Penikmat Musik Orkestra Di Kota Medan

3.12. Penikmat Musik Orkestra Di Kota Medan

Penikmat musik orkestra di Kota Medan mempunyai pangsa pasarnya sendiri. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa musik orkestra jauh berbeda dengan musik-musik popular yang lebih easy listening dan lebih disukai oleh sebagian besar anak muda saat ini walaupun tidak tertutup kemungkinan orang dewasa juga. Bisa dikatakan bahwa penggemar musik orkestra itu adalah para musisi-musisi yang berkecimpung dan bergabung di dalam musik orkestra tersebut, dan kalaw pun ada penikmat dari luar biasanya hanya sedikit sekali mereka sudah pasti orang-orang tua yang sedikit banyak mengerti dan paham musik orkestra. Apabila musik orkestra ditampilkan di TVRI Medan, RRI Medan, dan TBM maka biasanya para musisi-musisi yang terlibat tersebut menghubungi teman-teman satu profesi mereka juga keluarga-keluarga mereka untuk menyaksikan dan mendengarkan acara tersebut. Disamping itu juga ada beberapa orang dari dinas-dinas terkait. 3.13. Donatur Untuk Musik Orkestra di Kota Medan Penayangan musik orkestra yang ada di TVRI Medan yang sudah berlangsung cukup lama itu merupakan salah satu program acara yang di buat oleh pihak TVRI Medan itu sendiri yang memiliki tujuan memberikan hiburan kepada masyarakat Kota Medan, maka secara otomatis pula pendanaannya pun murni menjadi tanggung jawab TVRI Medan itu sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak swasta begitu pula adanya dengan di RRI Medan, dan TBM. Jadi masalah pendanaan ataupun donatur dikembalikan ke instansi yang menyelenggarakan musik orkestra tersebut. 3.14 . Biografi Komponis-Komponis Musik Orkestra di Kota Medan 1. Mulyono Mulyono lahir pada tahun 1944 adalah salah seorang pegawai negeri sipil di lingkungan TVRI Medan. Pria yang sehari-hari selalu memakai kopiah ini berperawakan kurus dan tidak terlalu tinggi yang bertempat tinggal di daerah Binjai, adalah seorang yang sangat komitmen dijalur musik. Pendidikan musik beliau dapatkan ketika bergabung di korps tentara musik di Yogyakarta dulunya sik dam tetapi kalaw sekarang setingkat ajudan jendral. Banyak lagu-lagu yang sudah diaransemen beliau dalam bentuk musik orkestra, antara lain yang beraliran keroncongseriosa, pop BaratIndonesia, lagu-lagu daerah, dan lagu-lagu dangdut. Salah satu aransemen yang pernah beliau pimpin dan yang memiliki durasi waktu yang lumayan panjang adalah “Araskabu” ciptaan Lily Suheiri lagu ini menceritakan masa-masa perjuangan melawan penjajah. Aransemen ini hadir dalam bentuk medley, dan memakai tempo lagu yang selalu berubah-ubah, dari tempo lambat ke tempo sedang kemudian tempo cepat dan akhirnya kembali Universitas Sumatera Utara ke tempo lambat lagi disertai dengan pemakaian melodi-melodi lagu yang bervariasi. Penulis juga ikut dalam memainkan aransemen lagu araskabu ini pada alat musik keyboard. Mulyono salah satu seniman dan komposer yang dinilai berjasa dalam tumbuh kembangnya musik orkestra di Kota Medan. Sepak terjang beliau didalam tumbuh kembangnya musik orkestra di Kota Medan tidak diragukan lagi. Namun kini beliau sudah meninggal dunia dalam usia 67 tahun pada sekitar tahun 2005 lalu. 2. Max Sapulete Max Sapulete lahir pada tahun 1932 berdarah Ambon, tetapi tumbuh dan besar di Aceh. Tercatat sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan sampai golongan IVa. Aktif membidangi musik orkestra di Kota Medan khususnya di RRI Medan sejak tahun 1960-an sampai awal tahun 2000-an. Beliau belajar musik dari ayahnya disertai dengan banyak membaca buku-buku music. Alat musik yang beliau kuasai antara lain biola, klarinet, dan saxophone. Beliau juga sering diminta untuk menangani musik orkestra untuk acara-acara yang sifatnya hiburan yang sering ditampilkan di hotel-hotel berbintang di Kota Medan dan juga di Gubernuran Medan, salah satunya redaksi Koran Harian Waspada Medan pernah meminta beliau untuk mengisi suatu acara dengan memakai musik orkestra lengkap dengan nama orkestra Pengharapan di tahun 1999. Saat ini beliau berusia lebih kurang tujuh puluh tahun 70 dan sayang sekali tidak bisa penulis ajak wawancara dengan baik dengan alasan gangguan kesehatan. Beliau memiliki anak yang juga bekerja di lingkungan yang sama. Sepak terjang beliau di dunia musik orkestra sudah tidak diragukan lagi, peran serta beliau sangatlah besar di dunia musik orkestra khususnya di Kota Medan. Kini beliau sedang menikmati masa pensiunnya beserta anak dan cucu, dan sekarang beliau bertempat tingal di Pasar V Setia Budi Medan. 3. Achmad Saaba Achmad Saaba lahir pada tanggal 31 oktober 1937, yang bertempat tinggal di wilayah Helvetia Medan. Beliau tercatat sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan dari tahun 1965 sampai 1993. Aktif membidangi musik orkestra khususnya di RRI Medan dari sejak tahun 1960-an sampai 1990-an. Banyak prestasi-prestasi yang sudah dicapai dibawah kepemimpinan Achmad Saaba, antara lain terbentuknya Orkestra Sympony Medan yang dipimpin oleh beliau sendiri dan sudah pernah mengadakan pergelaran musik orkestra di gedung kesenian Medan pada tahun 1966 dan 1970. lihat lampiran. Achmad Saaba memiliki seorang anak yang bernama Julivan Saaba yang merupakan sahabat penulis semasa kuliah strata-1 dahulu, yang juga menggeluti bidang musik seperti ayahnya. Kini Achmad Saaba sudah meninggal dunia, dan sepak terjangnya di dunia musik orkestra sudah tercatat didalam sejarah dan patut diacungi jempol. 4. Lily Suheiri Universitas Sumatera Utara Lily Suheiri lahir di Kota Bogor pada tahun 1915, dia bersama ibunya pindah ke Sumatera Utara dan bersekolah di sekolah Belanda HIS, salah seorang temannya adalah Jendral Jamin Gintings. Lily Suheiri mempunyai bakat musik dan banyak belajar pada orang Jerman, dan hanya sempat duduk di kelas I MULO, kemudian dia mengembangkan bakatnya di bidang musik. Lily Suheiri meninggal di Rumkit Dam II Bukit Barisan pada tanggal 2 Oktober 1979, dia dimakamkan di Makam Pahlawan jalan Sisingamangaraja Medan dengan upacara militer. Di masa hidupnya beliau memiliki empat orang anak. Dalam masa hidupnya Lily Suheiri telah menggubah 135 buah lagu. Setelah delapan tahun meninggal, Direktur Radio Alnora yaitu H. Adnan Lubis menerbitkan buku berjudul “Lily Suheiri Dalam Kenangan”. Jika anda mendengar suara jam berdentang enam kali, suara dengus lokomotif yang menarik gerbong-gerbong penumpang, tidak lama kemudian terdengar derum pesawat Mustang, diiringi rentetan tembakan bertubi-tubi ke kereta api yang sedang berhenti di Stasiun kecil Araskabu. Itulah komposisi musik atau instrumentalia Araskabu gubahan komponis kenamaan Lily Suheiri. Apa yang dijelmakan oleh Lily Suheiri dalam bentuk komposisi