran………. 54

3.1.5. Gedung Utama Atau Teater Tertutup……….. 54

3.1.6. Sanggar Musik………. 55

3.1.7. Sanggar Tari……… 56

3.1.8. Sanggar Teater……… 56

3.1.9. Program Kegiatan Musik Orkestra di TBM…….. 56

3.1.10. Keberadaan Musik Orkestra di TBM………. 57

3.1.11.Terhentinya Program Musik Orkestra di TBM……. 59

3.2. Sejarah Musik Orkestra di TVRI Medan……… 59

3.2.1. Latar Belakang TVRI Medan……… 59

3.2.2. Struktur Organisasi di TVRI Medan……… 61

3.2.3. Peran TVRI Medan Terhadap Musik Orkestra… 61

3.2.4. Program Musik Orkestra di TVRI Medan……… 63

3.3. Sejarah Musik Orkestra di RRI Medan……… 63

3.3.1. Latar Belakang RRI Medan……… 63


(19)

3.3.3. Aspek Penyiaran Dalam Produksi……… 68

3.3.4. Keberadaan Musik Orkestra Pada Program

Musik di RRI Medan ……… 69

3.3.5. Program Program Musik Orkestra di RRI Medan 71 3.3.6. Perbandingan Musik Orkestra di 3 Lokasi pelitian 72 3.3.7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Terhadap

Musik Orkestra di Kota Medan ……… 74

3.4. Instrumentasi di 3 Lokasi Penelitian Musik

Orkestra di Medan... 75

3.5. Perbandingan Dengan Instrumen Musik Orkestra di Eropa. 77

3.6. Denah Pemain……… 79

3.7. Proses Rekaman………... 79

3.8. Proses Latihan………. 81

3.9. Pengalaman Jadi Pemain……… 83 3.10. Menonton Live……….. 84 3.11. Tayangan Musik Orkestra di Kota Medan………….. 84


(20)

3.13. Donatur Untuk Musik Orkestra di Kota Medan……….. 86

3.14. Biografi Komponis Musik Orkestra di Kota Medan…... 87

3.15. Lagu/Partitur Yang di Gunakan Musik Orkestra Medan 91

BAB IV PENGELOMPOKAN ALAT-ALAT MUSIK ORKESTRA 4.1. String Section (kelompok alat musik gesek)…………. 93

4.1.1.Violine (Biola)………. 93

4.1.2.Tinjauan Sejarah Biola………. 95

4.1.3.Konstruksi Biola………….……….. 96

4.1.4.Karakter Suara dan Register Wilayah Alto…….. 97

4.1.5.Viola (Biola Alto)………. 98

4.1.6.Wilayah Nada Biola Alto………. 99

4.1.7.Cello……… 100

4.1.8.Penyeteman dan Jangkauan Nada Pada Cello... 102

4.1.9.Busur Cello……… 102

4.1.10.Teknik Bermain………... 102


(21)

4.1.12.Glisando………. 103

4.1.13.Penggunaan Cello………... 103

4.1.14.Kwartet dan Ansamble………... 104

4.1.15.Double Bass………... 104

4.2. Woodwind Section /Kelompok Alat Musik Tiup Kayu... 105

4.2.1.Jenis Instrumen Musik Tiup Kayu………. 105

4.2.1.1.Reed Tunggal………. 104 4.2.1.2. Reed Ganda………... 106

4.2.2. Flute………... 106

4.2.2.1.Open Flute………. 107

4.2.2.2.Closed Flute……….. 107

4.2.3. Klarinet………. 107 4.2.4. Saxophone………. 108

4.2.5. Oboe……….. 108

4.3. Brasswind Section /Kelompok Alat Musik Tiup Logam 109

4.3.1.Trompet……….. 110


(22)

4.3.2.Tuba……… 111

4.3.3.French Horn……… 111

4.3.4.Trombone……… 112

4.4. Percussion Section/Kelompok Alat MusikPukul………. 113

4.4.1.Idiophone………. 113

4.4.2.Berdasarkan Fungsi Permainan Musik Orkestra…. 114

4.4.3.Instrumen Musik Perkusi Bernada……… 114

4.4.4.Instrumen Musik Perkusi Tidak Bernada………. 114

4.4.5.Fungsi Perkusi……….. 115

4.4.5.1.Gong……… 115

4.4.5.2.Drumbass……… 116

4.4.5.3.Snare Drum……….. ………. 116

4.4.5.4.Cymbal……….. 117

4.4.5.5.Timpani………. 117

4.4.5.6.Drum………. 118


(23)

4.4.7.Keyboard……….. 120

4.4.7.1.Piano……… 121

4.4.7.2.Organ……….. 122

4.4.8.Pemimpin Orkestra (kondukter atau Dirigen)……. 122

4.4.8.1.Aba-Aba Kondukter……… 123

4.4.8.2.Tongkat Dirigen………. 123

4.4.8.3.Persiapan Dirigen……… 124

4.4.8.4.Kondukter-Kondukter Terkenal Dunia……. 124

4.4.8.5.Kondukter-Kondukter Terkenal Indonesia… 125

4.4.8.6.Gambar Alat Musik Di Orkestra………….. 126

4.4.8.7. Gambar Denah Musik Orkestra…………. 132

4.4.8.8. Gambar Simbol Musik Orkestra…………. 136

4.4.8.9. Gambar Bentuk Musik Orkestra

Menurut Cara Memainkannya ………….. 137

4.4.8.10.Ansamble Gesek……… 137


(24)

4.4.8.12.Ansamble Tiup……… 140

4.4.8.13.Orkestra Tradisional……… 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan……… 144

5.2. Saran………. 147

GLOSARIUM

LAMPIRAN GAMBAR

LAMPIRAN FOTO


(25)

INTISARI

Musik Orkestra sudah hadir di Kota Medan pada tanggal 11 September 1945. Tetapi musik orkestra mulai tumbuh dan berkembang di Kota Medan pada era tahun 1970-an. RRI Medan merupakan salah satu wadah dimana musik orkestra tumbuh dan berkembang dengan baik dengan nama orkestra RRI Medan. Di era yang sama musik orkestra juga hadir di TVRI Medan dengan nama orkestra radio dan televisi yang merupakan gabungan antara orkestra radio dan televisi. Di tempat yang sama di era tahun 1990-an hadir pula orkestra dalam versi keroncong/seriosa dengan nama Puspa Irama yang dipimpin oleh Mulyono. Musik orkestra juga pernah hadir di Taman Budaya Medan dengan nama orkestra caparita 77 yang dipimpin oleh Mulyono tepatnya pada era tahun 1990-an. Musik orkestra sudah pernah tumbuh dan berkembang dengan baik di era 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan juga disebabkan meninggalnya orang-orang yang dianggap berjasa di dalam musik orkestra, disamping pendanaan yang minim yang tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit, Selain itu disebabkan hadirnya televisi-televisi swasta dan radio-radio swasta yang menawarkan acara-acara hiburan yang lebih menarik dan variatif sehingga membuat siaran musik orkestra kalah bersaing di masyarakat sehingga akhirnya ditinggalkan dan tidak beraktifitas lagi sampai saat ini.

Musik orkestra di kota Medan: Kajian Sejarah Seni ini dicermati melalui penelitian dengan rumusan bagaimana sejarah musik orkestra di Kota Medan, yang juga diperdalam kajian terhadap perubahannya, kontinuitasnya, masa jaya, masa kritis, dan berubah menjadi orkes-orkes kecil. Permasalahan diatas dibahas berdasarkan Teori evolusi musik yaitu untuk melihat perkembangan dan pergeseran kebudayaan, karena teori evolusi musik juga berkaitan dengan sejarah musik. Teori difusi juga digunakan untuk melihat proses persebaran kebudayaan secara geografis yang dibawa oleh bangsa-bangsa yang migrasi yaitu para pedagang dan pelaut asing. Observasi, studi pustaka, dan wawancara merupakan hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini, yang kemudian hasilnya dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa memasuki awal tahun 2000-an keberadaan musik orkestra di kota medan sudah tidak mendapatkan perhatian yang baik bagi sebagian besar masyarakat Kota Medan yang disebabkan oleh kemajuan tehnologi sehingga masyarakat lebih menyukai lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sifatnya grup band anak muda yang lebih menarik dan variatif dibandingkan musik orkestra yang kaku dan monoton. Musik orkestra juga dinilai kalah bersaing dengan aliran musik lainnya yang lebih easy listening. Namun walaupun demikian sudah pernah tercatat di dalam sejarah bahwa musik orkestra di Kota Medan sudah pernah berjaya di era tahun 1970-an sampai awal 2000-an.


(26)

ABSTRAC

Music orchestra existed in Medan since September 11th, 1945. But music orchestra grew and develops since 1970’s. Radio Republic of Indonesia (RRI) is the place where the orchestra developed well called RRI Medan orchestra. In the same era music orchestra also existed at Republic of Indonesia Television (TVRI) called Radio and Television orchestra. In the same place in the area of 1990’s also presented orchestra name keroncong or seriosa called Puspa Irama lead by Mulyono. Music Orchestra also presented at Taman Budaya Medan called by Caparita 77 lead by Mulyono at 1990’s. Music Orchestra developed well at 1970’s until beginning of 2000’s. by the time went by and the dead of the peoples who had dedicated their life to the music orchestra, beside the minimum of financed and the unsuitable with the work frame which is heavy and complicated, another reason because of the presented of private television station and private radio station which is played entertain program which is better and more interesting this cause the music orchestra can not compete and at the end people left it and forget it.

