Instrumentasi di Tiga lokasi Penelitian Musik Orkestra di Kota Medan

3.3.7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Terhadap Musik Orkestra di Kota Medan

Musik orkestra di Kota Medan pernah mencapai zaman keemasan di era tahun 1970- an sampai era tahun 1990-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu lambat laun keberadaan musik orkestra di Kota Medan akhirnya menghilang. Salah satu penyebabnya adalah musik orkestra kalah bersaing ditengah kemajuan industri musik di Indonesia yang semakin pesat. Munculnya lagu-lagu dangdut dalam irama dan syair lagu yang cukup mempesona, juga munculnya group-group band anak muda membawakan lagu-lagu yang cukup easy listening, munculnya berbagai televisi swasta yang setiap hari selalu menghadirkan musik-musik yang up to date, munculnya radio-radio swasta yang juga setiap hari selalu dengan setia menghadirkan musik-musik yang sangat menghibur, semuanya ini membuat keberadaan musik orkestra semakin dilupakan. Keberadaan musik orkestra yang masih bertahan dengan format dan susunan yang kaku dan monoton, serta lagu-lagu yang kurang menarik membuat keberadaannya di Kota Medan tidak mendapat tempat di hati masyarakat Kota Medan khususnya. Sebenarnya musik orkestra yang ada di Kota Medan apabila di poles, dibentuk, dan diaransemen ulang dengan sedemikian rupa menggunakan format yang lebih modren dan menarik sesuai dengan permintaan pasar, sehingga memiliki nilai jual di pasaran kemungkinan besar musik orkestra pasti bisa bertahan dan diterima masyarakat Kota Medan. Namun sepertinya orang-orang yang terkait belum menyadari hal itu dengan baik, akhirnya pergelaran musik orkestra menjadi tidak menarik untuk dinikmati dan akhirnya ditinggalkan.

3.4. Instrumentasi di Tiga lokasi Penelitian Musik Orkestra di Kota Medan

Di tiga lokasi penelitian musik orkestra, masing-masing lokasi memiliki perbedaan dalam jumlah pemain dan alat musik yang dipakai. Orkestra yang ada di TVRI Medan memakai 4 orang untuk pemain biola 1 Buyung, Keepler dll, 3 orang untuk pemain biola 2 Herna, Maina Sari, Dinar, Desi, untuk biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello Didi, 1 orang untuk pemain contrabass nama tidak diketahui, 1 orang untuk pemain ukelele nama tidak diketahui, 1 orang untuk pemain alat musik pendamping ukelele nama tidak diketahui, 2 orang untuk pemain flute Uyuni, Normasiah, 2 orang untuk pemain klarinet Tahan Perjuangan, Muhammad.Nuh, 1 orang untuk pemain horn Amat Frebuat. disini peneliti terlibat sebagai pemain biola 2, dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang kondukter Mulyono. Lagu-lagu yang dibawakan adalah beraliran seriosa keroncong, antara lain: keroncong Bahana Pancasila, keroncong Jembatan Merah, keroncong Tanah Airku, Bengawan Solo, Jenang Gulo dan lain sebagainya. Orkestra yang ada di Taman Budaya Medan memakai jumlah pemain musik lebih banyak dibandingkan yang ada di TVRI Medan, antara lain 5 orang untuk pemain biola 1 Buyung, Sharif, Dani dan lain-lain, 4 orang untuk pemain biola 2 Maina Sari, Siti Khumaidah, Rasida Dewi, Keepler Sianturi, biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello Iswandana, 1 Universitas Sumatera Utara orang untuk pemain drum Aci Acuh, 1 orang untuk pemain gitar Hendrik Perangin-angin, 1 orang untuk pemain bass Hendric, 1 orang untuk pemain keyboard di sini peneliti terlibat sebagai pemain keyboard, 2 orang untuk pemain klarinet Tahan Perjuangan, Muhammad Nuh, 3 orang untuk pemain flute Helena, Patarina, Theodora, 1 orang untuk pemain saxophone Masriadi, 1 orang untuk pemain trompet nama tidak diketahui, 2 orang untuk pemain trombone Susilo, Jamudin dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang kondukter yaitu Muhammad Nuh. Lagu-lagu yang dibawakan