Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas.

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG OBESITAS

Oleh:

Nazlina Durman

070100445

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG OBESITAS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Nazlina Durman

070100445

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja SMA

Negeri 6, Medan tentang Obesitas

Nama

: Nazlina Durman

Nim

: 070100445

Pembimbing

______________________ dr. Juliandi Harahap, MA

Penguji I

__________________________ dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D

Penguji II

___________________________ dr. Almaycano Ginting, M.Kes

Dekan,

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

_____________________________________ Prof. Dr. Gontar Alamsyah, Sp. PD-KGEH


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit. Kini di dunia telah ada 1.6 biliar berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan. Di Medan sendiri pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah 3,1% mengalami obes. Anak yang obes mereka lebih cenderung untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak dan berpotensi mengidap berbagai penyakit seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan hipertensi. Selain itu, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan. Hal ini mungkin dapat dielakkan jika remaja memiliki pengetahuan baik tentang obesitas.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas. Pengetahuan remaja itu, meliputi penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan kuesioner yang mengandungi 15 soal. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistic Package for Social Science (SPSS).

Hasil. Dari jumlah sampel sebanyak 100 orang itu, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja terhadap obesitas dalam kategori baik yaitu sebesar 54%, dan kategori sedang sebesar 46%.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan berada pada kategori baik. Masukan kepada kepala SMA Negeri 6 adalah supaya topik obesitas diajarkan dikelas.


(5)

ABSTRACT

Introduction. Obesity is a condition which caused by excess fat that found under the

skin. Today, there is about 1.6 million people age between 15 and above who is overweight. At Medan the percentage of high school student that suffer from obesity is about 3.1%. A child who is obese during his childhood has higher risk to be an obese in adulthood. Further more, as he grows older, this child is exposed to all kinds of illness such as diabetes mellitus, heart disease and hypertension. Meanwhile, psychologically it will effect badly to children’s self-esteem, academic and social function in the future. These problems can be avoided if they were educated well in the matter.

Methods. The aim of this research is to know about the knowledge of teenagers in

SMA Negeri 6, Medan about obesity. The knowledge is included the definition, prevention and complication of obesity. This is a descriptive research which is using cross sectional design of approach. It used a questionnaire that contains 15 questions about obesity. The amount of samples is 100 students that were obtained using stratified random sampling technique. Then all data were analyzed using Statistic Package for Social Sciences (SPSS) software.

Result. With total samples is 100, the result is 54% teenagers in the category of good

knowledge while 46% is in the category of moderate knowledge.

Discussions. From the result, we can conclude that the teenagers of SMA Negeri 6

Medan knowledge about obesity is good. Obesity matters teach in school is recommended.

Key words: Knowledge, teenagers, obesity


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadrat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menulis hasil Karya Tulisan Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6 Medan Tentang Obesitas”.

Berkat bantuan dari berbagai pihak, saya dapat menulis hasil Karya Tulisan Ilmiah ini, untuk itu perkenanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Juliandi Harahap, M. A. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulisan Ilmiah yang telah banyak mengajar dan memberi bimbingan dalam penulisan hasil penelitian ini.

2. Keluargaku tercinta yang telah memberi dukungan dan doa yang tiada henti selama menulis hasil Karya Tulisan Ilmiah ini.

3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Pihak SMA Negeri 6, Medan yang memberi kerjasama sepanjang penelitian ini.

5. Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan sepanjang penulisan hasil ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.

Penang, 24. 11. 2010; Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………...……… iii

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT……… v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL……….……. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Penelitian………... 4

1.4. Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Definisi ………... 5

2.1.1. Pengetahuan ………... 5

2.1.2. Anak ………... 5

2.1.3. Remaja ……….. 5

2.2. Obesitas ………... 6

2.2.1. Definisi ………... 6

2.2.2. Epidemiologi ………... 7

2.2.3. Etiologi ………. 7


(8)

2.2.5. Komplikasi ………. 11

2.2.6. Terapi ..………...………. 12

2.2.7. Pencegahan ……….. 12

2.3. Gizi Seimbang ……… ………. 13

2.4. Aktivitas Fisik ………... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 22

3.1. Kerangka Konsep………... 22

3.2. Defenisi Operasional………... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 24

4.1. Jenis Penelitian ……….... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 24

4.3. Populasi dan Sampel ……….. 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ………. 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 29

5.1. Hasil Penelitian………. 29

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 29

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden………... 30

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Obesitas………... 32

5.2. Pembahasan... 36

5.2.1. Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6 Medan tentang Obesitas... 36


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 39

6.1. Kesimpulan………... 39

6.2. Saran………... 39

DAFTAR PUSTAKA………... 41

LAMPIRAN………... 45


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Interpretasi IMT 11

2.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik 18

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan

27

5.1 Jumlah Pelajar di SMA Negeri 6 2010 29

5.2 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

30

5.3 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur 31 5.4 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kelamin 31 5.5 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkta

Pendidikan

32

5.6 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok IMT

32

5.7 Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas

33

5.8 Penyataan tentang Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6 tentang Obesitas

34

5.9 Pengetahuan Responden mengikut Definisi, Penyebab, Komplikasi dan Pencegahan Obesitas


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup 44

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 45

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian 48


(13)

ABSTRAK

Pendahuluan. Obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit. Kini di dunia telah ada 1.6 biliar berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan. Di Medan sendiri pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah 3,1% mengalami obes. Anak yang obes mereka lebih cenderung untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak dan berpotensi mengidap berbagai penyakit seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan hipertensi. Selain itu, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan. Hal ini mungkin dapat dielakkan jika remaja memiliki pengetahuan baik tentang obesitas.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas. Pengetahuan remaja itu, meliputi penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan kuesioner yang mengandungi 15 soal. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistic Package for Social Science (SPSS).

Hasil. Dari jumlah sampel sebanyak 100 orang itu, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja terhadap obesitas dalam kategori baik yaitu sebesar 54%, dan kategori sedang sebesar 46%.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan berada pada kategori baik. Masukan kepada kepala SMA Negeri 6 adalah supaya topik obesitas diajarkan dikelas.


(14)

ABSTRACT

Introduction. Obesity is a condition which caused by excess fat that found under the

skin. Today, there is about 1.6 million people age between 15 and above who is overweight. At Medan the percentage of high school student that suffer from obesity is about 3.1%. A child who is obese during his childhood has higher risk to be an obese in adulthood. Further more, as he grows older, this child is exposed to all kinds of illness such as diabetes mellitus, heart disease and hypertension. Meanwhile, psychologically it will effect badly to children’s self-esteem, academic and social function in the future. These problems can be avoided if they were educated well in the matter.

Methods. The aim of this research is to know about the knowledge of teenagers in

SMA Negeri 6, Medan about obesity. The knowledge is included the definition, prevention and complication of obesity. This is a descriptive research which is using cross sectional design of approach. It used a questionnaire that contains 15 questions about obesity. The amount of samples is 100 students that were obtained using stratified random sampling technique. Then all data were analyzed using Statistic Package for Social Sciences (SPSS) software.

Result. With total samples is 100, the result is 54% teenagers in the category of good

knowledge while 46% is in the category of moderate knowledge.

Discussions. From the result, we can conclude that the teenagers of SMA Negeri 6

Medan knowledge about obesity is good. Obesity matters teach in school is recommended.

Key words: Knowledge, teenagers, obesity


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Gracey (1995) dalam Hadi, H. (2005), jika gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka gizi lebih dan obesitas dianggap sebagai sinyal pertama dari muncul kelompok penyakit-penyakit non infeksi (Non Communicable Diseases) yang sekarang ini banyak terjadi di negara-negara maju maupun negara-negara-negara-negara sedang berkembang. Fenomena ini sering diberi nama New World Syndrome atau Sindroma Dunia Baru. Meledaknya kejadian obesitas di Indonesia akan mendatangkan masalah yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan (Hadi, H., 2005).

Secara global pada tahun 2005, telah ada sekitar 1.6 biliar orang dewasa berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight) dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) 25-29.9 dan sekurang-kurangnya 400 miliar orang dewasa adalah obes dengan IMT > 30.0. Ramalan jangka panjang World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 angka tersebut akan meningkat menjadi 2.3 biliar orang dewasa yang mempunyai berat badan berlebihan dan lebih 700 miliar akan mengalami obesitas (WHO, 2006).

Menurut Inoue (2000) dalam Hadi, H. (2005), prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%.

Di Indonesia sendiri prevalensi obesitas mengalami peningkatan yang mencapai tingkat membahayakan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional


(16)

(SUSENAS) tahun 2004 dalam Manurung, N. K. (2009), prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Berdasarkan beberapa survei di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Menurut Ismail (1999) dalam Manurung, N. K. (2009), anak sekolah dasar (SD) di daerah di Denpasar prevalensinya mencapai 15,8%, sedangkan di daerah Yogyakarta mencapai prevalensi 9,7%. Menurut Hadi, H. (2005), kejadian obesitas pada anak remaja siswa atau siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Yogyakarta yang terdapat diperkotaan prevalensinya mencapai 7,8%, sedangkan pada anak remaja di perdesaan yang mengalami obesitas yaitu 2%.