Music orchestra in Medan: This art history study observed by research with the formulation by the history of music orchestra in Medan, and also deeper research on the changes, continuity, popular, critical moment, and changes into small orchestra. This problem study by theory of musical evolution by sees the development and the cultural changes, because musical evolution theory also related with history of music. Diffusion theory also uses to see the distribution of culture by geography approach which is taken by the migration of the traders and the foreign sailors. Observation, library studies and interview are the important element in this research and the result will be analysis. The result of the research showed, since 2000’s the existence of music orchestra no longer get good attention from the peoples of Medan by the cause of the high technology and make the people prefer dangdut music and the song from group of young people band which is interesting and varietal compare to the music orchestra which is bored. Music orchestra also can not compete with other music which is easy listening. Even though the orchestra music written in the history of Medan and had well known in the era of 1970’s until beginning of 2000’s


(27)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

   Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia yang mengandung unsur-unsur keindahan, yang diekspresikan melalui dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang ini umumnya dikaitkan dengan tangga nada atau modus, yang terdiri lagi atas frekuensi bunyi, interval, ambitus, melodi, motif melodi, frase, bentuk, dan lainnya. Sementara dimensi waktu terdiri dari unsur-unsurnya seperti meter (birama), tanda birama, aksentuasi, fungtuasi, siklus, ritmik, up beat, down beat, dan hal-hal sejenis.

Setiap kebudayan memiliki konsep dan aplikasi tersendiri tentang dimensi waktu dan ruang di dalam musik. Di dalam kebudayaan India dimensi ruangnya secara umum disebut dengan raga dan dimensi waktunya disebut dengan tala. Dalam musik Timur Tengah dimensi ruang disebut dengan maqamat dan waktu disebut dengan iqaat. Dalam musik Jawa dimensi ruang disebut dengan tangga nada selendro dan pelog, dengan modusnya yang disebut dengan pathet. Demikian pula untuk musik-musik lainnya di seluruh dunia (Malm.1977; 78).

Selain itu, budaya musik ini ada yang disajikan secara solo saja, ada pula yang disajikan secara bersama, baik dengan instrumentasi atau vokal, atau campuran keduanya. Ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan budaya dalam masyarakat tersebut. Ada pula musik yang disajikan bersifat rahasia. Misalnya tradisi marhusip, yaitu nyanyian untuk berpacaran dalam kebudayaan Mandailing disajikan khusus oleh seorang pemuda kepada kekasihnya dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ada juga musik yang disajikan secara duet atau trio, sebagaimana yang lazim dipraktekkan pada kebudayaan musik populer Batak Toba, seperti kelompok Trio Lasidos, Trio Ambisi, Trio Amsisi, dan lainnya.

Selain dari dimensi ruang yang berorientasi melodis, sebagaimana musik dalam kebudayaan masyarakat dunia Timur, maka dalam beberapa tradisi musikal ada juga dimensi ruang yang berorientasi harmonik, sebagaimana umumnya musik Barat, termasuk tradisi orkestranya. Musik dengan ciri harmonik ini menjadi bahagian dari identitas musik Barat. Tradisi musik harmoni ini dapat disajikan dalam tekstur homofoni maupun polifoni.

Harmoni dalam musik Barat adalah salah satu teori musik yang mengajarkan bagaimana menyusun suatu rangkaian akord-akord, agar musik tersebut dapat enak didengar dan selaras. Di sini dipelajari tentang penggunaan berbagai nada secara bersama-sama dan akord-akord musik yang terjadi dengan sesungguhnya ataupun yang tersirat. Studi ini sering merujuk kepada studi tentang progresi harmoni, gerakan dari satu nada secara berbarengan ke nada yang lain, dan prinsip-prinsip struktural yang mengatur progresi tersebut. Dalam musik Barat, harmoni sering


(28)

mengacu kepada aspek-aspek vertikal musik yang dibedakan dari gagasan tentang garis melodi atau aspek horisontalnya (http://id.wikipedia.org/wiki/harmoni).

Di Eropa, genre musik yang menggunakan unsur harmonik di antaranya adalah: orkestra, tradisi dalam gereja Katolik seperti penggunaan modus-modus aeolian, lidian, dorian, miksolidian, frigian, dan ionian. Begitu juga dengan musik-musik rakyat di Semenanjung Balkan, Bulgaria, Irlandia, Inggris, dan berbagai tempat di wilayah budaya Barat. Musik dengan ciri harmonik ini juga menyebar ke berbagai tempat, seiring dengan persebaran orang-orang Eropa ke seluruh dunia, terutama di Amerika. Di sini terdapat musik country, bluegrass, cowboy, dan juga berakulturasi dengan jazz, bossanova, reggae, dan lain-lainnya. Salah satu yang paling menonjol adalah genre musik orkestra.

Musik orkestra adalah kelompok musik instrumental yang terdiri dari banyak instrumen yang terdiri dari seksi gesek, seksi tiup kayu, seksi tiup logam, dan seksi pukul , yang dimainkan secara bersama-sama dengan membaca sebuah partitur atau naskah lagu yang sudah disiapkan terlebih dahulu yang dipimpin oleh seorang konduktor sebagai seorang pemimpin lagu (Fuadi.2009;144).

Di Sumatera utara, khususnya di Kota Medan sejauh pengamatan penulis, musik orkestra pernah ada di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan yang dikenal pada era 1970-an dengan nama orkestra televisi dan radio (OTR), dan pada era 1990-an muncul lagi musik orkestra dengan nama Puspa Irama dilokasi yang sama. Di Taman Budaya Medan (TBM) juga pernah ada musik orkestra pada era 1990-an yang disebut orkestra Caparita 77, Kemudian ada lagi musik orkestra di Radio Republik Indonesia (RRI) Medan yang disebut Orkestra RRI, yang awalnya di dasawarsa 1970-an diketuai oleh Max Sapulete, dan kemudian dilanjutkan oleh Ahmad Sa’aba. Orkestra-orkestra ini tumbuh di dasawarsa 1970-an sampai 1990-an. Tetapi memasuki awal tahun 2000-an dan sampai saat ini orkestra-orkestra tersebut sudah tidak ada lagi, yang tersisa hanyalah cerita-cerita saja, semuanya hanya tinggal kenangan.

Namun demikian, di era tahun 2000-an ini ada juga bentuk-bentuk orkestra kecil (orkes kamar) yang eksis di Kota Medan, seperti di Medan Music, Vivo Music, di Unimed yang digunakan untuk mengiringi wisuda ahli madya, sarjana, magister, dan doktor di bawah pimpinan Erison Koto.11

Oleh karena keadaan tersebut, maka penulis merasa tertarik dan merasa layaklah keberadaan musik orkestra yang pernah ada dahulu di Sumatera utara khususnya di Kota Medan diteliti dan ditulis sebagai bahan dokumentasi sejarah seni. Selain itu ketertarikan penulis untuk mengkaji keberadaan orkestra yang pernah ada ini adalah bahwa genre, struktur, dan gaya musiknya selain dalam gaya Eropa, para komposer dan seniman pemusik orkestra Medan ini juga memiliki ciri khas Medan. Yang di maksud dengan ciri khas Medan disini adalah munculnya lagu-lagu tradisi seperti Sai anjumau, O.Tano Batak, lagu-lagu dangdut Simalakama,

              1

Erizon Koto adalah seorang dosen luar biasa di sendratasik Unimed, mereka ini adalah kelompok generasi muda yang berjuang dan ingin meneruskan keberadaan musik orkestra di Kota Medan. 


(29)

Araskabu, lagu-lagu keroncong/seriosa yang semua itu di aransemen dengan gaya musik orkestra hal ini tidak terdapat ditempat lain.

Di era tahun 1970- an dimana pada waktu itu kondisi politik di Indonesia belum begitu stabil dan tingkat perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia juga masih jauh dari kesan sederhana, namun musik orkestra telah hadir dan memberikan hiburan ditengah-tengah masyarakat. Pada saat itu tidak semua masyarakat memiliki televisi di rumah, karena pada saat itu televisi masih dianggap barang mewah, dan masyarakat yang tidak memiliki televisi hanya bisa menyaksikan penayangan musik orkestra di Balai Desa menonton secara beramai-ramai disana.

Sampai awal tahun 2000-an orkestra ini dapat hidup dan berkembang di Kota Medan karena fungsional dalam masyarakat. Masyarakat selalu menantikan siaran televisi dan radio yang menyajikan pertunjukan musik orkestra secara langsung (live), karena pada saat itu belum munculnya stasiun televisi swasta dan tidak ada pilihan acara yang lain. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 membuat keterpurukan di sana sini, termasuk juga kelangsungan hidup musik orkestra yang sempat menghilang beberapa saat. Namun seiring dengan perkembangan politik dan ekonomi yang semakin membaik, sehingga dengan demikian keadaan musik orkestra juga mengalami pertumbuhan kembali dengan kata lain beraktifitas kembali.

Namun memasuki awal tahun 2000- an jaman keemasan orkestra sudah dapat dikatakan selesai, ini disebabkan oleh kondisinya yang tidak lagi fungsional. Disamping itu stasiun-stasiun televisi swasta dan stasiun-stasiun radio swasta bermunculan dengan konsep hiburan populer, seperti dangdut, musik populer, campur sari, lawakan oleh Sri Mulat, dan lain-lain yang lebih menarik dan variatif sehingga menggerus keberadaan musik orkestra di Kota Medan. Oleh karena itu maka penelitian ini bertujuan menulis sisi sejarah orkestra di Kota Medan yang pernah ada. Kemungkinan penelitian ini dapat digunakan untuk kerja revitalisasi bagi pihak-pihak yang perduli terhadapnya.

Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alam P. Merriam memberikan contoh sepuluh fungsi musik, yang menurutnya telah dikaji oleh para pengkaji musik sampai dasawarsa 1960-an terutama dalam disiplin etnomusikologi, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat (Merriam,1964 ;219-226).

Dengan melihat contoh-contoh fungsi musik di atas, maka musik orkestra di Kota Medan, menurut penulis memiliki fungsi-fungsi: hiburan, komunikasi, kesinambungan kebudayaan, pengintegrasian masyarakat, estetika, perlambangan, reaksi jasmani dan seterusnya. Di luar kesepuluh fungsi tersebut, menurut penulis musik orkestra di Kota Medan juga memiliki fungsi enkulturasi budaya, yaitu sarana pendidikan musik bagi para pemusik dan penontonnya. Dalam


(30)

hal ini adalah musik orkestra Barat yang diserap oleh masyarakat Kota Medan. Selain itu, musik orkestra ini sebenarnya memiliki fungsi penguat identitas media masa penyiaran umum (publik) yaitu TVRI Medan dan RRI Medan. Semua fungsi musik tersebut tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan konsep musik, khususnya orkestra, termasuk perjalanannya secara difusi dari Eropa ke Indonesia dan khususnya Kota Medan.

Musik dapat dihasilkan melalui beberapa bentuk antara lain: melalui vokal, yaitu musik yang disajikan dengan menggunakan suara manusia sebagai medianya yang biasa disebut dengan menyanyi. Kemudian melalui bentuk instrumental yaitu musik yang di sajikan dengan menggunakan instrumen atau alat musik sebagai medianya, termasuk juga dalam hal ini musik orkestra.

Salah satu genre musik adalah musik klasik yang biasanya mengacu pada musik yang dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik Kristiani dan musik orkestra yang mencakup periode dari sekitar abad ke 9 sampai abad ke 21. Musik hadir saat dipertunjukkan, bila seseorang hanya terampil membaca nada dan imajinasi yang baik tanpa adanya permainan musik, maka tidak dapat disangkal bahwa musik tidak akan hadir. Musik benar-benar hadir hanya bila dipertunjukkan. Satu-satunya cara untuk memahami musik adalah dengan belajar memainkannya, apapun alat musiknya atau menggunakan suara manusia sebagai alat musiknya. (Djohan,2000;125).

Musik tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir di manapun kita berada kita bisa menikmati musik seperti di bus, di restoran, bahkan di gedung pertunjukkan dan tempat-tempat fasilitas umum lainnya. Musik ini bisa diperdengarkan melalui tape rekorder, radio, televisi, dvd bahkan yang paling praktis melalui telepon selular, yang semuanya itu untuk mengiringi berbagai aktifitas manusia, dan juga sebagai hiburan agar pikiran yang terbebani oleh berbagai macam pekerjaan dan masalah dapat menjadi segar kembali. Dengan mendengarkan musik membuat suasana batin menjadi menyenangkan, menyuguhkan rindu, sendu, bahagia maupun haru. Itulah sebabnya mengapa peranan musik tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas manusia sehari-hari.

Perkembangan musik yang pesat di Indonesia melahirkan berbagai aliran atau genre musik antara lain: keroncong, seriosa, populer, dangdut, bahkan musik klasik yang dianggap oleh sebagian orang musik yang serius juga turut memberi warna di dunia musik Indonesia. Aliran atau genre musik tersebut di atas juga dimainkan didalam bentuk musik orkestra, ada orkestra keroncong, orkestra seriosa, orkestra pop, orkestra dangdut, dan orkestra musik klasik.

Musik juga dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk Antara lain: bentuk penyajian musik ditampilkan secara satu orang, dua orang, tiga orang bahkan bisa lebih dari itu. Musik orkestra yang ada di Kota Medan, menurut pengamatan penulis, yang juga sebagai pemain biola dan piano, umumnya memakai pemain dalam penampilan panggungnya berkisar 25 hingga 30


(31)

pemain. Jumlah tersebut masih dibilang terlalu minim untuk sebuah musik orkestra, tetapi hal itu semua tergantung dari situasi dan kondisi di daerah masing-masing.22

Di dalam permainan musik orkestra, pemusik di tuntut untuk bisa memainkan alat musik, sambil membaca sebuah komposisi musik atau partitur musik atau naskah musik yang telah tertulis untuk sebuah alat musik. Belajar memainkan alat musik memerlukan tingkat kedisiplinan dan kesungguhan yang tinggi dan waktu belajar yang tinggi pula. Salah satu aliran musik yang memerlukan tingkat kedisiplinan dan keseriusan yang tinggi adalah musik orkestra. Musik orkestra yang ada di Kota Medan hampir memiliki kesamaan unsur dengan musik orkestra yang ada di Barat, terutama terlihat pada alat musik yang dipakai missalnya biola, biola alto, cello, kontra bass, flute, klarinet, horn, trumpet, trombon, oboe, timpani, triangle, maracas dan sama-sama dipimpin oleh satu orang dirigen/kondukter (pemimpin musik orkestra) dan masih banyak lagi lainnya. Musik orkestra juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis antara lain: orkestra teater, orkestra simponi, orkestra gesek, orkestra tiup, orkestra pukul, orkestra radio, orkestra studio, orkestra café, dan lain sebagainya (Fuadi,2009;145).

Kita tahu bahwa masyarakat Kota Medan adalah masyarakat yang heterogen, yang terdiri dari berbagai macam agama, berbagai macam suku, berbagai macam tingkat pendidikan, berbagai macam status sosial yang berbeda-beda dan merupakan masyarakat yang mobilitas kesibukannya tinggi. Hal ini pulalah yang membuat tingkat keseleraan terhadap suatu aliran musik menjadi berbeda-beda pula. Untuk musik orkestra di Kota Medan sambutan masyarakat tidaklah sebagus musik populer maupun musik dangdut, penikmat musik orkestra di Kota Medan adalah sebagian besar musisi-musisi yang terlibat langsung didalam musik orkestra tersebut. Padahal bisa dikatakan, masyarakat Kota Medan adalah masyarakat yang senang akan hiburan khususnya musik.

Di sisi lain grup-grup Band di Indonesia ikut juga terpengaruh untuk menggabungkan alat-alat musik orkestra di dalam penampilan panggung atau album rekaman mereka. Biasanya alat-alat musik orkestra yang dipakai seperti instrumen gesek yaitu biola, biola alto, cello, contra bass, instrumen tiup kayu yaitu flute, oboe, klarinet, instrumen tiup logam yaitu terompet, trombone, bahkan instrumen pukul yaitu timpani, ringbell, kastanyet, cymbal, dan lain-lain.

Namun hal yang cukup penting dalam perjalanan orkestra adalah terjadinya masa pasang surut sejak keberadaanya di Indonesia sebagai pengaruh difusi (persebaran) kebudayaan. Menurut Gaetner,”unsur-unsur kebudayaan masa lampau adalah dengan membuat klasifikasi benda-benda menurut tempat asalnya dan menyusunnya berdasarkan persamaan unsur-unsur tersebut.”

1.2 Rumusan Masalah       

2

Chamber orchestra (atau di Indonesiakan orkes kamar) yang berada diluar negeri memiliki jumlah pemain

50 orang dan disebut dengan small ensemble. Ada lagi symphony orchestra atau philharmonic orchestra yang memiliki jumlah pemain 100 orang .(sumber: www.wikipedia.org)  


(32)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapatlah ditentukan yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana perubahan, keberkelanjutan, masa jaya, masa runtuh musik orkestra di Kota Medan. Selain itu di uraikan juga beberapa orang komponis ternama Kota Medan yang membidangi musik orkestra yaitu: Mulyono, Max Sapulete, Ahmad Sa’aba, dan lain-lain. Mereka dipandang oleh masyarakat dan seniman memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai tokoh orkestra di Kota Medan pada era 1970-an sampai awal tahun 2000-an .

 

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan, keberkelanjutan, masa jaya, masa runtuh musik orkestra di Kota Medan. Tujuan ini selaras dengan perumusan masalah yang mengkaji sejarah orkestra di Kota Medan, juga dilengkapi dengan biografi beberapa orang komponis musik orkestra Kota Medan.

1.3.1 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sebuah studi banding terhadap pertumbuhan dan perkembangan musik orkestra yang berada di luar Kota Medan, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah musik orkestra di Kota Medan sehingga dapat menumbuhkembangkan kembali musik orkestra di Kota Medan, dan menjadikan musik orkestra sebagai bagian dari nafas kehidupan musisi-musisi itu sendiri.