beraliran seriosa, keroncong, dangdut, pop Baratpop Indonesia, dan lagu daerah tradisi antara lain: dangdut Simalakama, Sai anju mau, O.Tano Batak, keroncong Jembatan Merah, Araskabu, lagu pop Barat berjudul The Power of Love, Strangers in the night, lagu pop Indonesia berjudul Kaulah Segalanya, Kau Selalu di Hatiku, Sebelum Kau Pergi lihat lampiran dan masih banyak lagi. Musisi-musisi yang bermain di Taman Budaya Medan sebagian juga terlibat dalam orkestra yang ada di TVRI Medan, begitu pula sebaliknya. Orkestra yang ada di RRI Medan memakai alat musik antara lain : biola 1, biola 2, biola alto, klarinet, saxophone alto, trompet, horn, akordion, piano, dan bass, dan juga di pimpin oleh seorang kondukter yaitu Max Sapulete dan Achmad Saaba. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan beraliran klasik yang berjudul Eine Kleine Nachtmusik k.525 dari Mozart dan juga beraliran pop. lihat lampiran. 3.5. Perbandingan Dengan Instrumen Musik Orkestra di Eropa Instrumen-instrumen yang dipakai pada orkestra yang ada di Eropa hampir memiliki kesamaan unsur dengan instumen-instrumen yang dipakai pada orkestra di kota Medan. Kesamaan instrumen-instrumen tersebut bisa terlihat antara lain pada musik orkestra klasik dan orkestra pop memakai instrumen biola, biola alto, cello, Contrabass, flute, klarinet, french horn, saxophone, trompet, trombone, piano dan sama-sama dipimpin oleh seorang kondukter yang posisinya berada dihadapan para pemain musik. Disamping itu orkestra yang ada di kota Medan juga memakai instrumen musik modren dalam penampilan panggung antara lain memakai instrumen keyboard, gitar melodi, gitar bass, dan satu set drum. Namun instrumen harpa tidak pernah sama sekali dipakai, karena di Kota Medan tidak memiliki pemain instrumen harpa, dan harus mendatangkan pemain dari Jakarta, namun hal itu tidaklah mungkin sanggup, karena akan memakan biaya yang besar. Musik orkestra yang ada di Kota Medan dalam hal jumlah pemain sangatlah minim bila dibandingkan dengan orkestra di luar negeri. Jumlah pemain musik orkestra di Kota Medan hanyalah berkisar dua puluh sampai dua puluh lima pemain itupun tidak tetap dan bisa berubah- ubah. Sedangkan orkestra di luar negeri untuk small ansamble saja bisa berjumlah lebih kurang lima puluh orang pemain, dan untuk orkestra besar seperti Phillharmonic Orchestra bisa berjumlah seratus orang lebih. Dan ini merupakan perbandingan yang sangat mencolok. Universitas Sumatera Utara Untuk tata pentas dan kostum para pemain musik orkestra di luar negeri memang sudah sangat modren juga berkesan mewah dan berkelas. Para penonton musik orkestra di luar negeripun sebagian besar adalah memang orang-orang yang menyukai dan mengerti musik orkestra dan sangat menghargai dan menghormati musik orkestra tersebut. Selama pergelaran musik orkestra berlangsung, para penonton tidak satupun berbicara,tertawa-tawa, apalagi bercanda. Semuanya begitu terhanyut dan menikmati sajian musik orkestra yang sedang dipergelarkan tersebut. Tetapi lain halnya dengan musik orkestra di Kota Medan, untuk tata pentas dan kostum pemain musik masih sangat sederhana sekali dan jauh dari kesan mewah dan berkelas. Semua itu disebabkan tidak adanya penyandang dana dan donatur bagi musik orkestra di Kota Medan, ditambah lagi Pemerintah Daerah Kota Medan yang tidak memberikan perhatian bagi keberadaan musik orkestra tersebut. Lain halnya di luar negeri di sana pemerintahnya betul-betul perhatian, mendukung, dan membantu keberadaan musik orkestra tersebut. 