Wawancara Metode dan Teknik Pengumpulan Data

bersifat ke grup band anak muda. Dahulunya pada era tahun 1990- an pertunjukan musik orkestra berskala besar pernah dilaksanakan di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara Medan dibawah pimpinan Mulyono. Musik orkestra tersebut memakai instrumen lengkap yang terdiri dari instrumen biola I dengan delapan pemain, biola II dengan tujuh pemain, instrumen trombone dengan dua pemain, instrumen klarinet dengan dua pemain, instrumen saxophone dengan dua pemain, satu buah drum, satu buah keyboard dimana penulis sendiri yang menjadi pemainnya, satu buah gitar bass, dan beberapa orang vokalis. Proses latihan untuk pertunjukan musik orkestra memakan waktu yang lumayan lama, latihan dilaksanakan dua kali dalam seminggu, dan ketika mendekati hari pelaksanaan acara pertunjukan musik orkestra waktu latihan bisa menjadi setiap hari. Para pemain musik orkestra berasal dari latar belakang yang sangat beragam yaitu ada yang dari pegawai Taman Budaya itu sendiri, ada dari siswa-siswi Sekolah Menengah Musik Negeri Medan termasuk penulis sendiri, ada dari pegawai TVRI Medan, ada dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara, ada dari Nomensen dan masih banyak lagi. Semua musisi –musisi musik orkestra ini juga berbeda- beda dalam segi umur, dari umur delapan belas tahun sampai umur empat puluh tahun bahkan lebih. Tidak ada perbedaan gender di sini, wanita dan pria berada di posisi yang sama dalam pertunjukan musik orkestra. Yang menjadi fokus perhatian utama pada penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana keberkelanjutan dan perkembangan musik orkestra yang ada di Taman Budaya Medan TBM, TVRI Medan, dan RRI Medan khususnya di era tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an, juga mengamati pertunjukan musik yang bagaimana sajakah yang sering dilaksanakan di tiga lokasi tersebut, serta hal-hal lain yang terjadi pada pelaksanaannya dilapangan.

1.6.3.2. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak bisa mendekati informan, sumber informasi atau guru bagi si peneliti, dan langsung meminta tentang topik yang diketahui. Hal ini bisa mengejutkannya dan bahkan mungkin menganggap si peneliti sebagai mahluk asing yang harus dihindari atau dihancurkan. Spadley,1979;67 memberikan tahap dalam wawancara yaitu: salam, memberikan penjelasan proyek penelitian yang dilakukan, mengajukan pertanyaan, menampilkan kepentingan, menciptakan situasi hipotesis membuat hipotesis, mengajukan pertanyaan bersahabat, dan mohon pamit. Berkaitan dengan tema penelitian ini adalah tentang musik orkestra di Kota Medan: kajian sejarah seni, penulis menentukan informan pokoknya adalah Hendrik Perangin-angin, seorang pemusik juga seorang guru dan pegawai negeri di Taman Budaya Medan yang cukup banyak berkiprah di bidang musik. Hendrik Perangin -angin juga ikut terlibat dalam pertunjukan musik orkestra di Taman Budaya Medan juga di TVRI Medan sebagai pemain gitar melodi juga Klarinet. Melalui wawancara yang di lakukan dengan Hendrik Perangin-angin, maka dapat Universitas Sumatera Utara diperoleh informasi tentang keberkelangsungan musik orkestra di Taman Budaya Medan. Selanjutnya wawancara di lakukan dengan beberapa seniman musisi lainnya guna mendapatkan data yang menyeluruh, baik tentang keberkelanjutan perkembangan musik orkestra di Taman Budaya Medan, maupun perkembangan musik orkestra pada umumnya. Sedangkan informan yang penulis jumpai di TVRI Medan adalah Harun yang juga sebagai salah satu pemain musik orkestra pada jaman keemasan dahulu era tahun 1970-an sampai 1990-an kini beliau masih bekerja sebagai karyawan di TVRI Medan sedangkan musisi- musisi yang lain kebanyakan sudah meninggal termasuk pimpinan musik orkestra itu sendiri yaitu Mulyono. Kemudian informan yang penulis jumpai di RRI Medan adalah Friany Nainggolan, Gleny Silitonga, dan Taufik. Ketiganya adalah pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan dan dulunya di era tahun 1970- an dan 1990- an terlibat juga sebagai pemain biola di lingkungan RRI Medan. Mereka bertiga merupakan alumni Sekolah Musik Negeri Medan. Sayang sekali Max Sapulete tidak bisa penulis wawancarai dengan maximal karena saat ini beliau telah berusia lebih kurang 70 tahun, disamping itu kemampuan daya ingat beliau sudah banyak berkurang. Data yang sudah di dapatkan semuanya merupakan data yang bersifat kulitatif. Etnografis yang kemudian diartikan sebagai deskripsi tentang bangsa-bangsa yang berasal dari kata ethnos dan graphein. Ethnos berarti bangsa atau suku bangsa, sedangkan graphein adalah tulisan atau uraian. Winnick,1915;193 mendefenisikan etnografis sebagai … the study of individual culture. Hal yang sama dikatakan oleh Adamson E.Hoebel. Menurut Hoebel 1966; 8, etnografis adalah … To write about peoples … menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangan dewasa ini, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. Keesing,1989;250 mendefenisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan seorang etnografer haruslah bisa melukisan secara sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama. Menurut Muhajir 2002:142 analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya bagi orang lain. Data yang berhasil dikumpulkan dikategorikan berdasarkan pokok dan sub pokok masalahnya. Setiap sumber data di seleksi dan di bandingkan antara satu dengan lainnya agar diperoleh data yang benar-benar dapat di pertanggung-jawabkan secara ilmiah karena data tersebut nantinya digunakan sebagai laporan akhir penelitian ini. Seluruh data yang telah di seleksi dan dikategorisasi tersebut akhirnya diinterpretasikan secara kronologis, dan eksplanatif berdasarkan sejarahnya, sesuai dengan teori-teori yang terkait. Universitas Sumatera Utara Keseluruhan data yang sudah di dapatkan dilapangan berbentuk kata-kata, narasi, teks dan pola tingkah laku manusia diwujudkan dalam bentuk deskripsi tulisan. Semua data yang didapat dilapangan tidak semuanya bisa diambil, tetapi harus disaring kembali yang mana yang cocok dan tidak cocok untuk tujuan penelitian dan melakukan pengumpulan data, karena data yang ada pada suatu hasil pengamatan maupun wawancara sangat bervariasi dan beragam. kegiatan mereduksi data, yaitu memilih, mengelompokan dan memisahkan semua data-data yang sudah terkumpul untuk penyajian hasil analisis data mutlak diperlukan. Penyajian hasil analisis data di lakukan dengan mendeskripsikan semua hasil reduksi data dalam bentuk teks atau narasi. Deskripsi dalam penyajian data lebih di tekankan pada sejarah pasang surut musik orkestra di Kota Medan. Akhirnya, melalui penyajian data dapat ditarik kesimpulan terhadap sejarah musik orkestra di Kota Medan. Atas dasar penjelasan di atas maka proses penyajian hasil analisis data dilaksanakan melalui informasi naratif. Penyajian hasil analisis data juga melampirkan beberapa notasi, gambar, dan foto sebagai pendukung.

1.7 Sistematika Penulisan