Sementara itu, menurut Andra (2007) dalam Marpaung, L. (2009) dari RS Cipto Mangunkusumo yang melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak, hasil yang diperoleh ternyata prevalensi kegemukan pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi ada di Jakarta (25%), kedua Semarang (24,3%), dan Medan menempati posisi ketiga (17,75%). Maka, obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup mengkhwatirkan di Indonesia khususnya kota Medan sebagai tempat ketiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas cukup tinggi di kalangan pelajar SMU RK Tri Sakti Medan, mencapai 10,4% (Manurung, N. K., 2009). Prevalensi yang mengalami kegemukan di Medan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah 3,1% dan di Jakarta 7,1% (Adiningrum, 2008).

Menurut Lew & Garfinkel (1979) dalam Hadi, H. (2005), orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibanding dengan berat badan rata-rata.

Menurut WHO (2006), obesitas pada anak-anak mempunyai hubungan dengan peningkatan resiko motalitas dan mobilitas pada masa dewasa. Menurut Anonim (2007) dalam Marpaung, L. (2009), obesitas pada anak berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes, darah tinggi, ginjal, mudah lelah, dan lainnya yang dapat mulai timbul sebelum atau setelah masa dewasa.


(17)

Apabila anak atau remaja mengalami kegemukkan, mereka lebih cenderung untuk menjadi obes pada masa dewasa kelak. Walaupun pengaruh onset overweight pada usia anak adalah hanya 25%, mereka mempunyai tingkatan keparahan obesitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjadi obes pada usia dewasa (Wechsler, McKenna, Lee dan Dietz, 2004).

Selain berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan akan menarik diri. Stress psikologis ini bisa menyebabkan anak itu tidak percaya diri dan mengganggu prestasi akademik serta penurunan fungsi sosial pada masa depan (Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009).

Anak sekolah merupakan masa depan bangsa, maka adalah perlu bagi kita untuk melindungi mereka daripada masalah kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 136 mengenai kesehatan remaja yaitu, upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi. Oleh itu, perlu dilakukan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja mengenai obesitas di Medan ini sebagai informasi kepada pihak pemerintah gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang obesitas. Hal ini adalah bagi merangka satu usaha bagi melahirkan generasi muda yang lebih sehat.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

1) Setinggi mana pengetahuan remaja sekolah SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA itu tentang obesitas meliputi definisi, penyebab, pencegahan dan cara pencegahan obesitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat penenelitian ini adalah:

1) Sebagai informasi bagi penulis dalam meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang obesitas, khususnya obesitas terhadap anak remaja.

2) Sebagai dasar informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan upaya promotif dan preventif terhadap kejadian obesitas.

3) Sebagai bahan informasi bagi remaja dalam memahami kejadian obesitas, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bahayanya obesitas.

4) Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan obesitas pada remaja.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Octavia, C., 2009).

Definisi lain dari pengetahuan, menurut Bakhtiar (2004) dalam Chandra, Y. (2009), pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Menurut Suhartono (2005) dalam Octavia, C. (2009), pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

2.1.2 Anak

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2009, definisi anak pada pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Gugus Tugas, 2009).

2.1.3 Remaja

Menurut DeBrun dalam (Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut Papalia dan Olds (2001) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa


(20)

kanak-kanak dan masa dewasa yang umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun (Gunarsa, S. D., 1990).

2.2. Obesitas

2.2.1 Definisi Obesitas

Pengertian obesitas adalah suatu kondisi yang mana kelebihan masa jaringan adiposa. Biasanya pengukuran obesitas tidak langsung dari jumlah adiposanya tetapi dari indek massa tubuh (IMT), yaitu sama dengan berat badan/ tinggi badan2 (kg/ m2). (Kasper, Braunwald, Fauci, Hause, Longo, Jameson, 2005).

Maksud obesitas adalah pengumpulan lemak yang berlebihan dalam tubuh. Obesitas dan kelebihan berat badan dinilai melalui pengukuran IMT. Obesitas dikenal apabila IMT seseorang itu mencapai atau melebihi 30.0 (Beers, 2003). Bagi orang asia obesitas terjadi apabila IMT >25,0 menurut WHO dalam CDC (2010).

Obesitas (kegemukkan) adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi, menurut Khomsan, (2004) dalam Marpaung, L. (2009).

Menurut Pudjiadi (2003) dalam Marpaung, L. (2009), kegemukan adalah keadaan tubuh dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan fungsi tubuh.

Menurut Subardja (2005) dalam Manurung, N.K. (2009) pula, obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah kulit dan di dalam organ tubuh.


(21)

2.2.2. Epidemiologi

Secara global, pada tahun 2005 telah ada sekitar 1.6 biliar orang dewasa berusia 15 tahun dan ke atas mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight) dengan Indek Massa Tubuh (IMT) 25-29.9 dan sekurang-kurangnya 400 miliar orang dewasa adalah obes dengan IMT > 30.0. Ramalan jangka panjang WHO, pada tahun 2015 angka tersebut akan meningkat ke 2.3 biliar orang dewasa mempunyai berat badan yang berlebihan dan lebih 700 miliar akan menjadi obes (WHO, 2006).

Prevalensi obesitas untuk anak berusia 6-10 tahun meningkat dua kali ganda sejak tahun 1960an. Di United State of Amerika (USA), prevalensi anak remaja berusia 12-17 tahun meningkat dengan sangat cepat dari 5% ke 13% bagi laki-laki dan 5% ke 9% untuk perempuan antara tahun 1966-70 dan 1988-91. Hal ini merupakan masalah global dan telah sampai di negara yang sedang membangun, contohnya di Thailand, prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-12 tahun meningkat dari 12,2% ke 15-6% hanya dalam jangka waktu dua tahun (WHO, 2003).

2.2.3. Etiologi Obesitas

Etiologi bagi obesitas adalah sangat kompleks dan masih belum difahami sepenuhnya. Namun begitu, secara mudahnya obesitas adalah disebabkan oleh pengambilan energi (intake) yang tidak seimbang dengan penggunaannya (expenditure) (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007). Obesitas terjadi apabila makanan berlebihan di dalam tubuh tetapi aktivitas fisik sangat sedikit, tidak memadai dengan jumlah tenaga yang masuk (Kasper, Braunwald, Fauci, Hause, Longo, Jameson, 2005). Input dan output energi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mahan, Escott-Stump, 2008).

Faktor genetik yang memain peranan dalam meregulasi keseimbangan energi dalam tubuh adalah mekanisme neurohormonal. Mekanisme ini dapat dibahagikan kepada tiga komponen yaitu sistem aferen, sistem pemprosesan di hipotalamus dan sistem eferen (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).


(22)

Sistem aferen menerima sinyal-sinyal dari banyak tempat. Komponen-komponen penting dalam sistem ini adalah leptin (jaringan adiposa), insulin (pankreas), ghrelin (lambung) dan peptida YY (ileum dan kolon). Leptin bekerja untuk mengurangkan kemasukan makanan ke dalam tubuh. Ghrelin pula akan merangsang selera makan dan peptida YY pula memberi sinyal kenyang (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).

Sistem pemprosesan di hipotalamus dikenal juga sebagai central melanocortin system, yang mana menginterpretasikan pelbagai sinyal aferen dan mengeluarkan sinyal eferen. Sistem eferen yang sinyal dihantar oleh hipotalamus itu akan mengawal intake makanan dan penggunaan energi (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007).

Defek genetik dari salah satu faktor di atas itu, dapat menyebabkan berlakunya obesitas. Mutasi dari leptin menyebabkan defisiensi leptin dan mengakibatkan hiperfagia dan seterusnya obesitas (Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2004). Leptin dikontrol oleh ob gen. Mutasi dari ob gen ini akan menghambat penghasilan leptin dan seterusnya menyebabkan obesitas. Walaupun begitu, banyak pakar yang menganggap faktor mutasi gen ini hanya memberi efek yang sangat kecil terhadap masalah obesitas (Beers, 2003).

Masalah hormonal lain juga dapat menyumbang kepada obesitas tetapi sangat jarang. Penghasilan berlebihan hormon kortisol oleh kelenjar adrenal menyebabkan obesitas yang tidak seperti biasa karena distribusi lemak berlaku pada daerah batang tubuh tetapi tidak pada tungkai dan tangan, daerah ini kekal kurus. Jumlah insulin yang tinggi juga boleh menyebabkan obesitas. Obesitas pada remaja yang disebabkan oleh masalah endokrin, mereka cenderung mempunyai statur tubuh yang kecil dan disertai gejala-gejala lain (Beers, 2003).

Bagi faktor lingkungan pula remaja belum cukup matang dan cepat terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan orang tua, menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan, menurut Arisman


(23)

(2004) dalam Manurung, N. K. (2009). Restoran cepat saji merupakan acara sehari-sehari, mengkonsumsi makanan berkalori tinggi pada saat menonton bioskop atau televisi dan sebagainya (Siregar, A. R., 2006).