musik adalah gambaran sejarah yang monumental di zaman pendudukan Jepang tahun 1944, peristiwa yang menyayat hati itu juga dialami oleh Lily Suheiri juga. Hari itu masih pagi, bunyi peluit kondektur pertanda kereta api berangkat meninggalkan Stasiun besar Medan menuju Pematang Siantar. Dalam gerbong penumpang terdapat rombongan sandiwara Kinsei Geki Dang pimpinan Hadeli Hasibuan yang akan mengadakan pertunjukkan di Pematang Siantar. Begitu kereta api berhenti di Stasiun kecil Araskabu, begitu pula muncul pesawat Mustang Sekutu menukik dan memuntahkan peluru bertubi-tubi. Suasana di Stasiun tersebut menjadi menakutkan dan menyedihkan. Lily Suheiri melihat salah seorang penyanyi Miss Diding meninggal akibat terjangan peluru, dan beberapa anggota musik mengalami luka-luka. Rencana pertunjukkan di Pematang Siantar dengan sendirinya batal. Peristiwa tragis Araskabu sangat menggetarkan jiwa seniman Lily Suheiri, apalagi ikut langsung mengalaminya, sehingga muncullah komposisi musik berupa instrumentalia Araskabu yang cukup menggetarkan bagi para pendengarnya. Bagian terakhir dari komposisi musiknya mengekspresikan penuh semangat pantang menyerah. Walaupun Inggris dan Nica menguasai Kota Medan, namun Lily Suheiri menggelorakan semangat pemuda dengan sebuah lagunya berjudul “ Pemuda Indonesia”. Lily Suheiri pernah menjadi tahanan Nica, setelah bebas dia pergi ke Pematang Siantar dan menjadi anggota musik tentara divisi gajah II dengan pangkat Letnan II dan akhirnya hijrah ke Bukit Tinggi. google.co.id. 3.15. Lagu-laguPartitur Yang DiGunakan Musik Orkestra Di Kota Medan Adapun lagu-lagu yang digunakan oleh musik orkestra Kota Medan biasanya disajikan dalam bentuk partitur berupa notasi balok dan notasi angka yang memuat setiap instrument. Namun ada juga partitur lagu yang ditulis secara umum melodinya saja perbahagian. Terutama Universitas Sumatera Utara untuk lagu-lagu keroncong. Lagu-lagu yang digunakan dapat diklasifikasikan kedalam lagu-lagu orkestra yg berasal dari Eropa missalnya: la Cumparsita, Eine Kleinch Nach music, Romance Diamor, dan lain-lain, lagu-lagu pop Indonesia missalnya: Sebelum Kau Pergi, Kau Selalu Di Hatiku, Kaulah Segalanya, dan lain-lain, lagu-lagu tradisi Sumatera Utara missalnya: Saianju Mau, Molo Borngin, Selayang Pandang, Pucuk Pisang, Dodoy Sidodoy dan lain-lain, lagu-lagu keroncong missalnya: Jangan Di Tanya, Bandar Jakarta, Sampul Surat, Irama Malam, Bahana Pancasila, Kecewa, dan lain-lain, lagu-lagu pop Barat missalnya: The Power of Love, Danny Boy, Strangers In The Night, Love Is A Many Splendered Thing, dan lain lain, kemudian yang cukup menonjol adalah lagu-lagu ciptaan lily Suheri yang disajikan secara orkestra terutama pada masa-masa awal perkembangan orkestra tahun 1960-an missalnya: Araskabu, Bunga Rampai, dan lain-lain khusus untuk partitur lagu-lagu Lily Suheiri tidak bisa penulis dapatkan karena pihak keluarga Max Sapulete sangat keberatan untuk memberikan copiannya kepada penulis, dengan alasan barang berharga. Selain itu lagu-lagu orkestra di kota medan sebagian besar diaransemen oleh lily Suheiri, Max Sapulete, Achmad Sa,aba dan Mulyono mereka inilah orang-orang yang dianggap berjasa dalam mengaransemen lagu-lagu orkestra di kota medan. lihat lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGELOMPOKKAN ALAT-ALAT MUSIK ORKESTRA