3.6. Denah Pemain Di dalam penampilan aksi panggung musik orkestra di tiga lokasi penelitian, masing- masing lokasi denah pemain tidak jauh berbeda. Tempat duduk pemain musik orkestra diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan seberapa luasnya panggung yang tersedia. Untuk pemain instrumen gesek, posisinya berada dibarisan depan di bagian kanan, sedangkan untuk pemain instrumen tiup, posisinya berada dibarisan depan juga tetapi di bagian kiri bersebelahan, untuk instrumen keyboard, posisinya berada dibarisan depan tetapi ditengah- tengah antara pemain instrumen gesek dan tiup, kemudian di sebelah pemain keyboard, ada pemain gitar melodi dan bass, dan posisi paling belakang pada tengah-tengah adalah Instrumen drum . Seorang kondukter atau pemimpin orkestra berada diposisi paling depan tetapi di samping kiri pemain, kondukter tidak di posisikan ditengah-tengah karena dikhwatirkan akan menghalangi pandangan penonton untuk melihat aksi pemain dan penyanyi secara utuh. lihat lampiran. 3.7. Proses rekaman Di TVRI Medan, musik orkestra yang akan disiarkan haruslah melewati proses rekaman suara terlebih dahulu, orkestra di TVRI tidak pernah ditampilkan secara langsung live, sehingga kesalahan-kesalahan dari pemain bisa diperbaiki dan hasilnya akan lebih baik lagi. Untuk proses rekamannya, pertama sekali direkam dahulu melodi instrumen gesek, setelah semua lagu-lagu untuk instrumen gesek selesai direkam, langkah selanjutnya adalah merekam melodi untuk instrumen tiup pada semua lagu yang akan dibawakan. Selanjutnya apa yang sudah direkam Universitas Sumatera Utara antara melodi dari instrumen gesek dan tiup tadi dengan teknik perekaman digabung menjadi satu, sehingga terdengarlah musik iringan untuk lagu yang sudah harmonis. Langkah terakhir adalah penyanyi melakukan rekaman suara dengan iringan melodi dan akor-akor lagu yang sudah direkam tadi, dengan demikian maka selesailah proses rekaman suara. Untuk tahap berikutnya adalah rekaman gambar, seluruh pemain musik dan penyanyi diharapkan hadir tepat waktu pada tempat yang disediakan biasanya di studio penyiaran di TVRI Medan, proses rekaman gambar juga dihadiri oleh beberapa orang kameramen, penata lampu, penata gerak,penata make-up, penata suara dan busana. Pemain musik memakai kostumpakaian yang sama yaitu atasnya batik hijau ataupun batik putih bercorak dan bawahnya celana panjang berwarna hitam, sedangkan untuk penyanyi, pakaian disesuaikan dengan judul lagu dan pada umumnya memakai kostum milik pribadi. Karena didalam rekaman gambar ini lagu dan musik sudah direkam terlebih dahulu, maka didalam rekaman gambar ini yang sangat diperlukan adalah kemampuan acting pemain musik dan penyanyi, sehingga kualitas gambar menjadi lebih baik. Untuk pemain biola sangat penting sekali agar dapat menggesek biola dengan gerakan bow yang teratur naik turunnya, agar dapat kelihatan indah ketika disaksikan dilayar kaca, demikian pula untuk pemain instrumen tiup diusahakan seragam dan kompak. Pada dasarnya semua pemain musik harus kompak dan teratur dalam proses rekaman gambar ini. Proses rekaman gambar memakan waktu lebih kurang dua jam, biasanya lagu-lagu yang dibawakan hanyalah berjumlah enam lagu saja dengan masa tayang di televisi selama tiga puluh menit. Setelah selesai rekaman gambar, yang paling ditunggu-tunggu oleh pemain dan penyanyi adalah pembagian honorarium. Untuk pemain musik semua honornya sama berkisar RP.75.000 pada tahun 1995, tetapi apabila pemain tidak hadir ketika proses latihan maka honorarium akan dipotong, honararium untuk penyanyi lebih besar sedikit dibanding pemain musik. Namun walaupun honorarium kecil, tidak membuat pemain dan penyanyi berkecil hati, tetap semangat demi menyalurkan bakat-bakat musik yang ada. 3.8. Proses latihan Tayangan musik orkestra di TVRI Medan dilakukan pertiga bulan sekali, dibawah pimpinan Mulyono, beliau juga salah satu pegawai di lingkungan TVRI Medan. Para pemain musik berjumlah lebih kurang duapuluh orang, dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan serta umur yang berbeda-beda pula, ada mahasiswa, guru, wiraswata, pegawai negeri sipil di lingkungan Taman Budaya Medan, pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan, bahkan ada pensiunan pegawai negeri, umur pemain berkisar dari umur 23 tahun sampai umur 50 tahun. Proses latihan musik orkestra dilaksanakan dua kali dalam seminggu sebanyak delapan kali latihan saja, kehadiran para musisi dicatat dan nantinya turut mempengaruhi jumlah honorarium yang akan diterima. Universitas Sumatera Utara Latihan dilaksanakan di TVRI Medan disalah satu studio rekaman yang sedang tidak digunakan buat sementara, latihan dilaksanakan dari jam tiga sore sampai jam lima sore. Umumnya aransemen lagu cukup sederhana dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan dari para musisi itu sendiri dan semua lagu adalah hasil aransemen Mulyono. Untuk penyanyi, proses latihannya dilakukan secara terpisah tidak bergabung dengan para musisi. Selama proses latihan canda dan tawa antara sesama musisi sering muncul, tanpa membedakan tua muda proses latihan berjalan dalam suasan yang santai namun tetap serius. Proses latihan musik orkestra di Taman Budaya Medan dilaksanakan dua kali dalam seminggu, namun kehadiran para musisi tidak perlu dicatat, para musisi hanya diberi honorarium ketika acara pergelaran akbar telah selesai hanya sekali itu saja diberikan. Musik orkestra di Taman Budaya Medan juga dipimpin oleh Mulyono dengan dibantu oleh teman sejawat beliau yaitu Muhammad Nuh. Aransemen lagu-lagu yang dibawakan agak sedikit beragam, dan semua lagu sebagian besar hasil aransemen Mulyono. Biasanya setelah satu jam latihan, ada waktu istirahat sebentar untuk minum yang sudah disediakan oleh panitia berupa teh manis dan kopi, setelah itu latihan dimulai kembali hingga berakhir jam lima sore, tetapi jika mendekati waktu acara, latihan bisa berakhir menjelang maghrib. Latihan dilaksanakan diruang kaca yang berukuran besar dan letaknya ditengah- tengah gedung sehingga bagi siapapun yang melewati ruang kaca tersebut pastilah berhenti untuk singgah sebentar sekedar menonoton para musisi yang sedang berlatih, sehingga ini membuat para musisi lebih bersemangat berlatih. Canda dan tawa, ejekan-ejekan kecil, teriakan-teriakan antara sesama musisi, penyanyi, kondukter, dan juga pengunjung di sekitar yang menonton juga sering terjadi, sehingga memberi kesan akrab dan menyenangkan. 3.9. Pengalaman Jadi Pemain Penulis masih duduk dibangku Sekolah Menengah Musik Negeri Medan pada waktu itu sekitar tahun 1995-an. Bertepatan pada saat itu disekolah diadakan kegiatan praktek pengalaman lapangan PPL di Taman Budaya Medan TBM, dari situlah penulis diajak untuk bergabung dalam kegiatan musik orkestra baik yang diadakan di TBM, RRI Medan dan TVRI Medan. Di TBM penulis memainkan instrumen keyboard, dan di TVRI Medan dan RRI Medan penulis memainkan instrumen biola. Kedua instrumen tersebut penulis pelajari selama menimba ilmu di Sekolah Menengah Musik Negeri Medan, dengan instrumen piano sebagai instrumen mayor pilihan pertama dan biola sebagai instrumen minor pilihan kedua. Banyak kendala yang dihadapi penulis selama mengikuti kegiatan musik orkestra, dikarenakan ini merupakan pengalaman pertama penulis ikut bergabung di musik orkestra tersebut, tetapi karena adanya saling membantu antara sesama musisi sehingga semuanya bisa dilewati dengan baik. Rasa persaudaraan cukup terbina dengan baik sesama para musisi, tidak ada yang merasa hebat, merasa pintar ataupun merasa kaya semuanya sama dan memainkan Universitas Sumatera Utara partitur yang sama, judul lagu yang sama, waktu mulai latihan yang sama, waktu selesai latihan yang sama, dan dipimpin oleh kondukter yang sama pula.

3.10. Menonton Live