Anak-anak sering mengkonsumsi makanan yang mengandungi kalori berlebihan dan tinggi gula seperti minuman berkaleng, soda, jus dan lain-lain (Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2004). Meminum alkohol juga bisa menyebabkan obesitas. 1 auns liquor mengandungi 80-90 kalori. 12 auns beer, mengandungi 8% alkohol, jadi jumlah kalorinya adalah sebanyak 150 kalori. Alkohol yang diminum itu digunakan sebagai energi, tetapi makanan yang dikonsumsi selepas itu akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Selain itu, alkohol boleh meningkatkan selera makan (Beers, 2003).

Pemakanan yang tidak teratur adalah hal yang biasa bagi remaja. Sarapan adalah sajian yang sering ditinggalkan oleh remaja menurut Story et al. (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). 15% anak-anak berusia 9-13 tahun tidak mengamalkan sarapan pagi dan 28% bagi remaja berusia 14-18 tahun. Menurut Gleason et al., (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Tidak mengambil sarapan akan menyebabkan IMT yang tinggi, daya konsentrasi yang tidak baik dan performan sekolah yang jelek. Menurut Affenito et al. (2005) dalam Mahan & Escott-Stump (2008) .

Pada remaja yang pola makannya tidak teratur, lebih cenderung untuk mengkonsumsi snack daripada memakan satu sajian lengkap. Remaja mengkonsumsi lebih kurang dua snack dalam sehari, ini menyumbang 25% kalori harian, yaitu 612 kcal per hari menurut Jahns et al. (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008) . Snack pilihan remaja biasanya bersifat tinggi kandungan lemak, gula dan garam. Minuman bersoda adalah pilihan popular remaja, ini menyumbang 6% kalori harian menurut Subar et al. (1998) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Aktivitas fisik yang minimal merupakan punca utama obesitas. Pola hidup kurang gerak (sedentary life style) memerlukan lebih sedikit kalori untuk kebutuhan harian dan diperparahkan dengan pola makan yang tinggi lemak (makanan cepat saji)


(24)

menyebabkan obesitas terjadi (Beers, 2003). Ada bukti yang menyatakan anak-anak dan remaja yang tinggal di bandar mempunyai berat badan yang berlebih lebih ramai dibandingkan dengan masa lalu, hal ini disebabkan penurunan aktivitas fisik, sedentary life style, perubahan pola makan yang tinggi kandungan lemaknya menurut Wang et al. (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Jika konsumsi bahan metabolik secara konsisten lebih banyak daripada penggunaan energi (aktivitas fisik), bahan itu akan disimpan sebagai triasilgliserol dalam jaringan adiposa (Murray, Granner, Rodwell, 2006).

Individu yang pada masa anak obesitas lebih cenderung lima kali menjadi dewasa yang obes dibandingkan individu yang mempunyai berat badan ideal pada masa anak. Ini adalah karena jumlah sel yang terkumpul dari usia anak tidak boleh dikurangkan kecuali dengan mengurangkan jumlah lemak yang terdapat pada setiap sel (Beers, 2003).

2.2.4. Cara pengukuran obesitas

Pada umumnya, penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri adalah sebagai berikut menurut Nasar (1995) dalam Manurung, N. K. (2009) :

1) Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar pada usia yang sama, yakni bila BB 120% disebut obesitas, sedangkan antara 110-120% disebut overweight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak dikaitkan dengan tinggi badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh, artinya pada BB yang sama, seseorang dapat tampak lebih langsing daripada yang lain karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak lemak.


(25)

2) Obesitas diukur melalui pengiraan BMI atau IMT. Dihubungkan BB dengan TB, ini dapat mencerminkan proporsi atau penampilan (BB/TB) dengan cara menghitung IMT yaitu BB/TB2

Tabel 2.1. Interpretasi IMT

menurut WHO dalam CDC (2010):

KATEGORI IMT Eropa IMT Asia

Normal <18,5-24,9 <18,5-22,9

Overweight 25,0-29,9 23,0-24,9

Obesitas I 30,0-34,9 25,0-29,9

Obesitas II 35,0-39,9 >30,0

Obesitas III >40

2.2.5. Komplikasi obesitas

Kira-kira satu perempat hingga separuh orang-orang yang obes pada masa remaja akan kekal sebagai dewasa yang obes menurut Charney et al. (1976) dan Must (1999) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Hampir 300,000 kematian terjadi setiap tahun akibat hal yang berkaitan dengan lebihan berat badan dan obesitas menurut U.S Department of Health and Human (USDHHS) (2001) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Terutamanya obesitas abdominal merupakan faktor resiko untuk peningkatan mortalitas, hipertensi, diabetis melitus tipe 2, hiperlipidemia, hiperglisemia, dan pelbagai disfungsi daripada endokrin menurut Freedman et al. (1999) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Obesitas adalah faktor terjadinya non-insulin-dependent diabetes (NIDDM). Resistan terhadap insulin bukan sahaja melibatkan pengambilan glukosa oleh otot dan jaringan adiposa, tetapi juga resistan terhadap metabolik insulin (Smith & Morton, 2008).


(26)

Kajian yang dibuat oleh Nurses’ Health Study menunjukkan remaja yang obes pada usia 18 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mati pada usia pertengahan. Penyebab yang paling sering adalah kanker dan diikuti dengan masalah jantung menurut Van Dam et al. (2006) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

2.2.6. Terapi Obesitas

Deteksi dini kelebihan berat badan pada remaja merupakan tindakan penting karena terapi adalah paling berkesan apabila potensi tumbuh kembang masih ada menurut William et al. (1997) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Berjaya dalam terapi adalah sungguh mencabar, karena anak masih lagi membesar dan memerlukan nutrisi yang secukupnya. Mengawal berat badan adalah terapi yang lebih baik daripada menurunkan berat badan. Penurunan berat badan yang ingin dilakukan haruslah secara perlahan (0,5 kg/ minggu). Pada permulaannya berat badan akan dikurang 10% daripada berat badan asal. Apabila sudah tercapai, berat badan baru akan dikekalkan selama 6 bulan sebelum menurunkan berat badan lagi (Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2007).

2.2.7. Pencegahan Obesitas

Pada remaja, pencegahan sepatutnya lebih memfokus ke arah pola makan yang sehat dan kebiasaan untuk beraktivitas daripada fokus untuk menurunkan berat mereka. Pengambilan kalori akan dapat dikurangkan dengan mengamalkan makan makanan seimbang, dan menjadikannya sebagai tabiat harian (berterusan). Jadi memberi edukasi terhadap hal-hal tersebut amat penting (Beers, 2003).

Langkah pencegahan lain adalah seperti jangan menggunakan makanan sebagai hadiah kepada anak. Orang tua seharusnya memberi contoh pola pemakanan yang baik kepada anak-anak. Membiasakan anak-anak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Elakkan makanan yang tinggi lemak dan gula, memberi informasi kepada anak-anak dan guru tentang bahaya obesitas, makanan seimbang dan aktivitas fisik yang ideal (Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2007).


(27)

2.3. Gizi Seimbang

Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab, “gizzah”, yang artinya zat makanan sehat. Untuk menjadi sehat, setiap orang mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda-beda tergantung pada usia dan kondisi tubuhnya. Makanan dikatakan bergizi jika mengandung zat makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan tubuh (Irianto & Waluyo, 2007).

Untuk kelangsungan kehidupan, semua makhluk membutuhkan zat-zat gizi yang secara umum didapat dari konsumsi makanan harian. Makanan merupakan sumber zat gizi, mengandung enam zat gizi utama yaitu karbohidrat, protein lemak, vitamin, mineral dan air. Zat-zat gizi tersebut memainkan peranan sebagai sumber energi bagi aktivitas sel-sel dan jaringan tubuh termasuk menggantikan sel-sel yang telah rusak. Selain itu, zat-zat gizi tersebut juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme serta semua proses yang terjadi dalam tubuh (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Jumlah zat-zat gizi yang dibutuhkan setiap individu tidak sama bagi setiap orang, tergantung dari jumlah energi yang dibutuhkan setiap individu tersebut. Tergantung dari aktivitas harian yang dilakukan, jenis kelamin dan umur (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Zat-zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat seperti harus cukup memberikan kalori, harus ada perbandingan yang baik antara zat makanan pokok yakni: karbohidrat, protein, dan lemak, protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandungi asam amino, harus cukup mengandung vitamin, harus mudah dicernakan oleh organ pencernaan, dan harus bersifat higienis (Irianto & Waluyo, 2007).

Gaya pemakanan yang baik adalah mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengkonsumsi makanan berserat tinggi, contohnya sayuran dan buahan segar setiap hari, menghindari makanan mengandung banyak lemak, gula atau garam,


(28)

mengkonsumsi susu atau produk dari susu setiap hari, dan minum air putih minimal 1,5-2 liter setiap hari (Irianto & Waluyo, 2007).