Disamping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir memperoleh gelar Magister Seni di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

1.4 Tinjauan Pustaka

Studi ini berangkat dari kenyataan yang ada di Kota Medan, tidak jauh berbeda umumnya dengan musik orkestra yang ada di Indonesia juga mengalami masa pasang surut. Bahwa sepanjang pengetahuan penulis sampai saat ini buku-buku yang secara khusus berisikan tentang musik orkestra sangatlah jarang dan langka khususnya yang berbahasa Indonesia lengkap untuk diperoleh. Di sini ada beberapa buku-buku yang penulis gunakan sebagai acuan penulis dalam mengungkapkan berbagai hal mengenai musik orkestra. Di antaranya adalah sebagai berikut: Skripsi mahasiswa Sendratasik Universitas Negeri Medan yang berjudul “Program musik klasik di RRI Medan pada tahun 1950-2000” oleh Dedi Purnama. Skripsi ini menjelaskan tentang musik klasik yang menjadi salah satu program siaran di RRI Medan.Dedi Purnama juga mengkaji aspek perubahan dan kontinuitas program musik klasik, Ia menggunakan pendekatan sejarah dan penelitian lapangan. Namun di dalam skripsi ini tidak ada contoh lagu-lagu dalam bentuk partitur, kalaupun ada hanyalah sedikit saja.


(33)

Selain itu juga ada Skripsi mahasiswa Sendratasik Universitas Negeri Medan lainnya yang berjudul “Peranan musik orkestra dalam ibadah di Gereja Pantekosta Tabernakel” oleh Natanael. Ia mengkaji mengenai peranan dan fungsi musik orkestra untuk mengiringi ibadah umat Kristen di Gereja, disertai dengan contoh-contoh lagu. Di samping itu juga dari jurnal Ilmiah Harmoni, terbitan Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah salah satu artikelnya yang berjudul “Mengenal lebih dekat musik orkestra” oleh Fuadi, berisi gambaran umum musik orkestra, termasuk instrumentasi, sejarah, perkembangan, dan proses difusinya di Indonesia. Tulisan ini sangat membantu penulis di dalam penulisan tesis ini.

Buku Sejarah Musik 1 oleh Karl-Edmund Prier sj juga penulis pakai sebagai acuan. Buku ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan musik dari masa prasejarah (5000 SM) sampai zaman akhir (711-332SM).

Untuk menambah wawasan tentang musik orkestra di dunia Barat, penulis juga membaca buku yang berjudul “The study of orchestration” oleh Samuel Adler, dari Eastman School of Music of the University of Rochester 1989, Buku ini berisi kajian yang mendalam tentang instrumentasi di dalam orkestra dalam kebudayaan Barat, yang disertai dengan contoh-contoh lagu dari masing-masing instrumen. Buku “The History of the Orchestration and Orchestral Instrument” oleh P.Beeker, New York 1963 yang menjelaskan sejarah orkestra di dunia dilengkapi dengan penjelasan mengenai alat musik orkestra.

Buku-buku, sumber dan daftar pustaka diatas penulis gunakan sebagai acuan

dalam rangka mendeskripsikan dan menganalisis keberadaan musik orkestra di dunia, di Indonesia, dan khususnya di Kota Medan. Tentu saja kajian ini sangat berdimensi sejarah. Namun demikian, sejarah yang dimaksud bukanlah sejarah umum, tetapi sejarah seni (orkestra), yang juga melibatkan peran komponis, dirigen, pemusik, stage manager, manajemen di tiga lokasi penelitian yaitu Taman Budaya Medan, TVRI Medan, dan RRI Medan. Kajian ini tentu saja melalui pendekatan multidisiplin dan interdisiplin ilmu.

1.5. Landasan teori

Musik orkestra merupakan warisan dari budaya Barat yang masuk, tumbuh, dan berkembang di Indonesia khususnya Kota Medan. Perkembangan musik orkestra tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan penyebarannya dari satu benua ke benua lain atau dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam kaitan dengan penyebaran musik orkestra ini, studi ini mengombinasikan teori difusi dengan pendekatan sejarah. Teori difusi menjelaskan penyebaran dari seorang yang dianggap penting atau dari pusat perkotaan yang dalam waktu tertentu dibawa orang lain ke pedesaan (Koentjaraningrat,1980;123-125). Dalam kaitannya dengan musik orkestra, jenis musik ini masuk dari Eropa ke Nusantara di bawa oleh pedagang, pelaut, dan, penjajah Belanda. Melalui merekalah akhirnya musik orkestra ini berkembang dari satu tempat


(34)

ke tempat lain sampai akhirnya sampai ke Medan. Selain teori difusionis ini, studi ini juga memakai pendekatan sejarah yaitu ingin menyingkap proses diakronik perkembangan musik orkestra dari tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Dalam kaitan dengan pendekatan sejarah ini akan diungkap aspek-aspek sosial dan struktural dari perkembangan musik orkestra dari satu periode ke periode tertentu. Dengan menyingkap proses diakronik musik okestra ini akan di mengerti perkembangan dari satu periode tertentu ke periode lainnya. Dalam hubungannya dengan aspek diakronik ini musik orkestra yang berkembang sampai masa puncaknya tidak bisa dipisahkan dari dinamika sosial yang muncul saat itu. Artinya dalam setiap tahapan waktu musik orkestra ini tentu saling terkait dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Sementara itu masyarakat pendukung jenis musik ini sangat terkait dengan kebijakan pemerintah. Dengan memahami ini akan diketahui aspek-aspek sosial yang mendorong jenis musik ini sampai masa puncaknya sekaligus diketahui penyebab ditinggalkannya jenis musik ini oleh masyarakat pendukungnya.

Pendekatan sejarah terhadap musik, khususnya musik jazz dilakukan oleh GuntherSchuller,Jazz:AHistoricalPerspective

(http://www.tannerlectures.utah.edu/lectures/documents/schuller97.pdf London, 1996). Dalam menjelaskan perkembangan musik jazz, etnomusikolog ini memakai pendekatan sejarah untuk melacak asal mula sejarah jazz yang berasal dari Afrika Barat dengan semua elemen musiknya dari wilayah ini kemudian dibawa para budak ke Amerika dan negara Eropa lainnya. Setelah sampai di negara Paman Sam jazz ini mengalami evolusi dan improvisasi, terutama lagi setelah munculnya klub musik jazz seperti yang bermain secara ensembel seperti gaya New Orleans dan Kelompok musik jazz King Oliver Jazz. Dengan musik jazz yang wilayah asalnya memadukan unsur ritual, etnik, dan dansa setelah sampai di Amerika mengalami perubahan.

Selain Gunther Schuller, etnomusikolog lain yang memakai pendekatan sejarah terhadap perkembangan musik rock adalah Samuele Bacchiocchi, The Nature of Rock Music:From A Historical Perspective (Endtime Issues No. 34, 1994). Melalui pendekatan sejarah Samuele Bacchiocchi membagi tahapan perkembangan musik rock lewat dimensi waktu. Dalam tulisannya ini ia memulai melacak awal penyebaran musik rock, lalu di tahun 1960-an dengan mengambil contoh grup musik the Beattles, yang menjadi bagian penting dalam mempromosikan musik ini di mana para pemusiknya memakai obat-obatan terlarang dan menolak agama Kristen. Pada tahun 1970- an terjadi perubahan dalam musik rock yang di masa ini tercermin dari pemunculan pemujaan terhadap tahyul dan setan, kemudian di tahun 1980-an berubah lagi musik rock menjadi vulgar dan profan. Studi dari Samele Bacchiocchi ini sangat menarik dan membantu kajian musik orkestra ini dalam menggunakan perspektif sejarah terhadap perkembangan musik. Meskipun belum ditemukan kajian perspektif sejarah dalam perkembangan orkestra, tetapi dua studi yang dikerjakan dua etnomusikolog ini sangat relevan jika dipakai dalam melihat perkembangan musik orkestra di Medan.


(35)

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa tulisan atau pernyataan dari seseorang atau suatu perilaku aktor, maupun gejala tertentu yang dapat diamati oleh seorang penulis. Masalah utama dari penelitian ini adalah menelusuri sejarah keberkelanjutan dan perkembangan musik orkestra di tiga lokasi penelitian khususnya di Kota Medan.

Sejauh ini di wilayah Sumatera Utara, orkestra hanya ada di Kota Medan. Maka penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Medan saja, yang terfokus pada tiga lokasi yaitu Taman Budaya Medan (TBM), Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan, dan Radio Republik Indonesia (RRI) Medan.

1.6.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Taman Budaya Medan, TVRI Medan, RRI Medan. Karena ketiga lokasi tersebut merupakan wadah yang berkecimpung di bidang seni, yang merupakan tempat untuk menciptakan dan mempertunjukan hasil karya seni. Taman Budaya Medan adalah sebuah lokasi yang dibangun oleh Pemerintah Kota Medan untuk tempat bermusyawarah, seminar, rekaman, latihan, pertunjukan, perlombaan, dan mengembangkan seni khususnya bagi seniman Kota Medan yang tergabung ke dalam organisasi Dewan Kesenian Medan juga Dewan Kesenian Sumatera Utara, atau kelompok-kelompok seni yang terkait. Dewan Kesenian Medan beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, di sebelah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (dahulu Sekolah Menengah Musik Negeri) 11 Medan.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan adalah sebuah institusi bahagian dari Departemen atau Kementerian Informasi dan Komunikasi, yang bertujuan menyiarkan program-program penerangan kepada masyarakat melalui media televisi. TVRI Medan di antara siarannya adalah berisi berita, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lain-lain. Salah satu yang menjadi ikonnya di dasawarsa 1970- an sampai 1990-an adalah Orkestra TVRI Medan. Alamatnya adalah di Jalan Putri Hijau Medan, di depan Hotel J.W. Marriot.

