Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini Bounding Attachment

sangatlah bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki bidan di Indonesia Yanti dan Nurul, 2010, hal. 59- 71. Didasari kompetensi tersebut, bidan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan klienpasien.

E. Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini Bounding Attachment

Dalam terlasananya bounding attachment Bidan mempunyai Peran, Dimana Peran Bidan dalam pelaksanaan Bonding Attachment adalah Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran, Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan, Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar, Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi, Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan, Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu Universitas Sumatera Utara member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75 Peran bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini a. Sebelum persalinan tahap persiapan dan informasi 1. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini. 2. Mengkaji kebersihan diri klien. Bila perlu anjurkan klien untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu. 3. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusui dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi. 4. Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama proses persalinan dari suami atau keluarga. 5. Membantu meningkatakan rasa percaya diri klien. Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan. 6. Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi

b. Proses persalinan

1. Membuka baju klien di bagian perut dan dada. Menyimpan kain pernel yang lembut dan kering diatas perut ibu 2. Setelah bayi lahir, simpan bayi di atas perut ibu. 3. Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain lembut dankering kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yangmenempel pada lengan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu sambil melakukan penilaian awal BBL. Universitas Sumatera Utara 4. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan talipusat. 5. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dadaibu tanpa dibatasi alas. 6. Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi. 7. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi. 8. Membantu menunjukkan pada ibu perilaku Pre-feeding Pre- feeding behavior yang positif : istirahat dalam keadan siaga,memasukan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki menekan perut ibu,menjilat-jilat kulit ibu, menghentakan kepala, menoleh ke kanandan ke kiri, menyentuh putting susu dengan tangannya,menemukan putting susu, menghisap dan mulai minum ASI 9. Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya. Bidanmelanjutkan asuhan persalinan. 10 Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting susu ibu. Bayi dan ibuakan merasa mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vit K 11. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi dingin saatdisentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali didada ibu sampai bayi hangat kembali Universitas Sumatera Utara Hambatan terjadinya proses Inisiasi Menyusu Dini Terhambatnya proses IMD tidak hanya disebabkan oleh pemakaian obat kimiawi menjelang persalinan, tetapi juga beberapa pendapat atau mitos seputar IMD. Mitos adalah sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu mengandung nilai kebenaran. Mitos biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada atau benar-benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Hal yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayinya serta membuat masyarakat enggan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin sebagai berikut : a. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki b. Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri c. ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan d. ASI pertama kolostrum sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis e. Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor f. Bayi kedinginan g. Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu sendiri h. Kamar bersalin maupun kamar operasi sibuk, sehingga bayi perlu segera dipisahkan dari ibunya i. Ibu harus segera dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya Universitas Sumatera Utara j. Bayi harus segera dibersihkan,diukur dan ditimbang setelah lahir Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini 1. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya. 2. Obat-obatan kimiawi, seperti Mis: pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dan lain sebagainya coba untuk dihindari. 3. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya. 4. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. 5. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi. 6. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya. 7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu pre-feeding yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya: a. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan. b. Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara. c. Bergerak ke arah payudara. d. Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran. Universitas Sumatera Utara e. Menyentuh puting susu dengan tangannya. f. Menemukan puting susu, reflek mencari puting rooting melekat dengan mulut terbuka lebar. 8. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan, seperti oprasi, berikan kesempatan skin to skin contact. 9. Bayi baru lahir dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasive seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi. 10. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi.

F. Faktor yang mempengaruhi Peran Bidan dalam pelaksanaan Bounding Attachment