Yang termasuk zat makanan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dan lemak sering disebut makanan bahan bakar dan bahan energi. Bila di dalam tubuh tidak terdapat karbohidrat dan lemak, maka protein dapat berperan sebagai penghasil energi (Irianto & Waluyo, 2007). Karbohidrat dibutuhkan oleh remaja diestimasikan sebanyak 130 g/hari menurut Institue of Medicines (IOM) (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia. Satu gram karbohidrat dapat menghasilkan kira-kira 4 kalori (Mahan & Escott-Stump, 2008). Manakala 1 gram lemak akan dapat menghasilkan kira-kira 9 kalori (Irianto & Waluyo, 2007).

Energi yang diperlukan oleh seseorang untuk mempertahankan kehidupannya haruslah mencukupi untuk kebutuhan sel-sel bagi proses pertumbuhan dan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi yang masuk melalui makanan itu harus sesuai dengan keperluan masing-masing individu. Berat badan merupakan petunjuk utama apakah seseorang itu kekurangan atau kelebihan energi (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Jumlah kalori yang diperlukan oleh otot untuk melakukan berbagai pekerjaan sebanding dengan meningkatnya kegiatan otot tersebut. Misalnya duduk istirahat menggunakan 15 kalori per jam, berdiri menggunakan 20 kalori per jam, berjalan menggunkan 150-240 kalori per jam dan naik sepeda menggunakan 180-600 kalori per jam. Tingkat kebutuhan energi per hari bagi remaja laki-laki adalah kira-kira 3000 kalori, manakala perempuan adalah kira-kira 2500 kalori sehari (Irianto & Waluyo, 2007).

Rekomendasi intake lemak adalah hanya sekitar 30-35% daripada jumlah kalori dengan tidak melebihi 10% untuk asam lemak tepu dari jumlah tersebut (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Kebimbangan kini, dalam hal pengambilan energi yang belebihan dikalangan remaja adalah penambahan gula dan lemak dalam diet harian mereka. Minuman


(29)

berkarbonat adalah penyumbang utama gula dalam diet remaja yaitu 37% daripada jumlah pengambilan gula untuk perempuan dan 41% untuk pria menurut Gutrie and Morton (2000) dalam Mahan & Escott-Stump (2008). Kira-kira 9% daripada jumlah kalori yang diambil remaja pria dan 8% bagi perempuan, datangnya adalah dari konsumsi minuman berkarbonat tersebut menurut Golden (2000) dan Jacobson (1998) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Protein bagi remaja adalah berbeda untuk setiap individu, bergantung kepada derajat maturasi fisikal. Estimasi dietary reference intakes (DRIs) untuk protein bagi remaja dibuat bagi membolehkan remaja tersebut mengalami perkembangan purbetas yang adekuat. Apabila terjadi kekurangan intake protein, akan berlaku gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada remaja. Selain itu, kekurangan tersebut juga dapat menyebabkan penurunan respon imunitas tubuh (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein. Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang utama. Protein tersusun atas senyawa organik yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakannya dari karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang (Irianto & Waluyo, 2007).

Protein dalam tubuh akan diubah menjadi asam amino dan diedarkan melalui pembuluh darah dan jantung. Dari 26 macam asam amino, tubuh kita membutuhkan 10 macam asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh kita. Protein jika dibahagikan berdasarkan sumbernya, terbahagi menjadi dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani yang berasal dari daging, telur, susu, keju, dan ikan merupakan juga “first class proteins” karena mengandung kesepuluh asam amino tersebut, yaitu lisin, tritopan, penilalanin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, dan ariginin. Protein nabati pula berasal dari biji-bijian, kacang-kacangan, gandum, dan sayuran (Irianto & Waluyo, 2007).


(30)

Protein berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang sudah rusak. Protein juga memegang peranan vital sebagai enzim, sedangkan beberapa hormon mempunyai struktur protein. Satu gram protein menghasilkan energi sebesar 4 kalori. Tubuh orang dewasa memerlukan 80-100 gram protein setiap harinya dan sebanyak 50 gram harus berupa protein hewani. Anak-anak yang sedang membesar lebih banyak membutuhkan protein daripada orang dewasa (Irianto & Waluyo, 2007).

Mineral dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur makro dan mikro yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Makroelemen dibutuh dalam jumlah besar oleh tubuh adalah natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor, dan belerang. Natrium, kalium, kalsium, dan magnesium bersifat alkali dalam larutan dan terutamanya terdapat dalam buah-buahan dan sayuran. Fosfor, klor, dan belerang bersifat asam dalam larutan dan umumnya terdapat dalam makanan yang berprotein dan produk-produk serealia. Mikroelemen pula adalah seperti besi, yodium, flor, tembaga, dan unsur-unsur perunut (tracerelement) lain ada dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam tubuh dibandingkan dengan makroelemen, akan tetapi kehadiran unsur ini sangat esensial bagi proses dan struktur tubuh. Unsur perunut, antara lain mangan, kromium, kobalt, molebdenum, dan selenium (Irianto & Waluyo, 2007).

Vitamin adalah senyawa organik yang tidak dapat disusun sendiri oleh tubuh, kecuali vitamin K. Vitamin sangat dibutuhkan tubuh walaupun dalam kuantiti yang kecil. Vitamin tidak dapat memberikan energi kepada tubuh. Buah-buahan dan sayuran segar sangat membantu penyediaan vitamin (Irianto & Waluyo, 2007).

Selain itu, vitamin dan mineral juga, banyak terlibat dalam sintesa protein, ribonucleic acid (RNA) dan deoxyribonucleic acid (DNA). Vitamin dan mineral paling banyak diperlukan waktu sedang membesar dan jumlah itu akan semakin berkurang apabila maturitas telah dicapai sepenuhnya (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Serat juga penting untuk remaja. Sumber utama serat adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Intake serat yang adekuat untuk remaja adalah 38 g/hari bagi pria usia 14-18 tahun dan perempuan membutuhkan 26 g/hari untuk usia 9-18 tahun.


(31)

Konsumsi 14 g serat untuk setiap 1000 kalori makanan akan memberikan proteksi yang optimal dari penyakit kardiovaskular dan kanker menurut Institue of Medicines (IOM) (2002) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).

Setiap hari dalam waktu 24 jam kita membutuhkan air sekitar 2,5 liter. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi. Fungsi air di dalam tubuh adalah sebagai berikut: a) membantu proses pencernaan serta memungkinkan terjadinya reaksi kimia tubuh, b) menjaga agar kerja faal alat tubuh tidak terganggu, dan c) membuang zat sisa dari dalam tubuh dan menjaga agar suhu tubuh tetap normal (Irianto & Waluyo, 2007) .

Menurut Story et al. (2002), pemakanan yang tidak teratur adalah hal yang biasa bagi remaja. Sarapan adalah sajian yang sering ditinggalkan oleh remaja (Mahan & Escott-Stump, 2008). Menurut Gleason et al. (2001), 15% anak-anak berusia 9-13 tahun tidak mengamalkan sarapan pagi dan 28% bagi remaja berusia 14-18 tahun (Mahan & Escott-Stump, 2008). Menurut Affenito et al. (2005), tidak mengambil sarapan akan menyebabkan BMI yang tinggi, daya konsentrasi yang tidak baik dan performan sekolah yang jelek (Mahan & Escott-Stump, 2008).

Kini, remaja lebih gemar memilih makanan cepat saji daripada makanan yang sehat dan berkhasiat. Kandungan makanan cepat saji ini cenderung rendah vitamin, mineral dan serat tetapi sangat tinggi kandungan lemak, gula dan garam (Mahan & Escott-Stump, 2008).


(32)

2.4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakkan daripada otot dan sistem penunjangnya. Selain untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung, otot akan membutuhkan energi untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru membutuhkan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sia (ekskresi) dari seluruh tubuh. Jumlah energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan beratnya pekerjaan yang dilakukan menurut Almatsier (2003) dalam Manurung, N. K. (2009).

Menurut Centre for Disease Control/ CDC (2002) dalam Manurung, N. K. (2009), jenis aktivitas fisik dibahagikan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat, seperti berikut:

Tabel 2.2. Klassifikasi Aktivitas Fisik

AKTIVITAS RINGAN AKTIVITAS SEDANG AKTIVITAS BERAT Duduk, naik motor, naik

angkutan, antar jemput, mengasuh adik, mencuci piring, menonton TV, main play station, main komputer, belajar di rumah

Bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, kegiatan pramuka, main musik, panduan suara, band, palang merah, tenis meja, cuci pakaian

menggunakan tangan, mencuci mobil, memasak, menyapu, menyiram tanaman

Menari, memain drum, sepak bola, basket, renang, badminton, tenis lapangan, taekwando, aerobik, lari, skiping, sit-up.


(33)

Menurut The National Association for Sport and Physical Education (NASPE) dalam Manurung, N. K. (2009), merekomendasikan kegiatan fisik minimal bagi anak usia sekolah adalah selama satu jam per hari yang dibagi tiap 15 menit atau lebih. Menurut WHO tahun 2003, aktivitas fisik sebaiknya dilakukan 30 menit setiap hari dengan aktivitas sedang.