Sementara RRI Medan juga adalah lembaga penyiaran yang berada di bawah Kementerian Informasi dan Komunikasi. Dahulu disebut jugta dengan RRI Nusantara III Medan, kemudian berubah menjadi RRI Nusantara I Medan. Kini menjadi RRI Pro II FM. Di RRI ini juga diisiarkan berbagai acara seperti berita nasional, berita daerah, musik dengan berbagai genrenya, dan tidak lupa juga iklan. Setiap tahun dahulunya di RRI dilaksanakan lomba bintang radio dan televisi. Di kalangan pegawai negeri sipil dahulunya di lingkungan RRI banyak yang merupakan pemain musik orkestra, walau kini orkestranya tidak beraktifitas lagi. Alamat RRI adalah di Jalan Gatot Subroto, Medan.


(36)

1.6.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini keseluruhannya adalah berupa data kualitatif . Sumber data yang digunakan dalama penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan juga sekaligus wawancara di lokasi penelitian. Data Sekunder merupakan dokumentasi berupa buku-buku, jurnal-jurnal, dan lain sebagainya. Penelitian ini menggunakan data informasi dengan menggunakan kata-kata, dan juga data musikal.

Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data, yaitu observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Jenis data kualitatif kebanyakan di gunakan pada penelitian kualitatif, penelitian deskriptif, penelitian historis dan penelitian filosofi. Data kualitatif bersifat subjektif, karena peneliti yang menggunakan data kualitatif berusaha sedapat mungkin untuk menghindari sikap subjektif yang dapat mengaburkan objektifitas data penelitian.

1.6.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data harus dilakukan dengan tertib dan hati-hati sehingga data yang diperoleh bermanfaat. Metode/teknik yang digunakan dalam pengumpulan data disertai alasannya perlu dijelaskan. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan.

1.6.3.1. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai suatu teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini. Penulis memang bertempat tinggal di wilayah Kota Medan, dan semenjak rancangan penelitian ini dibuat, penulis sudah melakukan beberapa hal yaitu, pertama penulis mendatangi ketiga lokasi yang dijadikan tempat penelitian untuk sekedar mengamati dan mengadakan sedikit tanya jawab dengan para musisi. Kedua, penulis juga mengunjungi lokasi-lokasi di luar lokasi-lokasi penelitian guna mencari perbandingan dan perbedaan musik orkestra. Semua itu di lakukan dengan wawancara. Ketiga, penulis pernah ikut terlibat langsung dalam kegiatan musik orkestra di tiga lokasi penelitian tersebut sebagai pemain biola, piano, dan keyboard ini juga yang menjadi salah satu alasan penulis mengapa berani mengangkat musik orkestra di dalam penelitian ini disebabkan karena sudah mengalami dan melihat langsung yang terjadi di lapangan sebelumnya.

Dalam pengumpulan data, penulis sengaja telah mengamati berbagai bentuk seni pertunjukan musik, baik yang dilaksanakan tiga lokasi penelitian, maupun di luar dari lokasi penelitian tersebut. Di Taman Budaya Sumatera Utara hampir setiap bulannya dilaksanakan seni pertunjukan musik, tetapi pertunjukan musik yang mengarah ke musik orkestra ataupun ansamble sangatlah jarang dipertunjukan. Kebanyakan hanyalah pertunjukan musik yang lebih


(37)

bersifat ke grup band anak muda. Dahulunya pada era tahun 1990- an pertunjukan musik orkestra berskala besar pernah dilaksanakan di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara Medan dibawah pimpinan Mulyono. Musik orkestra tersebut memakai instrumen lengkap yang terdiri dari instrumen biola I dengan delapan pemain, biola II dengan tujuh pemain, instrumen trombone dengan dua pemain, instrumen klarinet dengan dua pemain, instrumen saxophone dengan dua pemain, satu buah drum, satu buah keyboard (dimana penulis sendiri yang menjadi pemainnya), satu buah gitar bass, dan beberapa orang vokalis.

Proses latihan untuk pertunjukan musik orkestra memakan waktu yang lumayan lama, latihan dilaksanakan dua kali dalam seminggu, dan ketika mendekati hari pelaksanaan acara pertunjukan musik orkestra waktu latihan bisa menjadi setiap hari. Para pemain musik orkestra berasal dari latar belakang yang sangat beragam yaitu ada yang dari pegawai Taman Budaya itu sendiri, ada dari siswa-siswi Sekolah Menengah Musik Negeri Medan (termasuk penulis sendiri), ada dari pegawai TVRI Medan, ada dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara, ada dari Nomensen dan masih banyak lagi. Semua musisi –musisi musik orkestra ini juga berbeda- beda dalam segi umur, dari umur delapan belas tahun sampai umur empat puluh tahun bahkan lebih. Tidak ada perbedaan gender di sini, wanita dan pria berada di posisi yang sama dalam pertunjukan musik orkestra.

Yang menjadi fokus perhatian utama pada penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana keberkelanjutan dan perkembangan musik orkestra yang ada di Taman Budaya Medan (TBM), TVRI Medan, dan RRI Medan khususnya di era tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an, juga mengamati pertunjukan musik yang bagaimana sajakah yang sering dilaksanakan di tiga lokasi tersebut, serta hal-hal lain yang terjadi pada pelaksanaannya dilapangan.

1.6.3.2. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak bisa mendekati informan, sumber informasi atau guru bagi si peneliti, dan langsung meminta tentang topik yang diketahui. Hal ini bisa mengejutkannya dan bahkan mungkin menganggap si peneliti sebagai mahluk asing yang harus dihindari atau dihancurkan. (Spadley,1979;67) memberikan tahap dalam wawancara yaitu: salam, memberikan penjelasan proyek penelitian yang dilakukan, mengajukan pertanyaan, menampilkan kepentingan, menciptakan situasi hipotesis (membuat hipotesis), mengajukan pertanyaan bersahabat, dan mohon pamit.

Berkaitan dengan tema penelitian ini adalah tentang musik orkestra di Kota Medan: kajian sejarah seni, penulis menentukan informan pokoknya adalah Hendrik Perangin-angin, seorang pemusik juga seorang guru dan pegawai negeri di Taman Budaya Medan yang cukup banyak berkiprah di bidang musik. Hendrik Perangin -angin juga ikut terlibat dalam pertunjukan musik orkestra di Taman Budaya Medan juga di TVRI Medan sebagai pemain gitar melodi juga Klarinet. Melalui wawancara yang di lakukan dengan Hendrik Perangin-angin, maka dapat


(38)

diperoleh informasi tentang keberkelangsungan musik orkestra di Taman Budaya Medan. Selanjutnya wawancara di lakukan dengan beberapa seniman (musisi) lainnya guna mendapatkan data yang menyeluruh, baik tentang keberkelanjutan perkembangan musik orkestra di Taman Budaya Medan, maupun perkembangan musik orkestra pada umumnya.

Sedangkan informan yang penulis jumpai di TVRI Medan adalah Harun yang juga sebagai salah satu pemain musik orkestra pada jaman keemasan dahulu (era tahun 1970-an sampai 1990-an) kini beliau masih bekerja sebagai karyawan di TVRI Medan sedangkan musisi-musisi yang lain kebanyakan sudah meninggal termasuk pimpinan musik orkestra itu sendiri yaitu Mulyono.

Kemudian informan yang penulis jumpai di RRI Medan adalah Friany Nainggolan, Gleny Silitonga, dan Taufik. Ketiganya adalah pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan dan dulunya di era tahun 1970- an dan 1990- an terlibat juga sebagai pemain biola di lingkungan RRI Medan. Mereka bertiga merupakan alumni Sekolah Musik Negeri Medan. Sayang sekali Max Sapulete tidak bisa penulis wawancarai dengan maximal karena saat ini beliau telah berusia lebih kurang 70 tahun, disamping itu kemampuan daya ingat beliau sudah banyak berkurang.

Data yang sudah di dapatkan semuanya merupakan data yang bersifat kulitatif. Etnografis yang kemudian diartikan sebagai deskripsi tentang bangsa-bangsa yang berasal dari kata ethnos dan graphein. Ethnos berarti bangsa atau suku bangsa, sedangkan graphein adalah tulisan atau uraian. (Winnick,1915;193) mendefenisikan etnografis sebagai … the study of individual culture. Hal yang sama dikatakan oleh Adamson E.Hoebel. Menurut Hoebel (1966; 8), etnografis adalah … To write about peoples … menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangan dewasa ini, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. (Keesing,1989;250) mendefenisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan seorang etnografer haruslah bisa melukisan secara sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.

Menurut Muhajir (2002:142) analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya bagi orang lain. Data yang berhasil dikumpulkan dikategorikan berdasarkan pokok dan sub pokok masalahnya. Setiap sumber data di seleksi dan di bandingkan antara satu dengan lainnya agar diperoleh data yang benar-benar dapat di pertanggung-jawabkan secara ilmiah karena data tersebut nantinya digunakan sebagai laporan akhir penelitian ini. Seluruh data yang telah di seleksi dan dikategorisasi tersebut akhirnya diinterpretasikan secara kronologis, dan eksplanatif berdasarkan sejarahnya, sesuai dengan teori-teori yang terkait.


(39)

Keseluruhan data yang sudah di dapatkan dilapangan berbentuk kata-kata, narasi, teks dan pola tingkah laku manusia diwujudkan dalam bentuk deskripsi tulisan. Semua data yang didapat dilapangan tidak semuanya bisa diambil, tetapi harus disaring kembali yang mana yang cocok dan tidak cocok untuk tujuan penelitian dan melakukan pengumpulan data, karena data yang ada pada suatu hasil pengamatan maupun wawancara sangat bervariasi dan beragam. kegiatan mereduksi data, yaitu memilih, mengelompokan dan memisahkan semua data-data yang sudah terkumpul untuk penyajian hasil analisis data mutlak diperlukan.

