Penyebab Konstipasi Klasifikasi Konstipasi Akibat Konstipasi

2.1.7. Keuntungan Serat

Menurut Insel dan Roth 1996 keuntungan-keuntungan serat antara lain: 1. Efek hipolipidemik menurunkan kadar Low Density Lipoprotein dan kolesterol. 2. Memperlambat absorbsi glukosa berguna untuk meregulasi kadar gula darah. 3. Efek antitoksik proteksi terhadap kanker kolon, kanker rektal, dan kanker payudara. 4. Mengontrol gangguan pada sistem pencernaan Irritable Bowel Syndrome, penyakit divertikular, konstipasi, dan haemorrhoid. 5. Efek satiety berguna untuk mengontrol berat badan.

2.1.8. Kerugian Serat

Konsumsi serat yang berlebihan justru akan merugikan tubuh. Konsumsi serat harus ditingkatkan secara perlahan-lahan. Konsumsi serat lebih besar 50 gram per hari akan mengakibatkan defisiensi mineral dan flatus berlebihan Donatelle dan Davis, 1995. 2.2. Konstipasi 2.2.1 Definisi Konstipasi Konstipasi adalah abnormalitas pergerakan usus dengan manifestasi berupa berkurangnya frekuensi defekasi, konsistensi tinja yang keras, mengedan, dan sensasi tidak komplit dalam evakuasi tinja. Menurut Rigas dan Spiro 1995 seseorang dikatakan mengalami konstipasi bila frekuensi defekasi kurang dari atau sama dengan tiga kali per minggu ataupun mengedan minimal 25 dari seluruh frekuensi defekasi.

2.2.2. Penyebab Konstipasi

Penyebab-penyebab konstipasi Friedman dan Grendell, 2003: 1. Gaya hidup Universitas Sumatera Utara Diet rendah serat, kurang cairan, kurang olah raga, kecacatan, mengabaikan keinginan defekasi. 2. Obat-obatan Antikonvulsi, preparat besi, hypnotic sedative, antasida yang mengandung Al atau Ca, opiate, diuretik, antidepressant, dan analgetik. 3. Abnormalitas struktural Penyakit perianal, striktur kolon, karsinoma kolon, megarektum idiopatik. 4. Kelainan sistemik Kelainan neurologi, kelainan metabolikendokrin, kelainan psikiatrik. 5. Anorectal outlet disorder Rectocele, prolapsus rektum, perianal descent, intususepsi rektum, anismus. 6. Penyebab gynaecologic Wanita hamil, tumor ovarium, tumor uterus. 7. Slow colonic transit Obstruksi intestinal kronis, idiopatik.

2.2.3. Klasifikasi Konstipasi

Menurut Hadi 1995 konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Konstipasi simpel konstipasi yang diakibatkan oleh gangguan fungsi: a. Rektal stasis dyschezia b. Kolon stasis 2. Konstipasi simtomatik konstipasi sebagai gejala suatu penyakit: a. Konstipasi sebagai gejala penyakit akut: - dehidrasi - obstruksi intestinal Universitas Sumatera Utara - apendisitis akut - post hematamesis b. Konstipasi sebagai gejala penyakit kronik: - kelainan pada traktus gastrointestinal - kelainan pada pelvis - penyakit umum di organ lain

2.2.4 Akibat Konstipasi

Menurut Hadi 1995 akibat-akibat konstipasi antara lain: 1. Haemorrhoid Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi sehingga ada kemungkinan akan menimbulkan haemorrhoid. 2. Intestinal toxemia Akibat absorbsi sisa-sisa protein di dalam makanan yang dipecahkan oleh bakteri di kolon terutama indol dan skatol dapat menyebabkan intestinal toxemia. 3. Penyakit divertikular Mengedan berlebihan peningkatan tekanan intraabdominal pada penderita konstipasi dapat menyebabkan terbentuknya kantung- kantung pada dinding kolon, di mana kantung-kantung ini berisi sisa-sisa makanan. Kantung-kantung ini dapat meradang dan disebut dengan divertikulitis. 4. Ensefalopati hepatik Akibat pemecahan urea oleh bakteri di dalam kolon, maka akan mempercepat timbulnya ensefalopati hepatik pada penderita sirosis hepatis. 5. Kanker kolon Bakteri menghasilkan zat-zat penyebab kanker. Konsistensi tinja yang keras akan memperlambat pasase tinja sehingga bakteri memiliki waktu yang cukup lama untuk memproduksi karsinogen dan karsinogen yang diproduksi menjadi lebih konsentrat. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan mahasiswa yaitu apa yang diketahui mahasiswa tentang pengertian serat, klasifikasi serat, jenis serat, sumber serat, manfaat serat, DRI aerat, definisi konstipasi, dan penyebab konstipasi. 2. Cara ukur dilakukan dengan menggunakan angket. Setiap jawaban yang benar yang dinilai dibandingkan dengan jumlah soal yang ada. 3. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan 21 buah pertanyaan. 4. Hasil ukur pengetahuan Pratomo, 1986: a. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75 dari skor maksimum b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40 - 75 dari skor maksimum. c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar kurang dari 40 dari skor maksimum. PENGETAHUAN TENTANG SERAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU Universitas Sumatera Utara