2.5. Pengetahuan

2.5.1. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. Yang pertama adalah tahu. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang mempelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita (Notoatmodjo, 2007).

Yang kedua adalah memahami. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek itu harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapat objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi (Notoatmodjo, 2007).

Yang ketiga adalah aplikasi. Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian (Notoatmodjo, 2007).


(34)

Yang keempat adalah analisa. Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2000).

Yang kelima adalah sintesis. Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat merencanakan , dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Yang keenam adalah evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2. Indikator-Indikator Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo tahun 2007, indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi:

a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan, bagaimana penularannya dan bagaimana cara pencegahannya.


(35)

b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya obesitas dan pentingnya rehat yang cukup.

c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan adalah seperti manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah, menfaat pengcahayaan serta akibat polusi.


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep bagi penelitian ini adalah:

Gambar 1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai obesitas. Pengetahuan itu termasuklah definisi, penyebab obesitas, bahaya dan pencegahan obesitas. Pencegahan obesitas itu meliputi pola makan yang sihat dan aktivitas fisik yang optimal untuk remaja.

Definisi adalah maksud atau arti sesuatu hal yang dipelajari sesorang.

Penyebab adalah segala faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi obesitas seperti mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak, aktivitas fisik yang sangat sedikit, masalah genetik dan hormonal.

Bahaya adalah semua yang bisa timbul akibat daripada seseorang itu obes, seperti hipertensi, diabetis melitus tipe 2, hiperlipidemia, masalah jantung koroner dan seterusnya menyebabkan kematian diusia muda.

Cara pencegahan pula merupakan satu tindakan yang dilakukan bagi menghindari diri dari menjadi obes, sebagai contoh mengamalkan pola makan yang

Pengetahuan: a) Definisi b) Penyebab c) Bahaya

d) Cara pencegahan


(37)

sehat, berolahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan yang seimbang zat gizinya.

Pengetahuan diukur dengan angket. Alat mengukur pengetahuan itu dengan menggunakan kuesioner dan responden menjawab 15 soalan dengan memilih satu daripada 3 pilihan jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1, manakala jawaban yang salah atau tidak tahu akan diberi skor 0. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.

Selepas itu skor yang diperoleh itu dikategori mengikut tingkat pengetahuan seperti baik, sedang dan kurang sebagai berikut menurut Pratomo (1986) dalam Assiddiqi (2009):

a) Pengetahuan baik adalah apabila responden sebagian besar atau seluruhnya mengenai obesitas dan menjawab dengan benar >12 soalan (total skor >75%)

b) Pengetahuan sedang adalah apabila responden mengetahui sebagian mengenai obesitas dan menjawab dengan benar 6-11 soalan (total skor 40-75%)

c) Pengetahuan kurang adalah apabila responden mengetahui sebagian kecil mengenai obesitas dan menjawab dengan benar <6 soalan (total skor <40%).


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan remaja sekolah SMA Negeri 6, Medan tentang obesitas

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan dalam tempoh waktu bermula pada bulan Mei 2010 sehingga Juni 2010. Pengumpulan data dilakukan terhadap anak remaja sekolah di SMA Negeri 6, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua remaja yang menduduki kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga di SMA Negeri 6, Medan. Data yang diperoleh merupakan jumlah pelajar yang terdapat di SMA Negeri 6 Medan yang berjumlah 597 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel diambil secara random dengan teknik pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random sampling). Bagi menjadi sampel ciri-ciri inklusi adalah hadir pada hari pengumpulan data dan setuju menjadi responden. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:


(39)

n =

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : tingkat kepercayaan dalam penelitian/ ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini digunakan 10%

(Notoatmodjo, 2005)

n =

= 85.6 ≈ 86 orang

Daripada rumus di atas maka dapatlah jumlah sampel sebanyak 86 orang. Walau bagaimanapun, jumlah sampel tersebut dibundarkan menjadi 100 orang.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada pelajar kelas satu dan kelas dua masing-masing 50 orang. Kelas tiga tidak termasuk di dalam penelitian karena pada waktu penelitian dijalankan mereka tidak hadir ke sekolah.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan peneliti meminta izin terlebih dahulu daripada kepala sekolah yang dipilih yaitu dari SMA Negeri 6, Medan. Setelah itu, proses pengumpulan dilakukan dan dikelompokkan kepada dua, yaitu data primer dan data sekunder.

N 1 + N(d)2

597 1 + 597(0,1)2


(40)

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengisian kuesioner oleh responden. Responden dipilih secara rawak dari kelompok populasi sampel. Kuesioner yang telah dirancang dan dibuat oleh peneliti sebelum digunakan, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Calon yang bersedia untuk memberikan kerjasama diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor pengurusan SMA Negeri 6 Medan setelah mendapat izin dari kepala sekolah tersebut yaitu data jumlah pelajar di situ.

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun kemudian diuji validitasnya dengan software Statistic Package for Social Science (SPSS). Soal-soal yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan kurang lebih sebanyak 23 soal diuji validitasnya dan didapati 15 soal yang valid. 15. Sampel untuk uji validitas adalah 20 responden yang diambil dari sekolah yang berlainan yaitu di Sekolah Menengah Taman Siswa, Medan. Uji validitas ini dijalankan pada bulan Juni 2010.

Setelah kuesioner tersebut valid, dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas ini dengan menggunakan SPSS.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.


(41)

Tabel 4.1.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.630 Valid 0.815 Reliabel

2 0.708 Valid Reliabel

3 0.488 Valid Reliabel

4 0.651 Valid Reliabel

5 0.797 Valid Reliabel

6 0.708 Valid Reliabel

7 0.488 Valid Reliabel

8 0.797 Valid Reliabel

9 0.718 Valid Reliabel

10 0.487 Valid Reliabel

11 0.445 Valid Reliabel

12 0.718 Valid Reliabel

13 0.444 Valid Reliabel

14 0.488 Valid Reliabel

15 0.445 Valid Reliabel

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembaran persetujuan responden. Dalam penulisan data, nama responden tidak akan dicantumkan. Hasil penelitian dan jawaban dari responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.


(42)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan software SPSS. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka analisa statistik yang dibuat adalah data kualitatif (data kategorik) dalam bentuk persentase yaitu pengetahuan yang baik, sedang dan kurang. Seterusnya, hasil pengolahan data ditunjukkan dalam tabel.


(43)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasilnya kemudian telah dikumpulkan dan dianalisa, sehingga dapat disimpulkan dalam paparan di bawah ini.

5.2.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Medan, beralamat di Jalan Ansari No. 34 Medan 20214 Kelurahan Sei Rengas-1 dan terletak di kecamatan Medan Kota. Sekolah ini telah didirikan dari tahun 1965. Memiliki pelajar seramai 597 orang. Pencapaian akademik sekolah ini tahun 2008/2009 baik dengan 100% lulus ujian negeri akhir 2008/2009.

Tabel 5.1.

Jumlah Pelajar di SMA Negeri 6 2010

Kelas Jumlah Persen (%)

Kelas 1 217 36,3

Kelas 2 183 30,7

Kelas 3 197 33,0

Jumlah 597 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah pelajar yang menduduki Kelas 1 adalah seramai 217 orang (36,3%) dan merupakan pelajar yang mayoritas di


(44)

sekolah tersebut. Manakala Kelas 2 pula seramai 183 orang (30,7%), merupakan pelajar minoritas di situ.

5.2.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pelajar SMA Negeri 6 Medan telah dijadikan responden bagi penelitian ini. Pada penelitian ini pelajar yang terlibat adalah pelajar yang sedang belajar di di kelas 1 dan kelas 2 dan masing-masing kelas telah dipilih sebanyak 50 orang yang bertindak sebagai responden. Pelajar kelas 3 tidak diambil sebagai responden karena pada waktu ini mereka tidak lagi hadir ke sekolah. Jumlah responden yang diambil adalah 100 orang

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran karakteristik yang terdiri daripada: jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan. Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi karena dalam penelitian ini hanya ingin melihat gambaran tingkat pengetahuan dari responden mengenai obesitas, dan bukannnya untuk membandingkan pengetahuan tentang obesitas dengan jenis kelamin. Begitu juga dengan karakteristik yang lain.

Tabel 5.2.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

Laki-laki 256 42,9

Perempuan 341 57,1


(45)

Melihat pada tabel 5.2 pula dapat diketahui seramai 256 orang (42,9%) pelajar laki-laki dan pelajar perempuan sebanyak 341 orang (57,1%).

Responden-responden ini juga mempunyai lingkungan umur antara 15 hingga 17 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur adalah seperti berikut:

Tabel 5.3.

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur Umur (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

15 26 26

16 43 43

17 31 31

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah berusia 16 tahun (43%) dan yang paling sedikit atau minoritas adalah responden yang berusia 17 tahun.

Tabel 5.4.