Penyajian hasil analisis data di lakukan dengan mendeskripsikan semua hasil reduksi data dalam bentuk teks atau narasi. Deskripsi dalam penyajian data lebih di tekankan pada sejarah pasang surut musik orkestra di Kota Medan. Akhirnya, melalui penyajian data dapat ditarik kesimpulan terhadap sejarah musik orkestra di Kota Medan.

Atas dasar penjelasan di atas maka proses penyajian hasil analisis data dilaksanakan melalui informasi naratif. Penyajian hasil analisis data juga melampirkan beberapa notasi, gambar, dan foto sebagai pendukung.

1.7  Sistematika Penulisan  

Bagaimanapun juga tesis ini ditulis mengikuti sistematika penulisan ilmiah. Tulisan ini secara umum dibagi kedalam V bab. Setiap bab merupakan satu kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian tulisan yang padu. Selengkapnya Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II menjelaskan mengenai gambaran musik orkestra yang ada di dunia dan di Indonesia. Dimana masing-masing sub bab menjelaskan tentang keberadaan musik orkestra yang ada di dunia dan juga di Indonesia.

Bab III menjelaskan mengenai gambaran musik orkestra yang ada di Kota Medan yaitu Taman Budaya Medan, TVRI Medan, dan RRI Medan. Masing-masing sub bab menjelaskan tentang keberadaan dan keberkelanjutan musik orkestra di Kota Medan disertai biografi beberapa tokoh komponis musik orkestra di Kota Medan.

Bab IV menjelaskan mengenai pengelompokan alat-alat musik orkestra. Dimana masing-masing sub bab berisi uraian mengenai alat-alat musik yang sering digunakan di dalam suatu pertunjukan musik orkestra yang terdiri dari empat seksi, yang disertai juga dengan gambar-gambar dari alat musik tersebut.

Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran. Terakhir tesis ini juga disertai dengan daftar pustaka, daftar table, daftar informan, glosarium, lampiran peta, lampiran gambar,


(40)

lampiran foto, dan juga lampiran lagu-lagu/partitur yang digunakan didalam musik orkestra baik dalam bentuk notasi angka maupun notasi balok.


(41)

BAB II

GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI INDONESIA DAN DUNIA

Pada Bab II ini penulis mendeskripsikan secara umum tentang keberadaan musik orkestra yang ada di dunia dan di Indonesia. Deskripsi ini akan memberikan wawasan dan dimensi tentang apa itu orkestra, perkembangannya, para tokoh-tokohnya seperti komposer, dirigen, pemain alat-alat musik yang menonjol, dan lain-lainnya. Deskripsi yang digunakan merujuk kepada pendekatan sejarah yaitu melalui dimensi ruang dan waktu. Ruang terdiri dari tempat, pelaku, pendukung, masyarakat umum, dan sejenisnya. Waktu di deskripsikan sejak awal, ada, dan perkembangan, sampai keadaan terkini.

Ketika orang mendengar kata orkestra hal yang terlintas dalam benaknya kemungkinan besar adalah sekumpulan musisi mengenakan tuxedo dan di pimpin oleh seorang kondukter yang memainkan lagu-lagu serius dan berat, yang dapat memakan waktu tiga puluh menit sampai sembilan puluh menit. Lalu bagaimana dengan orkestra pop, atau orkestra yang membawakan lagu-lagu pop? Tidak juga demikian. Di satu sisi memang banyak orkestra besar di seluruh dunia yang mengikuti standar-standar atau tradisi baku klasik. Orkestra konvensional ini atau dikenal dengan orchestra Phillharmonic atau orchestra symphony umumnya selalu menampilkan overture, concerto dan simphony yang dibawakan secara lengkap, sebagai contoh New York Phillharmonic Orchestra, London Phillharmonic Orchestra, dan Boston Simphony Orchestra.

Orkestra pop adalah sebutan untuk orkestra besar yang konfigurasi instrumentasinya sama seperti orkestra simponi, namun repertoarnya lebih beragam, tidak didominasi oleh overture, concerto, dan simphony saja seperti layaknya pada orchestra philharmonic, namun juga menampilkan cuplikan opera dan Broadway musical serta musik film, lagu-lagu pop, dan tradisional yang diaransemen secara simponi dan tentunya komposisi-komposisi klasik yang populer.

Saat Twillite Orchestra pimpinan Addie MS menampilkan pertunjukkan musik klasik, orkestra ini tidak membawakannya secara pop dalam arti ketentuan tertulis maupun tidak tertulis (dipartitur) yang diubah, tetapi tetap membawakannya dengan apa adanya. Jadi istilah pop di sini adalah pada seleksi atau pilihannya pada karya-karya klasik yang populer bukan pada cara membawakannya yang tetap harus mematuhi partitur asli yang ditulis komponisnya. Orkestra pop yang terkemuka antara lain adalah Boston pop orchestra dan Cincinati pop orchestra di Amerika. (htpp://www twillite orchestra.org).

2.1. Pengertian Orkestra

Istilah orkestra menurut John Spitzer pada masa Yunani dan Romawi kuno menunjuk pada tingkatan dasar dari sebuah panggung terbuka, juga untuk menunjukan tempat di depan panggung. Pada awal abad XVII tempat ini di gunakan untuk menempatkan para pemain musik


(42)

yang mengiringi nyanyian dan tarian. Pada abad XVII, arti dari istilah orkestra di perluas untuk para pemain musik sendiri dan sebagai identitas mereka sebagai sebuah ensambel.

Di Italia, kelompok pemain musik yang serupa disebut dengan: capella, coro, concerto groso, simfonia, atau gli stromenti. Hal serupa juga terjadi di Roma pada awal dan akhir tahun 1679. Demikian juga di Prancis, juga terdapat istilah les violins dan les concertantes.

Analisis tentang orkestra sejak abad XVIII sampai sekarang mengungkapkan sebuah rangkaian ciri-ciri yang saling berhubungan, yang antara lain:

a. Orkestra didasarkan atas alat musik gesek yang terdiri dari keluarga biola dan double bass. b. Kelompok alat musik gesek ini disusun kedalam bagian-bagian dimana para pemusik selalu

memainkan not yang sama dalam satu suara.

c. Alat musik tiup kayu, tiup logam dan perkusi tampil dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan periode dan lagu-lagu yang ditampilkan.

d. Orkestra sesuai dengan waktu, tempat dan daftar lagu yang dimainkan selalu memperlihatkan standar instrumentasi yang luas.

e. Biasanya orkestra yang telah berdiri terorganisasi dengan anggota-anggota yang mapan, mengadakan latihan dan pentas yang rutin, mempunyai sturktur organisasi dan dana.

f. Karena orkestra membutuhkan banyak pemain musik, untuk memainkan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan, orkestra memerlukan tingkat kecakapan musikal yang tinggi untuk memainkan dengan tepat pada nada- nada yang tertulis.

g. Orkestra dikoordinasi langsung dengan satu pusat yang berawal pada abad XVII dan XVIII oleh pemain utama biola pertama atau oleh pemain keyboard, yang selanjutnya mulai abad XVII dikoordinasi oleh seorang conducter.

h. Orkestra is a large group of instrument who play together on various instrument, usually including strings, woodwind instrument, brasswind instrument dan percussion section.

Perkembangan awal orkestra yaitu pada jaman Barok (1720) yang merupakan bentuk orkestra kecil yang hanya terdiri dari instrumen gesek (enam biola, tiga biola alto, dan dua cello). Pada jaman klasik (1790) instrumen trompet, timpani dan horn mulai digunakan. Ciri khas dari orkestra klasik dengan menggunakan seksi gesek yang lebih besar (empat belas biola, enam biola alto, empat cello, dan dua double bass), dan dua pemain untuk setiap instrumen flute, oboe, klarinet, horn, trompet dan timpani. Bentuk orkestra jaman Romantik (1850) memiliki seksi gesek yang lebih besar lagi (tiga puluh biola, dua belas biola alto, sepuluh cello, dan delapan double bass), woodwind dan brass wind, Muncul instrumen baru seperti tuba dan harpa. (fuadi, 2009).

Dua orang komposer terkenal yaitu Wagner dan Berlioz adalah tokoh yang banyak menulis karya-karya untuk format orkestra yang sangat besar tersebut. Orkestra dapat bertahan dengan bentuknya yang besar ini sampai awal tahun 1900-an, namun semakin lama semakin berkurang karena alasan ekonom dan lain sebagainya.


(43)

Orkestra adalah sebuah grup yang terdiri dari musisi-musisi yang memainkan alat musik. Pada abad ke-17 dan ke-18, orkestra-orkestra kecil bermunculan yang di pimpin oleh seorang kondukter. Kondukter tersebut memiliki gaya yang berbeda-beda dalam merekrut anggotanya. George Frederic Handel komposer asal Jerman hanya memilih musisi-musisi terbaik, sedangkan Johan Sebastian Bach asal Jerman merekrut hampir semua musisi yang ada dikotanya, Joseph Haydn asal Austria yang juga disebut bapak Simponi memiliki anggota tetap untuk bekerja sama, namun disaat yang sama, ada juga musisi-musisi yang berkeliling dari kota satu ke kota lainnya, sambil menciptakan suatu karya yang dapat memamerkan kehebatannya bermain musik. Di abad ke-18, semakin banyak komposer yang memiliki orkestra sendiri untuk menunjukkan karyanya kepada masyarakat, mereka sering disebut dengan “academy”.