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 44 44

Perempuan 56 56

Jumlah 100 100

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan (56%) dan responden laki-laki (44%).


(46)

Oleh karena, teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah secara acak stratifikasi (stratified random sampling), maka responden telah dibahagi sama rata dari setiap kelas yang hadir yaitu dari kelas 1 dan 2.

Tabel 5.5.

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

Kelas 1 50 50

Kelas 2 50 50

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas jelaslah bahwa responden dari kelas 1 (50%) dan kelas 2 juga (50%).

5.2.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Obesitas

Pengetahuan remaja dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup pengetahuan tentang definisi, penyebab, bahaya dan cara mencegah dari obesitas. Selepas itu, responden telah dikategori mengikut tingkat pengetahuan seperti baik, sedang dan kurang sebagai berikut menurut Pratomo (1986) dalam Assiddiqi (2009): pengetahuan baik adalah bila menjawab dengan benar 15-12 soal; Pengetahuan sedang adalah apabila responden menjawab dengan benar 6-11 soalan dan pengetahuan kurang adalah apabila responden menjawab dengan benar 0-5 soal. Berdasarkan hasil penelitian maka tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 6 tentang obesitas pada tabel 5.7 di bawah ini.


(47)

Tabel 5.7.

Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas

Pengetahuan Jumlah Persen (%)

Baik 54 54

Sedang 46 46

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang obesitas sebahagian besar berpengetahuan baik adalah lebih ramai dengan jumlah responden 54 orang (54%) dibandingkan dengan berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 46 orang (46%) dan tiada seorang pun yang berpengetahuan kurang mengenai obesitas.

Data frekuensi jawaban angket responden dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8.

Penyataan tentang Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas

No Item (n) (%) (n) (%)

1. Maksud obesitas 100 100 0 0

2. Obesitas diukur dengan IMT 100 100 0 0

3. Karbohidrat dan lemak penyebab obesitas

100 100 0 0

4. Makanan cepat saji penyebab 45 45 55 55

Jawaban Responden


(48)

obesitas

5. Banyak makan dan banyak berolahraga penyebab obesitas

24 24 76 76

6. Keturunan penyebab obesitas 94 94 6 6

7. Gaya hidup modern dapat mencegah obesitas

94 94 6 6

8. Tidak sarapan penyebab kegemukan

78 78 22 22

9. Remaja yang gemuk lebih cenderung mati pada usia pertengahan (30-40tahun)

94 94 6 6

10. Penyakit jantung bukan kesan obesitas

75 75 25 25

11. Obesitas menyebabkan penyakit darah tinggi

91 91 9 9

12. DM bukan kesan obesitas 92 92 8 8

13. Makan makanan tinggi karbohidrat cegah obesitas

19 19 81 81

14. Kegemukan dicegah dengan memakan buahan dan sayuran

95 95 5 5

15. Kadar senaman yang benar cegah obesitas

71 71 29 29

Berdasarkan tabel di atas pada penyataan-penyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah penyataan nomor 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 100%. Sedangkan penyataan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah penyataan nomor 13 yaitu sebesar 81%.


(49)

Tabel 5.9.

Pengetahuan Responden mengikut Definisi, Penyebab, Komplikasi dan Pencegahan Obesitas

Pengetahuan Persen (%) Kategori Pengetahuan

Definisi 100 Baik

Penyebab 67 Sedang

Komplikasi 88 Baik

Pencegahan 62 Sedang

Merujuk tabel 5.9 di atas, pengetahuan remaja tentang apa itu obesitas adalah baik (100%) dan pengetahuan yang paling kurang adalah mengenai pencegahan obesitas yaitu berpengetahuan sedang (62%).


(50)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja di SMA Negeri 6, Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang remaja. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Pengetahuan Remaja SMA Negeri 6, Medan tentang Obesitas

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 54 orang responden (54%) memperoleh pengetahuan yang baik dan ini adalah lebih ramai dibandingkan dengan yang memperoleh tahap pengetahuan yang sedang yaitu 46 orang (46%).Hal ini adalah karena penyuluhan atau penerangan daripada guru-guru dan keluarga tentang obesitas sudah ada.

Soal yang berkaitan dengan apa itu obesitas menunjukkan 100% memberikan jawaban yang tepat. Ini menunjukkan pengetahuan remaja mengenai definisi obesitas adalah baik dan tahu mengenai obesitas. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang mempelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan tabel 5.9, secara dasarnya responden mempunyai pengetahuan yang sedang bagi penyebab-penyebab terjadinya obesitas yaitu 67%. Jika dilihat pada tabel 5.8 di atas, 55% responden masih tidak tahu mengenai makanan cepat saji boleh menyebabkan obesitas. Hal ini karena penyediaan makanan cepat saji yang dari mata


(51)

kasarnya responden merupakan hidangan yang seimbang disebabkan cara penyajian hidangan-hidangan cepat saji yang dilengkapi sayur-sayuran seperti salad dan coleslaw.

Selain itu, keluarga merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pemilihan makanan remaja. Remaja belum cukup matang maka mereka cepat terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan orang tua, menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi teman dan terutama iklan televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan, menurut Arisman (2004) dalam Manurung, N. K. (2009).

Merujuk tabel 5.8, masih ramai juga responden yang memiliki persepsi yang salah mengenai banyak makan dan banyak berolahraga dapat mengelakkan seseorang daripada menjadi obesitas. Ini memperlihatkan bahwa, responden masih kurang memahami tentang penyebab terjadinya obesitas. Secara teorinya, apabila jumlah kalori yang dikonsumsi seimbang dengan jumlah kalori yang dibakar semasa berolahraga, obesitas dapat dielakkan. Hal ini dapat dijelaskan, obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi, menurut Khomsan, (2004) dalam Marpaung, L. (2009).

Selain itu, bagi soal mengenai bahaya obesitas pula secara keseluruhan merujuk tabel 5.9, pengetahuan remaja adalah baik (88%). Pada tabel 5.8, terdapat seramai 25% remaja yang tidak mengetahui bahawa salah satu komplikasi daripada kegemukkan adalah terkenanya penyakit jantung. Ini adalah karena pada kurikulum sekolah masih belum ada mata pelajaran yang mengajar mengenai kesan-kesan buruk obesitas sedangkan hal ini sangat penting untuk diketahui. Berdasarkan kajian yang dibuat oleh Nurses’ Health Study menunjukkan remaja yang obes pada usia 18 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mati pada usia pertengahan. Penyebab yang paling sering adalah kanker dan diikuti dengan masalah jantung menurut Van Dam et al. (2006) dalam Mahan & Escott-Stump (2008).


(52)

Bagi pencegahan obesitas pada tabel 5.9, pengetahuan remaja adalah sedang. Merujuk tabel 5.8 pula, pada soal mengenai makanan tinggi karbohidrat dapat menyebabkan obesitas seramai 81% memberi jawaban yang salah. Hal ini juga memberikan satu petunjuk bahwa remaja-remaja di sekolah itu masih kurang jelas tentang kesan mengkonsumsikan makanan tinggi karbohidrat terhadap tubuh mereka. Pendidikan tentang gizi juga masih belum diajarkan di sekolah-sekolah dan juga pendedahan keluarga masih kurang mengenai hal ini.


(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan remaja SMA Negeri 6, Medan mengenai obesitas diperoleh kesimpulan yaitu pengetahuan remaja mengenai obesitas diperoleh sebanyak 54 orang (54%) mempunyai pengetahuan yang baik, sebanyak 46 orang (46%) berpengetahuan sedang dan tiada yang mempunyai kurang pengetahuan .

Soal yang berkaitan dengan apa itu obesitas menunjukkan 100% memberikan jawaban yang tepat.

Responden mempunyai pengetahuan yang sedang bagi penyebab-penyebab terjadinya obesitas. 55% responden masih tidak tahu mengenai makanan cepat saji boleh menyebabkan obesitas.

Mengenai bahaya obesitas pula secara keseluruhan pengetahuan remaja adalah baik.

Pengetahuan tentang pencegahan obesitas adalah sedang dan pada soal mengenai makanan tinggi karbohidrat dapat menyebabkan obesitas seramai 81% memberi jawaban yang salah.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu:

a. Kepada guru-guru memberi penekanan pada materi mengajar mengenai kesan makanan cepat saji yang mengandungi tinggi karbohidrat dan lemak (tinggi kalori) dan menggalakkan aktivitas bersukan kepada para pelajar.

b. Kepada kepala sekolah, dapat menyelitkan pada kurikulum sekolah, aktivitas bersukan selama 30 menit setiap hari untuk para pelajar bersukan atau


(54)

melakukan aktivitas yang mengeluarkan peluh. Selain dapat mencegah obesitas, hal ini dapat melahirkan remaja yang lebih cemerlang.

c. Kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya dapat menubuhkan satu organisasi yang aktivitas utamanya adalah memberikan penyuluhan tentang kesehatan terutama tentang obesitas ke sekolah-sekolah sekitar Medan sebagai aktivitas bulanan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningrum, R. D., 2008. Karakteristik Kegemukan pada Anak Sekolah dan Remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

Assiddiqi, M. H., 2009. Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Beers, M.H., 2003. Disorder of Nutrition and Metabolism. In: Fletcher, A.J., ed. The Merck Manual of Medical Information. New York: Pocket Books, 831-835.