Pada abad ke-19 di tahun 1815 terbentuklah Boston Handel dan Haydn Society, di tahun 1842 terbentuk lagi New York Phillharmonic dan Vienna Phillharmonic, kemudian menyusul The Halle orchestra pada tahun 1858 di Manchester.

Pada tahun 1803 seorang kondukter bernama Francois Antoine Habeneck mengembangkan tekni-teknik dalam orkestra, salah satunya adalah dengan melatih instrumen gesek terpisah dari instrumen lainnya. Teknik lainnya adalah teknik memberi tanda masuk kepada pemain yang memainkan bagiannya. Teknik-teknik ini kemudian tersebar keseluruh Eropa dalam setiap pertunjukkan orkestra. Kemudian disamping itu ada beberapa instrumen tambahan yang tidak wajib digunakan dalam orkestra namun masih dapat dikatakan standar dalam orkestra, untuk instrumen gesek, instrumen tambahannya adalah harpa, untuk instrumen tiup kayu, instrumen tambahannya adalah piccolo, english horn, bass clarinet, dan contrabasson, dan untuk instrumen tiup logam, instrumen tambahanya adalah trompet.

Orkestra adalah kelompok musik instrumental yang sangat terkenal di negara Barat. Seperti kota besar yang ada di dunia, Jakarta juga memiliki beberapa orkestra sebagai akibat dari penyebaran atau difusi kebudayaan. Pertumbuhan orkestra di Indonesia tidaklah sebagus di negara Barat, kehadiran orkestra di Indonesia telah membangkitkan beragam fenomena kebudayaan. Berkumpulnya enampuluh sampai tujuhpuluh musisi bahkan lebih dalam sebuah orkestra sehingga dapat membentuk komunitas baru. Berpadunya beragam alat musik dalam suatu orkestra dapat menciptakan suatu bentuk penampilan musik yang indah dan menakjubkan. Suatu musik orkestra yang berkualitas tinggi tidak akan muncul tanpa adanya keahlian yang memadai. Kemampuan penguasaan teknik dalam memainkan alat musik mutlak di perlukan dalam sebuah orkestra, karena daya tarik utama dari musik adalah bunyi sebagai sumber estetik yang harus terus di gali. Keindahan bunyi yang mempesona hanya bisa di munculkan dengan teknik permainan yang baik pula.

Pertunjukan musik orkestra ketika menampilkan dua puluh lima pemain biola yang bermain dengan gerakan serempak memunculkan pesona audio visual tersendiri. Permainan melodi yang lincah dan cemerlang oleh flute seperti burung yang berkicau dengan riangnya. Gerakan tangan conducter untuk memberikan aba-aba merupakan bagian dari pertunjukan


(44)

orkestra, yang bertugas memberikan stimulus kepada para musisi orkestra dalam upaya mengekspresikan ide-ide musikal kepada pendengar, dan para musisipun bertindak sesuai perintah conductor dengan memainkan alat musiknya.

Orkestra merupakan gabungan dari sekelompok musisi yang kemudian membentuk menjadi sebuah komunitas. Hubungan mereka dalam komunitas adalah hubungan antar pribadi yang tidak terbedakan. Individu-individu yang tergabung dalam orkestra berasal dari berbagai latar belakang kelompok sosial yang berbeda, ada yang berstatus pelajar, mahasiswa, guru dan sebagainya, mereka berkumpul untuk satu tujuan yang sama yaitu menghadirkan sebuah pertunjukan musik.

Ciri komunitas yang lain adalah adanya kesamaan, Simbol-simbol yang dipergunakan menunjuk pada kesamaan tingkat, missalnya mereka merasakan adanya perasaan, perlakuan dan instruksi yang sama dari pimpinan, dalam hal ini adalah conductor. Dalam komunitas orkestra, hubungan antara individu menjadi lebih terbuka tanpa ada unsur formal didalamnya, senda gurau yang kental senantiasa mewarnai komunitas tersebut. Non rasional yang terjadi dalam hubungan antar individu dalam sebuah komunitas lebih menunjuk kepada dominannya fungsi perasaan dan intuisi. Yang berkembang adalah segi afektif dan voluntatif, sedangkan fungsi rasio kurang dominan karena orang lebih digerakkan oleh aspek kesadaran dan kehendak. Hubungan yang seperti ini mengandalkan perasaan sebagai modal utamanya.Hal ini dapat diamati apabila komunitas orkestra sedang beristirahat disela-sela latihan, seseorang melontarkan joke maka yang lain segera menimpali secara spontan dengan joke yang lebih menggigit pula.

Dalam acara pentas musik orkestra beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: (1) Pementasan musik orkestra memiliki karekteristik susunan acara yang khusus, biasanya ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu orkestra tampil sendiri sebagai satu kelompok musik orkestra membawakan repertoar klasik atau komposisi tertentu, dan hal lainnya adalah kelompok musik orkestra mengiringi artis vokal atau permainan solo instrumen. (2) Pembawa acara untuk program ini sangatlah penting untuk menghidupkan suasana yang tidak bisa digantikan fungsinya oleh multimedia, tetapi klasifikasi pembawa acara untuk pentas ini adalah semi formal dan smart elegance, tidak boleh terlalu formal tetapi juga tidak terlalu bebas, yang penting memiliki kemampuan berbahasa inggris yang cukup, karena akan banyak menyebut judul repertoar asing dan nama komposernya yang mayoritas berasal dari Eropa, pentas musik orkestra biasanya sangat memerlukan seorang pembawa acara sebagai pengantar untuk musik yang akan ditampilkan. Penyebutan harus secara berurutan yaitu judul repertoar, karya siapa, atau re- aransemen oleh siapa.

Penampilan pentas musik orkestra ada tiga jenis yaitu konser klasik, pop konser dan kombinasi antara keduanya. Untuk pentas konser musik klasik biasanya memainkan repertoar atau komposisi klasik standar karya musik para maestro masa lampau atau bisa juga karya komposer baru, durasi repertoar relatif agak panjang, satu repertoar bisa mencapai lima belas


(45)

menit dan durasi pentas mencapai sembilan puluh menit, terdiri dari dua sesi pementasan dan selalu ada intermission/break ditengahnya sekitar dua puluh menit.

Untuk pop konser seluruh repertoar adalah lagu-lagu pop yang diaransemen dengan orkestra musik, sebenarnya ini tergolong pentas musik pop biasa dengan tampilan artis-artis yang diiringi kelompok musik orkestra, dan tidak perlu dibagi dalam dua sesi.

Untuk pentas kombinasi klasik dan pop, sebaiknya di bagi dalam dua sesi untuk memberi kesempatan kepada para penonton ketika memasuki dua jiwa musik yang memerlukan apresiasi berbeda. Pemilihan repertoar musik klasik dan pop diupayakan yang memiliki durasi lima sampai enam menit dan dipilih yang memiliki tempo cepat, missalnya march, waltz, soft rock dan lain sebagainya.

Pada akhir pentas khususnya konser musik klasik, ada tradisi yang disebut “outstanding ovation” yaitu adegan dimana para penonton bertepuk tangan panjang sambil berdiri, ini pertanda kelompok musik orkestra tersebut diminta tampil lagi untuk memberi bonus penampilan kepada penonton yang sering disebut dengan “encore”. Dan yang tidak kalah pentingnya pada pentas musik orkestra adalah memanggil kondukter sebelum tampil yaitu setelah pemain musik siap diatas panggung, para pemain musik biasanya berdiri memberi hormat kepada konduktor.

2.2. Sejarah Musik Orkestra di Dunia

Musik orkestra berkembang pertama sekali terjadi pada zaman Barok (1720), pada saat itu orkestra dalam bentuk sederhana sudah mulai terbentuk. Susunan instrumentasinya terdiri dari: untuk instrumen gesek: enam biola, tiga viola, dan dua cello. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman Barok ini adalah menggunakan continuo (instrumen harpsichords dimana suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus).

Kemudian berkembang lagi masuk ke zaman Klasik (1790), pada saat itu susunan instrumentasinya mulai ada penambahan sedikit dari zaman Barok yang terdiri dari: empat belas biola, enam viola, empat cello, dua double bass, dua pemain untuk flute, dua pemain untuk oboe, dan dua pemain untuk klarinet. Penambahan instrumen yang dipakai antara lain: digunakannya instrumen trompet, timpani dan french horn walaupun masih jarang dipakai. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman Klasik ini adalah tidak menggunakan continuo (instrumen harpsichords dimana suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus), tetapi instrumen harpsichord di ganti dengan instrumen gesek yang lebih besar lagi.

Setelah berakhir zaman Klasik, maka perkembangan orkestra masuk ke zaman Romantik (1850). Susunan instrumentasinya lebih besar lagi dari zaman Barok dan Klasik. Penambahan instrumen yang dipakai antara lain: tiga puluh biola, dua belas viola, sepuluh cello, delapan double bass, dan instrumen brasswind dan woodwind sudah mulai digunakan termasuk juga instrumen tuba dan harpa. Tetapi bentuk orkestra yang besar ini tidak bertahan lama, pada awal


(46)

tahun 1900-an bentuk orkestra berangsur-angsur mengalami penurunan jumlah instrumen. (Fuadi,2009;144-145).

New York Phillharmonic Orchestra adalah orkestra simfoni tertua di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1842, berpusat di New York City. Orkes ini memainkan sebagian besar konsernya di Avery Fisher Hall. New York Phillharmonic telah lama dianggap sebagai salah satu orkestra terbaik di dunia. Pada bulan Desember 2004, orkes ini mencatat rekor dengan lebih dari 14.000 kali pertunjukkan. Sejak tahun 2002, New York Phillharmonic dipimpin oleh direktur musik Lorin Maazel yang akan mengakhiri tugasnya pada 2008-2009 kemudian pada 2009-2010 Maazel digantikan oleh kondukter Alan Gilbert. (http://id.wikipedia.org/ny_phillharmonic).

Di samping New York Phillharmonic orchestra, ada lagi Berlin Phillharmonic Orchestra atau disingkat dengan BPO merupakan salah satu orkestra terkemuka di dunia. Saat ini kondukter yang pokok adalah Chief Sir Simon Rattle yang dikenal karena memperjuangkan tentang musik klasik kontemporer. BPO juga mendukung beberapa ansamble orkes kamar.

Pada tahun 1957 Helmut Calgeer mendirikan orkes kamar Tubingen (Tubinger Kammerorchestra) dengan tujuan menjalin, memelihara, dan memperdalam hubungan persahabatan dengan universitas-universitas asing dan organisasi pemuda. Saat ini orkestra tersebut memiliki tujuh puluh orang pemusik, lima belas di antaranya sudah pernah manggung di Jakarta. Sejak berdirinya orkestra ini telah banyak mengundang ansamble asing ke televisi Bingen dan mereka sendiri dengan dukungan dari kementerian luar negri Jerman: Goethe Institute telah mengadakan konser dilebih dari sembilan puluh negara di lima kontinen, dibawah pimpinan Gudni A Emilsson, orkestra ini juga pernah tampil di Jakarta pada tahun 2003 dalam rangka pembukaan gedung teater Goethe Institute.

Beberapa komponis musik kamar adalah Johan Sebastian Bach, karya-karyanya: Bradenburg Concerto no. 1-23, Ludwig van Beethoven: Trio in B Flat Major op.97 “Archduke”, Johannes Brahms: Quartet in G Minor Op.25, Claudde Debusy: Quartet in G Minor, Antonin Dvorak: Quartet in F Major Op.96, Joseph Haydn: Quartet Op. 20 no.4 dan no.5, Felix Mandellson: Quartet in E Flat Major op.12, Wolfgang Amadeus Mozart: Quartet in E Flat Major Op.12, Boyca, Pergolessi, Schubert, Johannes Brahms, Johan Frederic Handel, Johannes Brahms, Kominsky, Couperin, Kabalewsky, Corelli, dan masih banyak lagi lainnya.

Disamping itu juga ada chamber classical music yaitu orkestra kecil yang dimainkan didalam ruangan yang kecil, dan dihadiri oleh penonton yang sedikit pula. Biasanya chamber classical music itu biasa dilaksanakan oleh para bangsawan untuk menghibur tamu-tamu kehormatan. Jenis alat musiknya pun sederhana, hanya alat musik gesek dan tiup seperti: cello, biola, viola, harpa, gitar, harmonica, oboe, klarinet, piccolo, recorder, tuba, dan sebagainya. Tidak jarang juga ada chamber classical music menggunakan piano, kebiasaan ini berkembang sejak zaman Baroc sampai romantic, sementara pada zaman klasik modern biasa dilaksanakan di gedung yang luas dengan ribuan penonton.


(1)

DAFTAR INFORMAN 1. Nama :Max Sapulete

Umur :70 tahun

       Pekerjaan :Aranger musik orkestra Medan (pensiunan RRI Medan)

       Alamat :Pasar V Setia Budi Medan

2. Nama :Friany Nainggolan Umur :5o tahun

Pekerjaan :PNS RRI Medan (pemain musik orkestra untuk alat Musik Biola).

Masa kerja :1986 s/d sekarang

3. Nama :Glenny Silitonga Umur :50 tahun

Pekerjaan :PNS RRI Medan (pemain musik orkestra untuk alat Musik Biola).

Masa kerja :1986 s/d sekarang

4. Nama :Hendrik Perangin-angin Umur :40 tahun

Pekerjaan :PNS Taman Budaya Medan (musisi, seniman, dan pemain Musik orkestra untuk alat musik Klarinet dan Gitar). Masa kerja :1990 s/d sekarang


(2)

Umur :40 tahun

Pekerjaan :PNS Taman Budaya Medan (musisi, seniman, dan pemain musik orkestra untuk alat musik Trombone) Masa kerja :1990 s/d sekarang

6. Nama :Harun Umur :50 tahun

Pekerjaan :PNS TVRI Medan (pemain musik orkestra untuk Alat musik Biola).

Masa kerja :1986 s/d sekarang

7. Nama :Wiflihani Umur :35 tahun

Pekerjaan :Dosen Seni Musik Unimed (pemain musik orkestra di era Tahun 1990 Untuk alat musik Biola).

Masa Kerja :2006s/d sekarang

8. Nama :Iswandana Umur :32 tahun

Pekerjaan :PNS Unimed (pemain musik orkestra di era tahun 1990-an Untuk alat musik cello)

Masa kerja :2005 s/d sekarang


(3)

Umur :25 tahun

Pekerjaan :Guru Swasta di Medan (pemain musik orkestra di era tahun 1990-an, untuk alat musik biola).

Masa Kerja : 2010 s/d sekarang

10.Nama :Erizon Koto Umur :40 tahun

Pekerjaan :Dosen honorer di Unimed (kondukter, arranger, dan pemain Musik orkestra di lingkungan Unimed).

Masa Kerja :2006 s/d sekarang

11.Nama :Amat Frebuat Umur :45 tahun

Pekerjaan :Guru di SMK Negeri 11 Medan (sekolah musik)

Pemain musik orkestra di era tahun 1990-an, untuk alat Musik French Horn.

Masa Kerja :1993 s/d sekarang

12.Nama :Maina Sari Umur :40 tahun

Pekerjaan :Guru di SMU Negeri (di Batu Bara) Pemain musik orkestra

Era tahun 1990-an, untuk alat musik Biola Masa Kerja :2010 s/d sekarang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Samuel. 1989.The Study of Orchestration. Eastman School of Music of The University Of Rochester

Anderson. Orchestration.1924 Boston New York

Anonim, Sejarah Radio di Indonesia. Djakarta: Kementrian Penerangan-Djawatan RRI 1953 Anonim, Peneliti RRI Nusantara 1 Medan TIM 1995. Medan: Stasiun RRI Nusantara 1 Medan Anonim, 1999. Buku Panduan Penulisan Tesis PPS. Universitas Negeri Padang

Anonim. Aplikasi SPSS Untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. 2007. USU Press Anonim. Masyarakat Kesenian di Indonesia. 2008. Studia Kultura FS USU Anonim. Seni Budaya dan Ketrampilan. Tim Bina Karya Guru. Jakarta: Erlangga Adami, Bachtiar. 2011. Analisa Pentingnya Musik Bagi Anak.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial: Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Djohan. 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik

Fuadi. 2009. Mengenal lebih Dekat Musik Orkestra. Semarang: Jurnal Harmonia Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. UI Press

Hugiono dan Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta Hamdi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. UMM Press

Harahap, Syamsul Muin. 1993. RRI Nusantara 1 Medan

Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


(5)

Kodijat, M.Latifah. 2006. Tangga Nada dan Trinada. Djambatan

Leksono, Ninok. 2001. Twillite Orchestra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of music. Nothwestren University Press Mulyanto, S. Eko. 2006. Mahir Bermain Keyboard Tunggal. Kawan Pustaka

Natanael, Wibisono. 2011. Peranan Musik Orkestra Dalam ibadah di Gereja. Skripsi. Unimed

Pornama, Dedi. 2011. Program Musik Klasik di RRI Medan Pada Tahun 1950-2001. Skripsi Unimed

Poerwadarminta, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Paeni, Muhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia (Seni Pertunjukan dan Seni Media). Jakarta Raja Grafindo Persada

R.M. Soedarsonon. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

R.M. Soedarsono. 1999. Kebudayaan Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa : Masyarakat Seni Petunjukan Indonesia (MSPI)

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Institut Tehnologi Bandung (ITB)

Sumarsan. 2003. Gamelan: Interaksi Budaya dan Perkembangan Musik di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saripin, dkk. 1976. Sejarah Kesenian Indonesia. Jakarta: Pradya Paramita

Sedyawati, Edi. 1991. Seni Dalam Masyarakat Indonesia (Bunga Rampai). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan Sigar, Edi dan Ernawati. 2003. Buku Pintar Pariwisata Nusantara. Delapratasa

Spitzer, John. 2001. The New Grove Dicyionary of Music and Musician. London: Macmillan Stevenson, Victor. The Music Maker. Methuen of Australia


(6)

 

Sumarno, Edi. 2005. Teori dan Metode Dalam Ilmu Sejarah. Studia Kultura Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Takari, Muhammad. 2008. Manajemen Seni. Studia Kultura FS Universitas Sumatera Utara Thursan, Hakim. 2004. Teknik Praktis Belajar Biola dan Gitar. Kawan Pustaka

     

http://www.definitionline.com/pengertian musik (20 juli 2011)

http://id.answer.yahoo.com (20 juli 2011) http://id.wikipedia.org/ny-phillharmonic http://www.orkes simponi-Jakarta

http://www.tokoh Indonesia.com/biografi http://jurnal dikti.go.id/seni musik popular