Centers for Diseaseh Control and Prevention (CDC), 2009. Childhood Overweight and Obesity. Available from:

http://www.cdc.gov/obesity/childhood/consequences.html.

Centers for Diseaseh Control and Prevention (CDC), 2010. Physical Activity Among Asians and Native Hawaiian or Other Pacific Islanders. Available from:

[Accessed 20 February 2010]

March 2010]

Chandra, Y., 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009.

Gugus Tugas, 2009. Definisi Anak dalam Sebuah Peradilan. Available from:


(56)

Gunarsa, S. D., 1990. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.

Irianto, Waluyo, 2004. Gizi Seimbang. Gizi & Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya, 16-69.

Kasper, Braunwald, Fauci, Hause, Longo, Jameson, 2005. Nutrition. Fauci & Longo, Harisson’s Principle of Internal Medicine. United Stated: McGrawHill, 422-429.

Kliegman, Behrma, Jenson, Stanton, 2007. Nutrition. In: Fletcher ed. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saunders Elsevier, 232-241.

Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007. Environmental and Nutritional Diseases. In: Kumar et al, ed. Robins Basic Pathology. Philadelphia: Saunders Elsevier, 313-317.

Mahan, L.K., Escott-Stump, 2008. Nutrition in Adolescence. In: Alexopoulus, ed. Krause’s Food & Nutrition Therapy. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier, 246-261.

Makmur, N.I., 2008. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Tekanan Darah Anak Obes di Kotamadya Medan.

Manurung, N.K., 2009. Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas di SMU Tri Sakti Medan 2008.


(57)

Marpaung, L., 2009. Perilaku Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD Pertiwi Kecematan Medan Barat Tahun 2007.

Murray, Granner, Rodwell, 2006. Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th ed. India: McGrawHill.

Notoatmodjo, 2007. Konsep Perilaku & Perilaku Kesehatan. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta, 139-147.

Octavia, C., 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth, D., 2001. Human Development 8th ed. Boston: McGrawHill.

Rice, F. P., 1990. The Adolescent Development, Relationship & Culture 6th ed. Boston: Ally & Bacon.

Sastroasmoro, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sastroasmoro, S.

Siregar, A. R., 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas, 2006.

Serigar, E.R., 2009. Gambaran Pengatahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Supir Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan Tahun 2008.


(58)

Smith, M.E., Morton, D.G., 2008. The Absorptive and Postabsorptive States. In: Parkinson, ed. The Digestive System Basic Science and Clinical Conditions. United Kingdom: Churchill Livingstone, 168.

Tim Redaksi Naunsa, 2009. Himpunan Perundang-Undangan Tentang Kesehatan. Cetakan Pertama. Bandung: Naunsa Aulia.

Wechsler, H., McKenna, M. L., Lee, S. M. and Dietz, W. H., 2004. Overweight Among Children and Adolescents.

World Health Organization (WHO), 2006. Obesity and Overweight. Available from:

February 2010]


(59)

Lampiran 1

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nazlina binti Durman

Tempat / Tanggal Lahir : Selangor / 11 Januari 1989

Agama : Islam

Alamat : T-163 Jalan Bunga Tanjung, Tmn Seri Teluk Datok 42700 Banting Selangor

Riwayat Pendidikan : Tadika Maria (1994-1995)

Sekolah Kebangsaan Sri Langat (1996-2000)

Sekolah Menengah Kebangsaan Banting (2001-2004) Maktab Rendah Sains Mara Muadzam Shah (2004-2005) Pre-Med ACMS (2006-2007)

Riwayat Organisasi : Ahli PM-USU

Ahli PKPMI-Medan Ahli MET


(60)

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Nama : :

Jenis Kelamin: L/P

Identitas responden (wajib diisi)

Umur : tahun

Kelas : :

Berat badan kg


(61)

Sila tanda ( √ ) bagi satu jawapan yang PALING BENAR

No

menurut Anda bagi soal-soal di bawah ini.

Pertanyaan Benar Salah Tidak

tahu 1. Obesitas atau kegemukan adalah suatu

kondisi kelebihan jaringan lemak di dalam tubuh

2. Kegemukan bisa diukur melalui pengiraan Indeks Massa Tubuh (IMT)

3. Kegemukan bisa terjadi disebabkan banyak mengkonsumsi karbohidrat dan lemak

4. Kegemukan terjadi kerana banyak mengkonsumsi makanan cepat saji

5. Kegemukan terjadi karena banyak makan dan banyak berolahraga

6. Apabila orang tuanya gemuk, maka anaknya juga bisa gemuk

7. Jika sering menonton televisi, bermain play station dan komputer dapat menghindari diri dari menjadi gemuk

8. Tidak mengambil sarapan bisa

menyebabkan kegemukan

9. Remaja yang gemuk lebih cenderung mati pada usia pertengahan (30-40tahun)

10. Kegemukan tidak akan menimbulkan penyakit jantung


(62)

terkena penyakit darah tinggi

12. Kegemukan dapat mengelakkan diri dari terkena penyakit gula

13. Kegemukan bisa dicegah dengan

mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 14. Kegemukan bisa dicegah dengan memakan

buahan san sayuran

15. Kegemukan dapat dicegah dengan berolahraga sekurang-kurangnya 30 menit, hampir untuk setiap hari secara teratur.


(63)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bernama Nazlina Binti Durman/ NIM 070100445 adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada Block Community Research Programme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan tentang obesitas. Untuk keperluan tersebut saya memohon kerjasama Anda untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Anda bersedia sila menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahsiakan dan semua informaso yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saudari berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk di kemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Saudari menjadi pertisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Subjek Penelitian,

(Responden) Lampiran 4

Medan, …….. Juni 2010 Peneliti,


(1)

Sila tanda ( √ ) bagi satu jawapan yang PALING BENAR

No

menurut Anda bagi

soal-soal di bawah ini.

Pertanyaan Benar Salah Tidak tahu 1. Obesitas atau kegemukan adalah suatu

kondisi kelebihan jaringan lemak di dalam tubuh

2. Kegemukan bisa diukur melalui pengiraan Indeks Massa Tubuh (IMT)

3. Kegemukan bisa terjadi disebabkan banyak mengkonsumsi karbohidrat dan lemak

4. Kegemukan terjadi kerana banyak mengkonsumsi makanan cepat saji

5. Kegemukan terjadi karena banyak makan dan banyak berolahraga

6. Apabila orang tuanya gemuk, maka anaknya juga bisa gemuk

7. Jika sering menonton televisi, bermain play station dan komputer dapat menghindari diri dari menjadi gemuk

8. Tidak mengambil sarapan bisa menyebabkan kegemukan

9. Remaja yang gemuk lebih cenderung mati pada usia pertengahan (30-40tahun)

10. Kegemukan tidak akan menimbulkan penyakit jantung


(2)

terkena penyakit darah tinggi

12. Kegemukan dapat mengelakkan diri dari terkena penyakit gula

13. Kegemukan bisa dicegah dengan mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 14. Kegemukan bisa dicegah dengan memakan

buahan san sayuran

15. Kegemukan dapat dicegah dengan berolahraga sekurang-kurangnya 30 menit, hampir untuk setiap hari secara teratur.


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bernama Nazlina Binti Durman/ NIM 070100445 adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada Block Community Research Programme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan tentang obesitas. Untuk keperluan tersebut saya memohon kerjasama Anda untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Anda bersedia sila menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahsiakan dan semua informaso yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saudari berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk di kemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Saudari menjadi pertisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Subjek Penelitian,

(Responden) Lampiran 4

Medan, …….. Juni 2010 Peneliti,


(4)

DATA INDUK HASIL PENELITIAN

No Nama Jns Kel

Umur Tgkt Penddkn

BB (kg)

TB (cm)

IMT Skor Kel Skor

Kel IMT 1 AAAA L 15.0 1.0 50.0 161.0 19.3 73.0 2.0 2.0 2 AAAB L 16.0 1.0 50.0 153.0 21.4 80.0 3.0 2.0 3 AAAC P 15.0 1.0 48.0 156.0 19.7 73.0 2.0 2.0 4 AAAD L 15.0 1.0 50.0 156.0 21.4 87.0 3.0 2.0 5 AAAE P 15.0 1.0 49.0 152.0 21.2 87.0 3.0 2.0 6 AAAF P 16.0 1.0 43.0 154.0 18.1 87.0 3.0 1.0 7 AAAG P 16.0 1.0 51.0 153.0 21.8 80.0 3.0 2.0 8 AAAH P 15.0 1.0 46.0 153.0 19.6 73.0 2.0 2.0 9 AAAI P 15.0 1.0 40.0 149.0 18.0 87.0 3.0 1.0 10 AAAJ P 15.0 1.0 39.0 148.0 17.8 80.0 3.0 1.0 11 AAAK L 16.0 1.0 62.0 163.0 23.3 80.0 3.0 3.0 12 AAAL P 16.0 1.0 49.0 151.0 21.5 73.0 2.0 2.0 13 AAAM L 16.0 1.0 53.0 158.0 21.2 60.0 2.0 2.0 14 AAAN P 15.0 1.0 41.0 143.0 20.0 67.0 2.0 2.0 15 AAAO L 15.0 1.0 54.0 155.0 22.5 67.0 2.0 2.0 16 AAAP P 16.0 1.0 50.0 152.0 21.6 67.0 2.0 2.0 17 AAAQ L 16.0 1.0 55.0 160.0 21.5 87.0 3.0 2.0 18 AAAR P 16.0 1.0 44.0 154.0 18.6 87.0 3.0 2.0 19 AAAS L 16.0 1.0 53.0 161.0 20.4 73.0 2.0 2.0 20 AAAT L 15.0 1.0 52.0 156.0 21.4 87.0 3.0 2.0 21 AAAU L 16.0 1.0 55.0 162.0 21.0 73.0 2.0 2.0 22 AAAV L 16.0 1.0 60.0 168.0 21.3 87.0 3.0 2.0 23 AAAW L 16.0 1.0 53.0 162.0 20.2 87.0 3.0 2.0 24 AAAX P 15.0 1.0 45.0 151.0 19.7 73.0 2.0 2.0 25 AAAY L 15.0 1.0 50.0 156.0 20.5 80.0 3.0 2.0 26 AAAZ P 15.0 1.0 50.0 153.0 21.4 87.0 3.0 2.0 27 AABA P 16.0 1.0 49.0 154.0 20.7 80.0 3.0 2.0 28 AABB P 15.0 1.0 50.0 153.0 21.4 87.0 3.0 2.0 29 AABC L 15.0 1.0 44.0 157.0 17.9 73.0 2.0 1.0 30 AABD L 16.0 1.0 51.0 156.0 21.0 87.0 3.0 2.0 31 AABE L 16.0 1.0 60.0 165.0 22.0 80.0 3.0 2.0 32 AABF L 15.0 1.0 55.0 158.0 22.0 73.0 2.0 2.0 33 AABG L 15.0 1.0 58.0 161.0 22.4 80.0 3.0 2.0 34 AABH P 15.0 1.0 46.0 155.0 19.1 80.0 3.0 2.0 35 AABI P 16.0 1.0 50.0 155.0 20.8 73.0 2.0 2.0 36 AABJ P 15.0 1.0 39.0 150.0 17.3 73.0 2.0 1.0 37 AABK P 16.0 1.0 53.0 153.0 22.6 73.0 2.0 2.0


(5)

38 AABL L 16.0 1.0 54.0 160.0 21.1 73.0 2.0 2.0 39 AABM P 15.0 1.0 46.0 149.0 20.7 87.0 3.0 2.0 40 AABN P 15.0 1.0 40.0 148.0 18.3 80.0 3.0 1.0 41 AABO L 16.0 1.0 53.0 155.0 22.1 87.0 3.0 2.0 42 AABP L 16.0 1.0 75.0 167.0 26.9 93.0 3.0 4.0 43 AABQ L 15.0 1.0 49.0 151.0 21.5 67.0 2.0 2.0 44 AABR L 16.0 1.0 70.0 170.0 24.2 80.0 3.0 3.0 45 AABS P 16.0 1.0 62.0 157.0 25.2 67.0 2.0 4.0 46 AABT P 15.0 1.0 50.0 157.0 20.3 87.0 3.0 2.0 47 AABU P 15.0 1.0 46.0 153.0 19.7 80.0 3.0 2.0 48 AABV P 15.0 1.0 43.0 151.0 18.9 87.0 3.0 2.0 49 AABW L 16.0 1.0 71.0 170.0 24.6 80.0 3.0 3.0 50 AABX P 15.0 1.0 51.0 153.0 21.8 93.0 3.0 2.0 51 AABY L 17.0 2.0 59.0 162.0 22.5 73.0 2.0 2.0 52 AABZ L 16.0 2.0 50.0 158.0 20.0 80.0 3.0 2.0 53 AACA P 17.0 2.0 58.0 163.0 21.8 80.0 3.0 2.0 54 AACB L 17.0 2.0 59.0 164.0 21.9 73.0 2.0 2.0 55 AACC L 17.0 2.0 62.0 165.0 22.8 73.0 2.0 2.0 56 AACD P 16.0 2.0 52.0 154.0 21.9 73.0 2.0 2.0 57 AACE P 16.0 2.0 44.0 156.0 18.1 73.0 2.0 1.0 58 AACF L 17.0 2.0 56.0 162.0 21.3 80.0 3.0 2.0 59 AACG L 16.0 2.0 50.0 161.0 19.3 73.0 2.0 2.0 60 AACH P 17.0 2.0 48.0 156.0 19.7 67.0 2.0 2.0 61 AACI P 17.0 2.0 53.0 159.0 21.0 67.0 2.0 2.0 62 AACJ P 17.0 2.0 46.0 160.0 18.0 67.0 2.0 1.0 63 AACK P 16.0 2.0 42.0 150.0 18.7 73.0 2.0 2.0 64 AACL P 17.0 2.0 44.0 153.0 18.8 67.0 2.0 2.0 65 AACM L 17.0 2.0 52.0 160.0 20.3 73.0 2.0 2.0 66 AACN L 16.0 2.0 53.0 164.0 19.7 73.0 2.0 2.0 67 AACO P 17.0 2.0 54.0 158.0 21.6 73.0 2.0 2.0 68 AACP P 16.0 2.0 42.0 150.0 18.7 73.0 2.0 2.0 69 AACQ P 17.0 2.0 45.0 155.0 18.7 73.0 2.0 2.0 70 AACR L 17.0 2.0 51.0 160.0 19.9 80.0 3.0 2.0 71 AACS P 17.0 2.0 43.0 153.0 18.4 73.0 2.0 1.0 72 AACT P 16.0 2.0 45.0 158.0 18.0 67.0 2.0 1.0 73 AACU L 16.0 2.0 51.0 158.0 20.4 73.0 2.0 2.0 74 AACV P 16.0 2.0 52.0 160.0 20.3 60.0 2.0 2.0 75 AACW P 17.0 2.0 46.0 154.0 19.4 60.0 2.0 2.0 76 AACX P 16.0 2.0 41.0 150.0 18.2 53.0 2.0 1.0 77 AACY P 16.0 2.0 41.0 145.0 19.5 87.0 3.0 2.0 78 AACZ L 17.0 2.0 51.0 158.0 20.4 87.0 3.0 2.0 79 AADA L 16.0 2.0 50.0 153.0 21.4 80.0 3.0 2.0


(6)

80 AADB P 16.0 2.0 45.0 150.0 20.0 67.0 2.0 2.0 81 AADC P 17.0 2.0 44.0 146.0 20.6 80.0 3.0 2.0 82 AADD L 17.0 2.0 55.0 160.0 21.5 87.0 3.0 2.0 83 AADE L 17.0 2.0 66.0 165.0 24.2 87.0 3.0 3.0 84 AADF P 16.0 2.0 48.0 161.0 18.5 87.0 3.0 2.0 85 AADG P 17.0 2.0 44.0 150.0 19.6 60.0 2.0 2.0 86 AADH P 17.0 2.0 45.0 152.0 19.5 60.0 2.0 2.0 87 AADI P 17.0 2.0 43.0 155.0 17.9 60.0 2.0 1.0 88 AADJ P 16.0 2.0 48.0 160.0 18.8 87.0 3.0 2.0 89 AADK P 16.0 2.0 50.0 152.0 21.6 87.0 3.0 2.0 90 AADL L 17.0 2.0 52.0 155.0 21.6 87.0 3.0 2.0 91 AADM L 17.0 2.0 48.0 158.0 19.2 93.0 3.0 2.0 92 AADN P 17.0 2.0 46.0 153.0 19.7 87.0 3.0 2.0 93 AADO P 16.0 2.0 43.0 153.0 18.4 87.0 3.0 1.0 94 AADP L 17.0 2.0 52.0 160.0 20.3 80.0 3.0 2.0 95 AADQ L 17.0 2.0 54.0 163.0 20.3 87.0 3.0 2.0 96 AADR P 16.0 2.0 46.0 151.0 20.2 87.0 3.0 2.0 97 AADS L 17.0 2.0 66.0 165.0 24.2 80.0 3.0 3.0 98 AADT P 17.0 2.0 54.0 155.0 22.5 87.0 3.0 2.0 99 AADU P 17.0 2.0 45.0 154.0 19.0 80.0 3.0 2.0 100 AADV L 17.0 2.0 55.0 162.0 21.0 73.0 2.0 2.0 *kel skor:

3.0 = baik 2.0 = sedang *kel IMT:

1.0 = kurang berat badan 2.0 = berat badan normal 3.0 = lebih berat badan 4.0 = obesitas